Anda di halaman 1dari 20

JURNAL AKHIR

PRAKTIKUM PENGUKURAN GEOMETRI


MODUL 3
PENGUKURAN DIAMETER LUBANG
KELOMPOK : 1 (SATU)

NAMA : TAUFIK IQWAN M. (12-2016-023)

RIFANSYAH (12-2019-105)

AZHENDRA P. ARDIANA (12-2019-069)

I KOMANG SUYANA (12-2019-079)

HAMZAH IBNUL KHAIR (12-2019-020)

FERY MARDIANSYAH (12-2019-003)

AL HAKIM (12-2019-055)

DWIKI SATRIA WIBAWA (12-2020-091)

TGL. PRAKTIKUM : 28 OKTOBER 2021

ASISTEN : M. DIAZ FAJAR ISMAIL

LABORATORIUM METROLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Jurnal Akhir
Praktikum Pengukuran Geometri Modul 3 ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari jurnal ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengukuran Geometri pada Laboratorium Metrologi Industri. Selain itu,
jurnal ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
jurnal ini.

Kami menyadari, jurnal yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
jurnal ini.

Bandung, 28 Oktober 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Judul Praktikum................................................................................... 1

1.2 Penjelasan Tujuan Praktikum ............................................................. 1

1.3 Alat Ukur Yang Digunakan................................................................. 1

BAB II TEORI DASAR ...................................................................................... 6

2.1 Jenis-jenis alat ukur ............................................................................. 6

2.2 Jenis-jenis pengukuran ........................................................................ 7

2.3 Konstruksi umum alat ukur ................................................................. 8

2.4 Kesalahan-kesalahan pada pengukuran .............................................. 10

2.5 Istilah-istilah dalam pengukuran ......................................................... 11

2.6 Macam-macam alat ukur diameter ...................................................... 12

2.7 Alat ukur yang digunakan pada modul 3.............................................14

BAB III PENGOLAHAN DATA ...................................................................... 18

3.1 Prosedur pratikum ............................................................................... 18


3.2 Tabel data pengamatan........................................................................ 18
3.3 Pengolahan data .................................................................................. 18

BAB IV ANALISA ............................................................................................. 19

BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

LAMPIRAN ......................................................................................................... 22

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4.1 Kesalahan Rambang ..................................................................... 10


Gambar 2.6.1 Taper Gauge.................................................................................. 12
Gambar 2.6.2 Ring Gauge ................................................................................... 13
Gambar 2.6.3 Plug Gauge.................................................................................... 14
Gambar 2.6.4 Jangka Sorong ............................................................................... 14
Gambar 2.6.5 Dial Indikator ................................................................................ 14
Gambar 2.7.1 Mikrometer jenis rahang ............................................................... 15
Gambar 2.7.2 Mikrometer dalam tiga kaki (Triobor) ......................................... 15
Gambar 2.7.3 Interapid ....................................................................................... 16
Gambar 2.7.4 Internal cylinder gauge ................................................................. 17

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.2.1 Tabel Pengolahan Data............................................................... 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Pratikum
 Setelah melakukan pratikum ini diharapkan praktikan mengerti dan
memahami cara pengamatan pengguaan alat ukur dimensi dalam.
 Melakukan pengukuran diameter lubang dengan berbagai alat ukur dimensi
dalam.

1.2 Penjelasan Tujuan Pratikum


 Ya setelah kita selesai pratikum harusnya kita sudah mengetahui apa yang
harus kita lakukan pertama dalam menggunakan alat ukur, seperti kita mau
memakai untuk mengukur lubang, maka alat ukur apakah yang cocok dan
hasilnya tepat untuk mengukur sebuah lubang tersebut misalkan (Triobor),
dan kita sudah harus tahu itu dan jangan sampai salah dalam hal tersebut
karena sudah melakukan pratikum
 Ya kita harusnya sudah bisa menggunakan semua alat ukur untuk mengukur
sebuah lubang jangan hanya terpaku dengan satu alat ukur saja karena kalau
kita bisa menggunakan banyak alat ukur untuk mengkur sebuah lubang,
maka lebih baik dalam kita bekerja kalau hanya satu kita jadi kesusahan,
semisalkan alat yang biasa kita gunakan tersebut mengalami kerusakan dan
hanya tinggal alat ukur mengukur lubang lainnya tetapi kita tidak bisa
menggunakan alat tersebut maka kita sendiri yang kesusahan dalam bekerja
nanti.

1.3 Alat Ukur Yang Digunakan


 Alat Ukur Langsung :
- Mikrometer dalam jenis rahang (Micrometer Caliper)
- Mikrometer dalam tiga kaki (Triobor)
 Alat ukur pembanding :
- Interapid
- Internal cylinder gauge
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Jenis – Jenis Alat Ukur


Jenis alat ukur ada beraneka ragam. Jenis yang berbeda memiliki fungsi
yang berbeda pula. Dalam ilmu fisika dan teknik, pengukuran merupakan suatu
aktivitas membandingkan kuantitas atau besaran dari objek dan kejadian-
kejadian di dunia nyata.
Aktivitas tersebut membutuhkan alat bantu yang bisa kita sebut alat ukur.
Karena semua hal membutuhkan ukuran yang sesuai agar tidak berlebihan atau
pun kekurangan. Alat ukur merupakan alat bantu yang digunakan untuk
mengukur suatu hal dengan satuan tertentu.
Satuan yang digunakan ditentukan oleh SI (Satuan Internasional). Disekitar
kita banyak sekali alat ukur bahkan sering digunakan setiap hari seperti
penggaris, neraca (timbangan), rol meter, stopwatch, dan lain-lain.
Berikut adalah jenis alat ukur menurut besarannya:
a. Alat ukur Panjang
Berfungsi untuk mengukur besaran panjang. Contohnya yaitu roll meter,
penggaris, jangka sorong, mikrometer sekrup, welding gauge (untuk
dimensi pengelasan).
b. Alat ukur temperatur
Alat yang digunakan untuk mengukur besar kecil suhu ruangan, untuk
alat yang digunakan berupa termometer. Contohnya yaitu termogun,
termometer resistensi, termometer digital, bimetal dan yang lainnya.
c. Alat Ukur Waktu
Untuk mengukur besaran waktu. Bisa dalam satuan detik (second),
menit, bahkan jam. Contohnya bisa berupa jam dan stopwatch.
d. Alat ukur massa
Alat yang digunakan untuk mengetahui massa suatu benda kita dapat
menggunakan neraca atau timbangan. Bisa berupa neraca tipe lengan
gantung, sama lengan, pegas, ohaus atau digital.
2.2 Jenis – Jenis Pengukuran
 Pengukuran Langsung
Pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang mana hasil
pengukuran dapat langsung dibaca pada skala alat ukur yang telah
dikalibrasi yang terdapat pada alat ukur tersebut. Contohnya mengukur
panjang menggunakan mikrometer.
Cara pengukuran langsung adalah cara yang sangat praktis sehingga
sangat populer, tetapi pengukuran ini mempunyai kecermatan yang rendah
dan pemakaiannya terbatas. Jika ingin mendapatkan hasil pengukuran yang
tingkat kecermatannya sampai tiga angka dibelakang koma maka
pilihannya metode pengukuran tak langsung.
 Pengukuran tak langsung
Pengukuran yang dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur dari
jenis pembanding, standar dan alat ukur bantu. Perbedaan harga yang
ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewaktu mengukur objek
ukur dan ukuran standar (pada alat ukur standar) dapat digunakan untuk
menentukan dimensi dari objek ukur. Dimensi benda ukur adalah jumlah
harga yang ditunjukkan oleh alat ukur pembanding dengan dimensi alat
ukur standarnya.
Metode pengukuran ini dapat mempunyai tingkat kecermatan yang
tinggi, namun kekurangannya adalah tidak praktis sehingga membutuhkan
waktu yang cukup lama dan memerlukan keterampilan yang cukup tinggi
dalam melakukan pengukuran dengan cara lain.
Jika benda ukur yang akan diukur jumlahnya banyak maka waktu yang
dibutuhkan akan menjadi sangat banyak juga, oleh karena itu untuk khusus
seperti ini dianjurkan menggunakan cara pengukuran dengan kaliber batas.

 Pengukuran dengan kaliber batas


Pengukuran dengan kaliber batas adalah pengukuran yang tidak
menentukan ukuran suatu dimensi dengan pasti, melainkan hanya
menunjukkan apakah dimensi tersebut terletak didalam atau diluar daerah
toleransi ukuran. Dimensi yang terletak didalam daerah toleransi berarti
dianggap baik, sedangkan dimensi yang terletak diluar daerah toleransi
adalah jelek. Benda ukur yang diukur menggunakan metode ini adalah
benda ukur yang ukurannya mempunyai toleransi.
Cara pengukuran dengan kaliber batas sangat praktis dan tidak
diperlukan keterampilan yang tinggi untuk dapat melakukan pengukuran
dengan metode ini. Hanya saja pengukuran dengan cara ini kita tidak dapat
mengetahui harga pengukuran secara pasti. Alat ukur kaliber batas ini
harganya sangat mahal, hampir setingkat dengan alat ukur standar oleh
karena itu untuk memperkecil biaya pengukuran maka pengukuran
dilakukan dengan menggunakan alat ukur kaliber batas ini selalu
digunakan untuk pengukuran yang bersifat produksi massal. Dengan
demikian biaya pengukuran per produk dapat menjadi kecil atau menjadi
murah.

 Pengukuran dengan membandingkan bentuk standar


Pengukuran dengan cara ini adalah pengukuran bentuk, bentuk atau
profil benda ukur dibandingkan dengan bentuk standar yang dibuat khusus.
Biasanya benda ukur mempunyai ukuran yang sangat kecil dan variabel
yang kritis pada benda ukur adalah bentuknya.
Seandainya benda ukur dibandingkan langsung pada bentuk standar
akan kesulitan sebab dimensinya yang kecil maka benda ukur diletakkan
pada profil proyektor diambil bayangannya yang kemudian diperbesar oleh
profil proyektor. Bayangan yang telah diperbesar inilah yang kemudian
dibandingkan dengan bentuk standar yang tentunya juga dalam ukuran
yang besar pula. Sehingga kesalahan bentuk yang kecil menjadi kelihatan
sebab telah mengalami pembesaran oleh profil proyektor.

2.3 Kontruksi Umum Alat Ukur


Kita telah mengenal apa yang disebut dengan mistar atau penggaris, mistar
ini ada yang terbuat dari kayu, ada yang dari pastik, dan yang paling baik
terbuat dari besi stainless. Pada salah satu penampang lebar dari mistar tersebut
biasanya dicantumkan angka - angka yang menunjukkan skala dari mistar.
Dengan mistar ini kita dapat menentukan ukuran panjang sesuatu yang
besarnya dapat dibaca langsung dari penunjukan skala yang ada pada mistar.
Dengan mistar ini kita dapat menentukan ukuran panjang sesuatu yang
besarnya dapat dibaca langsung dari penunjukan skala yang ada pada mistar.
Dengan demikian mistar yang digunakan untuk mengukur panjang tersebut
dapat dinamakan sebagai alat ukur. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa
mistar merupakan alat ukur yang paling sederhana bila ditinjau adanya satuan
dasar. Dalam metrologi industri, benda-benda yang diukur tidaklah
sesederhana kalau dibandingkan dengan pengukuran sebuah balok kayu yang
panjang, lebar dan tingginya sudah begitu terakhir. Geometri benda ukur
biasanya begitu komplek sehingga dalam pengukuran diperlukan kombinasi
cara dan bentuk pengukuran yang bermacam-macam. Dengan demikian
diperlukan juga bermacam-macam alat ukur yang memiliki karakteristik
sendiri-sendiri. Karakteristik dari alat-alat ukur inilah yang menyebabkan
adanya perbedaan antara alat ukur yang satu dengan alat ukur lainnya.
Karakteristik ini biasanya menyangkut pada konstruksi dan cara kerjanya.
Secara garis besar, sebuah alat ukur mempunyai ;
1. Sensor
Sensor adalah “peraba” dari alat ukur, yaitu yang menghubungkan alat
ukur dengan benda ukur. Ujung-ujung kontak dari mikrometer, kedua
lengan dari mistar ingsut (vernier caliper), jarum dari alat ukur kekasaran
permukaan adalah merupakan contoh dari sensor mekanis. Sistem lensa
(obyektif) adalah merupakan sensor dari alat ukur optis. Suatu poros
dengan lubang-lubang kecil melalui mana udara tekan mengalir keluar
adalah suatu contoh dari sensor pneumatis.

2. Pengubah
Pengubah adalah bagian yang terpenting dari alat ukur, melalui mana
isyarat dari sensor diteruskan, diubah atau diolah terlebih dahulu sebelum
diteruskan ke bagian lain dari alat ukur (bagian penunjuk). Pada bagian
inilah diterapkan bermacam-macam prinsip kerja, mulai dari prinsip
kinematis, optis, elektris, pneumatis sampai pada system gabungan, yang
kesemuanya ini pada dasarnya adalah bertujuan untuk memperbesar dan
memperjelas perbedaan yang kecil dari geomatri suatu obyek ukur.
3. Penujuk
Penunjuk adalah bagian dari alat ukur yang melalui harga dari hasil
dua pengukuran ditunjukkan atau dicatat

2.4 Kesalahan – Kesalahan Pada Pengukuran


 Kesalahan Paralaks
Kesalahan Paralaks/Paralax (Sudut Pandang). Ketika membaca nilai
skala, pembaca berpindah tempat / tidak tepat melihatnya / obyek yang
dilihat berbeda dengan obyek pertama yang diamati.
 Kesalahan Rambang
Kesalahan Rambang (Kesalahan yang Tidak Dapat Dikendalikan)
Disebabkan karena adanya sedikit fluktuasi pada kondisi-kondisi
pengukuran.
Contoh : fluktuasi tegangan listrik, gerak brown molekul udara, landasan
obyek bergetar.

Gambar 2.4.1 Kesalahan Rambang


(Modul Praktikum Lab.Metrologi Industri 2021)

Kesalahan Rambang (Kesalahan yang Tidak Dapat Dikendalikan)

 Sistematis
Kesalahan Sistematis (Systematic Error) merupakan kesalahan yang
berasal dari pengaruh-pengaruh yang dapat diketahui dengan pasti atau
ditimbulkan oleh adanya faktor yang tetap yang mengakibatkan hasil
pengujian cenderung lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai sebenarnya
(true value). Beberapa sebab dapat mengakibatkan timbulnya kesalahan
sistematis, seperti kelemahan metode pengujian kondisi akomodasi dan
lingkungan pengujian, kurang kopetennya personil laboratorium,
ketidakstabilan peralatan atau instrumentasi, atau bahan standar yang tidak
mampu telusur ke standar pengukuran nasional atau internasional.
 Kesalahan Histerisis
Kesalahan Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul
ketika dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua arah yang
berlawanan (mulai dari skala nol hingga skala maksimum kemudian
diulangi dari skala maksimum sampai skala nol).
 Kesalahan Sinus-Cosinus
Kesalahan Kosinus adalah hasil pengukuran yang menunjukkan nilai
yang lebih besar dari dimensi yang sebenarnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mereduksi kesalahan kosinus pada kalibrasi UMM dengan
menggunakan DLI. Reduksi kesalahan kosinus dilakukan dengan
penyempurnaan alignment optik pada DLI.

2.5 Istilah-istilah dalam pengukuran


 Kestabilan Nol (zero stability) Suatu penyimpangan yang membesar tetapi
dengan harga yang tetap atau berubah-ubah secara rambang tak stabil,
dikarenakan ketidakkakuan system pemegang alat ukur atau benda ukur,
kelonggaran system pengencang atau keausan sistem pemosisi.
 Repeatability adalah sejauh mana pengulangan pengukuran dalam kondisi
yang tidak berubah mendapatkan hasil yang sama.
 Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur
dengan cara membandingkannya dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi
diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan
akurat dan konsisten dengan instrumen lainnya.
 Ketelitian (accuracy) adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil
ukur yang mendekati hasil sebenarnya.
 Sensitivitas (sensitivity) adalah tingkat kepekaan alat ukur terhadap
perubahan besaraan yang akan diukur.
 Ketepatan (precision) adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil
yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan cara
yang sama.
 Kecermatan adalah kedekatan hasil uji antara hasil yang diperoleh dengan
nilai yang sebenarnya (true value) atau dengan nilai referensinya.
2.6 Macam-macam alat ukur diameter dalam selain yang ada pada modul
 Taper Gauge berfungsi sebagai alat ukur diameter lubang sebuah bidang.
Bisa juga digunakan sebagai alat pengukur persisi. Jenis bahannya
bervariasi. Biasanya yang paling umum digunakan yaitu bahan stainless
steel.

Gambar 2.6.1 Taper Gauge


(niagamas.com)

 Ring Gauge berfungsi untuk melakukan pemetaan atau mengukur


diameter luar sebuah produk. Apakah sudah masuk ukuran standar untuk
pembuatan sebuah produk dan biasanya produk tersebut dibuat secara
massal.
Gambar 2.6.2 Ring Gauge
(niagamas.com)

 Plug Gauge berfungsi sebagai alat untuk mengecek dimensi dalam/lubang


yang membutuhkan kalibrasi apakah sudah sesuai dengan yang
disyaratkan oleh standar produksi. Jika sudah sesuai maka produksi bisa
dilanjutkan.

Gambar 2.6.3 Plug Gauge


(niagamas.com)

 Jangka Sorong/sigmat berfungsi sebagai alat untuk mengukur panjang,


tebal, diameter dalam dan luar tabung, dan kedalaman benda dengan nilai
ketelitian hingga 0.01mm.
Gambar 2.6.4 Jangka Sorong
(niagamas.com)

 Dial Indikator berfungsi sebagai alat untuk mengukur kerataan suatu


permukaan bidang datar, kebulatan sebuah poros, dan mengukur kerataan
permukaan dinding silinder dalam skala kecil. Biasanya dial indicator
dipakai untuk mengukur nilai kerataan disc brake pada sebuah mobil.
Selain itu juga dipakai di dunia manufaktur, perkakas, dan bengkel
permesinan. Nilai ketelitian mencapai 0.01 mm.

Gambar 2.6.5 Dial Indikator


(niagamas.com)

2.7 Alat Ukur Yang Digunakan Di Modul 3


 Alat ukur langsung :
- Mikrometer jenis rahang (Micrometer Caliper)
Mikrometer jenis rahang digunakaan untuk pengukuran linier
dimensi benda ukur. Mikrometer ini memiliki ketelitian hingga
0,01mm. Dalam pengganaannya mikrometer ini memiliki 2 jenis yaitu
mikrometer rahang diameter luar dan mikrometer rahang diameter
dalam. Pada praktikum modul 3 Laboratorium Metrologi Industri
Itenas 2021 digunakan mikrometer rahang untuk mengukur diameter
dalam.

Gambar 2.7.1 Mikrometer jenis rahang


(Modul Praktikum Laboratorium Metrologi Industri 2021)

- Mikrometer dalam tiga kaki (Triobor)


Mikrometer dalam tiga kaki digunakan untuk mengukur diameter
dalam sebuah benda.

Gambar 2.7.2 Mikrometer dalam tiga kaki (Triobor)


(Modul Praktikum Laboratorium Metrologi Industri 2021)
 Alat ukur pembanding :
- Interapid
Interapid adalah alat ukur pembanding dengan skala pengukurana
yang sangat kecil, contohnya pada pengukuran pergerakan suatu
komponen (backlash, endplay) dan pengukuran kerataan. Alat ini
merupakan tools yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya alat ini harus
dipasangkan pada suatu alat bantu yang disebut Magnetic Base,
sebagai pemegang dial gauge dan berfungsi mengatur posisi dari dial
gauge pada permukaan benda yang diukur.

Gambar 2.7.3 Interapid


(Modul Praktikum Laboratorium Metrologi Industri 2021)

- Internal cylinder gauge


Cylinder gauge adalah alat ukur yang menggunakan dial gauge.
Cylinder gauge digunakan untuk mengukur diameter silinder dan
komponen sejenisnya secara teliti dan dari hasil pengukuran mampu
menyimpulakan keovalan, ketirusan. Pada ujungnya terdapat dial
gauge dan pada sisi lainnya terdapat measuring point. Cylinder gauge
adalah alat ukur yang mempunyai ketelitian 0,01 mm.
Gambar 2.7.4 Internal cylinder gauge
(Modul Praktikum Laboratorium Metrologi Industri 2021)
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Prosedur Pratikum


1. Siapkan alat ukur dan benda kerja yang ada pada modul 3 ini.
2. Bersihkan alat ukur dan benda kerja yang digunakan menggunakan wash
bensin, kemudian keringkan kembali dengan menggunakan tisu yang telah
disediakan.
3. Ukur benda kerja menggunakan Mikrometer dalam jenis rahang. Pada
posisi 1 oleh pengamat A dan posisi 2 oleh pengamat B dan lakukan
pengukuran pada posisi L dan R.
4. Lakukan pelaksanaan ke 3 dengan menggunakan alat ukur kedua pada alat
ukur langsung.
5. Siapkan alat ukur pembanding.
6. Sebelum melakukan pengukuran alat ukur ICG (Internal Cylinder Gauge),
kalibrasi terlebih dahulu menggunakan ring standar (tanya asisten).
7. Lakukan pengukuran sama seperti pada pelaksanaan nomor 3.
8. Kemudian lakukan pengukuran dengan menggunakan Interapid, kalibrasi
terlebih dahulu sebelum digunakan menggunakan ring standar.

3.2 Tabel Data Pengamatan


ALAT UKUR Pengamat
(Satuan mm) L R
Mikrometer Caliper 1. 56,93 2. 56,09
Kapasitas 3. 56,81 4. 56,95
Kecermatan : 0,01mm x sx
Triobor 1. 56,22 2. 56,45
Kapasitas 3. 56,10 4. 56,30
Kecermatan : 0,005 mm x sx
Interapid 1. 56,20 2. 56,20
Kapasitas 3. 56,12 4. 56,15
Kecermatan : 0,025mm X sx
Internal Cylinder Gauge 1. 56,49 2. 57,10
Kapasitas 3. 56,50 4. 57,95
Kecermatan : 0,01mm X sx
Tanggal : 28 Oktober 2021

Nama Asisten : M.DIAZ FAJAR ISMAIL


Tabel 3.2.1 Tabel Pengolahan Data

3.3 Pengolahan Data

Anda mungkin juga menyukai