Dosen Pengampu,
Oleh :
KELOMPOK III
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga semua pembaca masih bisa beraktifitas
sebagaimana mestinya, begitupun dengan penyususun makalah ini. Sehingga dapat
tersusun makalah dengan judul “Karakteristik Perkembangan Sosial dan Moral
Peserta Didik”.
Makalah ini berisi tentang definisi, tahapan, faktor yang mempengaruhi dan
karakteristik perkembangan moraldan sosial peserta didik serta implikasinya dalam
dunia pendidikan. Terimakasih penyususn ucapkan kepada rekan seperjuangan
yang telah membantu, baik langsung berupa perbuatan dan juga tak langsung
berupa doa untuk penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat
waktu.
Penyusun,
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….…1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..4
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..25
3.2 Saran………………………………………………………..…………..26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….…………….…27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
manusia yang lain melakukan interaksi. Pengalaman berinteraksi bagi orang
lain menjadi pemicu dalam memahami tentang perilaku mana yang baik
dikerjakan dan yang tidak baik dikerjakan. Sedangkan moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip
moral. Perkembangan moral merupakan proses perkembangan kepribadian
siswa selaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang
lain. Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat.
Perkembangan itu sendiri merupakan proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, dan bukan pada organ
jasmani tersebut, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada
kemampuan organ psikologis.
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan moral dan perkembangan
sosial
2. Untuk memahami tahapan-tahapan perkembangan moral dan
perkembangan sosial
3. Untuk mengetahui faktor-faktor perkembangan moral dan
perkembangan sosial
4. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan moral dan
perkembangan sosial
5. Untuk memahami implikasi perkembangan sosial terhadap
penyelenggaraan pendidikan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan
dengan aturan mengenai apa yag seharusnya dilakukan oleh manusia
dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral juga
merupakan perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam
kehidupan anak berkenaan dengan tata cara, kebiasaan, adat, atau
standar nila yang berlaku dalam kelompok sosial. Anak-anak ketika
dilahirkan tidak memiliki moral akan tetapi dalam dirinya terdapat
potensi moral yag siap untuk dikembangkan. Melalui pengalamannya
berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tingkah laku
mana yang buruk atau tidak boleh dilakukan sehingga terjadi
perkembangan moral anak tersebut.
5
penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg
tahapan tersebut dibuat saat dia belajar di University Of Chicago
berdasarkan teori yang dia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean
Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadp dilema moral.
Ia menulis disertasi Doktornya pada tahun 1998 yang menjadi awal dari
apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari
Kohlberg.
! Pra Konvensional
! Konvensional
! Pasca-Konvensional
6
Dalam Tahap Pertama, individu-individu memfokuskan diri
pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan
sendiri. Contoh: suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang
yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman yang diberikan
dianggap semakin salah tindakan tersebut. Sebagai tambahan, ia tidak
tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang
dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis pandangan
otoriterisme.
7
Kenyataan bahwa individu-individu adlah intensitas yang
terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif
seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat hakikat
mendahului orang lain ini membuat tingkatan pasca-konvensional
sering tertukar dengan perilaku pra-kovensional.
9
Faktor yang mempengaruhi perkembangan moral anak
sebagaimana yang dijelaskan diatas, alangkah orangtua juga menyadari
bahwa apa yang mereka perlihatkan dan mereka ajarkan kepada anak
akan terekam di ingatan anak. Dan akan menjadi contoh berperilaku
mereka. Jadi untuk orangtua harus mengawasi dan mengontrol dengan
hati-hati perkembangan moral anak baik dilingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
10
kepuasan fisiknya, tetapi psikologis. Adanya penerimaan dan penilaian
positif dari orang lain terhadap perbuatannya.
11
dirasakan hasil yang baik pula oleh diri peserta didik sendiri,
keluarganya, lingkungan dan masyarakat.
12
merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Baik itu
dalam tatanan keluarga, sekolah dan masyarakat.
a. Tingkatan Pertama
b. Tingkatan Kedua
Adanya rasa bangga dan segan yang terpancar dalam gerakan dan
mimiknya, jika anak tersebut dapat mengulangi yang lainnya. Contoh:
anak yang berebut benda atau mainan, jika menang dia akan kegirangan
dalam gerak dan mimik. Tingkatan ini biasa terjadi pada anak usia ±2
tahun keatas.
c. Tingkatan Ketiga
13
d. Tingkatan Keempat
Pakhir masa tahun kedua atau akhir masa umur dua tahun, anak
telah menyadari akan pergaulannya dengan anggota keluarga, anak
timbul keinginan untuk ikut campur dalam gerak dan lakunya. Dan
pada usia empat tahun, anak makin senang bergaul dengan anak lain
terutama teman yang usianya sebaya. Ia dapat bermain dengan anak
lain berdua atau bertiga, tetapi bila lebih banyak anak lagi biasanya
mereka akan bertegkar. Kemudian pada usia 5-6 tahun ketika memasuki
usia sekolah, anak lebih mudah diajak bermain dalam suatu kelompok.
Ia juga mulai memilih teman bermainnya, entah tetangga atau teman
sebayanya yang dilakukan diluar rumah.
14
dan teman-teman sekelasnya. Positif atau negatifnya persepsi siswa
terhadap guru dan teman-teman itu sangat mempengaruhi kualitas
hubungan sosial para siswa dengan lingkungan sosial kelasnya dan
bahkan mungkin dengan lingkungan sekolahnya.
15
termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tatacara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak didik. Di dalam keluarga berlaku norma norma
kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses tujuan
pendidikan yang mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menetapkan diri terhadap lingkungan
yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
b. Kematangan anak, bersosialisasi merupakan kematangan fisik
dan psikis untuk mampu mempertimbangkan dalam proses
sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Disamping
itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
c. Status sosial ekonomi, kehidupan sosial banyak dipengaruhi
oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam
lingkungan masyarakat.masyarakat akan memandang anak,
bukan sebagai anak yang independent, akan tetapi akan
dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu.
“ia anak siapa?”, secara tidak langsung dalam pergaulan sosial
anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan
norma yang berlaku didalam keluarganya. Dari pihak anak itu
sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi
normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan
dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa
16
“menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal
tertentu, maksud menjaga status sosial keluarganya itu
mengakibatkan menetapkan dirinya dalam pergaulan sosial
yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak
jadi lebih toleransi dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan
memebentuk kelompok elit lain dengan normatif dirinya.
d. Pendidikan merupakan proses sosialisasi terarah. Hakikat
pedidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
akan memberikan warna kehidupan sosial anak didalam
masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
masyarakat dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang
benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang
belajar dikelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta
didik bukan hanya diperkenalkan kepada norma-norma
lingkungan dekat, tetapi dikenalkan dengan norma lingkungan
bangsa (nasional) dan norma kehidupan antar bangsa. Etik
pergaulan membetuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
e. Kapasitas mental, emosi, dan intelegensi kemampuan berfikir
banyak mempengaruhi berbagai hal, hasil kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual
17
tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara
seimbang sangat menetukan kebarhasilan dalam perkembangan sosial
anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain
merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan
dengan mudah dicapai oleh remaja yang berintelektual tinggi.
18
kelompok lebih kuat dari lainnya, anak akan menyesuaikan dirinya
dengan kelompok dimana dirinya dapat diterima dengan baik.
19
peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama,
saling menghormati dan bertanggung jawab.
20
Menurut Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan
tua ini ditandai denga tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif dan
integritas.
1. Lingkungan Keluarga
21
lainnya. Sehingga keluarga dapat memberikan kebebasan terbimbing
untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim
kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat embantu
anak memliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya.
Dalam konteks bimbingan orangtua terhadap remaja, Hoffman (1989)
mengemukakan tiga jenis pola asuh orangtua yaitu :
22
Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk
didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang
disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterapkan adalah pola asuh bina
kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orangtua
tentang anaknya atau setiap perlakuan yang diberikan orangtua
terhadap anaknya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau
alasan yang rasional. Dengan cara demikian anak dapat
mengembangkan pemikirannnya untuk kemudian mengambil
keputusan mengikuti atau tidak terhadap perlakuan atau keputusan
orangtuanya.
2. Lingkungan Sekolah
23
3. Lingkungan Masyarakat
a. Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk
memberikan rangsangan kepada mereka kearah perilaku yang
bermanfaat.
b. Perlu sering diadakan keiatan sosial atau masyarakat seperti
kerja bakti, bakti karya untuk dapat mempelajari para remaja
dalam bersosialisasi kepada sesamanya dalam nasyarakat.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
berbuat jahat kepada orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa moral
merupakan tingkah laku manusia yang berdasarkan atas baik-buruk
dengan landasan nilai dan norma yang berlaku didalam masyarakat.
3.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Jakarta.
Sunarto dan B. Agung Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Rineka Cipta:
Jakarta.
Sunanto Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini, Pengantar dalam Berbagai
Bandung.
Yusuf LN, Syamsu. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Remaja
Posdakarya: Bandung.
27