B. TEORI KEPRIBADIAN
Teori kepribadian eklektik pada dasarnya menggabungkan elemen-elemen yang valid dari
keseluruhan teori ke dalam satu kerangka kerja untuk menjelaskan tingkah laku manusia.
Thorne (1961) mengemukakan konseling eklektik menggunakan data klien yang utama
adalah data yang diperoleh dari studi secara individu terhadap klien yang meliputi
keseleruhan kehidupan sehari-hari yang harus mengalami perubahan, eklektik memandang
kepribadian mencakup konsep yang terintegritas, bersifat psikologis, perubahan dinamis,
aspek perkembangan organisme & factor social budaya. Integritas dimaksudkan bahwa
organisme berada dalam perkembangan yang terjadi secara terus-menerus dan organisme itu
sendiri secara konstan mengembangkan,mengubah, dan mengalami integrasi pada tingkat
berbeda. Integrasi tertinggi pada semua individu adalah aktualisasi diri atau integritas yang
memuaskan (satisfactory integrity) dari keseluruhan kebutuhan
Eklektik mengutamakan aspek psikologis daripada sifat kepribadian sebagai focus sentral lain
dari kepribadian. Thorne memandang tingkah laku atau kepribadian berada dalam perubahan
terus-menerus selalu berkembang dan berubah dalam dunia yang berubah pula (Gillialand
dkk.1984)
C. ASUMSI KONSELING
Eklektik mempunyai sejumlah Asumsi Dasar berkaitan dengan proses konseling. Asumsi
dasar itu adalah:
1. Tidak ada sebuah teori yang dapat menjelaskan seluruh situasi klien
2. Pertimbangan profesional/pribadi konselor adalah faktor penting akan keberhasilan
konseling pada berbagai tahap konseling.
Menurut Gilland dkk (1984) asumsi yang telah disebutkan ditunjang oleh kenyataan berikut :
1. Tidak ada dua klien/ situasi klien yang sama
2. Klien adalah pihak yang paling tau problemnya
3. Kepuasaan klien lebih di utamakan diatas pemenuhan kebutuhan konselor
4. Konselor menggunakan keseluruhan sumber professional dan personal yang tersedia dalam
situasi pemberian bantuan (konseling)
5. Konselor dan proses konseling dapat salah dan dapat tidak mampu untuk melihat secara
jelas atau cepat berhasil dalam setiap konseling atau situasi klien
6. Secara umum,efektivitas konseling adalah proses yang dikerjakan “dengan” klien bukan
“kepada” atau “untuk” klien.
Berangkat dari asumsi dan fakta ini maka konseling elektik tidak mendukung dan secara
eksekulsif mengikuti teori tertentu. Eklektik di dasarkan pada prinsip umum untuk
memahami dam memprediksi tingkah laku klien dan menggunakan teori dan strategi serta
teknik konseling sesuai dengan situasi nyata.
D. TUJUAN KONSELING
Tujuan konseling menurut eklektik adalah membantu klien mengembangkan integrasinya
pada level tertinggi,yang ditandai oleh adanya aktualisasi diri dan integritas yang
memuaskan.
E. STRATEGI KONSELING
1. Hubungan konselor dan klien :
Untuk mencapai hasil, konseling eklektik memandang pentingnya hubungan positif antara
konselor dengan klien yang tergantung pada:
1. Iklim konseling
2. Ketrampilan konseling
3. Komunikasi verbal dan non verbal
4. Kemampuan mendengarkan
2. Interviu
Eklektik memandang interviu sebagai strategi untuk membangun atau menciptakan struktur
hubungan. Awal interviu merupakan tahap untuk membuka dan menciptakan hubungan
kepercayaan. Dengan interviu akan dapat mengidentifikasikan dan menjelaskan peran dan
tanggung jawab konselor dan klien, mengidentifikasikan alas an klien datang ke konselor,
membangun kepercayaan dan hubungan.
3. Assesmen
Assesmen berguna untuk mengidentifikasikan alternatif dan mengembangkan alternatif itu
secara realistik,merencanakan tindakan dan membantu klien meningkatkan potesinya.
4. Perubahan ide
Eklektik memandang bahwa alternative pemecahan dilaksanakan dengan sangat
fleksibel,maka pemecahan masalah diganti dengan cara lain yang lebih efektif. Konselor
membutuhkan fleksibelitas pemikiran dan fleksibilitas dalam pemecahan masalah.
F. TAHAPAN KONSELING
1. Tahap eksplorasi masalah
Konselor menciptakan hubungan klien, membangun saling kepercayaan, menggali
pengalaman klien pada perilaku lebih dalam,mendengarkan apa yang menjadi perhatian klien
atau menggali pengalaman-pengalaman klien dan merespon isi dari dibicarakan klien
G. PERAN KONSELOR
Dalam konseling eklektik peran konselor tidak terdefinisi secara khusus. Jika dalam proses
konseling itu menggunakan pendekatan psikoanalisis, maka peran konselor adalah sebagai
psikoanalisis,sementara jika pendekatan yang digunakan berpusat pada person maka
perannya sebagai patner klien dalam membuka diri terhadap penggalamannya. Beberapa ahli
eklektik memberikan penekanan bahwa konselor perlu memberi perhatian pad
kliennya,menciptakan iklim kondusif bagi perubahan yang diinginkan klien.
DAFTAR PUSTAKA
• Latipun (2003) Psikologi Konseling. Malang : UPT Penerbit Universitas Muhammadiyah
Malang.(hal.163-176)
• Winkel.W.S,1991.Bimbingan dan Konseling di institusi Pendidikan. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia widiasarana Indonesia (hal.371-380)