Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDEKATAN KONSELING TRAIT AND FACTOR


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Model Model Konseling I
Oleh :
1. Dwi Rahmat C.S
2. Hasby Yudiyanto N
3. Khaerunisa

(1114500073)
(1114500079)
(1114500045)

Kelas

: 4 BK - D

Dosen Pengampu

: Pramana Adi Wiguno, M.Pd

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk.
Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha ke arah
itu pun sudah menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.
Konseling yang merupakan bentuk bantuan secara langsung antara dua
orang atau lebih sehingga masalah yang sedang dihadapi oleh konseli
dapat terselesaikan sehingga tidak menghalangi konseli dalam meraih
kebahagiaan dalam hidupnya. Di dalam proses konseling, konselor harus
menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan karakteristik
masalah dari konseli. Salah satu dari pendekatan konseling adalah Trait
and factor. Tarait and factor yang di pelopori oleh Williamson ini sering
juga disebut pula konseling yang mengarahkan (directive counseling),
karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan prilakunya
kepada pemecahan kesulitannya. Trait and factor pada umumnya di pakai
oleh konselor ketika menghadapi jenis konseli yang mengalami masalah
yang disebabkan oleh konseli yang bingung dalam mengambil suatu
keputusan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan historis konsep dasar dari pendekatan trait and
2.
3.
4.
5.
6.
7.

factor ?
Bagaimana hakekat manusia dalam pendekatan trait and factor ?
Bagaimana hakekat konseling dari pendekatan trait and factor ?
Apa tujuan konseling dari pendekatan trait and factor ?
Apa karakteristik dari pendekatan trait and factor ?
Apa peran dan fungsi konselor dalam pendekatan trait and factor ?
Bagaimana hubungan konselor dengan konseli dalam pendekatan trait

and factor ?
8. Bagaimana tahap konseling dalam pendektan trait and factor ?
9. Teknik apa saja yang digunakan dalam pendekatan trait and factor ?

10. Apa saja kelebihan dan keterbatasan dari pendekatan trait and factor ?
11. Bagaimanakah asumsi perilaku bermasalah yang ada dalam
pendekatan trait and factor ?
12. Bagaimana contoh kasus penerapan yang ada didalam pendekatan trait
and factor ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami landasan historis konsep dasar pendekatan trait and
2.
3.
4.
5.
6.

factor
Untuk memahami hakekat manusia dalam pendekatan trait and factor
Untuk memahami hakekat konseling dalam pendekatan trait and factor
Untuk mengetahui tujuan konseling dari pendekatan trait and factor
Untuk mengetahui karakteristik dari pendekatan trait and factor
Untuk mengetahui peran dan fungsi konselor dalam pendekatan trait

and factor
7. Untuk mengetahui hubungan konselor dan konseli dalam pendekatan
trait and factor
8. Untuk mengetahui tahap konseling pada pendekatan trait and factor
9. Untuk mengetahui teknik yang digunakan dalam pendekatan trait and
factor
10. Untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan dari pendekatan trait
and factor
11. Untuk mengetahui asumsi perilaku bermasalah yang ada didalam
pendekatan trait and factor
12. Untuk mengetahui contoh kasus penerapan dalam pendekatan trait and
factor
D. Manfaat
Dapat menerapkan pendekatan pendekatan yang ada guna untuk
mengentaskan permasalahan konseli khususnya dengan pendekatan trait
and factor.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Historis Konsep Dasar


1. Pengertian Pendekatan Trait and Factor
Menurut teori trait and factor, kepribadian merupakan sistem atau
faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti kecakapan,
minat, sikap dan tempramen.Beberapa tokoh yang terkenal dalam teori
trait and factor adalah Walter Bigham, John Darley, Donald G.Paterson
4

dan E.G.Williamson. Teori ini berpendapat bahwa perkembangan


kepribadian manusia di tentukan oleh faktor pembawaan maupun
lingkungan dan kepribadian adalah suatu sistem saling ketergantungan
dengan trai atau factor seperti kecakapan, minat, sikap, tempramen.
Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi
seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi
(berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri itu
dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing
membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi
sampai sangat rendah.
Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa
kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan
jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur
masing-masing dimensi kepribadian itu. Konseling Trait-Factor berpegang
pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk
menanalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek
kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap
keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu
program studi.
Dan juga Istilah konseling trait and factor dapat dideskripsikan
adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing
psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan baraneka
problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program
studi/bidang

pekerjaan.

Bercorak

rasional,

kognitif,

"Directive

Counseling/directive education" yang dikembangkan oleh Edmund


Griffith Williamson. Semula konseling vocational, kemudian peduli pada
perkembangan total individu,
Williamson menyebut dasar filsafatnya adalah personalisme, yang
memandang manusia sebagai makhluk individual yang unik dan memiliki
kemampuan-kemampuan yang dapat dikembangkan hingga mencapai
tingkat yang ekselen (excellent).

2. Tokoh Dalam Pendekatan Trait and Factor


Teori atau pendekatan Trait and Factor ini dipelopori oleh E.G.
Williamson dan J.G. Darley, serta pendukung-pendukung lainnya seperti :
Walter Bingham, Donald G, Paterson, Thurstone, Eysenk dan Cattel.
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam
kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses
penanganan kasus konseling menggunakan metode rational. Teori atau
pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan,
memecahkan kesulitan-kesulitan klien dalam suatu proses konseling.
Konseling dengan pendekatan Trait and Faktor atau pendekatan rasional
ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling), karena
konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju
pemecahan kesulitannya, sehingga konseling ini juga disebut konseling
yang counselor centered dan ada juga yang menyebutnya sebagai
clinical counseling.
Ancangan Trait and Factor dalam konseling pada mulanya
merupakan ancangan konseling vokasional, tetapi pada perkembangan
selanjutnya lebih peduli pada perkembangan total individu, bukan pada
masalah-masalah vokasional saja. Sehubungan dengan perkembangan
ancangan konseling Trait and Factor tersebut, Pepinsky and Pepinsky
(Bark, 1997) mengidentifikasinya

menjadi tiga tahap. Tahap pertama

ditandai dengan kepedulian ancangan ini pada cara-cara untuk mengukur


atribusi klien, seperti : aptitude, abilitie, interest, attitude, dan personality,
yang menjadi prediktor bagi keberhasilan seseorang dalam pendidikan dan
jabatan.
Menurut Williamson, individu dapat berkembang secara optimal
hanya mungkin melalui pendidikan termasuk pandangan optimis dalam
pendidikan dan konseling pada hakikatnya sama dengan pendidikan.
Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan juga merupakan tujuan
konseling. Konseling merupakan bagian yang komprehensif yang

dipergunakan untuk menolong individu tumbuh, memilih, dan menetapkan


tujuan baik tujuan pribadi maupun tujuan sosial-tujuan yang ditetapkan
oleh lingkungannya : keluarga, tetangga dan sebagainya.
B. Hakekat Manusia
Dalam Pendekatan Trait and Factor, memandang bahwa ada
beberapa pandangan tentang manusia yang bisa disimpulkan dari pendapat
Williamson (Lutfi Fauzan, 2004:79) yaitu sebagai berikut:
1. Manusia membawa potensi baik dan buruk. Williamson berbeda
dengan Rouseau yang menganggap manusia pada dasarnya baik dan
masyarakat atau lingkunganlah yang membentuknya menjadi jahat.
Menurut Williamson, kedua potensi itu, baik dan buruk, ada pada
setiap manusia. Tidak ada individu yang lahir membawa potensi baik
semata dan sebaliknya juga tidak ada individu yang lahir semata-mata
penuh dengan muatan yang buruk. Kedua sifat itu dimiliki oleh
manusia, tetapi sifat mana yang akan berkembang tergantung pada
interaksinya dengan manusia lain atau lingkungannya.
2. Bergantung dan berkembang optimal di masyarakat. Manusia
memerlukan orang lain dalam mengembangkan potensi dirinya.
Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam hubungannya dan atau
dengan bantuan orang lain, manusia tidak dapat hidup sepenuhnya
dengan melepaskan diri dari masyarakat.
3. Ingin mencapai kehidupan yang baik (good life). Memperoleh
kehidupan yang baik dan lebih baik lagi merupakan kepedulian setiap
orang.Salah satu dimensi kebaikan adalah arte.Manusia berjuang
mencapai arte yang menghasilkan kekayaan atau kebesaran diri.
Konsep arte diambil dari bahasa Yunani yang dapat diartikan
kecemerlangan (axcelent).
4. Berhadapan dengan "pengintroduksi" konsep hidup baik, dihadapkan
pilihan-pilihan. Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep
hidup yang baik dari orang tuanya. Disekolah dia memperolehnya dari
guru, selain itu dari teman dan anggota masyarakat yang lain.

5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta (the


universe).Williamson menyatakan bahwa konsep alam semesta dan
hubungan manusia terhadapnya sering terjadi salah satu dari: (1)
manusia menyendiri dalam ketidakramahan alam semesta atau (2)
alam semesta bersahabat dan menyenangkan atau menguntungkan bagi
manusia dan perkembangannya.
6. Manusia merupakan individu yang unik karena terdapat perbedaan
antara individu yang satu dengan yang lainnya.
7. Manusia memiliki sifat sifat yang umum. Disamping kita dapat
menemukan keunikan individu, dapat pula kita amati adanya sifat
sifat yang umum dan terdapat pada manusia. Dengan keumuman sifat
tersebut, manusia dapat dikelompokan menjadi tipe tipe. Dengan
demikian tipologi dalam kepribadian tetap mendapat tempat pada
ancangan konseling trait and factor. Vadan bagi perkembangan
individu terjadi disebabkan faktor hereditas dan lingkungan yang
berbeda.
8. Manusia bukan penerima pasif bawaan dan lingkungannya. Ancangan
trait and factor berpendapat bahwa manusia dalam perkembangannya
dipengaruhi oleh pembawaan atau aspek hereditas dan lingkungan.
Untuk sebagian besar manusia mengendalikan dan menguasai
pembawaan dan lingkungannya. Selain itu, manusia mempunyai
kemampuan untuk menyeleksi sebagian pengaruh lingkungan yang
mengenainya. Jelaslah bahwa manusia aktif, bukan pasif dalam
menerima pengaruh pembawaan dan lingkungan, meskipun tidak bisa
dilepaskan dari peranan dan bantuan orang lain.
Teori ini berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia
tentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya. Pada tiap orang
ada sifat-sifat umum dan sifat khusus terdapat pada seseorang yang
merupakan sifat yang unik. Hal ini terjadi karena pembawaan dan
lingkungan tiap orang tidak sama. Pendirian ini memandang bahwa
kepribadian adalah suatu sistem saling ketergantungan dengan trait and
factor seperti kecakapan, sikap, tempramen dan lain-lain.

C. Hakekat Konseling
Hakekat konseling pada pendekatan trait and factor adalah sebagai
berikut :
1. Konseling merupakan suatu proses belajar yang menekankan
hubungan rasional antara klien dan konselor.
2. Konseling merupakan hubungan yang bersifat pribadi antara konselor
dan klien yang ditujukan untuk membantu klien memahami diri,
menerima diri, mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan diri.
3. Konseling diupayakan sebagai mana pendidkan membantu klien
mengembangkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan nilainilai masyarakat.
4. Konsep konseling lebih luas dari pada konsep psikoterapi.
D. Tujuan Konseling Pendekatan Trait and Factor
Ada beberapa tujuan dalam pendekatan konseling Trait and Factor
diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Mampu berpikir rasional untuk memecahkan masalah secara bijaksana.
b. Memahami kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri.
c. Mampu mengembangkan potensi secara penuh.
d. Memiliki motivasi untuk meningkatkan atau menyempurnakan diri.
e. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Selain tujuan di atas, ada beberapa tujuan lainnya yaitu :
1. Membantu klien agar merasa lebih baik dengan menerima pandangan
dirinya sendiri dan membantu klien berpikir lebih jernih dalam
menghadapi masalah dan mengontrol perkembangannya secara
rasional.
2. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifatsifat sehingga dapat bereaksi dengan stabil dan wajar.
3. Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai
aspek kehidupan manusia.
4. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan
mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan
kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuantujuan hidup dan karir.
9

5. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan,


dan keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi
kepribadian.
E. Karakteristik Pendekatan Trait and Factor
Karakteristik konseling dalam pendekatan trait and factor yaitu
sebagai berikut :
1. Fokus utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan
2.
3.
4.
5.

terpecahnya masalah.
Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek.
Masa kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa lalu.
Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling.
Proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien

dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya.


6. Hubungan konselor dan klien merupakan situasi pengalaman
terapeutik yang berkembang menuju kepada kepribadian klien yang
integral dan mandiri.
7. Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor
bersifat pasif reflektif.
F. Peran dan Fungsi Konselor Dalam Pendekatan Trait and Factor
Peranan yang dapat dan seharusnya dilakukan oleh seorang
konselor dalam pendekatan trait and factor adalah sebagai berikut :
1. Konselor memberitahu kepada klien tentang berbagai kemampuan
yang diperoleh melalui penyelenggaraan testing psikologis, angket dan
alat ukur lainnya.
2. Konselor memberitahukan tentang bidang-bidang yang cocok sesuai
dengan kemampuan serta karakteristiknya.
3. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
4. Konselor membantu klien mencari atau menemukan sebab-sebab
kesulitan atau gangguannya dengan diagnosis eksternal.
5. Secara esensial peranan konselor adalah seperti guru, dimana
memberi informasi dan mengarahkan secara efektif.
Adapun fungsi konselor dalam pendekatan trait and factor yaitu :
1. Dapat menempatkan diri sebagai guru
2. Menerima sebagian tanggungjawab terhadap masalah klien
3. Bersedia mengarahkan klien ke arah yang lebih baik
10

4. Dapat melaksanakan proses konseling secara fleksibel

G. Hubungan Konselor Dengan Konseli Dalam Pendekatan Trait and


Factor
Hubungan konselor dengan klien merupakan hubungan yang
sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap muka.
Hubungan yang bersifat pribadi itu dimaksudkan agar konselor dapat
menempatkan diri secara emosional dan psikologis dalam kehidupan klien.
Dalam membantu individu mengembangkan diri menjadi menusia
yang penuh (full humanity), dibutuhkan hubungan yang sangat individual
(highly individualized) dan pribadi (Personalized). Hubungan yang
bersifat pribadi itu dimaksudkan agar konselor dapat menempatkan diri
secara emosional dan psikologis dalam kehidupan diri klien. Dalam
hubungan ini tidak semata-mata problem centered, artinya bantuan tidak
langsung atau tidak segera ditujukan pada pemecahan masalahnya, tetapi
mengembangkan kemampuan individu untuk memecahkan sendiri
masalahnya. yaitu memotivasi klien sampai bisa menggunakan potensinya
secara penuh (motivated him into his full potentiality).
H. Tahap Konseling Dalam Pendekatan Trait and Factor
Ada 6 (enam) tahap yang harus dilalui dalam konseling pendekatan
trait and factor , yaitu :
1. Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri
klien beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup
segala aspek kepribadian klien, seperti kemempuan, minat, motif,
kesehatan fisik, dan karakteristik lainnya yang dapat mempermudah
atau mempersulit penyesuaian diri pada umumnya.
Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut
atas:

11

a. Data Fisik: kesehatan, cirri-ciri fisik, penampakan atau


penampilan fisik dsb.
b. Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dsb.
2. Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang
berpengaruh terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan
familinya, teman-temannya, orang-orang terdekatnya, lingkungan
tempat tinggalnya, sekolahnya dsb.
2. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan
menghubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang
disusun sedemikian sehingga dapat menunjukkan keseluruhan
gambaran tentang diri klien.Rumusan diri klien dalam sistesis ini
bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam
merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh
konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi.
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam
bentuk (dari sudut) problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis
dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan simpulan yang
logis. Dari diagnosis ini dapat menemukan ketetapan dan pola yang
menuju pada ketetapan, permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat
siswa yang berarti dan relefan yang berpengaruh kepada kemungkinan
penyesuaian atau tidak penyesuaian.
Dalam tahap ini terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu :
-

Identiffikasi masalah, Berdasar pada data yang diperoleh, dapat

merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.


Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal
dan eksternal). Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara
masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dapat menerangka

sebab-sebab gejala / permasalahan.


4. Prognosis
Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya
memprediksikan

kemungkinan-kemungkinan

12

yang

akan

terjadi

berdasarkan data yang ada sekarang dan menentukan terapinya.


Misalnya: bila seorang klien berdasarkan data sekarang dia malas,
maka kemungkinan nilainya akan rendah, jika intelegensinya rendah,
kemungkinan nanti tdak dapat diterima dalam SNMPTN dan karirnya
tidak sesuai keinginannya.
5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan
sumber-sumber pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam
masyarakat guna membantu klien dalam penyesuaian yang optimum
sejauh yang dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis
bantuan yaitu:
-

Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing

kearah pemahaman diri.


Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan
kebutuhan

individu

sebagai

alat

untuk

mencapai

tujuan

kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.


Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk
klien dalam memahami dan trampil untuk mengaplikasikan pinsip

dan teknik-teknik dalam kehidupan sehari-hari.


Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang bersifat

menyembuhkan dan efektif.


Suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau
penyaluran.
Yang di maksud konseling ialah usaha untuk membantu siswa

sehingga lebih siap untuk memecahkan masalah situasi pentesuaianya,


sebelum begitu jauh terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya
sehingga membutuhkan terapi yang dalam dan rumit.
6. Follow Up
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa
setelah mereka memperoleh layanan konseling. Teknik yang digunakan
konselor harus di sesuaikan dengan individualitas siswa , mengingat

13

bahwa tiap individu sifatnya unik, sehingga tidak ada teknik yang baku
yang berlaku untuk semua. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan
keefektifan konseling yang telah dilaksanakan.
I. Teknik Konseling Dalam Pendekatan Trait and Factor
Teknik utama (major technique) yang digunakan dalam konseling
trait and factor adalah :
a.
b.
c.
d.

Memperkuat persesuaian antara konselor dengan klien.


Mengubah lingkungan klien.
Memilih atau menempatkan pada lingkungan yang sesuai.
Mendorong klien belajar tentang ketrampilan ketrampilan yang

diperlukan.
e. Mengubah sikap-sikap klien.
Ada beberapa teknik umum yang digunakan dalam pendekatan ini :
1. Attending
Attending adalah perilaku konselor untuk melibatkan diri dalam
proses konseling meliputi : kontak mata, kualitas suara, jejak verbal,
dan bahasa tubuh.
Tujuan menggunakan teknik ini adalah :
-

Menunjukkan pada konseli bahwa proses konseling konselor

memperhatikan sepenuhnya kepada konseli.


Mengkomunikasikan penerimaan konselor terhadap konseli.
Mengajak dan mengembangkan keterlibatan konseli secara

personal dalam melaksanakan sesi konseling.


Menangkap secara utuh pesan dan ungkapan yang diberikan

konseling baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.


2. Opening
Opening adalah membuka kegiatan wawancara.
Tujuan Pembukaan wawancara konseling untuk :

14

a. Menciptakan rasa aman konseling selama mengikuti sesi


konseling.
b. Mengurangi kecemasan dalam proses konseling.
c. Menciptakan kondisi fasilitas dalam konseling.
3. Acceptence
Acceptence adalah penerimaan terhadap klien.
Tujuan teknik penerimaan untuk :
a. Mengkomunikasikan

sikap

dasar konselor

membentuk suasana akrab.


b. Disadarinya oleh konseling

bahwa

terutama

konselor

ketika

benar-benar

mendengarkan apa yang dikatakannya.


c. Terbentuknya suasana emosional klien.
4. Restatement dan Pharaprasing
Restatement adalah mengulang atau menyatakan kembali sebagian
pernyataan konseling yang dianggap penting.
Pharaprase adalah mengulang kalimat/ pernyataan singkat konseli
secara utuh, apa adanya tanpa merubah makna.
Tujuan yaitu :
a. Diketahui oleh klien , bahwa konselor mendengarkan yang
dikatakannya.
b. Diperolehnya informasi penting.
c. Terujinya data yang diverbalissasikan klien.
5. Reflection of Feeling
Reflection of Feeling adalah pantualan perasaan yang dinyatakan
dalam bentuk pernyataan / sikap yang terkandung di balik pernyataan
klien.
Tujuan adalah sebagai berikut :
a. Dirasakannya oleh klien bahwa dirinya dipahami oleh konselor.
b. Terdorongnya konseli lebih mengekprsikan perasaan-perasaannya
terhadap situasi tertentu.
6. Clarification

15

Clarification adalah mengungkapkan kembali isi pernyataan klien


dengan menggunakan kata-kata baru dan segar.
Tujuannya adalah :
- Mengungkap isi pesan utama yang disampaiakn klien.
- Memperjelas isi pesan yang diungkapkan klien.
7. Structuring
Structuring adalah penegasan tentang batas-batas konseling itu
sesungghnya.
Tujuannya yaitu :
-

Diperolehnya kesamaan harapan konselor dan klien.


Diperolehnya kesepakatan dari konseling mengenai apa terlibat

dalam metode dan tujuan konseling.


8. Summary
Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan
perasaan dalam satu pernyataan pada akhir suatu unit wawancara
konseling.
Tujuannya adalah :
a.
b.
c.
d.

Memadukan unsur-unsur tema yang muncul dalam pembicaraan.


Mengidentifikasi pola isi pembicaraan konseli.
Menghindari pembicara yang diulang-ulang dan bertele-tele.
Merangkum kemajuan yang telah dicapai dalam proses konseling.

J. Kelebihan dan Keterbatasan Pendekatan Trait and Factor


Kelebihan dari pendekatan trait and factor adalah:
1. Teori ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling.
2. Penekanan pada penggunaan data tes objektif, membawa kepada upaya
perbaikan dalam pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan
dalam pengumpulan data lingkungan.

16

3. Penekanan yang diberikan pada diagnose mengandung makna sebagai


suatu perhatian terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada
upaya pengkreasian teknik-teknik untuk mengatasinya.
4. Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan
pandangan lain yang lebih menekankan afektif atau emosional.
Adapun keterbatasan dari pendekatan trait and factor, sebagai
berikut:
1. Kurang memerhatikan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan,
dambaan aneka nilai budaya (cultural values), nilai-nalai kehudupan
(personal values), dan cita-cita hidup, terhadap perkembangan jabatan
anak

dan

remaja

(vocational

development)

serta

pilihan

program/bidang studi dan bidang pekerjaan (vocational choice).


2. Kurang diperhatikan peran keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi
rangkaian pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan, dambaan
dan memberikan pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk pada
tradisi keluarga; tuntutan mengingat ekonomi keluarga; serta
keterbatasan

yang

konkrit

dalam

kemampuan

finansial,

dan

sebagainya.
3. Kurang diperhitungkannya perubahan-perubahan dalam kehidupan
masyarakat, yang ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan
yang tersedia bagi seseorang.
4. Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk
mencapai sukses di suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat
berubah selama tahun-tahun yang akan datang.
5. Pola ciri-ciri kepribadian tertentu pasti sangat membatasi jumlah
kesempatan yang terbuka bagi seseorang, karena orang dari berbagai
pola ciri kepribadian dapat mencapai sukses di bidang pekerjaan yang
sama.

17

K. Asumsi Bermasalah Dalam Pendekatan Trait and Factor


Ada beberapa asumsi pokok yang mendasari pendekatan trait and
factor, yaitu sebagai berikut :
1. Bergantung pada orang lain
Orang yang terlalu lama mempercayakan orang lain untuk
merencanakan dan memikirkan apa yang akan mereka lakukan. Sifat
seperti ini membuat orang ingin selalu bersandar kepada orang lain.
Mereka merasa puas dengan hasil yang di dapat tetapi tidak kompeten
dan efisien, seolah-olah mereka tidak mampu membuat jalan untuk
mereka sendiri.
2. Konflik diri atau batin
Konflik yang timbul dari dalam diri individu. Dimana terjadi
pemberontakan dalam diri individu tersebut. Hal ini dikarenakan
sesuatu yang sangat ingin dicapai digantikan dengan hal yang tidak
disukai tapi di paksakan untuk dijalani.
3. Kurang percaya diri
Merupakan persepsi yang dimiliki individu yang merasa bahwa
dirinya selalu merasa kurang dalam segala hal sehingga timbul rasa
yang membuat kita tidak ingin tampil didepan umum.
4. Tidak mampu mengarahkan diri
Merupakan problem yang muncul karena ketidakmampuan
individu mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan/ bakat yang
dimiliki. Hal ini bisa juga terjadi karena kurangnya pemahaman
tentang bakat/kelebihan yang dimiliki
5. Tidak mampu memahami, menilai, menerima, aktualisasi diri ke arah
hidup yang lebih baik
Tidak mampu mengetahui bahwa untuk mencapai hidup yang baik
atau hidup yang sesuai dengan tahapan perkembangan individu harus
mampu mengaktualisasi dirinya.
L. Contoh Kasus Penerapan Pada Pendekatan Trait and Factor
Haryanto adalah seeorang Siswa SMA Negeri di Yogyakarta, kelas
III, program studi IPA. Pada bulan November dia menghadap konselor di
sekolah untuk membicarakan kelanjutan studi setelah tamat sekolah pada

18

bulan April tahun berikutnya. Dalam wawancara jelas bahwa Haryanto


bingung karna tidak mengetahui bagimana cara mengatasi kesulitan yang
dihadapinya.

Adapun

kesulitanya

yaitu:

dia

berkeinginan

untuk

melanjutkan ke fakultas teknik dan nanti bekerja sebagai insinyur sipil.


Dia yakin mampu menyelesaikan studi di fakultas teknik karena semua
hasil belajar di SMA dalm seluruh bidang studi, yang menunjang studi
fakultas teknik tergolong baik.hasil ini memeng sesuai dengan hasil tes
kemampuan belajar Haryanto ketika mencalonkan diri sebagai siswa di
SMA ini.
Sejak masuk SMP haryanto senang membaca buku-buku tentang
teknik yang dipinjam di perpustakaan sekolah, khususnya teknik bangunan
satu jalan raya. Menurut pendapat haryanto kepribadiaanya cocok untuk
bekerja sebagai insinyur pembangunan di lokasi mana pun. Atas
pertanyaan konselor Haryanto menjelaskan keluarganya mendukung citacitanya, namun tidak mampu untuk membiayai studi fakultas teknik
sampai menjadi gelar insinyur. Dia diharapkan akan cepat bekerja supaya
dapat membantu membiayai adik-adiknaya.

Tetapi keadaan ekonomi

keluarga dan harapan orang tua inilah yang menimbulkan kesulitan besar,
sehingga Haryanto sudah lama menghadapi masalah.
Langkah kerja, yaitu sebagai berikut :
1. Membangun hubungan pribadi dengan Haryanto.
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan
Haryanto.

Masalah yang dibicarakan Haryanto

adalah: tidak

mengetahui akan melanjutkan studi kemana karena keluarganya tidak


mampu membiayai studi di Fakultas Teknik. Ia merasa sangat bingung
terhadap persoalan tersebut. Mereka merasa minder jika tidak dapat
melanjutkan.
3. Mengadakan analisis Kasus, yaitu dengan menghimpun data tentang
A. Haryanto sendiri.
a. Kemampuan belajar : cukup tinggi

19

b. Bakat khusus : matematika dan menggambar mistar


c. Cita-cita hari depan : menjadi insinyur sipil dengan belajar di
fakultas teknik suatu PT.
d. Minat : teknik pembangunan jalan raya
e. Sifat kepribadian yang mencolok: mudah mernyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi
f. Nilai kehidupan (setelah ditanyakan langsung) : pengabdian
pada kebutuhan bangsa dan Negara.
g. Perasaan: bingung, minder
B. Keluarga Haryanto
Orang tua sebenarnya mendukung cita-citanya, tetapi
terbentur pada persoalan biaya seandainya dia belajar di fakultas
teknik. Dia diharapkan lekas bekerja untuk membantu pendidikan
adik-adiknya.
C. Bidang pekerjaan yang diinginkan
Sebenarnya mempunyai prospek masa depan yang baik,
lebih-lebih bila Haryanto bersedia ditugaskan diluar pulau jawa.
Bidang-bidang studi di PT yang sesuai dengan data tentang
Haryanto sendiri dan dapat dipertimbangkan sebagai alternatifalternatif :
1. PTN Universitas, S1, jurusan teknik sipil
2. PTS Universitas, S1, Jurusan teknik sipil
3. PTN Universitas, program D3 politeknik. Dan teknik sipil,
alternatif-alternatif lain yang relevan, seandainya diketahui
tersedia semua alternatif itu dikumpulkan dalam rangka
inventarisasi

kemungkinan-kemungkinan

yang

terbuka

baginya.
4. Membantu Haryanto mengintegrasikan semua data diatas satu sama
laindan mempertimbangkan pro-dan kontra dari alternatif-alternatif
yang ada. Ternyata Haryanto memutuskan untuk memilih sebagai
alternatif pertama program D3 Keterampilan Teknik di Unifersitas

20

Terbuka. Namun ia masih terbuka terhadap suatu alternatif ketiga,


seandainya suatu PTS kelak ditawarkan suatu Prodi D3 dengan biaya
yang murah.
D. Mengakhiri hubungan pribadi dengan Haryanto
Dalam kasus ini konseling belum memikirkan sejumlah
alternatif program studi di PT. diman bagian kedua diatas sudah
dijelaskan, maka pada akhir fase ketiga diadakan investasi
alternatif lebih dahulu untuk melengkapi data sosial, agar proses
pengambilan keputusan selanjutnya berjalan dengan lancer, dalan
inventarisasi itu belum digunakan nama program studi karena
nama itu masih dapat berubah. Oleh karna itu digunakan nama
jurusan dan bidang studinya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan trait and factor merupakan salah satu teknik konseling
yang bisa digunakan guru BK/Konselor dalam upaya membantu
mengentaskan masalah yang dihadapi oleh konseli. Teori Trait and Factor
adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat
dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari
hasil

testing

psikologis

yang

mengukur

masing-masing

dimensi

kepribadian itu. Dan juga Istilah konseling trait and factor dapat
dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri
melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam
memecahkan baraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut
pilihan program studi/bidang pekerjaan. Untuk dapat menguasai teknik

21

konseling

ini

tentu

diperlukan

latihan

secara

sistematis

dan

berkesinambungan.
B. Saran
Di dalam mengentaskan permasalah konseli hendaknya seorang
guru BK/Konselor memahami permasalahan yang sedang dialami oleh
konselinya, supaya dalam penanganannya lebih mudah, dan pendekatan
apa yang hendaknya akan diaplikaskan kedalam permasalahan tersebut.
Dan untuk dapat menerapkannya seorang guru BK/Konselor harus dapat
memahami dan mengerti masing masing dari pendekatan pendekatan
yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Malang : Universitas Muhammadiyah


Malang Press
Surya Mohamad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy
S.Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung : CV.
Alfabeta

http://pemberianbimbinga.blogspot.co.id/2013/06/trait-and-factor.html
oleh Handayani Sri diunduh pada tanggal 2 Mei 2016

diposkan

http://nyunssi.blogspot.co.id/2012/09/teori-trait-factor.html diposkan oleh Nyun


Sii diunduh pada tanggal 2 Mei 2016

22

23

Anda mungkin juga menyukai