PRATIKUM FISIKA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : 10
Tanggal Pengesahan : -
Nama Kelompok :
Mengesahkan,
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmatnya, kami dapat menyusun laporan yang berjudul
“Percobaan Pengukuran, Bidang Miring dan Bandul Matematis”.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENGUKURAN
1.1 PENDAHULUAN
Ilmu fisika banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
penggunaan ilmu fisika yang sering ditemui yaitu berkaitan dengan pengukuran.
Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya
menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya harusnya distandarkan. Tujuan
pengukuran yaitu untuk mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran.
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran
dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah
pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan yang lain yang dianggap sebagai patokan.
Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda perlu dilakukan hal
yang spesifik. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dengan benda yang akan diukur. Jenis alat ukur yang digunakandalam
pengukuran berpengaruh terhadap keakuratan dan tingkat ketelitian suatu
perhitungan. Ukuran benda dapat ditentukan dari skala yang terdapat pada alat ukur
yang digunakan.
1
Cara menggunakan mistar sebagai berikut :
1.Letakkan benda yang hendak diukur pada landasan tumpuan atau balok landas.
Pastikan permukaannya rata.
2.Letakkan mistar di atas benda ukur tersebut. Posisikan titik nol atau ujung mistar
pada balok landas.
3.Baca ukuran dari benda ukur. Lakukan perhitungan seperti penambahan atau
pengurangan jika dibutuhkan.
Pada gambar diatas ada beberapa nomor yang memerinci bagian-bagian jangka
sorong. Berikut ini rinciannya :
2
Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap adalah skala utama,sedangkan
skala pendek pada rahang geser adalah skala nonius. Skala utama memiliki skala
dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius memiliki panjang 9 mm dan dibagi 10
skala.
Cara menggunakan jangka sorong sebagai berikut:
1.Kunci posisi rahang tetap dan rahang geser. Pastikan kedudukan keduanya
berada pada skala nol.
2.Letakkan benda ukur di antara rahang tetap dan rahang geser.
3.Geser rahang geser hingga menjepit benda ukur.
4.Kunci jangka sorong agar rahang geser tidak lagi berubah-ubah posisinya.
5.Lepaskan benda dari jangka sorong dan baca hasil pengukuran.
• Frame. Bagian ini memiliki bentuk menyerupai huruf U. Frame biasanya terbuat
dari bahan logam tahan panas dan sangat tebal. Frame terbuat dari bahan tahan
panas untuk meminimalisir efek pemuaian panjang yang bisa menggangu proses
pengukuran.
• Anvil atau Poros Tetap. Poros tetap berfungsi sebagai penahan benda. Fungsi
utama dari bagian ini adalah untuk mencegah benda bergerak atau bergeser saat
akan diukur.
3
• Spindel atau Poros Gerak. Bagian mikrometer ini biasa disebut sebagai poros
gerak. Bagian ini memiliki bentuk silinder dan dapat digerakkan menuju poros
tetap. Silinder logam ini dapat digerakan maju-munder, menjauh, atau mendekati
poros tetap.
• Lock Nut. Bagian ini berfungsi sebagai pengunci. Bagian ini dapat menahan
poros gerak atau spindel agar tidak bergerak saat proses pengukuran benda.
• Sleeve. Bagian ini berbentuk batang logam dan diletakan pada bagian skala utama
pengukuran (dalam satuan mm). Bagian ini berbentuk lingkaran yang berfungsi
sebagai penunjuk skala pengukuran. Dalam satu buah mikrometer sekrup terdapat
skala ganda, yaitu skala utama (main scale) dan skala nonius (skala putar).
• Thimble. Merupakan bagian mikrometer sekrup yang berbentuk batang logam
dan bisa diputar. Ukurannya lebih besar dari sleeve dan jadi tempat diletakannya
skala nonius. Bagian ini bisa digerakkan dengan tangan pengguna mikrometer.
• Ratchet. Merupakan bagian mikrometer sekrup yang berfungsi menggerakan
bagian poros gerak. Bagian ini dapat mengencangkan poros gerak jika sudah
menyentuh benda dengan cara diputar searah jarum jam sampai terdengar bunyi
ketukan logam (tik). Untuk memastikan ujung poros gerak menempel sempurna
di benda, Anda bisa putar sebanyak 2 sampai 3 kali.
1.3.4 Gelas Ukur
Gelas ukur adalah peralatan laboratorium umum yang digunakan untuk
mengukur volume cairan. Alat ini memiliki bentuk silinder dan setiap garis penanda
pada gelas ukur mewakili jumlah cairan yang telah terukur.
Fungsi Gelas ukur yaitu untuk mengukur volume cairan atau larutan yang
tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, selain itu gelas ukur juga berfungsi untuk
mempermudah analis untuk mengetahui volume cairan dan zat dengan tepat
sehingga pekerjaan analis menjadi cepat dan efisien.
4
Adapun cara menggunakan gelas ukur dengan menggunakan cairan 80 ml yaitu
dengan menggunakan gelas ukur 100 ml, adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1.Pertama letakkan gelas ukur pada meja yang datar.
2.Kemudian masukkan cairan yang akan diukur ke dalam gelas ukur.
3.Masaukkan cairan kurang dari 80 ml, untuk menambahkan volume sampai 80
ml kita gunakan pipet tetes.
1. Putar sekrup yang berada di bagian atas piringan neraca ke kiri kanan ke kiri,
posisi dua garis pada neraca sejajar. Hal ini dilakukan untuk mengalibrasi neraca
yang akan digunakan untuk menimbang.
2. Letakkan benda yang akan diukur massanya pada tempat beban dalam neraca.
3. Geser skala mulai dari yang skala besar. Jika panahnya sudah berada di titik
setimbang 0, bergantian ke skala kecil.
4. Jika dua garis sejajar dalam neraca sudah seimbang, maka hasil pengukuran
sudah dapat dibaca.
5
1.4 PROSEDUR PELAKSANAAN
Setting
- Semua anggota menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan gambar yang ada
dimodul
- Pastikan peralatan layak untuk di gunakan
- Semua anggota siap mengikuti praktikum dengan membawa peralatan alat tulis.
- Salah satu anggota menggambar benda sembarang
- Mengukur tebal I dan tebal II dari benda sembarang menggunakan
- Mengukur diameter I, II, III, IV Benda sembarang menggunakan jangka sorong
- Menimbang benda sembarang menggunakan neraca O’hauss
PRAKTIKAN : (Anggota 1)
- Menimbang balok menggunakan neraca O’hauss
- Mengukur Tinggi menggunakan high hause
- Mengukur Panjang dan lebar balok menggunakan jangka sorong
PRAKTIKAN : (Anggota 2)
- Mengukur diameter bola menggunakan jangka sorong
- Menimbang bola dengan cara massa gelas ukur berisi bola dikurangin dengan
massa ukur kosong.
PRAKTIKAN : (Anggota 3)
- Menggambar benda berongga
- Mengukur diameter benda berongga menggunakan jangka sorong
- Mengukur Panjang,lebar,tinggi benda berongga menggunakan jongko sorong
- Menimbang benda berongga menggunakan neraca O’hauss
PRAKTIKAN : (Anggota 4)
- Menimbang gelas ukur kosong menggunakan neraca O’hauss
- Mengukur gelas ukur dengan air
- Mengukur volume air
- Menimbang gelas ukur yang telah berisi air kemudian mencari massa air dengan
cara menggurangi massa gelas berisi air dengan gelas ukur yang kosong
1.5 LANDASAN TEORI
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas biasanya
terhadap suatu standar atau suatu ukuran.
6
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur dengan sesuatu yang
dijadikan sebagai acuan. Sesuatu yang dapat diukur kemudian hasilnya dinyatakan
dengan agnka-angka yang dinamakan dengan sebutan besaran. Besaran fisika
dikelompokkan menjadi besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok yaitu
besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran dasar.
Sedangkan besaran turunan yaitu besaran yang diturunkan dari besaran pokok.
Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok yang mempunyai
satuan dan dua besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.
Satuan dasar dan satuan turunan diperkuat dengan berat, daya menurut mekanik,
listrik dan fluida. Dengan demikian berdasarkan perumusan diatas kita mampu
menentukan massa jenis beberapa benda. Beberapa yang berkaitan dengandari hasil
pengukuran, yaitu :
1.Angka penting
2.Ketidakpastian
3.Galad (Perhitungan error)
Suatu besaran turunan ditentukan dengan mengukur besaran dasar terlebih dahulu,
sehingga untuk menentukan besaran turunan seperti : luas, volume, dan massa jenis
diperlukan besaran pokok. Dalam pengukuran sebuah benda dengan bentuk yang
sembarang dengan memiliki volume (v) dan massa (m) maka benda tersebut dapat
diketahui massa jenisnya dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
-p = massa jenis (kg/m3)
-m = massa benda (kg)
-v = volume benda (m3)
7
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya ditetapkan terlebih dahulu dan tidak
diturunkan dari besaran lain. Dapat dikatakan, besaran pokok berdiri sendiri.
8
1.6 Hipotesis
1 Balok Mistar,mikrometer,
neraca ohauss 25 cm 18,44cm 18,43 cm - 0,00480823 m2 15 gram 3,11 kg/m3
2 Jangka
Bola sorong,neraca digital - - - 4,26 mm 0,0000404 m3 50 gram 1237,6kg/m3
9
1.7 Laporan perhitungan
1.balok
10
2. Bola
11
3.Benda berongga
12
4.Benda sembarang
13
1.8 Analisa dan Pembahasan
No V ∆V p ∆p KR K
14
BAB II
PERCOBAAN BIDANG MIRING
2.1 TUJUAN
Praktikum ini bertujuan agar tiap-tiap praktikan mampu,
1. Membedakan dan mendefenisikan gaya-gaya yang bekerja pada balok.
2. Menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada balok dibidang miring.
3. Mencari koefisian gesek pada benda diam dan sedang bergerak yang meluncur
pada bidang miring.
Dalam melakukan analisis data dan memberikan kesimpulan praktikum bidang
miring harus melakukan dan melaksanakan konsultasi dengan asisten pembimbing
terlebih duu selambat-lambatnya 1 minggu setelah praktikum.
2.2 ALAT DAN BAHAN
1. Bidang luncur yang bisa diatur sudutnya
2. Beban
3. Balok
4. Stopwatch
5. Mistar
6. Bedak
7. Pengait
2.3 PROSEDUR PELAKSANAAN
LANGKAH 1 : MENIMBANG BERAT BALOK, BEBAN &PENGAIT
a) Anggota 1 : Menimbang massa balok
b) Anggota 2 : Menimbang massa beban
c) Anggota 3 : Menimbang massa pengait
d) Anggota 4 : Mencatat data massa balok, beban, dan pengait
LANGKAH 2 : SETTING BIDANG MIRING (1)
a) Anggota 1 : Melihat sudut
b) Anggota 2,3 : Menaikkan bidang miring
c) Anggota 4 : Memberi bedak
LANGKAH 3 : SETTING BIDANG MIRING (2)
a) Anggota 1 : Mengukur panjang balok
b) Anggota 2,3 : Mengatur panjang lintasan
c) Anggota 4 : Mempersiapkan stopwatch
15
LANGKAH 4 : PENGAMBILAN DATA
a) Anggota 1 : Melepaskan beban
b) Anggota 2,3 : Mengamati waktu tempuh stopwatch
c) Anggota 4 : Mencatat waktu stopwatch dalam table
2.4 LANDASAN TEORI
Bidang miring adalah suatu lintasan yang memiliki kemiringan tertentu dan
membentuk sudut terhadap permukaan mendatarnya. Penerapan bidang miring
dapat mengatasi hambatan besar dengan menerapkan gaya yang relatif lebih kecil
melalui jarak yang lebih jauh, daripada jika beban itu diangkat vertikal
Rumus diatas merupakan rumus untuk mencari atau menghitung gaya pada bidang
miring. Untuk mencari besaran lainnya, rumus tersebut cukup dibolak-balik.
Berikut ini bentuknya :
1.Mencari berat benda :
W=𝑠 . F
ℎ
h= 𝐹 .s
𝑊
16
3.Mencari panjang bidang miring :
s = 𝑊. h
𝐹
Keterangan :
- F = gaya yang diberikan (N)
- W = berat benda (kg)
- h = tinggi benda (m)
- s = panjang bidang miring (m)
- m = massa benda (kg)
- g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
Keuntungan menggunakan bidang miring adalah memperkecil usaha yang
dilakukan dengan menambah jarak tempuh. Bidang miring akan mempermudah
gerakan benda dengan bidang yang datar tetapi dibuat miring untuk meningkatkan
benda ketempat yang lebih tinggi. Sedangkakn kelemahan atau kerugian dalam
penggunaan bidang miring adalah jarak yang ditempuh atau dilalui semakin lebih
sehingga untuk menggunakannya diperlukan waktu yang relative cukup lama.
Di dalam bidang miring pula bekerja gaya gesek. Gaya gesek adalah gaya yang
berlawanan arah dengan arah gerak benda. Gaya ini terjadi karena sentuhan benda
dengan bidang lintasan akan membuat gesekan antara keduanya saat benda akan
mulai bergerak hingga benda bergerak. Besarnya gaya ini ditentukan berdasarkan
kekasaran permukaan kedua bidang yang bersentuhan, jadi semakin kasar
permukaan suatu bidang maka nilai gaya geseknya akan semakin besar.
Macam-macam gaya gesek, yaitu :
1. Gaya gesek statis adalah gaya yang bekerja saat benda diam hingga tepat saat
benda akan bergerak. Gaya gesek statis dapat mencegah benda meluncur ke
bawah pada bidang miring.
𝒇k = 𝝁k.N 𝝁k < 𝝁s
17
2.5 Hipotesis
Asisten pengampu
18
2.6 Laporan Perhitungan
1. Percobaan (1)
19
20
21
2.Percobaan (2)
22
23
24
3. Percobaan (3)
25
26
27
4.Percobaan (4)
28
29
30
2.7 Analisa data dan Pembahasan
NO t Δt α Δα μk μs KR μk KR μs K μk K μs
1 0,62 0,055 2,95 0,850 -200,07 4,52 0,18% 0,22% 99,82% 99,78%
2 1,12 0,077 0,87 0,069 -33,02 4,17 0,21% 0,22% 99,79% 99,78%
3 0,43 0,055 5,94 0,344 -401,305 6,03 0,16% 0,20% 99,84% 99,8%
4 0,46 0,02 5,21 0,140 -185,825 3,72 0,17% 0,22% 99,83% 99,78%
31
BAB III
32
3.4 Landasan teori
Jika suatu massa digantungkan secara variabel dengan seutas tali sepanjan
l, lalu bandul disimpangkan kurang dari 150 , maka bandul akan berosilasi
dengan frekuensi
33
Rumus Bandul Matematis
Keterangan :
34
3.5 Hipotesis
LEMBAR DATA HASIL PERCOBAAN
Toleransi :
∆l = 0,01 m
∆T = 0,01 m
Asistensi pengampu
35
3.6 Laporan Perhitungan
36
37
38
39
3.7 Analisa data dan pembahasan
4 No g ∆g KR K
Percobaan 1 8,49m/s2 0,31m/s2 0,036% 99.96%
Percobaan 2 8,75m/s2 0,041m/s2 0.046% 99.95%
Percobaan 3 8,49m/s2 0,31m/s2 0,036% 99.96%
Percobaan 4 8,99m/s2 0,33m/s2 0.036% 99.96%
40
41