Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FISIKA

PENGUKURAN, BESARAN, DAN SATUAN

Dosen Pengampu : Ir. Chris Hombokau, MT

Disusun oleh:

Nurul Fakhruzi Nurhamidin

22012057

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG


FAKULTAS TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MANADO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengukuran, Besaran,
dan Satuan” untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika pada program studi D-4 Konstruksi
Bangunan Gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado.

Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Ir. Chris Hombokau, MT yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
jurusan yang saya tekuni. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan
teknik pengetikan, Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.

Manado, 22 agustus 2022

Nurul Fakhruzi Nurhamidin


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1.Pengertian Pengukuran ........................................................................ 2

2.2.Pengertian Besaran............................................................................... 5

2.3.Pengertian Satuan................................................................................. 7

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 8

3.2 saran..................................................................................................... 8

Daftar Pustaka................................................................................................. 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan alat ukur untuk
mempermudah aktivitas kita, ada beberapa alat ukur yang sering kita gunakan seperti
panjang, suhu, massa, waktu, intensitas cahaya, dan jumlah zat. Alat ukur tersebut
merukan besaran pokok ytang ditetapkan dalam satuan internasional.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas Fisika Dasar dan juga untuk
mendalami materi mengenai Pengukuran, Besaran, dan Satuan yang kami pelajari
dalam matakuliah Fisika Dasar.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan pengukuran?
2. Apakah yang dimaksud dengan besaran?
3. Apakah yangdimaksud dengan satuan?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka didapatkan tujuan sebagai berikut.
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengukuran.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan besaran.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan satuan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Pengukuran
Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan suatu besaran dengan suatu
besaran yang sudah distandar. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengukuran berat menggunakan neraca
dengan berbagai ketelitian, mengukur kuat arus listrik menggunakan ampermeter,
mengukur waktu dengan stopwatch, mengukur suhu dengan termometer, dan lain
sebagainya. Mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, neraca, amper meter,
termometer merupakan alat ukur yang sudah distandar. Penggunaan alat ukur yang
sudah distandar, maka siapapun yang melakukan pengukuran, dimanapun pengukuran
itu dilakukan, dan kapanpun pengukuran itu dilaksanakan akan memberikan hasil yang
relatif sama.
1. Pengukuran Panjang
Untuk melengkapkan hasil pengukuran agar lebih bermakna harus disertai satuan.
Satuan Panjang dalam SI adalah meter. Untuk mengukur panjang suatu benda haruslah dipilih
alat ukur yang sesuai dengan panjang benda yang diukur. Perhatikan tabel beberapa alat ukur
panjang di bawah ini.
a. Mistar
Mistar mempunyai ketelitian 1 mm atau 0,1 cm. Bagian skala terkecil mistar adalah 1mm.
Untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat paralaks (beda
kemiringan dalam melihat), maka ketika membaca mata harus melihat tegak lurus terhadap
skala.

b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai ketelitian 0,1 mm atau 0.01
cm. Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur diameter kelereng dan diameter
bagian dalam pipa. Jangka sorong mempunyai 2 bagian penting. Bagian tetap (rahang
tetap), skala tetap terkecil 1mm atau 0,1 cm. Bagian yang dapat digeser (rahang geser).
Pada rahang geser ini dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih
0,1mm.
Contoh Pengukuran dengan jangka sorong:

c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan alat ukur panjang yang paling teliti disbanding dengan
jangka sorong dan mistar, dengan ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup
dapat digunakan untuk mengukur ketebalan plat alumunium, diameter kawat yang kecil
dan benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis.
Bagian-bagian skala mikrometer sekrup :
- Skala utama
- Skala terkecil dari skala utama adalah 0,1 mm.
- Skala putar
- Skala terkecil dari skala putar 0,01 mm, dengan batas ukur dari 0,01 mm – 0,50 mm

Contoh Pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup:


2. Pengukuran Massa
Untuk mengukur masssa benda dapat digunakan alat ukur timbangan dacin, timbangan
pasar, neraca Ohauss dua lengan dan tiga lengan, timbangan berat badan serta neraca digital.
a. Pengukuran Massa benda dengan neraca dua lengan

Untuk menentukan hasil pengukuran massa benda dengan neraca dua lengan baik itu
timbangan dacin, Ohauss, timbangan pasar, cukup dengan cara meletakkan beban pada
salah satu lengan, dan meletakkan massa kalibrasi standar pada lengan satunya. Amati
sampai punggung lengan pada posisi sama mendatar.
b. Pengukuran Massa benda dengan neraca Ohauss tiga lengani.

- Bagian – bagian Neraca Ohauss tiga lengan Lengan depan memiliki anting logam
yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3, 4…...10gr, terdiri 10 skala tiap skala 1 gr.
- Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan skala
dari 0, 100, 200, ………500 gr.
Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari skala 0, 10,
20 , ……..100 gr.
3. Pengukuran Waktu
Di masa lalu kala penghuni kota masih sedikit orang tidak memerlukan alat penunjuk
waktu secara individual. Mereka cukup disediakan satu jam kota, berupa jam matahari karena
di saat itu teknologi yang masih sederhana.
Kini jaman sudah modern, dalam kegiatan sehari-hari kita menggunakan jam tangan untuk
menunjukkan kondisi jam, menit dan detik setiap saat. Namun tidak menutup kemungkinan.
Kamu mampu membuat sebuah jam matahari di dinding tembok rumahmu untuk
keperluanmu sendiri, paling tidak Kamu sudah berhemat terhadap pemakaian baterei. Hal ini
juga memunculkan peluang untuk membuat jam matahari secara massal. Bukankah Indonesia
negara tropis yang setiap hari ada matahari? Dengan alat dan bahan sederhana seperti lembaran
papan/triplek, cat, kuas, kawat, dan lain-lain, kamu dapat membuat banyak jam matahari dan
memasarkannya. Nah, Kamu sudah potensial mempunyai pendapatan sendiri, dan membuka
peluang sebagai seorang wirausaha. Sedangkan contoh alat ukur waktu yang lainnya adalah
jam dinding, jam ayun, stop watch, jam digital, jam analog dan jam matahari.

2.2Pengertian Besaran
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta
memiliki nilai dan satuan. Sementara itu, satuan digunakan sebagai pembanding dalam
pengukuran. Dalam satuan, kita mengenal yang namanya Satuan Internasional (SI),
yaitu satuan yang distandarisasi dan diakui penggunaanya secara Internasional. Nah,
berdasarkan satuannya, besaran terdiri dari besaran pokok dan besaran turunan.
a. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang menjadi dasar untuk menetapkan besaran yang
lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih
dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok sifatnya bebas,
artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain. Berikut adalah besaran
pokok yang telah disepakati oleh para ilmuwan yaitu:
b. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang disusun dari besaran pokok. Satuan besaran
turunan disebut satuan turunan dan diperoleh dengan menggabungkan beberapa
satuan besaran pokok. Misalnya, satuan turunan dari luas. Luas itu diperoleh dengan
mengalikan panjang dan lebar suatu bangun. Nah, panjang dan lebar itu satuan
pokoknya kan meter (m). Jadi, satuan turunan luas adalah:
Luas = panjang x lebar = m x m = m2
Berikut adalah besaran pokok yang telah disepakati oleh para ilmuwan yaitu:
2.3Pengertian Satuan
Satuan terdiri dari 2 jenis, yaitu satuan baku dan satuan tidak baku. Satuan tidak
baku adalah satuan yang tidak ditentukan secara resmi dan untuk orang yang berbeda
menghasilkan pengukuran berbeda. Sedangkan satuan baku adalah satuan yang
ditentukan secara resmi oleh para ilmuwan dan dijadikan standar acuan, satuan ini jika
diukur oleh orang yang berbeda akan tetap menghasilkan pengukuran yang sama.
Contoh satuan tidak baku yang terkenal di Indonesia adalah jengkal, jengkal
merupakan jarak yang dihitung dari ujung ibu jari sampai ujung kelingking. Biasanya
jengkal digunakan untuk mengukur panjang, misalnya jika kamu bermain kelereng,
jengkal digunakan untuk menghitung jarak kelereng satu ke kelereng lainnya.
Sedangkan satuan internasional atau satuan baku, berlaku dan diakui secara
internasional. Satuan ini disepakati para ilmuwan pada sebuah pertemuan di Paris,
Perancis tahun 1960 untuk menghindari kebingungan dan kerancuan.
Satuan internasional memiliki beberapa syarat, yaitu:
- Tidak mengalami perubahan oleh pengaruh apapun;
- Berlaku di semua tempat dan setiap saat;
- Mudah ditiru;

Satuan internasional terdiri dari tujuh satuan yang melambangkan tujuh besaran. Tujuh
besaran itu adalah besaran pokok. Untuk menentukan hasil pengukuran lebih besar dan
lebih kecil maka digunakan awalan-awalan yaitu:

Penggunaan awalan ini dimaksudkan untuk memudahkan dan menyederhanakan angka


dalam pelaporan sebuah pengukuran. Misalnya untuk menyebutkan 20.000 meter dapat
dipermudah menjadi 20 kilometer. Baik pengukuran, besaran, atau satuan yang baku
sangat menolong untuk mengkomunikasikan hasil yang kita dapat dan mengurangi
kerancuan yang terjadi jika menggunakan sistem yang tidak baku.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan
1. Pengukuran merupakan membandingkan suatu besaran dengan suatu besaran yang
sudah distandar. Terdapat tiga pengukuran yaitu Panjang, massa, dan waktu.
2. Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki
nilai dan satuan. Besaran terdiri dari besaran pokok dan besaran turunan.
3. Satuan satuan digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan terdiri
dari 2 jenis, yaitu satuan baku dan satuan tidak baku.
3.2Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dari
kedalaman materi maupun dari segi penyajian. Oleh karena itu, untuk menunjang
kelengkapan materi pada pembuatan makalah selanjutnya, diharapkan dapat menulis
materi mengenai pengukuran, besaran, dan satuan lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Edra, R. 2022. “Apa Bedanya Besaran, Satuan, & Dimensi dalam Pengukuran Fisika?”.
https://www.ruangguru.com/blog/besaran-satuan-dimensi-dalam-pengukuran-fisika
(diunggah pada 5 Juli 2022)

Slamet, A.., dkk. (2008). Praktikum IPA. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.Soejoto dan Sustini, E.
(1993). Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Dirjen Dikti Depdiknas .

Winarsih, A. dkk. (2008). IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai