Anda di halaman 1dari 17

BIOGRAFI WILLIAM H.

SHELDON

1
Sheldon dilahirkan pada tahun 1899 di
Warwick, Rhode Island, dan dibesarkan di sana
pula, dalam suasana pertanian. Suasana pedesaan
dan hubungannya yang erat dengan ayahnya
seorang naturalis dan peternak besar pengaruhnya
terhadap pandangannya mengenai manusia.
Bahkan sampai dewasa ini tulisan-tulisannya
menunjukkan perhatiannya terhadap dunia hewan.
Dia mendapat pendidikan di public school,
kemudian masuk Brown University, dan di sana
dia mendapat gelar B.A.(1919). Kemudian
mendapat gelar M.A dari Universitas Colorado
dan Ph.D dalam psikologi dari Universitas
Chicago pada tahun 1926. Dari tahun 1924 sampai 1926 dia menjadi
instruktur dalam psikologi di Universitas Chicago. Tahun 1926 sampai 1927
menjadi guru besar pembantu di Universitas Wisconsin. Setelah
menyelesaikan pelajarannya dalam bidang kedokteran, dia bekerja di rumah
sakit kanak-kanak di Chicago dan kemudian mendapat beasiswa untuk
belajar psikiatri di luar negeri selama dua tahun. Sebagian besar waktu
belajarnya yang dua tahun itu digunakannya pada C.G Jung di Zurich; tetapi
dia juga datang pada Kretschmer. Pada tahun 1936 dia kembali ke Amerika
Serikat dan diangkat sebagai guru besar psikologi di Uniersitas Chicago.
Dalam tahun 1938 pindah ke Harvard sampai pecah perang dunia II. Pada
tahun 1947 Sheldon diangkat menjadi Direktur Laboratorium Konstitusi
pada College of Physician and Surgeons, UnColumbia, menggantikan
George Draper, yaitu perintis dalam lapangan constitutional medicine.
Tulisan-tulisan Sheldon menunjukkan ada usaha yang giat untuk
menentukan dan menggambarkan komponen-komponen struktural dari pada
tubuh manusia serta komponen-komponen pokoknya (Sheldon, 1942) dan
penggunaan penemuan itu pada bidang kejahatan (kenakalan) anak-anak
(Sheldon, 1949).
Karena pendidikan yang bermacam-macam itu, maka sukarlah untuk
menandai tokoh mana yang terutama berpengaruh terhadap perkembangan
pendapat Sheldon. Namun baik pada tulisan-tulisannya maupun dalam
ceramah-ceramahnya terlihat pengaruh ahli-ahli psikologi konstitusional
yang terdahulu, terutama Kretschmer dan Viola. Selanjutnya juga terdapat
pengaruh Freud dan Jung. Sarjana Amerika Serikat sendiri yang
berpengaruh terhadapnya ialah W. James. Pendidikannya dalam bidang
kedokteran serta pengalaman kecilnya dengan hewan mencermin dalam
perhatiannya terhadap faktor-faktor biologis dan keturunan dalam tingkah
laku.
Selanjutnya kerja samanya dengan S.S Stevens yang
mengutamakan cara–cara penyelidikan yang teliti dan pengukuran-
pengukuran juga berpengaruh terhadap Sheldon.

2
Dalam Teori Sheldon dapat dikemukakan, bahwa struktur jasmani
merupakan yang utama berpengaruh terhadap tingkah laku manusia.
Dalam pada itu dia mendapatkan sejumlah variabel objektif yang dapat
dipakai untuk menggambarkan jasmani dan tingkah laku. Selanjutnya
caranya mengukur struktur jasmani dengan foto-foto yang telah dibuat
standarnya merupakan hal yang penting di pandang dari segi metodologi.
Adapun yang menjadi landasan sikapnya yang mementingkan jasmani
beserta pengukuran-pengukurannya itu ialah keyakinannya yang kuat,
bahwa faktor-faktor keturunan biologis adalah sangat penting dalam
menentukan tingkah laku.

TEORI W.H SHELDON:


PSIKOLOGI KONSTITUSIONAL DI AMERIKA SERIKAT
1. Pengantar
Sudah sejak lama ada pendapat, bahwa sifat-sifat jasmaniah itu
merupakan aspek-aspek pokok dari pada kepribadian. Umum sekali orang
berpendapat, bahwa orang yang gemuk itu peramah dan lamban, bahwa orang
yang jangkung itu pemalu, orang yang hitam setia, dan sebagainya, dan
sebagainya. Kecuali pendapat orang kebanyakan tersebut juga banyak sarjana-
sarjana yang berpendapat seperti itu, misalnya Lavater (1804, Physiognomi)
Gall dan Spurzhein (1809, Phrenologi). Dan lebih kemudian juga banyak
penyelidik-penyelidik yang pendapatnya seperti itu, misalnya: Rostan, Viola,
Siguad, Naccaratti, dan yang terkenal sekali Kretschmer.
Jadi baik orang kebanyakan, maupun para sarjana yang disebutkan di
atas itu berpandapat, bahwa tingkah laku yang mencerminkan kepribadian itu
dalam banyak hal bersangkutan dengan keadaan jasmani yang nampak di
Amerika Serikat, pendapat semacam itu tidak banyak yang mengikuti, bahkan
banyak yang kurang dapat menerima. Hasil karya William H. Sheldon
merupakan hasil yang besar dalam situasi ilmiah yang demikian itu.
Sebelum dibicarakan teori psikologi konstitusional itu lebih jauh,
haruslah lebih dahulu dimengerti apa arti istilah konstitusi itu menurut
Sheldon. Menurut Sheldon, konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif
tetap tak berubah-ubah morphologi, psikologi, fungsi kelenjar buntu, dan
sebagainya dan dapat dilawankan dengan aspek-aspek yang relatif labil dan
mudah bermodifikasi karena tekanan-tekanan lingkungan, seperti kebiasaan,
sikap sosial, kegemaran dan sebagainya. Dalam uraian ini istilah konstitusi
dipakai dalam arti seperti yang dikemukakan oleh sheldon itu.

3
2. Pokok-pokok Teori William H. Sheldon
a. Struktur Tubuh (Jasmani)
Berbeda dari kebanyakan ahli-ahli dalam lapangan psikologi
kepribadian di Amerika Serikat yang umumnya mengemukakan komponen-
komponen yang banyak sekali, maka Sheldon menentukan sejumlah kecil
variabel jasmaniah dan temperamen yang tegas, yang dianggapnya
merupakan hal yang terpenting dalam tingkah laku manusia (kendatipun dia
tidak menutup kemungkinan untuk penyelidikan-penyelidikan yang lebih
teliti/mengunsur).
Seperti ahli-ahli psikologi konstitusional yang terdahulu Sheldon
menentukan dan memberikan ukuran-ukuran dari pada komponen-
komponen jasmaniah manusia. Dalam pada itu perlu diinsafi bahwa Sheldon
tidak hanya ingin mendapatkan kategori untuk klasifikasi dan deskripsi
tubuh manusia saja, tetapi tujuannya lebih jauh lagi yaitu untuk
mendapatkan apa yang disebut biological identification tag. Sheldon
berpendapat bahwa faktor-faktor genetis dan biologis memainkan peranan
yang menentukan dalam perkembangan individu. Dia percaya juga, bahwa
orang mungkin mendapatkan representasi dari pada faktor-faktor tersebut
dengan melalui sejumlah pengukuran yang didasarkan pada jasmani. Dalam
pandangan Sheldon ada suatu struktur biologis hipotesis, yaitu
morphogenotipe yang menjadi dasar jasmani yang nampak (phenotipe), dan
yang memainkan peranan penting tidak saja dalam menentukan
perkembangan jasmani,tetapi juga dalam pembentukan tingkah laku.
Somatotipe merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe itu,
walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung dan terutama bersandar
kepada pengukuran jasmaniah (phenotipe).
Di sini akan dibicarakan cara pendekatan Sheldon untuk mengukur
aspek jasmaniah individu, dan selanjutnya dikaji usahanya untuk
menentukan komponen terpenting yang menjadi dasar tingkah laku
manusia.
1. Dimensi-dimensi Jasmaniah
Walaupun Sheldon tahu bahwa telah ada orang-orang lain yang
terdahulu yang melakukan pengukuran terhadap jasmani, namun dia
memulai usahanya secara induktif. Soal pertama-tama ialah
mendapatkan sejumlah besar tubuh/jasmani yang dapat diselidiki
kembali. Untuk membuat cara ini supaya praktis, dia membuat foto-foto
tubuh (dari depan dan dari samping), dengan cara yang
distandardisasikan. Cara ini disebutnya: Somatotype Performance Test).
Pada usaha pertama Sheldon mengumpulkan foto-foto
mahasiswa-mahasiswa laki-laki sebanyak 4.000. Foto-foto ini lalu
diperiksa dengan teliti oleh sejumlah penilai yang bermaksud untuk

4
mendapatkan variabel-variabel pokok yang merupakan dasar daripada
variasi jasmani. Apabila suatu sifat dianggap merupakan komponen
pokok (primer), maka lalu dinilai dengan kriteria berikut ini:
(1) Mungkinkah menentukan kedudukan keempat orang coba (subjek)
itu dengan sifat-sifat tersebut?
(2) Dapatkah penilaian-penilaian itu (yang bekerja secara independent
satu sama lain) mencapai persesuaian dalam menentukan
kedudukan jasmani atas dasar sifat-sifat tersebut?
(3) Mungkinkah mempertimbangkan/memperhitungkan variabel itu
dalam kombinasi dengan variabel-variabel lain yang telah
ditentukan lebih dahulu?
a. Komponen-komponen Jasmaniah Primer
Setelah lama menyelidiki dan menilai dengan teliti foto-foto
tersebut Sheldon dengan pembantu-pembantunya mengambil
kesimpulan, bahwa ada tiga komponen atau dimensi jasmaniah itu.
Ketiga dimensi itu merupakan inti daripada teknik pengukuran
struktur tubuh. Komponen-komponen itu adalah:
1) Endomorphy
2) Mesomorphy, dan
3) Ectomorphy
Penggunaan ketiga istilah itu dihubungkan dengan tiga
lapisan pada terbentuknya foetus manusia (endoderm, mesoderm dan
ectoderm). Dominasi daripada komponen tertentu. Dengan demikian
maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok daripada jasmani
manusia, yaitu:

1) Tipe Endomorph (komponen endomorphy dominant)


Individu yang komponen endomorphynya tinggi
sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh: alat-
alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari
endoderm) memegang peranan terpenting. Nampaknya
keluar:lembut,gemuk,berat badan relatif rendah.
2) Tipe Mesomorph (komponen mesomorphy dominant)
Individu yang bertipe mesomorph komponen
mesomorphynya tinggi sedangkan kedua komponen lainnya
rendah, maka bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari
mesoderm relatif berkembang lebih baik daripada yang
lain:otot-otot, pembuluh darah, jantung dominant. Nampaknya
dari luar kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit.
(Banyak di antara olahragawan, pengelana, tentara, termasuk
tipe ini).

5
3) Tipe Ectomorph (komponen ectomorphy dominant)
Pada golongan ini organ-organ yang berasal dari
ectoderm yang terutama berkembang (kulit, sistem syaraf
memainkan peran terpenting). Nampaknya orang yang
ectomorph itu: jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot-otot
hampir tidak nampak berkembang.
Keempat ribu orang coba itu diukur dengan teliti dan diberi
tempat kedudukan (urutan, rank) atas dasar ketiga komponen pokok
itu. S.S Stevens, teman sekerja Sheldon menemukan mesin yang
sangat membantu pengerjaan data yang telah didapatkan itu.
Somatotipe individu itu menggambarkan keadaan tubuhnya
dengan angka tiga deret. Angka yang pertama menggambarkan
komponen endomorphy, angka kedua menunjukkan komponen
mesomorphy, dan angka yang ketiga menunjukkan komponen
ectomorphy. Angka-angka tersebut bergerak dari 1 sampai dengan 7,
angka 1 menunjukkan komponen minimal, sedangkan angka 7
menunjukkan komponen maksimal. Jadi individu yang di nilai 711
berarti mempunyai komponen endomorphy amat sangat tinggi dan
komponen-komponennya mesomorphy serta ectomorphy amat
sangat rendah.
Seperti telah dikatakan, somatotipe ini adalah alat untuk
mengira-irakan komponen biologis dari tingkah laku dasar dan tak
berubah (morphogenotipe) dengan jalan mengukur keadaan tubuh
yang nampak keluar (phenotipe). Pengukuran itu mengenai: kepala,
leher, dada, lengan, panggul, perut, kaki. Jadi somatotipe itu
merupakan kompromis antara morphogenotipe dan phenotipe.
Sheldon mengatakan bahwa apabila orang mau benar-benar
memperoleh perkiraan yang sebaik-baiknya tentang morphogenotipe
secara ideal, dia tidak cukup hanya menyelidiki individu itu
sepanjang sejarah hidupnya, melainkan juga nenek moyang dan
keturunannya. Selanjutnya foto individu itu harus dibuat berturut-
turut secara periodik. Tentu saja apa yang pernah dicapai bukanlah
somatotipe yang ideal itu.
Kecuali ketiga tipe yang telah dikatakan di muka itu, maka
ada enam tipe campuran. Di antara tiap dua tipe pokok ada dua tipe
campuran. Adapun tipe-tipe campuran tersebut yaitu (lihat Gambar
1):
I. endomorph yang mesomorphis,
II. endomorph yang ectomorphis,
III. mesomorph yang endomorphis,
IV. mesomorph yang ectomorphis,

6
V. ectomorph yang endomorphis,
VI. ectomorph yang mesomorphis.

Mesomorphy
171

261 162

262

351 153
Mesomorph- Mesomorph-
Endomorphis Ectomorphis

441 144
443 244
353
531 442 344 135
Endomorph- Ectomorph-
Mesomorphis 444 335 Mesomorphis 126
621
226
533 434
117
711 622
Ectomorph
Endomorphy 424
612 216
513 315
414
Endomorph-Ectomorphis Ectomorph-Endomorphs

GAMBAR 1. Tempat Kedudukan Individu-individu atas Dasar Komponen-


komponen Jasmani Primer
b. Komponen-komponen Jasmani Sekunder
Disamping komponen-komponen jasmani primer itu Sheldon
mengemukakan adanya tiga komponen jasmani sekunder yaitu:
1) Displasia
Dengan meminjam istilah dari Kretschmer, istilah itu
dipakai oleh Sheldon untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan
dan ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer itu
pada berbagai daerah daripada tubuh. Dalam penyelidikan-
penyelidikan yang mula-mula Sheldon menemukan, bahwa
banyak displasia berhubungan dengan ectomorphy, dan lebih
banyak pada wanita daripada laki-laki; penyelidikan yang lebih

7
kemudian membuktikan, bahwa lebih banyak displasia pada
para penderita psikosis dari pada mahasiswa.
2) Gynandromorphy
Gynandromorphy adalah komponen jasmani sekunder
yang kedua. Komponen ini menunjukkan sejauh manakah
jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis
kelamin lawannya. Komponen ini dinyatakan oleh Sheldon
dengan huruf “g”. Jadi individu laki-laki yang mempunyai
komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut,panggul
besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Secara teori sifat-sifat ini
dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai 7. Angka 1
menunjukkan tidak adanya sifat-sifat dari jenis kelamin
lawannya, sedangkan angka 7 menunjukkan kebancian
(hermaphroditismus).
3) Texture (tampang)
Komponen jasmani sekunder yang ketiga,dan barangkali
yang terpenting,ialah tampang (texture) yang oleh Sheldon
ditandai dengan huruf “t” (dari texture). Adapun yang dimaksud
dengan tampang (texture) oleh Sheldon ialah bagaimana
individu itu nampaknya keluar.
2. Konstansi Somatotipe
Suatu hal yang para ahli psikologi konstitusional berbeda-beda
pendapatnya ialah sejauh manakah klasifikasi dan pencandraan yang
didasarkan atas ukuran-ukuran objektif dari pada tubuh itu diharapkan
tetap. Perubahan umur dan variasi makanan kiranya memaksa orang
pada umumnya untuk mengakui sifat berubah-ubahnya somatotipe itu.
Namun, Sheldon yakin, bahwa tidak ada perubahan makanan yang
dapat merubah ukuran-ukuran orang dari somatotipe yang satu ke
somatotipe yang lain. Memang mungkin faktor-faktor makanan
menimbulkan perubahan pada ukuran-ukuran individu, akan tetapi itu
tidak akan mengubah somatotipe yang sebenarnya.
Hipotesis tentang konstansi somatotipe ini dibuktikan oleh
adanya kemiripan dalam distribusi bermacam-macam tipe itu pada
umur yang berbeda-beda. Misalnya Sheldon (1940) mengemukakan
hasil penyelidikannya bahwa orang-orang yang berumur 40 tahun
menunjukkan variasi berbagai somatotipe yang kira-kira sama dengan
mahasiswa-mahasiswa (masih muda). Apabila umur membawa
perubahan pokok dalam somatotipe, semestinya umur yang berbedaan
itu akan menunjukkan variasi somatotipe yang tidak sama.

8
Tetapi pada pendapatnya yang lebih kemudian Sheldon
mengubah pendiriannya itu; konstansi somatotipe itu membutuhkan
adanya konstansi dalam makanan dan tak adanya hal-hal yang
patologis.
b. Analisis Tingkah laku (Kepribadian)
Walaupun telah mempunyai alat yang tetap untuk menilai aspek
jasmaniah dari pada manusia, namun ahli-ahli psikologi konstitusional harus
membuat atau meminjam metode lain untuk menilai tingkah laku apabila
dia akan benar-benar menyelidiki hubungan antara jasmani dan tingkah laku
atau kepribadian. Dalam hal ini Sheldon bermula dari pangkal duga bahwa
walaupun nampaknya ada banyak dimensi atau variabel dalam tingkah
laku,tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen
dasar yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang nampak
kompleks itu. Sheldon menyusun suatu cara untuk mengukur komponen-
komponen dasar itu atas dasar pendapat-pendapat yang telah ada dan
disempurnakan dengan pengetahuan klinisnya serta pengalaman-
pengalamannya.
1. Dimensi-dimensi Temperamen
a. Cara kerja Sheldon
1. Sheldon mengumpulkan sifat-sfiat yang telah terdapat di dalam
kepustakaan mengenai kepribadian. Dan dari penelitiannya ini
dia mendapatkan sejumlah 650 macam sifat. Jumlah ini
ditambah dengan penemuan Sheldon sendiri. Kemudian semua
sifat itu di reduksikan dengan jalan menyatukan sifat-sifat yang
mempunyai overlapping dan menghilangkan yang tidak
significant. Akhirnya Sheldon dengan pembantu-pembantunya
mendapatkan 50 sifat yang merupakan representasi daripada
semua sifat-sifat tersebut.
2. Kemudian dicari kelompok sifat (cluster of traits) dengan
pedoman: untuk masuk dalam satu kelompok harus punya angka
korelasi serendah-rendahnya 0,60 dan untuk masuk dalam
kelompok yang berbeda harus punya angka korelasi setinggi-
tingginya – 0,30. Dengan cara tersebut maka didapatkan tiga
kelompok komponen primer temperamen.
b. Komponen-komponen Primer Daripada Temperamen
Ketiga kelompok sifat-sifat temperamen itu meliputi 22 dari
50 sifat yang telah dikemukakan diatas. Ketiga komponen itu mula-
mula dinamakan faktor I.II.III., kemudian dinamakan komponen-
komponen I.II.III., dan pada akhirnya dinamakan viscerotania,
somatotania, dan cerebrotania.
1. Komponen primer temperamen yang pertama dinamakannya
viscorotonia, karena kelompok sifat-sifat yang di cakupnya

9
berhubungan dengan fungsi dan anatomi alat-alat
visceral/digestif. Orang yang viscerotonis itu mempunyai alat
pencernaan yang relatif besar dan panjang, dengan hati besar.
Sifat-sifat temperamen komponen ini ialah:
(a) Sikapnya tidak tegang (relaxed)
(b) Suka hiburan
(c) Gemar makan-makan
(d) Besar kebutuhannya akan resonansi dari orang lain,
(e) Tidurnya nyenyak
(f) Bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain.
2. Komponen primer kedua dinamakan somatonia, karena sifat-
sifat (kelompok sifat-sifat) yang dicakupnya berhubungan
dengan dominasi dan anatomi struktur somatis. Orang yang
somatotonis aktivitas otot-otot sekehendaknya dominan. Orang
yang termasuk golongan ini gemar akan ekspresi muskuller,
suka mengerjakan sesuatu yang menggunakan otot, suka
mendapat pengalaman fisik. Sifat-sifat temperamen komponen
ini ialah:
(a) Sikapnya gagah
(b) Perkasa (energetic)
(c) Kebutuhan bergerak besar
(d) Suka berterus terang
(e) Suara lantang
(f) Nampaknya lebih dewasa dari sebenarnya
(g) Bila menghadapi kesukaran butuh melakukan gerakan-
gerakan.
3. Komponen Primer ketiga dinamakan cerebotania. Sebenarnya
Sheldon belum pasti benar tentang penamaan ini. Dinamakan
demikian karena dikirakan bahwa aktivitas pokok adalah
perhatian dengan sadar, serta inhibisi terhadap gerakan-
gerakan jasmaniah.
(a) Sikapnya kurang gagah ragu-ragu
(b) Reaksinya cepat
(c) Kurang berani bergaul dengan orang banyak
(sociophobia),
(d) Kurang berani berbicara di depan orang banyak
(e) Kebiasaan-kebiasaannya tetap,hidup teratur
(f) Suara kurang bebas
(g) Tidur kurang nyenyak (sukar)
(h) Nampak lebih muda dari yang sebenarnya
(i) Bila menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri.
Ketiga komponen itu dengan sifat-sifat yang dicakupnya
merupakan Scale of Temperamen, yang juga mempunyai skala 1
sampai dengan 7. Dengan uraian yang telah dikemukakan itu nyata,

10
bahwa kalau dipandang dari segi tipologi Sheldon membedakan
adanya tiga tipe pokok temperamen,yaitu:
1) Viscerotonia
2) Somatotonia dan
3) Cerebrotonia
c. Hubungan antara Jasmani dan Tingkah Laku (Temperamen)
Bagaimanakah hubungan antara komponen jasmani dan komponen
temperamen tersebut? Hasil penyelidikan Sheldon selama lima tahun
mengenai 200 mahasiswa laki-laki dikemukakannya dalam “The varieties of
temperament” menunjukkan hal sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel. Korelasi antara Komponen Jasmani dan Temperamen
(N = 200)
Viscerotonia Somatotonia Cerebrotonia
Endomorphy + 0,79 - 0,29 - 0,32
Mesomorphy + 0,82 - 0,58
Ectomorphy + 0,83

Untuk memberi ikhtisar mengenai saling hubungan dapat di


gambarkan seperti gambar berikut ini (lihat Gambar 2).
Mesomorphy

Somatotomia

Vicerotoni Cerebroton
a ia

Endomorphy Ectomorphy

GAMBAR 2. Saling Hubungan antara Komponen Jasmani dan Komponen


Temperamen

11
d. Hubungan antara Jasmani dan Gangguan-gangguan Kejiwaan
Penyelidikan-penyelidikan Sheldon tidak hanya terbatas pada orang-
orang yang normal saja, tetapi meluas juga kepada masalah-masalah
ketidaknormalan.
Hasil penyelidikannya mengenai ini (bersama-sama dengan With
Katz) diterbitkan pada tahun 1948. Juga dalam penyelidikannya mengenai
gangguan kejiwaan-kejiwaan ini Sheldon mengemukakan dimensi-dimensi.
Sebagai hasil penyelidikannya terhadap penderita penyakit kejiwaan selama
beberapa tahun Sheldon mengemukakan konsepsi tentang gangguan
kejiwaan yang terdiri dari tiga dimensi primer. Ketiga dimensi itu pada
pokoknya (pada garis besarnya) berhubungan dengan kategori-kategori yang
biasa di gunakan dalam diagnosis psikiatris.
Adapun komponen-komponen psikiatris itu ialah:
1) Affetive, yang bentuknya yang ekstrem terdapat pada psikosis jenis
manis-depretif (antara ekstrem gembira dan ekstrem sedih, depresif).
2) Paranoid yang bentuk ekstremnya terdapat pada para penderita psikosis
jenis paranoid (banyak angan-angan, pikiran yang sangat jauh dari
kenyataan:merasa diancam,merasa diri terlalu besar, dan sebagainya).
3) Heboid, yang bentuk esktremnya yang terdapat pada para penderita
hebephrenia, suatu bentuk dari schizophrenia (a sosial, anti sosial).
Sheldon sendiri menyatakan, bahwa penyelidikannya dalam
lapangan ini masih harus diuji tetapi cara yang dipakainya memberi harapan
yang baik di masa depan. Hasil yang diumumkan pada tahun 1948 dan 1949
adalah seperti tersebut pada tabel berikut
Tabel Korelasi antara Somatotipe dan Komponen Psikiatris
(N = 155)
Komponen Komponen Komponen
psikiatris I psikiatris II psikiatris III
(Affective) (Paranoid) (Heboid)
Endomorphy + 0,54 - 0,04 - 0,25
Mesomorphy + 0,41 + 0,57 - 0,68
Ectomorphy - 0,59 - 0,34 + 0,64

Secara skematis saling hubungan tersebut dapat di gambarkan


sebagaimana terlihat pada gambar yang berikut (lihat gambar 3).
Korelasi antara komponen-komponen psikiatris I, II, III, dengan
komponen-komponen somatotipe semua positif, walaupun tidak terlalu
tinggi. Hal ini memberi kesimpulan bahwa antara komponen-komponen
somatotipe dan komponen-komponen psikiatris itu terang ada hubungan,
walaupun hubungan itu tidak sesederhana yang terdapat pada komponen-
komponen somatotipe dan komponen-komponen temperament.

12
Mesomorphy

Paranoid

Efective
Vicerotonia Cerebrotonia

Endomorphy Ectomorphy

Heboid

GAMBAR 3. Saling Hubungan antara Komponen-komponen Jasmani,


Temperamen dan Psikiatris

e. Hubungan antara Jasmani dan Kenakalan (Delinquency)


Dalam lapangan ini Sheldon melakukan penyelidikan selama
delapan tahun. Yang diselidiki 400 pemuda (1939 sampai 1942) kemudian
untuk penyelidikan lanjutan (follow up study) diselidiki 200 orang di antara
mereka. Mereka itu diselidiki mengenai:
 Somatotipenya
 Komponen-komponen temperamennya
 Komponen-komponen psikiatrisnya
 Sejarah hidup,yang meliputi:
 Keadaan kecerdasan dan pendidikannya
 Latar belakang keluarganya
 Riwayat pengobatan yang dialaminya
 Kenakalan-kenakalannya
 Tingkah laku-tingkah lakunya yang khas.
Dari penyelidikan-penyelidikan itu ternyata, bahwa pemuda-pemuda
nakal (delinqunt youths) itu sebagian besar termasuk pada golongan
mesomorph yang endomorphis. Kalau di gambarkan secara skematis adalah

13
sebagaimana terlihat pada gambar berikut (lihat Gambar 4). Pemuda-
pemuda nakal itu menurut somatotipenya terutama terdapat pada daerah di
atas garis AB.
Mesomorphy

Endomorphy Ectomorphy

GAMBAR 4. Tempat Kedudukan Pemuda-pemuda Nakal (Deliquent Youth)


Menurut Somatotypenya
3. Beberapa Perumusan Teoretis
Perlu sekali diingat, bahwa Sheldon bekerja secara induktif dan tidak
begitu mementingkan perumusan-perumusan teoretis dan sistematis. Dalam
pada itu dengan jelas dia mengemukakan,bahwa walaupun dia tidak
mempersoalkan faktor lingkungan, itu tidak berarti dia menganggap bahwa
lingkungan tidak penting.
Dia hanya ingin mengemukakan, bahwa faktor-faktor konstitusional
yang biasanya diabaikan dalam psikologi di Amerika Serikat itu juga penting.
Dalam hubungan dengan hal-hal di atas itu ada beberapa hal teoritis yang perlu
dikemukakan di sini:
1. Faktor-faktor yang menjadi perantara dalam hubungan antara jasmani
dan temperamen
Di sini diterima adanya hubungan antara komponen-komponen
jasmani dan komponen-komponen tingkah laku (temperament). Hubungan
ini dapat diterangkan dalam berbagai cara:

14
a. Individu yang memiliki tipe jasmani tertentu kiranya mendapatkan
cara-cara bertingkah laku tertentu yang efektif, sedangkan individu
yang bertipe jasmani lain akan harus menggunakan cara-cara
bertingkah laku yang lain supaya dapat efektif. Konsepsi ini
menunjukkan bahwa sukses yang menyertai suatu cara bertingkah
laku itu tidak hanya fungsi lingkungan tempat berlangsungnya tingkah
laku itu saja, melainkan juga fungsi orang (tipe jasmani tertentu) yang
bertingkah laku itu.
Misal:
Orang yang ectomorphis tentu kurang berhasil bertindak kasar,
agresif, sedangkan orang yang mesomorphis akan lebih berhasil
bertingkah laku demikian itu.
b. Kemungkinan lain ialah, bahwa hubungan antara jasmani dan
temperamen diantarai oleh anggapan yang stereotipis yang ada dalam
kebudayaan mengenai macam-macam tingkah laku yang seharusnya
dilakukan oleh orang yang berbeda-beda tipe jasmaninya itu. Jadi
individu yang memiliki tipe jasmani tertentu itu menduduki peranan
sosial tertentu yang pada keadaan biasa diharapkan bertingkah laku
sesuai dengan peranan sosialnya itu. Harapan yang demikian itu akan
berakibat, bahwa orang-orang yang tipe jasmaninya berbeda akan
bertingkah laku secara berbeda. Dan ini ditiru oleh lain-lain orang
yang punya tipe jasmani serupa.
c. Kemungkinan yang lain: Pengalaman atau pengaruh lingkungan
cenderung untuk menimbulkan tipe tubuh tertentu; ini selanjutnya
akan menimbulkan kecenderungan tingkah laku tertentu.
Misal:
Orang yang aktif berlatih atletik akan mempunyai bentuk tubuh
tertentu,dan ini cenderung untuk punya sikap dan tingkah laku yang
khas.
d. Kemungkinan keempat ialah: Hubungan antara bentuk jasmani dan
tingkah laku (temperament) itu karena bekerja-samanya faktor-faktor
genetis. Baik jasmani maupun kecenderungan-kecenderungan tingkah
laku pada pokoknya ditentukan oleh faktor-faktor keturunan,dan
faktor-faktor keturunan itu satu sama lain demikian erat hubungannya
sehingga sifat-sifat jasmani tertentu berhubungan dengan erat dengan
sifat-sifat tingkah laku tertentu. Misalnya Jenis kelamin berhubungan
erat dengan sifat-sifat tingkah laku tertentu. Agaknya bagi Sheldon
yang penting adalah kedua kemungkinan yang pertama, yaitu:
pengalaman selektif dan determinasi kultural,walaupun dia mengakui
pentingnya determinasi genetis.
2. Orientasi biologistis dan genetis
Banyak ahli-ahli teori kepribadian meletakkan titik berat
pendapatnya pada segi-segi psikologis tingkah laku manusia (Murray,
Murphy, Freud, Adler, dan Sebagainya), namun tidak banyak yang

15
metodenya menunjukkan keselarasan dengan pangkal duga ini. Dalam
banyak hal pendapat Sheldon dapat dianggap mementingkan faktor-faktor
biologis sebagai dasar tingkah laku manusia, dan ini nampak juga dari
usahanya untuk melakukan pengukuran-pengukuran faktor-faktor biologis
itu. Seperti telah dikemukakan dari pembedaannya antara somatotipe dan
morphogenotipe, pengukuran jasmani itu hanya merupakan alat untuk
mengira-ngirakan faktor-faktor biologis yang menjadi dasar tingkah laku
manusia.
3. Tekanan terhadap faktor organisasi dan medan
Walaupun Sheldon berhasil memisahkan dan mengukur dimensi-
dimensi untuk mencandra jasmani dan temperamen,namun dia tidak yakin,
bahwa penyelidikan dimensi itu satu-persatu akan membawa hasil yang
baik. Menurut Sheldon pola hubungan antara berbagai variabel itu lebih
penting dari pada masing-masing komponen. Dia selalu insyaf akan ciri
khas yang hakiki daripada tingkah laku dan sifat-sifat jasmani individu.
4. Perkembangan individu
Sheldon sedikit sekali mempersoalkan perkembangan individu. Ia
mengatakan bahwa kejadian-kejadian tertentu pada masa kanak-kanak
mungkin berpengaruh terhadap penyesuaian diri pada masa dewasa, tetapi
dia tidak menganggap bahwa kejadian-kejadian pada masa kanak-kanak
yang demikian itu memainkan peranan sebagai sebab. Ia menyarankan,
kiranya predisposisi biologis yang menyebabkan pengalaman tertentu pada
masa kanak-kanak itu dan kiranya predisposisi yang sama pula yang
kiranya menjadi dasar tingkah laku tertentu pada masa dewasa. Hubungan
antara kejadian-kejadian pada masa kanak-kanak dan tingkah laku pada
masa sebelumnya itu merupakan refleksi daripada faktor-faktor biologis
yang bekerja secara tetap dalam jangka waktu yang sama.
Mengenai faktor mana yang berpengaruh dalam perkembangan itu
dapat dikemukakan hal yang berikut: ia tidak beranggapan perkembangan
individu itu semata-mata ditentukan oleh dasar-dasar biologis yang
diwarisi seperti ternyata dalam morphogenotipe, tetapi dia beranggapan,
bahwa individu itu diperlengkapi dengan potensi-potensi bagi
pertumbuhannya. Tetapi pengalaman tertentu yang di jumpai oleh individu
akan memainkan peranan yang menentukan apakah dia akan benar-benar
mnginsyafi potensi-potensi yang dimilikinya itu.
5. Proses tak sadar
Pentingnya faktor-faktor tingkah laku yang tak disadari diakui oleh
Sheldon; tetapi dia menganggap bahwa faktor tak sadar ini sama dengan
faktor-faktor biologis yang pokok/dasar. Kiranya, kalau individu itu lebih
mengenal struktur tubuhnya serta fungsi-fungsi biologisnya, dia akan lebih
memahami kekuatan-kekuatan yang menggerakkan tingkah lakunya.
Sheldon (1946) menyatakan,bahwa ketidaksadaran adalah tubuh dan sebab

16
mengapa begitu sukar orang menyatakan (merumuskan)
ketidaksadarannya atau hal-hal yang terjadi dalam tubuhnya karena bahasa
tidak disusun secara sistematis untuk mengatakan apa yang sedang terjadi
dalam tubuh. Jadi dengan membuat somatotipe itu dia ingin mencapai apa
yang diinginkan oleh ahli-ahli psikoanalisis dengan jalan lebih langsung.

KESIMPULAN
W.H. Sheldon adalah tokoh psikologi kepribadian asal Amerika Serikat
yang menitik beratkan penelitiannya pada “kondisi fisik tubuh” serta pengaruhnya
pada psikologi seseorang, sering dikenal sebagai pendukung utama psikologi
konstitusi pada zamannya. Ia adalah seorang psikolog, dokter, dan ahli ilmu alam
yang percaya bahwa struktur fisik menentukan perilaku seseorang. Teori Sheldon
sering digolongkan sebagai teori tipologi.

Dari uraian makalah di atas tentang teori William H. Sheldon dapat


diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Sheldon mejelaskan bahwa dimensi jasmaniah terbagi dua yaitu komponen


jasmani primer dan komponen jasmani sekunder. Komponen jasmani
primer adalah endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy. Sedangkan
komponen jasmani sekunder adalah displasia, gynandromorphy, dan
texture (tampang).
2. Dipandang dari segi tipologi Sheldon, Sheldon juga membedakan adanya
tiga tipe pokok temperamen yaitu; visceretonia, somatotonia, dan
cerebrotonia.
3. Sheldon mengemukakan perihal gangguan kejiwaan terdiri dari 3 dimensi
primer. Ketiga dimensi itu pada pokoknya (pada garis besanya)
berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa digunakan dalam
diagnosis psikiatris.komponen-komponen psikiatris itu ialah; affetive,
paranoid, dan heboid.

17

Anda mungkin juga menyukai