FISIKA DASAR
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN JANGKA
SORONG DAN MIKROMETER SEKRUP
Disusun oleh:
Syafira Izza Sabrina (2240603023)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAR BORNEO TARAKAN
KALIMANTAN UTARA
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari Laporan ini adalah “Pengukuran Dengan Menggunakan Jangka Sorong
dan Mikrometer Sekrup”.
Saya sebagai praktikan menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini, terutama :
Praktikan
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................1
KATA PENGANTAR .............................................................................
...................................................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
...................................................................................................................4
1.1 Latar belakang ..............................................................................
1.2 Rumusan masalah..........................................................................
1.3 Tujuan penulisan............................................................................
BAB II LANDASAN TEOR ..................................................................
...................................................................................................................6
2.1 Landasan teori................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................
...................................................................................................................13
3.1 Alat dan Bahan .............................................................................
3.2 Prosedur Kerja...............................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................
...................................................................................................................16
4.1 Hasil ..............................................................................................
4.2 Pembahasan ..................................................................................
BAB V PENUTUP...................................................................................
...................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan....................................................................................
5.2 Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
...................................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Apabila dirujuk kembali kepada aspek kehidupan sehari-hari secara umum, kita
akan selalu berhadapan dengan konsep pengukuran bahkan dalam bentuk
perhitungan yang sangat sederhana. Adapun ungkapan dari Prof. Kevin Weatherill
(1882) yang menyatakan bahwa, “dengan kemampuan seseorang untuk mengukur
suatu hal (objek pengukuran) yang sedang diperbincangkan dan hingga mampu
menyatakannya dalam satuan angka, dapat menjadi tolak ukur bagi pemahaman
seseorang terhadap objek pengukuran tersebut. Sebaliknya, apabila seseorang
tidak dapat melakukan pengukuran terhadap objek perhitungan yang tengah
diperbincangkan, maka orang tersebut masih belum dapat memahami sepenuhnya
eksistensi dari objek pengkuran tersebut”.
4
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam konsep umum Alat Ukur, dapat dikategorikan dalam dua pokok
utama. Ialah operasi dan daya guna, dari kedua unsur tersebut dapat pula dilihat
dari aspek fungsionilnya sebagai alat ukur, misalnya karakteristik statis atau
dinamisnya. Namun, bila diuraikan secara spesifik, unsur fungsionil dari alat ukur
serta sistem pengukuran yang menyertainya secara umum meliputi unsur primer,
unsur pengkonversi perubah (variabel), unsur pengubah (manipulator) unsur
pengriman data yang dapat ditanggapi oleh indera manusia.
6
Jangka sorong pertama kali ditemukan oleh seorang matematikawan asal
prancis pada kisaran tahun 1631, Pierre Vernier dengan julukan vernier callipers.
Karakteristik umum Jangka Sorong meliputi batas ukur panjang hingga 10 cm
dengan ketelitian 0.1 mm atau 0.01 cm (Agustiana dan Tika, 2013). Adapun
ungkapan dari (Flack, 2014:6) mengenai variasi ukuran dari Jangka Sorong yang
dapat memiliki rentang pengukuran dari 100 mm hingga mencapai 3.000 mm
(sekitar 4 inci hingga 120 inci).
Fungsi dari Jangka Sorong tidak hanya terbatas pada pengukuran panjang
suatu objek, tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur diameter, luas, bahkan
kedalaman suatu objek. Jangka Sorong yang dapat digunakan untuk pengukuran
terhadap suatu kedalaman atau luas dari suatu objek terdiri atas bilah utama atau
bilah yang terbagi dalam satuan mm dan bilah pembantu yang terdiri atas 100
batas garis. Dimana, bila suatu garis bilah pembantu berimpit dengan suatu tanda
pada skala utama, maka harga ukurnya adalah jumlah skala dihitung dari angka 0
x 0.02 mm. (Poerwanto dkk, 2012:79).
Pada bagian batang ukur, terdapat skala utama dengan cara pembacaan satuan
angka yang sama dengan mistar ukur. Sedangkan pada ujung lain, dilengkapi pula
dengann dua jenis rahang ukur yang terdiri atas rahang ukur tetap dan rahang ukur
gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka
7
sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman
dan ketinggian dari benda ukur.
Keduanya terletak di bagian luar dan dalam Jangka yang dikategorikan atas unit
bagian luar (Rahang Luar) dan unit bagian dalam (Rahang Dalam). Pada bagian di
samping skala utama, terdapat pula skala tambahan yang berfungsi untuk
membagi sama panjang suatu pengukuran dengan bantuan satuan ukur, skala ini
dijuluki dengan Skala Nonius/Vernier yang menjadi bagian unggul dari Jangka
Sorong dalam aspek ketelitiannya sebagai Alat Ukur. (Dr. Wagiran, M.Pd, 2013 :
‘Penggunaan Alat-alat Ukur Metrologi Industri’)
Keterangan :
K = Tingkat Ketelitian Alat
1 n = Jumlah skala pada skala nonius
K= . Su
n
Su = Jarak dua goresan garis skala
terdekat pada skala utama
8
terbatas, sehingga tidak semua objek dapat diukur dengan bantuan Mikrometer
sekrup.
Berikut merupakan struktur yang disertai dengan fungsi dari tiap bagian yang
terdapat di tubuh Mikrometer skrup, sebagai berikut :
Merupakan bagian yang memiliki fungsi sebagai menahan sebuah objek yang
diukur. Yaitu ketika objek yang akan diukur, ditempelkan diantara poros tetap dan
poros geser. Poros geser tersebut menekan objek yang sedang diukur, ditahan agar
tidak mudah bergerak saat melakukan pengukuran.
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai sebuah poros yang bisa digerakan
menuju poros tetap untuk menekan objek yang akan diukur. Poros geser tersebut
dapat digerakan ke arah kanan dan kiri guna menyesuaikan ukuran objek yang
akan diukur.
c) Pengunci (Lock)
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai pengunci poros geser agar tidak
bergerak ketika sedang menghitung hasil pengukuran.
d) Skala utama
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai pen angka dalam satuan milimeter.
9
e) Skala nonius
Merupakan skala yang berfungsi sebagai penunjuk besaran skala suatu objek yang
diukur.
f) Pemutar
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai penggerak ke arah kanan atau kiri pada
poros geser. Apabila sudah terdengar suara ‘klik’, maka pemutaran pada poros
geser sudah bisa dihentikan.
g) Bingkai (Frame)
Merupakan bagian yang berbentuk seperti huruf C. Terbuat dari logam yang kuat
dan cukup tebal guna meminimalkan terjadinya peregangan dan pengerutan
(pemuaian) pada bingkai mikrometer yang dapat mengganggu proses pengukuran.
10
memutarkan roda bergerigi (thimble). Ketika thimble digerakan ke kanan maka
spindle akan bergerak maju ke depan mendekati poros tetap (anvil). Ketika
spindle telah menjepit benda yang akan diukur dan cukup terdengar satu kali suara
krek, maka setelah itu kita kunci spindle dengan lock clamp agar spindle tidak
bergerak maju mundur dan pengukuran benda dapat efektif. (Soejoto, 1993 : 21 )
a. Hukum Newton I ∑𝐹 = 0
“benda akan tetap diam jika sebelumnya diam atau tetap bergerak jika
sebelumnya bergerak, kecuali ada gaya luar yang meperngaruhinya” Sehingga
yang mempengaruhi konsep fisika dalam Mikrometer adalah gaya. (Walker,
2016:116)
b. Gaya Gesek ( f )
c. Tekanan
“Gaya yang diberikan pada benda dan di pengaruhi oleh luas permukaan benda
tersebut. (Handayani,2005:1)
11
pengukuran atau line contact errot. (DSNSU.2020 “Panduan kalibrasi Jangka
Sorong”)
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
13
Adapun pemaparan prosedur kerja pada praktikum pengukuran dengan
menggunakan Jangka Sorong dan Mikrometer Skrup yang telah dilaksanakan
sebagai berikut :
14
3. Apit pembatas buku besi/ koin diantara Anvil dan batang spindle
dengan, lalu putar Ratchet searah dengan jarum jam secara
perlahan hingga terdengar bunyi “tik” yang menandakan objek
telah terapit dengan rapat.
4. Putar Ratchet sekitar 2 – 3 kali untuk memastikan penekanan
spindle terhadap benda cukup kuat, lalu kunci batan spindle dengan
memutar kembali poros pengunci agar tidak memicu pergeseran
yang dapat mengganggu proses perhitungan.
5. Praktikan menentukan hasil pengukuran menggunakan mikrometer
sekrup dengan teliti sehingga mendapatkan hasil yang akurat.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
a) Pengukuran menggunakan Jangka Sorong
16
b) Pengukuran menggunakan Mikrometer Skrup
4.2 PEMBAHASAN
A. Pengukuran menggunakan Jangka Sorong
Skala ukur dari jangka sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem
metrik. Umumnya, pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua
macam skala, satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik.
Dengan demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua
sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian jangka sorong bisa
mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Untuk skala pembacaan dengan sistem
metrik, terdapat jangka sorong dengan panjang skala utama 150 mm, 200 mm,
250 mm, 300 mm, dan bahkan ada juga yang 1000 mm.
Dalam praktikum ini, digunakan Jangka Sorong dengan skala ketelitian 0.05
mm. Dengan menggunakan dua objek ukur berupa spidol dan Kotak kacamata,
didapatkan masing – masing Skala Utama sebesar 1,5 cm (Spidol) dan 5,8 cm
(Kotak kacamata) dan Skala Nonius sebesar 0,85 cm (Spidol) serta 0.025 cm
(Kotak kacamata) sehingga dari pengukuran terhadap objek-objek ukur tersebut
17
dapat memperoleh hasil akhir sebesar 1,55 cm pada pengukuran Spidol, dan 5,825
cm pada pengukuran Kotak kacamata.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengukuran
merupakan suatu cara untuk menyampaikan atau menyatakan pemahaman
mengenai suatu objek dalam satuan angka dan dapat pula menjadi tolak ukur
terhadap pemahaman oleh pengukur terhadap objek ukur itu sendiri. Dan dalam
mempermudah proses pengukuran, terdapat berbagai instrumen yakni Alat Ukur
yang masing-masing memiliki bentuk dan fungsi pengukuran yang bevariasi pula.
Misalnya Jangka sorong dan Mikrometer skrup.
Jangka sorong tidak hanya digunakan untuk mengukur panjang tetapi
jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur diameter sebuah cincin,
diameter bagian dalam pipa dan juga dapat digunakan untuk mengukut kedalaman
suatu objek dan dapat pula dipergunakan untuk mengukur luas dari suatu objek.
Sedangkan Mikrometer skrup dapat digunakan untuk mengukur panjang,
ketebalan, atau diameter dari suatu objek bahkan dengan tingkat ketebalan yang
minim dengan lebih presisi.
Namun, sebelum melaksanakan pengukuran menggunakan Alat ukur
tersebut, disarankan untuk melakukan Kalibrasi (Penetralan alat) untuk
memastikan fungsi dari alat-alat ukut tersebut bekerja dengan semestinya
sehingga dapat terhindar dari error saat melaksanakan pengukuran dan
perhitungan hasil
Dijelaskan secara umum, Kalibrasi merupakan proses verifikasi terhadap
keakuratan dari suatu Alat Ukur sesuai dengan rancangannya, sehingga dapat
memperoleh hasil pengukuran yang akurat.
5.1 SARAN
Berlandaskan pada kesimpulan di atas, penulis mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut :
19
1. Perlu adanya penambahan jumlah alat ukur sebagai penunjang
keoptimalam terlaksananya praktikum Fisika Dasar di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Borneo Tarakan.
2. Penilitian yang dilaksanakan dalam bentuk kelompok selanjutnya
disarankan terdiri atas jumlah Praktikan/Mahasiswa yang ideal. Sehingga
dalam proses pelaksanaan praktikum, baik dalam proses
pengukuran/praktik, olah data, dan perhitungan dapat berjalan dengan
lebih efektif.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi hasil pembelajaran
pengukuran menggunakan Jangka sorong dan Mikrometer skrup oleh
mahasiswa yang menempuh mata kuliah Fisika Dasar. Dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan feedback bagi Praktikan selanjutnya, maupu
pihak – pihak lain yang mempergunakan laporan ini dengan sedemikian
rupa.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hikam M., Pamulih B. Prasetyo, Saleh D. (2005). Eksperimen Fisika Dasar untuk
Perguruan Tinggi.Jakarta : Kencana,2005
21