Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

PRATIKUM FISIKA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

1. Prasetya sudarma putra (2311102443036)


2. Ijay Abdullah (2311102443020)
3. Muhammad Fajrin (2311102443009)
4. Afriza Pramudita Siswono (2311102443029)
5. Bintang Arya Kusuma Wardana (2311102443014)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Menganalisi pengukuran, bidang miring, dan bandul


sistematis

Kelompok : 10

Fakultas : Sains dan Teknologi

Program Studi : Teknik Sipil

Tanggal Pengesahan : -

Nama Kelompok :

1. Prasetya Sudarma Putra ( 2311102443036 )

2. Ijay Abdullah ( 2311102443020 )

3. Muhammad Fajrin ( 2311102443009 )

4. Afriza Pramudita Siswoyo ( 2311102443029 )

5. Bintang Arya Kusuma Wardana ( 2311102443014 )

Mengesahkan,

Ketua Kelompok Dosen Pengampu

Prasetya Sudarma Putra Santi Yatnikasari S.,T., M.T


NIM. 2311102443036 NIDM 110805790

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmatnya, kami dapat menyusun laporan yang berjudul
“Percobaan Pengukuran, Bidang Miring dan Bandul Matematis”.

Adapun maksud penyusunan laporan ini untuk memenuhi tugas mengenai


pengamatan tentang Percobaan Pengukuran, Bidang Miring dan Bandul
Matematis. Rasa terimakasih kami kepada ibu Santi Yatnikasari ST.,MT
selaku pembimbing materi dalam pembuatan laporan ini, serta orang tua yang
telah memberikan dukungan dengan baik dan semua rekan-rekan yang telah
membantu proses pembuatan laporan ini.

Kami berharap laporan ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah


wawasan dan pengetahuan mengenai Percobaan Pengukuran, Bidang Miring
dan Bandul Matematis. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata
sempurna dengan kekurangan yang kami miliki. Kritik dan Saran dari
pembaca akan kami terima dengan terbuka demi perbaikan penyempurnaan
laporan ini.

Samarinda, 20 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

Lembar pengesahan ............................................................................................. i


Kata pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................................ iii
Bab I ....................................................................................................................... 1
PERCOBAAN PENGUKURAN ......................................................................... 1
1.1 Pendahuluan............................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 1
1.3 Alat dan bahan ........................................................................... 2
1.3.1 Mistar .......................................................................................... 2
1.3.2 Jangka sorong ............................................................................ 3
1.3.3 Mikrometer sekrup .................................................................... 4
1.3.4 Gelas ukur .................................................................................. 5
1.3.5 Neraca ohauss ............................................................................ 6
1.4 Prosedur pelaksanaan ............................................................... 7
1.5 Landasan teori ........................................................................... 8
1.6 Hipotesis
1.7 Laporan perhitungan
1.8 Analisa data
1.9 Kesimpulan dan Saran
LEMBAR DATA HASIL PERCOBAAN .............................................. 11
DATA HASIL PERCOBAAN ................................................................. 11
BAB II .................................................................................................................. 13
PERCOBAAN BIDANG MIRING.................................................................... 13
2.1 Tujuan ......................................................................................... 13
2.2 Alat dan bahan ........................................................................... 13
2.3 Prosedur pelaksanaan ............................................................... 13
2.4 Landasan teori ........................................................................... 14
LEMBAR DATA HASIL PERCOBAAN .............................................. 17
DATA HASIL PERCOBAAN ................................................................. 17
BAB III ................................................................................................................. 18
PERCOBAAN BANDUL MATEMATIS .......................................................... 18
3.1 Tujuan .......................................................................................... 18
3.2 Alat dan bahan ............................................................................ 18
3.3 Prosedur pelaksanaan ................................................................. 18
3.4 Landasan teori ............................................................................. 19
LEMBAR DATA HASIL PERCOBAAN .............................................. 21
DATA HASIL PERCOBAAN ................................................................. 21

iii
BAB 1
PENGUKURAN

1.1 PENDAHULUAN
Ilmu fisika banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
penggunaan ilmu fisika yang sering ditemui yaitu berkaitan dengan pengukuran.
Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya
menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya harusnya distandarkan. Tujuan
pengukuran yaitu untuk mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran.
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran
dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah
pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan yang lain yang dianggap sebagai patokan.
Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda perlu dilakukan hal
yang spesifik. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dengan benda yang akan diukur. Jenis alat ukur yang digunakandalam
pengukuran berpengaruh terhadap keakuratan dan tingkat ketelitian suatu
perhitungan. Ukuran benda dapat ditentukan dari skala yang terdapat pada alat ukur
yang digunakan.

1.2 TUJUAN PERCOBAAN PENGUKURAN


Praktikum ini bertujuan agar setiap praktikum mampu:
1.Melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur seperti: Mistar,
Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup, Gelas Ukur dan Neraca/Timbangan.
2.Menentukan besaran turunan berdasarkan besaran dasar seperti: Panjang,
Luas, Volume dan Massa jenis benda yang beraturan dan yang tidak
beraturan.
1.3 ALAT DAN BAHAN
1.3.1 Mistar (Penggaris)
Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan. Alat
ukur ini memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm.Mistar memiliki ketelitian
pengukuran setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm. Pada saat
melakukan pengukuran dengan mistar,arah pandangan harus tegak lurus dengan
skala pada mistar dan benda yang diukur. Jika tidak tegak lurus maka akan
menyebabkan kesalahan dalam pengukurannya bias lebih besar atau lebih kecil dari
ukuran aslinya.

1
Cara menggunakan mistar sebagai berikut :
1.Letakkan benda yang hendak diukur pada landasan tumpuan atau balok landas.
Pastikan permukaannya rata.
2.Letakkan mistar di atas benda ukur tersebut. Posisikan titik nol atau ujung mistar
pada balok landas.
3.Baca ukuran dari benda ukur. Lakukan perhitungan seperti penambahan atau
pengurangan jika dibutuhkan.

Gambar 1.1 Penggaris

1.3.2 Jangka Sorong


Jangka sorong merupakan alat pengukur panjang dan biasa digunakan untuk
mengukur diameter suatu benda. Penemuan jangka sorong adalah seorang ahli
teknik berkebangsaan Prancis, Pierre Vernier.

Gambar 1.2 Jangka Sorong

Pada gambar diatas ada beberapa nomor yang memerinci bagian-bagian jangka
sorong. Berikut ini rinciannya :

1. Rahang luar, digunakan untuk mengukur bagian luar benda


2. Rahang dalam, digunakan untuk mengukur bagian dalam benda
3. Baut pengunci, digunakan untuk menahan pergeseran
4. Tangkai kedalaman, digunakan untuk mengukur kedalaman lubang
5. Skala utama (milimeter)
6. Skala nonius (milimeter)

2
Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap adalah skala utama,sedangkan
skala pendek pada rahang geser adalah skala nonius. Skala utama memiliki skala
dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius memiliki panjang 9 mm dan dibagi 10
skala.
Cara menggunakan jangka sorong sebagai berikut:
1.Kunci posisi rahang tetap dan rahang geser. Pastikan kedudukan keduanya
berada pada skala nol.
2.Letakkan benda ukur di antara rahang tetap dan rahang geser.
3.Geser rahang geser hingga menjepit benda ukur.
4.Kunci jangka sorong agar rahang geser tidak lagi berubah-ubah posisinya.
5.Lepaskan benda dari jangka sorong dan baca hasil pengukuran.

1.3.3 Mikrometer sekrup


Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur benda-benda yang
tipis,seperti tebal kertas dan diameter rambut.Mikro sekrup terdiri atas dua bagian
yaitu selubung dalam (poros tetap) dan selubung luar (poros ulir).
Fungsi mikrometer sekrup yang paling utama adalah untuk mengukur
diameter atau ketebalan sebuah benda. Alat ini punya tingkat presisi 10x lipat dari
jangka sorong. Oleh karena itu, mikrometer sekrup sangat akurat untuk menghitung
benda dengan ukuran sangat kecil.
Mikrometer sekrup terdiri dari beberapa bagian. Setiap bagian punya
fungsinya masing-masing. Apa saja bagian dan fungsi dari setiap bagian
mikrometer sekrup. Berikut penjelasannya:

Gambar 1.3 Mikrometer sekrup

• Frame. Bagian ini memiliki bentuk menyerupai huruf U. Frame biasanya terbuat
dari bahan logam tahan panas dan sangat tebal. Frame terbuat dari bahan tahan
panas untuk meminimalisir efek pemuaian panjang yang bisa menggangu proses
pengukuran.
• Anvil atau Poros Tetap. Poros tetap berfungsi sebagai penahan benda. Fungsi
utama dari bagian ini adalah untuk mencegah benda bergerak atau bergeser saat
akan diukur.

3
• Spindel atau Poros Gerak. Bagian mikrometer ini biasa disebut sebagai poros
gerak. Bagian ini memiliki bentuk silinder dan dapat digerakkan menuju poros
tetap. Silinder logam ini dapat digerakan maju-munder, menjauh, atau mendekati
poros tetap.
• Lock Nut. Bagian ini berfungsi sebagai pengunci. Bagian ini dapat menahan
poros gerak atau spindel agar tidak bergerak saat proses pengukuran benda.
• Sleeve. Bagian ini berbentuk batang logam dan diletakan pada bagian skala utama
pengukuran (dalam satuan mm). Bagian ini berbentuk lingkaran yang berfungsi
sebagai penunjuk skala pengukuran. Dalam satu buah mikrometer sekrup terdapat
skala ganda, yaitu skala utama (main scale) dan skala nonius (skala putar).
• Thimble. Merupakan bagian mikrometer sekrup yang berbentuk batang logam
dan bisa diputar. Ukurannya lebih besar dari sleeve dan jadi tempat diletakannya
skala nonius. Bagian ini bisa digerakkan dengan tangan pengguna mikrometer.
• Ratchet. Merupakan bagian mikrometer sekrup yang berfungsi menggerakan
bagian poros gerak. Bagian ini dapat mengencangkan poros gerak jika sudah
menyentuh benda dengan cara diputar searah jarum jam sampai terdengar bunyi
ketukan logam (tik). Untuk memastikan ujung poros gerak menempel sempurna
di benda, Anda bisa putar sebanyak 2 sampai 3 kali.
1.3.4 Gelas Ukur
Gelas ukur adalah peralatan laboratorium umum yang digunakan untuk
mengukur volume cairan. Alat ini memiliki bentuk silinder dan setiap garis penanda
pada gelas ukur mewakili jumlah cairan yang telah terukur.
Fungsi Gelas ukur yaitu untuk mengukur volume cairan atau larutan yang
tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, selain itu gelas ukur juga berfungsi untuk
mempermudah analis untuk mengetahui volume cairan dan zat dengan tepat
sehingga pekerjaan analis menjadi cepat dan efisien.

Gambar 1.4 Gelas Ukur

4
Adapun cara menggunakan gelas ukur dengan menggunakan cairan 80 ml yaitu
dengan menggunakan gelas ukur 100 ml, adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1.Pertama letakkan gelas ukur pada meja yang datar.
2.Kemudian masukkan cairan yang akan diukur ke dalam gelas ukur.
3.Masaukkan cairan kurang dari 80 ml, untuk menambahkan volume sampai 80
ml kita gunakan pipet tetes.

1.3.5 Neraca Ohauss


Neraca ohaus merupakan alat untuk mengukur massa yang memiliki tiga
sampai empat lengan pengukurannya. Bahkan ada yang menyebut neraca ini
sebagai Neraca ohaus 311 karena menunjukkan batas maksimal pengukuran.
Fungsi Neraca Ohauss adalah untuk mengukur massa benda atau logam dalam
praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan
neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca ohauss yaitu 0,1 gram.

Gambar 1.5 Neraca Ohauss


Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk melakukan pengukuran
terhadap suatu benda dengan Ohaus neraca:

1. Putar sekrup yang berada di bagian atas piringan neraca ke kiri kanan ke kiri,
posisi dua garis pada neraca sejajar. Hal ini dilakukan untuk mengalibrasi neraca
yang akan digunakan untuk menimbang.
2. Letakkan benda yang akan diukur massanya pada tempat beban dalam neraca.
3. Geser skala mulai dari yang skala besar. Jika panahnya sudah berada di titik
setimbang 0, bergantian ke skala kecil.
4. Jika dua garis sejajar dalam neraca sudah seimbang, maka hasil pengukuran
sudah dapat dibaca.

5
1.4 PROSEDUR PELAKSANAAN
Setting
- Semua anggota menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan gambar yang ada
dimodul
- Pastikan peralatan layak untuk di gunakan
- Semua anggota siap mengikuti praktikum dengan membawa peralatan alat tulis.
- Salah satu anggota menggambar benda sembarang
- Mengukur tebal I dan tebal II dari benda sembarang menggunakan
- Mengukur diameter I, II, III, IV Benda sembarang menggunakan jangka sorong
- Menimbang benda sembarang menggunakan neraca O’hauss
PRAKTIKAN : (Anggota 1)
- Menimbang balok menggunakan neraca O’hauss
- Mengukur Tinggi menggunakan high hause
- Mengukur Panjang dan lebar balok menggunakan jangka sorong
PRAKTIKAN : (Anggota 2)
- Mengukur diameter bola menggunakan jangka sorong
- Menimbang bola dengan cara massa gelas ukur berisi bola dikurangin dengan
massa ukur kosong.
PRAKTIKAN : (Anggota 3)
- Menggambar benda berongga
- Mengukur diameter benda berongga menggunakan jangka sorong
- Mengukur Panjang,lebar,tinggi benda berongga menggunakan jongko sorong
- Menimbang benda berongga menggunakan neraca O’hauss
PRAKTIKAN : (Anggota 4)
- Menimbang gelas ukur kosong menggunakan neraca O’hauss
- Mengukur gelas ukur dengan air
- Mengukur volume air
- Menimbang gelas ukur yang telah berisi air kemudian mencari massa air dengan
cara menggurangi massa gelas berisi air dengan gelas ukur yang kosong
1.5 LANDASAN TEORI
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas biasanya
terhadap suatu standar atau suatu ukuran.

Analisa ralat pengukuran terbagu menjadi 2 macam, yaitu :


1.Ralat sistematis : Ralat pengukuran yang akan memberikan efek tetapterhadap
hasil pengukuran dan analisannya.
2.Ralat rambang : Ralat yang bersifat flutuaktif saat dimana gejala pengamatan
terkadang menunjukan nilai terlalu besar dan nilai terlalu kecil.

6
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur dengan sesuatu yang
dijadikan sebagai acuan. Sesuatu yang dapat diukur kemudian hasilnya dinyatakan
dengan agnka-angka yang dinamakan dengan sebutan besaran. Besaran fisika
dikelompokkan menjadi besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok yaitu
besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran dasar.
Sedangkan besaran turunan yaitu besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok yang mempunyai
satuan dan dua besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.

Satuan dasar dan satuan turunan diperkuat dengan berat, daya menurut mekanik,
listrik dan fluida. Dengan demikian berdasarkan perumusan diatas kita mampu
menentukan massa jenis beberapa benda. Beberapa yang berkaitan dengandari hasil
pengukuran, yaitu :

1.Angka penting
2.Ketidakpastian
3.Galad (Perhitungan error)

Suatu besaran turunan ditentukan dengan mengukur besaran dasar terlebih dahulu,
sehingga untuk menentukan besaran turunan seperti : luas, volume, dan massa jenis
diperlukan besaran pokok. Dalam pengukuran sebuah benda dengan bentuk yang
sembarang dengan memiliki volume (v) dan massa (m) maka benda tersebut dapat
diketahui massa jenisnya dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
-p = massa jenis (kg/m3)
-m = massa benda (kg)
-v = volume benda (m3)

7
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya ditetapkan terlebih dahulu dan tidak
diturunkan dari besaran lain. Dapat dikatakan, besaran pokok berdiri sendiri.

Tabel 1.1 Besaran Pokok


NO Nama Besaran Satuan Dimensi
1 Panjang Kg M
2 Massa S T
3 Waktu M L
4 Suhu ˚K O
5 Jumlah Zat Mol N
6 Intensitas Cahaya Candela J
7 Kuat Arus Listrik Ampere I

Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok.

Tabel 1.2 Besaran Turunan


NO Nama Besaran Satuan Dimensi
1 Luas m2 [L]2
2 Volume m3 [L]3
3 Massa Jenis kg/m3 [M][L]-3
4 Kecepatan m/s [L][T]-1
5 Percepatan m/s 2 [L][T]-2
6 Gaya kg.m-1s-2 [M][L][T]-2
7 Usaha kg.m2s-2 [M][L]2[T]-2

8
1.6 Hipotesis

LEMBAR DATA HASIL PERCOBAAN


Jenis Praktikum : Pengukuran
Hari/Tanggal Praktikum : Jumat, 7 oktober 2023
Fakultas/Jurusan : sains dan teknologi
Kelompok : 10
NO Nama Peserta NIM Tanda Tangan
1 Prasetya Sudarma Putra 2211102443036 1.
2 Ijay Abdullah 2211102443020 2.
3 Muhammad Fajrin 2211102443009 3.
4 Afriza Pramudita Siswoyo 2211102443029 4.
5 Bintang Arya Kusuma Wardana 2211102443014 5.

DATA HASIL PERCOBAAN


On Dimensi
No Nama Alat Yang Volume Massa Massa Jenis
sampel Digunakan Panjang Lebar Tebal Diameter

1 Balok Mistar,mikrometer,
neraca ohauss 25 cm 18,44cm 18,43 cm - 0,00480823 m2 15 gram 3,11 kg/m3

2 Jangka
Bola sorong,neraca digital - - - 4,26 mm 0,0000404 m3 50 gram 1237,6kg/m3

3 Benda Mistar, jangka


Berongga Sorong,neraca 9,54 cm 5,28 cm 5,28 cm 5,28 cm 0,00011555 m3 7 gram 0,0606 kg/m3
digital
4 Benda Gelas ukur,neraca
Sembarang digital - - - - 210 ml 36 gram 171,42 kg/m3

Toleransi : Untuk zat cair :


Δp = 0,01 cm Δm = 0,01 cm
Δl = 0,01 cm ΔV = 0,01 cm
Δt = 0,01 cm
Δm = 0,01 cm Asisten pengampu
Δr = 0,01 cm
Dhea Putri Rifany
NIM.2111102443014

9
1.7 Laporan perhitungan

1.balok

10
2. Bola

11
3.Benda berongga

12
4.Benda sembarang

13
1.8 Analisa dan Pembahasan

No V ∆V p ∆p KR K

1 0,00480823 m3 0,0197754 m3 3,11 kg/m3 0,00617 kg/m3 0,00197 % 99,98 %

2 0,0000404 m3 0,00001212 m3 1237,6 kg/m3 2,527 x 1012 kg/m3 2,04 % 97,96 %

3 0,00011555 m3 0,0000121 m3 0,0606 kg/m3 986,4 kg/m3 1,6 % 98,4 %

4 210 ml - 171,42 kg/m3 0,00058 kg/m3 0,0000033835 % 99,99%

1.9 kesimpulan dan saran


1) kesimpulan
Pratikan dapat melakukan pengukuran panjang,lebar,tinggi,dan diameter dengan
menggunakan alat ukur yang berbeda, yakni; mistar,jangka sorong,dan mikrometer
sekrup. Serta dapat melakukan penggukuran massa jenis yaitu zat cair dengan
menggunakan gelas ukur. Pada pratikum ini, bahwa setiap alat ukur memiliki
tingkat ketelitian yang berbeda-beda dan memiliki kesalahan pengukuran yang
berbeda.
2) Saran
Saran untuk pratikum pengukuran dasar ini, yaitu :
1. sebelum melakukan percobaan, pratikan harus memahami dan mengatahui hal
apa saja yang harus di lakukan .
2. pratikan harus mengatahui setiap fungsi dari setiap alat ukur.
3. Pratikan harus memperhatikan intruksi dari asisten agar pratikum dapat berjalan
dengan lancar dan sesuai

14
BAB II
PERCOBAAN BIDANG MIRING
2.1 TUJUAN
Praktikum ini bertujuan agar tiap-tiap praktikan mampu,
1. Membedakan dan mendefenisikan gaya-gaya yang bekerja pada balok.
2. Menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada balok dibidang miring.
3. Mencari koefisian gesek pada benda diam dan sedang bergerak yang meluncur
pada bidang miring.
Dalam melakukan analisis data dan memberikan kesimpulan praktikum bidang
miring harus melakukan dan melaksanakan konsultasi dengan asisten pembimbing
terlebih duu selambat-lambatnya 1 minggu setelah praktikum.
2.2 ALAT DAN BAHAN
1. Bidang luncur yang bisa diatur sudutnya
2. Beban
3. Balok
4. Stopwatch
5. Mistar
6. Bedak
7. Pengait
2.3 PROSEDUR PELAKSANAAN
LANGKAH 1 : MENIMBANG BERAT BALOK, BEBAN &PENGAIT
a) Anggota 1 : Menimbang massa balok
b) Anggota 2 : Menimbang massa beban
c) Anggota 3 : Menimbang massa pengait
d) Anggota 4 : Mencatat data massa balok, beban, dan pengait
LANGKAH 2 : SETTING BIDANG MIRING (1)
a) Anggota 1 : Melihat sudut
b) Anggota 2,3 : Menaikkan bidang miring
c) Anggota 4 : Memberi bedak
LANGKAH 3 : SETTING BIDANG MIRING (2)
a) Anggota 1 : Mengukur panjang balok
b) Anggota 2,3 : Mengatur panjang lintasan
c) Anggota 4 : Mempersiapkan stopwatch

15
LANGKAH 4 : PENGAMBILAN DATA
a) Anggota 1 : Melepaskan beban
b) Anggota 2,3 : Mengamati waktu tempuh stopwatch
c) Anggota 4 : Mencatat waktu stopwatch dalam table
2.4 LANDASAN TEORI
Bidang miring adalah suatu lintasan yang memiliki kemiringan tertentu dan
membentuk sudut terhadap permukaan mendatarnya. Penerapan bidang miring
dapat mengatasi hambatan besar dengan menerapkan gaya yang relatif lebih kecil
melalui jarak yang lebih jauh, daripada jika beban itu diangkat vertikal

Gambar 2.1 bidang miring


Adapun gaya yang bekerja pada bidang miring, dapat dicari dalam rumus :
𝑾.𝒉
F=
𝒔

Karena W = m.g, maka rumus dapat dijabarkan menjadi :


F = 𝒉.
m.g
𝒔

Rumus diatas merupakan rumus untuk mencari atau menghitung gaya pada bidang
miring. Untuk mencari besaran lainnya, rumus tersebut cukup dibolak-balik.
Berikut ini bentuknya :
1.Mencari berat benda :

W=𝑠 . F

2.Mencari tinggi benda :

h= 𝐹 .s
𝑊

16
3.Mencari panjang bidang miring :

s = 𝑊. h
𝐹
Keterangan :
- F = gaya yang diberikan (N)
- W = berat benda (kg)
- h = tinggi benda (m)
- s = panjang bidang miring (m)
- m = massa benda (kg)
- g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
Keuntungan menggunakan bidang miring adalah memperkecil usaha yang
dilakukan dengan menambah jarak tempuh. Bidang miring akan mempermudah
gerakan benda dengan bidang yang datar tetapi dibuat miring untuk meningkatkan
benda ketempat yang lebih tinggi. Sedangkakn kelemahan atau kerugian dalam
penggunaan bidang miring adalah jarak yang ditempuh atau dilalui semakin lebih
sehingga untuk menggunakannya diperlukan waktu yang relative cukup lama.
Di dalam bidang miring pula bekerja gaya gesek. Gaya gesek adalah gaya yang
berlawanan arah dengan arah gerak benda. Gaya ini terjadi karena sentuhan benda
dengan bidang lintasan akan membuat gesekan antara keduanya saat benda akan
mulai bergerak hingga benda bergerak. Besarnya gaya ini ditentukan berdasarkan
kekasaran permukaan kedua bidang yang bersentuhan, jadi semakin kasar
permukaan suatu bidang maka nilai gaya geseknya akan semakin besar.
Macam-macam gaya gesek, yaitu :
1. Gaya gesek statis adalah gaya yang bekerja saat benda diam hingga tepat saat
benda akan bergerak. Gaya gesek statis dapat mencegah benda meluncur ke
bawah pada bidang miring.

Persamaan gaya gesek statis :F ≤ 𝒇s → benda tetap diam.

F ≥ 𝒇s → benda mulai bergerak.


2. Gaya gesek kinetis adalah gaya yang bekerja pada saat benda bergerak.
Persamaan gaya gesek kinetis :

𝒇k = 𝝁k.N 𝝁k < 𝝁s

17
2.5 Hipotesis

LEMBAR DATA HASIL PERCOBAAN


Jenis Praktikum : Bidang miring
Hari/Tanggal Praktikum : Sabtu,7 Oktober 2023
Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Teknik Sipil
Kelompok/Nama Kelompok : 10
NO Nama Peserta NIM Tanda Tangan

1 Bintang Arya 2311102443014 1


Kusuma Wardana
2 Muhammad Fajrin 2311102443009 2

3 Prasetya Sudarma 2311102443036 3


Putra
4 Ijay Abdullah 2311102443020 4

5 Afriza Pramudita 2311102443029 5


Siswoyo

Data Hasil Percobaan


No M P P’ Sudut Sa-b t (sekon)
(kg) (kg) (kg) (0 ) (m) t1 t2 t3
1 0,05 kg 207 g 70 g 30 ° 55 cm 0,72 s 0,53 s 0,60 s
2 0,05 kg 158 g 100 g 30 ° 55cm 0,97 s 1,18 s 1,22 s
3 0,05 kg 277 g 50 g 30 ° 55cm 0,50 s 0,32 s 0,47 s
4 0,05 kg 164 g 70 g 30 ° 55cm 0,50 s 0,44 s 0,44 s

∆p = 0,01 N ∆m1 = 0,01 kg


∆Sa-b = 0,01 m ∆m2 = 0,01 kg
∆w = 0,01 N ∆a = 0,01 m/s2
∆g = 0,01 m/s2

Asisten pengampu

Dhea Putri Rifany


NIM.2111102443014

18
2.6 Laporan Perhitungan
1. Percobaan (1)

19
20
21
2.Percobaan (2)

22
23
24
3. Percobaan (3)

25
26
27
4.Percobaan (4)

28
29
30
2.7 Analisa data dan Pembahasan
NO t Δt α Δα μk μs KR μk KR μs K μk K μs
1 0,62 0,055 2,95 0,850 -200,07 4,52 0,18% 0,22% 99,82% 99,78%
2 1,12 0,077 0,87 0,069 -33,02 4,17 0,21% 0,22% 99,79% 99,78%
3 0,43 0,055 5,94 0,344 -401,305 6,03 0,16% 0,20% 99,84% 99,8%
4 0,46 0,02 5,21 0,140 -185,825 3,72 0,17% 0,22% 99,83% 99,78%

2.8 Kesimpulan dan Saran


• Kesimpulan
1) Prinsip kerja dari bidang miring untuk mengatasi hambatan besar dengan
menerapkan gaya yang relatif lebih kecil melalui jarak yang lebih jauh, daripada
jika beban itu diangkat vertikal.
2) Semakin kecil sudut yang digunakan pada bidang miring, maka semakin lambat
pula kereta luncur itu mencapai titik akhirnya dari bidang miringtersebut.
Sebaliknya semakin besar sudut pada kemiringan yang digunakan, maka
semakin cepat kereta luncur akan mencapai tumbukan titik akhirnya bidang
miring tersebut.
3) Makin landai bidang miring, maka makin kecil gaya yang dibutuhkan, Makin
curam bidang miring, maka makin besar gaya yang dibutuhkan. Gaya yang
bekerja pada bidang miring meliputi gaya berat (w), gaya normal (N), dan gaya
gravitasi (g). Gaya berat (w) adalah gaya yang nilainya dipengaruhi oleh massa
benda. Gaya gravitasi merupakan gaya tarik bumi yang besarnya sekitar g = 9,8
m/s2. Sedangkan gaya normal (N) adalah gaya kontak antara benda dan bidang
yang arahnya tegak lurus dengan bidang.
4) Gaya gesekan yang diberikan kereta luncur pada rel kereta sebanding dengan
massa kereta luncur dan sudut kemiringan. Semakin besar sudut kemiringan
maka semakin kecil gaya gesekan juga semakin kecil nilai massa semakin kecil
gaya geseknya.
5) Sudut kemiringan sangat mempengaruhi kecepatan serta percepatan yang
dialami kereta luncur, semakin besar nilai sudut kemiringannya semakin besar
pula nilai kecepatan dan percepatan yang dialami kereta luncur.
• Saran
Agar percobaan bidang miringkereta luncur berhasil, Perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1) Dalam pengukuran sudut kemiringan harus dilakukan dengan teliti dan cermat.
Sehingga saat melakukan percobaan akan mengurangi kesalahan serta tidak
terjadinya lepas rel dari alat statif.
2) Dalam melakukan perhitungan waktu harus cepat.

31
BAB III

PERCOBAAN BANDUL MATEMATIS


3.1 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar tiap-tiap kelompok mampu,
1. Mengamati gerak osilasi bandul matematis
2. Menentukan frekuensi bandul matematis
3. Menentukan nilai tetapan percepatan gravitasi bumi
Dalam melakukan analisis data dan memberikan kesimpulan praktikum
bandul matematis harus sudah selesai dilaksanakan dan dikonsultasikan
dengan asisten pembimbing masing- masing kelompok selambat-lambatnya 1
minggu setelah praktikum.
3.2 Alat dan bahan
1. Seperangkat bandul matematis
2. Stopwatch
3. Mistar
3.3 Prosedur pelaksanaan
Langkah I : Percobaan
a) Memegang bandul dan menyimpangkannya kekiri atau kekanan kurang
dari 150 praktikan harus berada tepat (tegak lurus didepan bandul) lalu
melepaskan bandul mengalami osilasi.
b) Menghitung waktu osilasi selama 20 kali osilasi dengan menggunakan
stopwatch.
c) Mencatat Panjang tali dan waktu osilasi dalam tabel hasil percobaan.
d) Menghitung periode dari data percobaan dengan cara membagi waktu
osilasi dengan jumlah osilasi (20 osilasi).
Langkah 2 : Pengulangan Percobaan

a) Mengulangi mengosilasi bandul dengan mengubah Panjang tali bandul


matematis .Sebelumnya asisten menjelaskan bagaimana cara memvariasi
tali.
b) Menghitung varian-varian dari waktu osilasi selama 20 kali osilasi dengan
menggunakan stopwatch.
c) Mencatat variasi-variasi Panjang tali beserta waktu osilasi dalam tabel hasil
percobaan.
d) Menghitung nilai periode dari data-data yang sudah didapat.

32
3.4 Landasan teori
Jika suatu massa digantungkan secara variabel dengan seutas tali sepanjan
l, lalu bandul disimpangkan kurang dari 150 , maka bandul akan berosilasi
dengan frekuensi

Gambar 3.1 skematik bandul matematis


𝟐𝝅 𝒈
ꞷ= =√
𝑻 ⅈ
Keterangan :
ꞷ adalah frekuensi
bandul matematis

T adalah periode bandul matematis


g adalah tetapan percepatan
gravitasi bumi

l adalah Panjang tali


Dengan mengetahui periode dan Panjang tali bandul matematis, dapat diperoleh
tetapangravitasi.

33
Rumus Bandul Matematis

Keterangan :

I =Panjang tali (m)

T =Periode satu kali osilasi (s)

M1 =Gradien garis 1 pada grafik

M2 =Gradien garis 2 pada grafik

M3 =Gradien garis Tengah pada grafik

34
3.5 Hipotesis
LEMBAR DATA HASIL PERCOBAAN

Jenis Praktikum : Bandul Matematis


Hari/Tanggal : 7-10-2023
Praktikum : fisika
Fakultas/Jurusan : Sains & Teknologi /Tekniik Sipil
Kelompok : 10

Nama Peserta NIM Tanda Tangan

Bintang Arya Kusuma Wardana 2311102443014 1


Muhammad Fajrin 2311102443009 2
Prasetya Sudarma Putra 2311102443036 3
Ijay Abdullah 2311102443020 4
Afriza Pramudita Siswoyo 2311102443029 5

Data Hasil Percoban


No Panjang tali (1) banyak Osilasi Waktu Osikasi Peridode (T) Sudut
M Detik Detik (m)
1 23 cm 20 20,44 1,022 20
2 23 cm 20 20,37 1,018 15
3 30 cm 20 23,6 1,18 20
4 30 cm 20 22,94 1,147 15

Toleransi :
∆l = 0,01 m
∆T = 0,01 m

Asistensi pengampu

35
3.6 Laporan Perhitungan

36
37
38
39
3.7 Analisa data dan pembahasan
4 No g ∆g KR K
Percobaan 1 8,49m/s2 0,31m/s2 0,036% 99.96%
Percobaan 2 8,75m/s2 0,041m/s2 0.046% 99.95%
Percobaan 3 8,49m/s2 0,31m/s2 0,036% 99.96%
Percobaan 4 8,99m/s2 0,33m/s2 0.036% 99.96%

3.8 kesimpulan dan saran


-Kesimpulan
1. Percepatan gravitasi setempat dipengaruhi oleh panjang tali dan massa bandul.
2. Periode ayunan dapat diketahui jika memiliki data banyaknya ayunan dan waktu
yang diperlukan.
3. Jika simpangan osilasi ditarik kesamping dari posisi setimbang, maka massa m
akan berayun dalam bidang vertikal kebawah pengaruh gravitasi.
4. Panjangnya tali memengaruhi periode karena hubungan panjang tali dengan
periode bandul berbanding lurus.
5. Gerak harmonis sederhana pada ayunan matematis berpengaruh bila amplitudo
getaran tidak kecil namun tidak harmonik sederhana, sehingga periode
mengalami ketergantungan pada amplitudo dan dinyatakan dalam amplitude
sudut
-Saran
Dari praktikum Bandul Matematis, pada saat pengamatan dan perhitungan ada
baiknya untukmemeriksa dan memperhatikan alat yang digunakan, yaitu berupa
stopwatch, bola logam, tali,penggaris, dan statif apakah dalam kondisi baik atau
tidak dan Dari percobaan ini harusdiperhatikan sekali simpangannya. Simpangan
yang diberikan harus sekecil mungkin karena persyaratan gerak harmonik
sederhana harus memiliki simpangan yang kecil.Selain itu juga harus diperhatikan
saat mulai pengitungan periode/waktu, harus dimulai saat bandul benar-benar
stabil.

40
41

Anda mungkin juga menyukai