Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM FISIKA KIMIA I

“BESARAN DAN PENGUKURAN”

Dosen Pengampu,

Dr. Iqbal Limatahu S.Pd., M.Si

NAMA : Saniyyah Suaib

NPM : 03292111003

KELAS : A

SEMESTER : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Praktikum Fisika Kimia I tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sang manajer sejati Islam
yang selalu bercahaya dalam sejarah hingga saat ini.

Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pangampu yang telah membimbing penulis. Tentunya makalah ini, masih jauh
dari kesempurnaan. Olehnya itu penulis mengharapkan senantiasa mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Yaa
Robbal ‘Aalamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Ternate, 19 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..ii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………………1
D. Manfaat Masalah…………………………………………………………………..1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………2

A. Sejarah Pengukuran Panjang.………………………………………………….2


B. Mikrometer Sekrup…………………………………………………………….3
1. Bagian-Bagian Mikrometer Sekrup…………………………………….3
2. Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup………………………………..4

BAB III METODOLOGI …………………………………………………………………..5

A. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………….....5


B. Alat dan Bahan …………………………………………………………………...5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………………6

A. Hasil………………………………………………………………………………6
B. Pembahasan……………………………………………………………………….6

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………..7

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….7
B. Saran………………………………………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...8

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1………………………………………………………………………………3

Gambar 1.2………………………………………………………………………………4

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran adalah suatu dasar bagian dasar atau fundamental dalam ilmu
matematika, fisika, dan kebanyakan ilmu sains lainnya. Pengukuran dapat
didefinisikan sebagi suatu proses membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain yang sejenis yang telah disepakati sebagai acuan, misalnya untuk mengukur panjang
sebuah pensil digunakan penggaris. Dalam hal ini, besaran yang dibandingkan adalah
panjang dari pensil tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah penggaris.
Penggaris merupakan salah satu alat ukurbesaran panjang yang satuannya baku dan telah
disepakati.

Bukan hanya dalam ilmu sains, pengukuran baik secara sadar maupun tidak
sadar juga memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, pengukuran adalah suatu aspek matematika yang tidak akanpernah bisa
lepas dari kehidupan manusia. Karena dengan pengukuran ini,pekerjaan manusia
dapat menjadi lebih mudah, tepat guna, efisien karena pengukuran dapat
meminimalisir kerugian atau kehilangan, dan efektif karenadengan pengukuran yang tepat
dapat mencapai hasil yang diharapkan denganmaksimal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah penelitian : “Apa saja contoh
pengukuran yang ditemui sehari-hari?

C. Tujuan Masalah
Mengetahui pengukuran yang dijumpai di kehidupan sehari-hari

D. Manfaat Masalah
Untuk menambah wawasan kita mengenai pengukuran dan besaran yang kita jumpai
sehari-hari

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran Panjang

Standar panjang internasional yang pertama adalah sebuah batang yang


terbuat dari suasa platina-iridium yang disebut sebagai meter standar, dan
disimpan di the International Bureau of Weight and Measures. Panjang satu meter
didefinisikan sebagai jarak antara dua garis halus yang diguratkan pada keping
emas dekat ujung-ujung batang pada suhu 0oC dan ditopang secara mekanik
dengan cara tertentu. Jadi yang dimaksud dengan satu meter adalah sepersepuluh
juta kali jarak dari kutub utara ke khatulistiwa sepanjang garis bujur yang melalui
Paris.
Karena meter standar tidak mudah untuk dibuat kembali, maka dibuatlah
turunan turunannya dengan sangat teliti dan disebarkan ke berbagai laboratorium
di seluruh dunia. Standar sekunder ini digunakan untuk mengkalibrasi batangbatang
pengukur yang lain. Jadi sampai sekarang, batang-batang pengukur bersumber pada meter
standar dengan melalui serangkaian peneraan yang rumit, dengan menggunakan mikroskop
dan mesin-mesin pembagi.

Namun, ketelitianpengukuran dengan memperbandingkan letak garis halus di bawah


mikroskop tidak lagi memadai untuk ilmu pengetahuan dan teknologi modern. karena itu
pada tahun 1960 ditetapkanlah suatu standar atomic untuk panjang, pilihannya
jatuh kepada panjang gelombang radiasi oranye merah dalam vakum yang
dipancarkan oleh isotop kripton-86 dalam lucutan listrik, yaitu: satu meter
didefinisikan sebagai 1650763,73 kali panjang gelombang cahaya atom kripton
tersebut. Pilihan standar atomik memberikan keuntungan lain selain daripada
peningkatan ketelitian pengukuran panjang. cahaya dengan panjang gelombang yang
sama. Panjang gelombang yang dipilih untuk standar merupakan karakteristik
unik dari kripton-86 dan dapat ditentukan secara tegas, serta isotopnyapun dapat
diperoleh dalam bentuk yang murni.

2
B. Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup adalah alat pengukuran yang terdiri dari sekrup


terkalibrasi dan memiliki tingkat kepresisian 0.01 mm (10-5 m). Alat ini
ditemukan pertama kali oleh Willaim Gascoigne pada abad ke-17 karena
dibutuhkan alat yang lebih presisi dari jangka sorong. Penggunaan pertamanya
adalah untuk mengukur jarak sudut antar bintang-bintang dan ukuran benda-benda
luar angkasa dari teleskop

Meskipun mengandung kata “mikro”, alat ini tidak tepat digunakan untuk
menghitung benda dengan skala mikrometer. Kata “mikro” pada alat ini diambil
dari Bahasa Yunani micros yang berarti “kecil”, bukan skala mikro yang berarti
10-6.

1. Bagian-bagian Mikrometer Sekrup

Gambar 1.1 Mikrometer Sekrup

• Poros Tetap (Anvil) : Bagian poros yang tidak bergerak. Objek yang ingin
diukur ditempelkan di bagian ini dan bagian poros geser didekatkan untuk
menjepit objek tersebut.
• Poros Geser (Spindle) : Poros bergerak berbentuk komponen silindris yang
digerakkan oleh thimble.
• Pengunci (Lock Nut) : Bagian yang dapat digunakan untuk mengunci
pergerakan poros geser.
3
• Sleeve :Bagian statis berbentuk lingkaran yang merupakan tempat ditulisnya
skala pengukuran. Terdapat dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius.
• Thimble : Bagian yang dapat digerakkan oleh tangan penggunanya.
• Ratchet : Bagian yang dapat membantu menggerakkan poros geser dengan
pergerakan lebih perlahan dibanding menggerakkan thimble.
• Rangka (Frame) : Komponen berbentuk C yang menyatukan poros tetap dan
komponen-komponen lain mikrometer sekrup. Rangka mikrometer sekrup
dibuat tebal agar kokoh dan mampu menjaga objek pengukuran tidak
bergerak, bergesar, atau berubah bentuk.

2. Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup

Gambar 1.2 Mikrometer Sekrup

Prinsip kerja mikrometer sekrup adalah menggunakan suatu sekrup untuk


memperbesar jarak yang terlalu kecil untuk diukur secara langsung menjadi
putaran suatu sekrup lain yang lebih besar dan dapat dilihat skalanya.
1. Objek yang ingin diukur diletakkan menempel dengan bagian poros tetap.
2. Setelah itu, bagian thimble diputar hingga objek terjepit oleh poros tetap dan
poros geser.
3. Bagian ratchet dapat diputar untuk menghasilkan perhitungan yang lebih
presisi dengan menggerakkan poros geser secara perlahan.
4. Setelah yakin bahwa objek benar-benar terjepit diantara kedua poros, hasil
pengukuran dapat dibaca di skala utama dan skala nonius.
4
BAB III
METODOLOGI

A. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer berupa hasil pengamatan dikelas waktu praktikum
2.Data Sekunder
Data sekunder berupa data-data keterangan yang diperoleh dari berbagai
sumber seperti internet.

A. Alat dan Bahan


1. Mikrometer Sekrup
2. Koin

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Saniyyah mengukur tebal sebuah koin menggunakan mikrometer sekrup. Dari
hasil pengukuran tersebut diperoleh skala utama 1 mm dan skalah nonius 33 mm,
berapakah tebal koin yang Saniyyah peroleh ?
Solusi :

Skala Utama (SU) = 1 mm + 0.5 mm = 1.5 mm


Skala Nonius (SP) = 33 x 0.01 mm = 0.33 mm
Hasil pengukuran = SU + SP = 1.5 + 0.33 = 1.83 mm

B. Pembahasan

Pembacaan mikrometer sekrup dilakukan pada dua bagian, yaitu di skala


utama dan di skala nonius atau Vernier. Skala utama dapat dibaca di bagian sleeve
dan skala nonius dapat dibaca di bagian thimble.

Pada contoh pengukuran di atas, cara membaca mikrometer sekrup


tersebut adalah: Untuk skala utama, dapat dilihat bahwa posisi thimble telah
melewati angka “1” di bagian atas, dan pada bagian bawah garis horizontal telah
melewati 1 strip. 0.5 mm. Artinya, pada bagian ini didapat hasil pengukuran 1 +
0.5 mm = 1.5 mm.
Pada bagian kedua, terlihat garis horizontal di skala utama berhimpit
dengan angka 33 di skala nonius. Artinya, pada skala nonius didapatkan tambahan
panjang 0,33 mm. Maka, hasil akhir pengukuran mikrometer sekrup pada contoh
ini adalah 1.5 + 0.33 = 1,83 mm. Hasil ini memiliki ketelitian sebesar 0.01 mm.
6
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


1. Hasil pengukuran tebal koin adalah 1,83 mm.
2. Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat ukur panjang yang dapat digunakan
untuk mengatur ketebalan suatu benda.
3. Mikrometer juga memiliki tingkat ketelitian.
4. Mikrometer sekrup memiliki 2 sekala yaitu sekala utama dan sekala nonius.
5. Bagian-bagian mikrometer anatara lain yaitu, bingkai, landasan (anvil), spindle,
pengunci, sleeve, thimble, dan ratchet knob yang masing-masing memiliki fungsi
yang berbeda.
6. Mikrometer berfungsi untuk menghitung ketebalan benda-benda terutama yang
tipis karena keunggulan mikrometer dalam ketelitian.

B. Saran
Dalam menggunakan mikrometer sebaiknya kita tidak ceroboh dalam
menggunakannya dan lakukan lah sesuai dengan petunjuk yang ada bagaimana cara
menggunakan mikrometer yang benar untuk mengukur sebuah benda sesuai dengan
ketelitian mikrometer tersebut.
7

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uki.ac.id/2753/1/modulMPF.pdf

https://academia.co.id/laporan-praktikum-mikrometer-sekrup/

https://www.gammafisblog.com/2019/08/10-contoh-soal-mikrometer-sekrup.html

Anda mungkin juga menyukai