Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN JANGKA
SORONG DAN MIKROMETER SEKRUP

Dosen Pengampu: Fatmawati, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Syafira Izza Sabrina (2240603023)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAR BORNEO TARAKAN
KALIMANTAN UTARA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari Laporan ini adalah “Pengukuran Dengan Menggunakan Jangka Sorong
dan Mikrometer Sekrup”.
Saya sebagai praktikan menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini, terutama :

1. Dosen Pengampu yang telah memberikan pengarahan utama terhadap


materi dan praktikum yang telah dilaksanakan.
2. Asisten Pembimbing yang telah pula memberikan pengarahan tambahan
kepada kami selaku praktikan dalam terlaksanakannya praktikum.
3. Rekan kerja kelompok atas kerjasama yang baik sehingga praktikum
dapat terlaksana dengan baik.

Praktikan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,


sehingga kritik dan saran dari seluruh pihak yang dapat memebangun sangat
praktikan harapkan demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan. Akhir kata, saya ucapkan terima
kasih.

Tarakan, 27 Februari 2023

Praktikan

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................1
KATA PENGANTAR .............................................................................
...................................................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
...................................................................................................................4
1.1 Latar belakang ..............................................................................
1.2 Rumusan masalah..........................................................................
1.3 Tujuan penulisan............................................................................
BAB II LANDASAN TEOR ..................................................................
...................................................................................................................6
2.1 Landasan teori................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................
...................................................................................................................13
3.1 Alat dan Bahan .............................................................................
3.2 Prosedur Kerja...............................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................
...................................................................................................................16
4.1 Hasil ..............................................................................................
4.2 Pembahasan ..................................................................................
BAB V PENUTUP...................................................................................
...................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan....................................................................................
5.2 Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
...................................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Apabila dirujuk kembali kepada aspek kehidupan sehari-hari secara umum, kita
akan selalu berhadapan dengan konsep pengukuran bahkan dalam bentuk
perhitungan yang sangat sederhana. Adapun ungkapan dari Prof. Kevin Weatherill
(1882) yang menyatakan bahwa, “dengan kemampuan seseorang untuk mengukur
suatu hal (objek pengukuran) yang sedang diperbincangkan dan hingga mampu
menyatakannya dalam satuan angka, dapat menjadi tolak ukur bagi pemahaman
seseorang terhadap objek pengukuran tersebut. Sebaliknya, apabila seseorang
tidak dapat melakukan pengukuran terhadap objek perhitungan yang tengah
diperbincangkan, maka orang tersebut masih belum dapat memahami sepenuhnya
eksistensi dari objek pengkuran tersebut”.

Dari ungkapan tersebut dapat simpulkan, bahwa pengukuran merupakan


cara untuk mengkomunikasikan suatu objek dengan memaparkan hasil cakupan
perhitungan kepada orang lain, dalam cakupan perhitungan tersebut dapat
meliputi informasi mengenai besar, berat massa, kecepatan, jarak, volume, dan
aspek lain yang berkaitan dengan besaran pokok dan turunanya yang dapat
diperhitungkan. Dan tentunya, dalam melakukan diperlukan keakuratan sehingga
informasi yang disampaikan tidak menimbulkan pertanyaan-perntanyaan lain.

Namun, dalam melakukan pengukuran, terdapat instrumen-instrumen


tertentu yang diperlukan untuk mempermudah proses inspeksi terhadap objek
yang akan diukur. Instrumen utama yang diperlukan tentunya adalah alat ukur,
secara umum dapat dijelaskan sebagai suatu perangkat yang dapat digunakan
untuk mengukur dimensi atau sudut dari objek pengukuran. Dalam praktikum ini,
diharapkan praktikan dapat mengetahui fungsi dan penggunaan dari Alat Ukur
berupa Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup, serta dapat mengaplikasikannya
dalam melakukan pengukuran terhadap objek-objek yang terdapat di sekitar.

4
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara penggunaan dan


sistematika pengukuran dan perhitungan dari alat ukur berupa jangka sorong dan
micrometer dengan mengaplikasikannya pada beberapa objek di sekitar untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa/i untuk mengidentifikasi
objek perhitungan dan mengetahui skala keakuratan dari perhitungan dan
pengukuran yang dilakukan, sehingga terdapat tolak banding pemahaman
mahasiswa/i terhadap materi dan praktikum yang dilaksanakan.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang didapatkan
adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme penggunaan alat ukur jangka sorong dan


mikrometer skrup yang tepat?
2. Bagaimana cara melakukan perhitungan dari hasil pengukuran suatu objek
menggunakan kedua alat ukur tersebut dengan akurat?
3. Bagaimana cara mengkalibrasi Jangka sorong atau mikrometer sekrup
dengan alat dan prosedur yang benar?

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 LANDASAN TEORI


Suatu pengukuran yang akurat dan presisi sangat bergantung pada pengukuran
dan alat ukur. Hasil yang baik akan berarti atau bermanfaat jika pengolahan
dilakukan secara tepat. (Hikam, Prasetyo dan Saleh, 2005 : 15)

Dalam konsep umum Alat Ukur, dapat dikategorikan dalam dua pokok
utama. Ialah operasi dan daya guna, dari kedua unsur tersebut dapat pula dilihat
dari aspek fungsionilnya sebagai alat ukur, misalnya karakteristik statis atau
dinamisnya. Namun, bila diuraikan secara spesifik, unsur fungsionil dari alat ukur
serta sistem pengukuran yang menyertainya secara umum meliputi unsur primer,
unsur pengkonversi perubah (variabel), unsur pengubah (manipulator) unsur
pengriman data yang dapat ditanggapi oleh indera manusia.

Unsur pengindra primer merupakan unsur pertama penerima energi dari


suatu medium yang diukur dan menghasilkan keluaran yang berada pada batasan
tertentu, disesuaikan pada kuantitas yang diukur. Meskipun demikian, keakuratan
sempurna dari suatu pengukuran mustahil terjadi dikarenakan kuantitas dari suatu
objek yang diukur akan selalu terganggu oleh tindakan pengukuran oleh Alat Ukur
yang terjadi saat penyerapan sejumlah energi dari medium (objek) yang diukur.

Unsur pengkonversi perubah yang apabila diperlukan, dapat menukar


keluaran dari unsur pengindera primer dengan perubah yang lebih sesuai dengan
tetap menyimpan informasi yang termuat dalam perubah sebelumnya.

Unsur manipulasi perubah secara spesifik dapat menimbulkan perubahan


pada nilai numerik sembari mempertahankan sifat fisik dari perubah dengan
aturan tertentu. Informasi yang telah diolah perlu dikirimkan dan disajikan oleh
unsur pengirim data dan unsur penyaji data kepada manusia untuk tujuan
pemantauan, pengendalian atau analisis. (Poerwanto dkk, 2012:7-9)

6
Jangka sorong pertama kali ditemukan oleh seorang matematikawan asal
prancis pada kisaran tahun 1631, Pierre Vernier dengan julukan vernier callipers.
Karakteristik umum Jangka Sorong meliputi batas ukur panjang hingga 10 cm
dengan ketelitian 0.1 mm atau 0.01 cm (Agustiana dan Tika, 2013). Adapun
ungkapan dari (Flack, 2014:6) mengenai variasi ukuran dari Jangka Sorong yang
dapat memiliki rentang pengukuran dari 100 mm hingga mencapai 3.000 mm
(sekitar 4 inci hingga 120 inci).

Fungsi dari Jangka Sorong tidak hanya terbatas pada pengukuran panjang
suatu objek, tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur diameter, luas, bahkan
kedalaman suatu objek. Jangka Sorong yang dapat digunakan untuk pengukuran
terhadap suatu kedalaman atau luas dari suatu objek terdiri atas bilah utama atau
bilah yang terbagi dalam satuan mm dan bilah pembantu yang terdiri atas 100
batas garis. Dimana, bila suatu garis bilah pembantu berimpit dengan suatu tanda
pada skala utama, maka harga ukurnya adalah jumlah skala dihitung dari angka 0
x 0.02 mm. (Poerwanto dkk, 2012:79).

Adapun struktur dari Alat Ukur Jangka Sorong (Manual) yang


dipergunakan dalam praktikum dipaparkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Struktur (Bagian-bagian) dari Jangka Sorong (Manual)

Pada bagian batang ukur, terdapat skala utama dengan cara pembacaan satuan
angka yang sama dengan mistar ukur. Sedangkan pada ujung lain, dilengkapi pula
dengann dua jenis rahang ukur yang terdiri atas rahang ukur tetap dan rahang ukur
gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka

7
sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman
dan ketinggian dari benda ukur.

Keduanya terletak di bagian luar dan dalam Jangka yang dikategorikan atas unit
bagian luar (Rahang Luar) dan unit bagian dalam (Rahang Dalam). Pada bagian di
samping skala utama, terdapat pula skala tambahan yang berfungsi untuk
membagi sama panjang suatu pengukuran dengan bantuan satuan ukur, skala ini
dijuluki dengan Skala Nonius/Vernier yang menjadi bagian unggul dari Jangka
Sorong dalam aspek ketelitiannya sebagai Alat Ukur. (Dr. Wagiran, M.Pd, 2013 :
‘Penggunaan Alat-alat Ukur Metrologi Industri’)

Dalam menentukan Nilai Skala Terkecil (NST) pada Jangka Sorong,


dibutuhkan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :
K = Tingkat Ketelitian Alat
1 n = Jumlah skala pada skala nonius
K= . Su
n
Su = Jarak dua goresan garis skala
terdekat pada skala utama

Selain Jangka Sorong, adapun Mikrometer Sekrup yang dapat digunakan


unuk mengukur ketepatan (presisi) pada jarak ukur tertentu, terdapat beberapa
skala jarak ukur yang secara umum berada pada kisaran 0 – 25 mm, 25 – 50 mm,
50 – 75 mm dengan tingkat ketelitian 0.01 mm (Hasna, 2011:7). Berikutnya, ada
pula penjelasan mengenai mikrometer sekrup oleh Marcello (1994) yang
menyatakan bahwa, mikrometer merupakan alat ukut yang digunakan untuk
mengukur panjang atau ketebalan suatu obje, kedalaman celah lubang, dan untuk
mengukur diameter suatu lubang. Dengan bantuan Alat Ukur mikrometer sekrup,
kita dapat mengukur suatu objek bahkan dengan ketebalan yang sangat minim.
Namun, batas ketebalan yang dapat diukur oleh Mikrometer Sekrup cukup

8
terbatas, sehingga tidak semua objek dapat diukur dengan bantuan Mikrometer
sekrup.

Berikut merupakan struktur yang disertai dengan fungsi dari tiap bagian yang
terdapat di tubuh Mikrometer skrup, sebagai berikut :

Gambar 1.2 Struktur (Bagian-bagian) dari Mikrometer Skrup

a) Poros tetap (Anvil)

Merupakan bagian yang memiliki fungsi sebagai menahan sebuah objek yang
diukur. Yaitu ketika objek yang akan diukur, ditempelkan diantara poros tetap dan
poros geser. Poros geser tersebut menekan objek yang sedang diukur, ditahan agar
tidak mudah bergerak saat melakukan pengukuran.

b) Poros geser (Spindle)

Merupakan bagian yang berfungsi sebagai sebuah poros yang bisa digerakan
menuju poros tetap untuk menekan objek yang akan diukur. Poros geser tersebut
dapat digerakan ke arah kanan dan kiri guna menyesuaikan ukuran objek yang
akan diukur.

c) Pengunci (Lock)

Merupakan bagian yang berfungsi sebagai pengunci poros geser agar tidak
bergerak ketika sedang menghitung hasil pengukuran.

d) Skala utama

Merupakan bagian yang berfungsi sebagai pen angka dalam satuan milimeter.

9
e) Skala nonius

Merupakan skala yang berfungsi sebagai penunjuk besaran skala suatu objek yang
diukur.

f) Pemutar

Merupakan bagian yang berfungsi sebagai penggerak ke arah kanan atau kiri pada
poros geser. Apabila sudah terdengar suara ‘klik’, maka pemutaran pada poros
geser sudah bisa dihentikan.

g) Bingkai (Frame)

Merupakan bagian yang berbentuk seperti huruf C. Terbuat dari logam yang kuat
dan cukup tebal guna meminimalkan terjadinya peregangan dan pengerutan
(pemuaian) pada bingkai mikrometer yang dapat mengganggu proses pengukuran.

Mikrometer Skrup memiliki prinsip kerja yang hampir sama/mirip dengan


baut dan mur. Ketika baut diputar satu putaran , maka baut itu akan bergerak
seulir. Ketika ulir itu bergerak 1 (satu) mm, maka baut tersebut akan bergerak 2
(dua) mm, dan seterusnya seperti itu. Dan demikianlah prinsip kerja dari
pengukuran dengan mikrometer.

Gambar 1.3 Prinsip kerja Mikrometer Skrup


Pada micrometer baut diumpamakan sebagai poros geser (spindel)
sedangkan mur diumpamakan sebagai inner sleeve. Poros panjang/ poros geser
yang dapat bergerak maju mundur untuk menjepit benda yang akan kita ukur,
itulah yang disebut dengan spindle. Spindle dapat bergerak dengan cara

10
memutarkan roda bergerigi (thimble). Ketika thimble digerakan ke kanan maka
spindle akan bergerak maju ke depan mendekati poros tetap (anvil). Ketika
spindle telah menjepit benda yang akan diukur dan cukup terdengar satu kali suara
krek, maka setelah itu kita kunci spindle dengan lock clamp agar spindle tidak
bergerak maju mundur dan pengukuran benda dapat efektif. (Soejoto, 1993 : 21 )

Dalam prinsip kerja mikrometer sekrup, terdapat pula beberapa konsep


fisika yang ikut menyertai kinerja dari Alat Ukur tersebut. Diantaranya, sebagai
berikut :

a. Hukum Newton I ∑𝐹 = 0

“benda akan tetap diam jika sebelumnya diam atau tetap bergerak jika
sebelumnya bergerak, kecuali ada gaya luar yang meperngaruhinya” Sehingga
yang mempengaruhi konsep fisika dalam Mikrometer adalah gaya. (Walker,
2016:116)

b. Gaya Gesek ( f )

“Gaya gesek merupakan gaya yang menahan pergeseran permukaan suatu


benda.” (Walker, 2016: 116) jadi, apabila gaya gesek pada benda cukup besar,
peristiwa tersebut dapat memicu objek yang terseret untuk bergerak.

c. Tekanan

“Gaya yang diberikan pada benda dan di pengaruhi oleh luas permukaan benda
tersebut. (Handayani,2005:1)

Namun, sebelum melakukan pengukuran terhadap suatu objek menggunakan


Alat Ukur lakukanlah kalibrasi pada Alat-alat Ukur tersebut. Kalibrasi yang secara
umum dapat dideskripiskan sebagai pengujian verifikasi terhadap semua aspek
atau karakteristik metrologi dalam pelaksanaan pengukuran guna menghindari
terjadinya kesalahan shift yang dapat mengganggu dalam proses pengukuran yang
sebenarnya. Dan kalibrasi tidak hanya dilakukan untuk Jangka sorong yang sudah
pernah terpakai, akan tetapi juga perlu dilakukan untuk Jangka sorong baru,
dengan melakukan pemeriksaan kejajaran, kerataan, dan keausan muka ukur

11
pengukuran atau line contact errot. (DSNSU.2020 “Panduan kalibrasi Jangka
Sorong”)

Berikut merupakan tahapan kalibrasi terhadap Jangka Sorong :

1) Membuka sekrup pengunci jangka sorong dengan cara memutar sekrup


pengunci tersebut dengan arah berlawanan jarum jam.
2) Mendorong rahang geser sampai menyentuh rahang tetapnya dengan tetap
memperhatikan angka 0 di skala nonius.
3) Apabila angka 0 di nonius sejajar dengan angka 0 pada skala utama.
Menandakan alat ukur tersebut telah berhasil terkalibrasi dan siap
digunakan untuk mengukur.
Akan tetapi, apabila angka 0 pada skala nonius tidak sejajar dengan angka 0
pada skala utama, maka harus dilakukan pembersihan rahang-rahang pada alat
ukur tersebut. Setelah itu, lakukan kembali tahapan kalibrasi seperti yang telah
dipaparkan diatas, sehingga saat melakukan pengukuran, bisa mendapatkan hasil
perhitungan yang akurat.

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


Adapun penggunaan alat dan bahan dalam praktikum menentukan besaran suatu
sample objek, sebagai berikut :
Alat :
- Jangka Sorong (manual)
- Mikrometer Sekrup
- Pensil/Pulpen
- Lembaran kinerja praktikum
Bahan :
- Objek ukur, meliputi : Spidol, Pembatas buku, Kotak kacamata, dan Koin.

3.2 PROSEDUR KERJA


i. Praktikan/Mahasiswa mengenakan atribut lengkap dan membawa
perlengkapan seperlunya sebelum memasuki laboratorium, dan segera
memasuki laboratorium apabila telah dipersilahkan oleh Pembimbing atau
Asisten laboran/Dosen.
ii. Praktikan/Mahasiswa mengikuti penjelasan tentang pelaksanaan
praktikum dengan sesama yang disampaikan oleh Pembimbing atau
Asisten laboran/Dosen.
iii. Praktikan/Mahasiswa mengerjakan praktikum sesuai dengan metode kerja
dan alokasi waktu yang telah ditentukan.
iv. Praktikan/Mahasiswa membuat dan menyerahkan laporan praktikum
kepada Pembimbing atau Asisten laboran untuk diperiksa sebelum
diserahkan kepada Dosen.

13
Adapun pemaparan prosedur kerja pada praktikum pengukuran dengan
menggunakan Jangka Sorong dan Mikrometer Skrup yang telah dilaksanakan
sebagai berikut :

3.2.1 Pengukuran kedalaman ujung spidol menggunakan jangka sorong

1. Putar pengunci ke kiri sehingga tangkai ukur kedalaman pada


jangka sorong dapat digeser dan dapat menyesuaikan kedalaman
dari spidol yang akan diukur.
2. Masukkan tangkai ukur kedalaman pada rongga yang berada di
ujung spidol dan sesuaikan panjang tangkai ukur dengan
kedalaman pada rongga spidol hingga mencapai dasar dari rongga
spidol.
3. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan
praktikan dapat menentukan hasil pengukuran.
3.2.2 Pengukuran diameter kotak kacamata menggunakan jangka sorong
1. Putar sekrup pengunci berlawanan dengan arah jarum jam, lalu
geser rahang (bawah) sedikit ke arah kanan, menyesuaikan lebar
dari kotak kacamata yang tengah diukur.
2. Pastikan kedua rahang dari jangka sorong tersebut masuk dalam
kotak kacamata/menyentuh permukaan kotak kacamata dan sisi
samping bagian luar dari rahang menyentuh dinding kotak
kacamata yang sedang diukur.
3. Putar sekrup pengunci searah jarum jam untuk mengunci rahang
geser agar tidak bergerak dan praktikan dapat menentukan hasil
pengukuran.
3.2.3 Pengukuran ketebalan pembatas buku besi & koin menggunakan
mikrometer skrup
1. Putar poros pengunci sehingga batang spindle dapat bergerak
2. Putar batang spindle berlawanan dengan arah jarum jam sehingga
rahang mikrometer sekrup dapat terbuka

14
3. Apit pembatas buku besi/ koin diantara Anvil dan batang spindle
dengan, lalu putar Ratchet searah dengan jarum jam secara
perlahan hingga terdengar bunyi “tik” yang menandakan objek
telah terapit dengan rapat.
4. Putar Ratchet sekitar 2 – 3 kali untuk memastikan penekanan
spindle terhadap benda cukup kuat, lalu kunci batan spindle dengan
memutar kembali poros pengunci agar tidak memicu pergeseran
yang dapat mengganggu proses perhitungan.
5. Praktikan menentukan hasil pengukuran menggunakan mikrometer
sekrup dengan teliti sehingga mendapatkan hasil yang akurat.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
a) Pengukuran menggunakan Jangka Sorong

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3

(Praktikum pengukuran spidol menggunakan Jangka Sorong)

Skala Utama Skala Nonius Total


1,5 cm 10 x 0,05 = 0,5 mm= 0,85 cm 1,55 cm

Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3

(Praktikum pengukuran kotak kacamata menggunakan Jangka Sorong)

Skala Utama Skala Nonius Total


5,8 cm 5 x 0,05 = 0,25 mm = 0,025 cm 5,825 cm

16
b) Pengukuran menggunakan Mikrometer Skrup

Gambar 4.1 Gambar 4.2

Benda/Skala & Jumlah Skala Utama Skala Nonius Total


Pembatas buku besi 1,5 mm 31 x 0,01 = 0,31 mm 1,81 mm
Koin 2,5 mm 19 x 0,01 = 0,19 mm 2,69 mm

4.2 PEMBAHASAN
A. Pengukuran menggunakan Jangka Sorong

Skala ukur dari jangka sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem
metrik. Umumnya, pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua
macam skala, satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik.
Dengan demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua
sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian jangka sorong bisa
mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Untuk skala pembacaan dengan sistem
metrik, terdapat jangka sorong dengan panjang skala utama 150 mm, 200 mm,
250 mm, 300 mm, dan bahkan ada juga yang 1000 mm.

Dalam praktikum ini, digunakan Jangka Sorong dengan skala ketelitian 0.05
mm. Dengan menggunakan dua objek ukur berupa spidol dan Kotak kacamata,
didapatkan masing – masing Skala Utama sebesar 1,5 cm (Spidol) dan 5,8 cm
(Kotak kacamata) dan Skala Nonius sebesar 0,85 cm (Spidol) serta 0.025 cm
(Kotak kacamata) sehingga dari pengukuran terhadap objek-objek ukur tersebut

17
dapat memperoleh hasil akhir sebesar 1,55 cm pada pengukuran Spidol, dan 5,825
cm pada pengukuran Kotak kacamata.

B. Pengukuran menggunakan Mikrometer Sekrup

Dalam menentukan nilai ketelitian dari mikrometer sekrup, dibutuhkan


pengetahuan praktikan terhadap nilai skala terkecil dari mikrometer sekrup itu
sendiri. Tingkat ketelitian dari mikrometer sekrup dapat mencapai 0,01 mm dan
mampu mengukur ketebalan atau diameter objek yang cukup kecil dengan presisi,
namun memiliki batas maksimal panjang objek sekitar 25 mm.

Pada praktikum ini, didapatkan Skala Utama dari masing-masing objek


sebesar 1,5 mm pada pembatas buku besi dan 2,5 mm pada koin logam, dengan
Skala Nonius sebesar 0,31 mm pada pembatas buku besi, serta 0,19 mm pada koin
logam sehingga dalam pengukuran tersebut didapatkan hasil akhir sebesar 1,81
mm dari pengukuran terhadap pembatas buku besi dan 2,69 mm dari pengukuran
terhadap koin logam.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengukuran
merupakan suatu cara untuk menyampaikan atau menyatakan pemahaman
mengenai suatu objek dalam satuan angka dan dapat pula menjadi tolak ukur
terhadap pemahaman oleh pengukur terhadap objek ukur itu sendiri. Dan dalam
mempermudah proses pengukuran, terdapat berbagai instrumen yakni Alat Ukur
yang masing-masing memiliki bentuk dan fungsi pengukuran yang bevariasi pula.
Misalnya Jangka sorong dan Mikrometer skrup. 
Jangka sorong tidak hanya digunakan untuk mengukur panjang tetapi
jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur diameter sebuah cincin,
diameter bagian dalam pipa dan juga dapat digunakan untuk mengukut kedalaman
suatu objek dan dapat pula dipergunakan untuk mengukur luas dari suatu objek.
Sedangkan Mikrometer skrup dapat digunakan untuk mengukur panjang,
ketebalan, atau diameter dari suatu objek bahkan dengan tingkat ketebalan yang
minim dengan lebih presisi.
Namun, sebelum melaksanakan pengukuran menggunakan Alat ukur
tersebut, disarankan untuk melakukan Kalibrasi (Penetralan alat) untuk
memastikan fungsi dari alat-alat ukut tersebut bekerja dengan semestinya
sehingga dapat terhindar dari error saat melaksanakan pengukuran dan
perhitungan hasil
Dijelaskan secara umum, Kalibrasi merupakan proses verifikasi terhadap
keakuratan dari suatu Alat Ukur sesuai dengan rancangannya, sehingga dapat
memperoleh hasil pengukuran yang akurat.

5.1 SARAN
Berlandaskan pada kesimpulan di atas, penulis mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut :

19
1. Perlu adanya penambahan jumlah alat ukur sebagai penunjang
keoptimalam terlaksananya praktikum Fisika Dasar di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Borneo Tarakan.
2. Penilitian yang dilaksanakan dalam bentuk kelompok selanjutnya
disarankan terdiri atas jumlah Praktikan/Mahasiswa yang ideal. Sehingga
dalam proses pelaksanaan praktikum, baik dalam proses
pengukuran/praktik, olah data, dan perhitungan dapat berjalan dengan
lebih efektif.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi hasil pembelajaran
pengukuran menggunakan Jangka sorong dan Mikrometer skrup oleh
mahasiswa yang menempuh mata kuliah Fisika Dasar. Dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan feedback bagi Praktikan selanjutnya, maupu
pihak – pihak lain yang mempergunakan laporan ini dengan sedemikian
rupa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hikam M., Pamulih B. Prasetyo, Saleh D. (2005). Eksperimen Fisika Dasar untuk
Perguruan Tinggi.Jakarta : Kencana,2005

M. M. Chusni., M.Pd.Si (2017).Pengenalan Alat Ukur. Bandung.UIN Sunan Gunung


Djati Bandung

Wagiran (2013). Penggunaan Alat-alat Ukur Metrologi Industri.Yogyakarta : Deepublish,


Mei 2013

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. 2018. Laboratorium Fisika Dasar : Departemen


Fisika Fakultas Ilmu Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

21

Anda mungkin juga menyukai