Anda di halaman 1dari 38

PRAKTIKUM

FISIKA

DISUSUN OLEH:

ANDRE AGASI S.LAUMARANG


102 2020 016

Tanggal Asistensi
Nilai Laporan Paraf Asisten
1 2 3

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
MUJAHIDIN TOLI-TOLI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat kasih dan karunia-NYA sehingga laporan Fisika ini dapat diselesaikan pada

waktunya. Penyusunan laporan ini agar dapat mengetahui lebih jauh lagi tentang

pengukuran dasar dan ketidakpastian pada hasil pengukuran, bandul sederhana,

dan elastisitas.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyusun laporan biologi ini. Terkhusus kami sampaikan terimakasih

kepada:

1. Yulianti Rasud, S.Pd.,M.Si selaku ketua program studi Agroteknologi..

2. Masrian, SP.,M.Si selaku kepala laboraturium ilmu-ilmu pertanian.

3. Siti Fatima, SP.,M.Si selaku dosen penanggung jawab.

4. Nuraini, S.Si selaku dosen pembimbing praktikum fisika dasar.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kara sempurna
sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan
yang lebih luas untuk para pembaca.

Toli-Toli,6 Desember 2020

Andre Agasi S.Laumarang

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.1.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran.......1

1.1.2 Bandul Sederhana..............................................................................3

1.1.3 Elastisitas...........................................................................................5

1.2 Tujuan........................................................................................................6

1.2.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran.......6

1.2.2 Bandul Sederhana..............................................................................6

1.2.3 Elastisitas...........................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

2.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran...............7

2.2 Bandul Sederhana......................................................................................9

2.3 Elastisitas.................................................................................................12

BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................14

3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................14

3.2 Alat dan Dahan........................................................................................14

3.2.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran.....14

3.2.2 Bandul Sederhana............................................................................14

ii
3.2.3 Elastisitas.........................................................................................15

3.3 Skema Kerja............................................................................................15

3.3.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran.....15

3.3.2 Bandul Sederhana............................................................................16

3.3.3 Elastisitas.........................................................................................16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................17

4.1 Hasil.........................................................................................................17

4.1.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran.....17

4.1.2 Bandul Sederhana............................................................................18

4.1.3 Elastisitas.........................................................................................18

Grafik Elastisitas................................................................................................19

4.2 Analisis Data...........................................................................................19

4.2.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran.....19

4.2.2 Bandul sederhana.............................................................................23

4.2.3 Elastisitas.........................................................................................24

4.3 Pembahasan.............................................................................................25

4.3.1 Pengukuran dasar dan ketidakpastian pada hasil pengukuran.........25

4.3.2 Bandul sederhana.............................................................................25

4.3.3 Elastisitas.........................................................................................26

BAB V PENUTUP................................................................................................27

iii
5.1 kesimpulan...............................................................................................27

5.1.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran.....27

5.1.2 Bandul Sederhana............................................................................28

1.1.3 Elastisitas.........................................................................................29

1.2 Saran........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

BIOGRAFI

DOKUMENTASI

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran

Ilmu fisika banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu

penggunaan ilmu fisika yang sering ditemui yaitu berkaitan dengan

pengukuran. Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal

dengan salah satunya menjandi pembanding atau alat ukur yang besarnya

harusnya distandarkan. Tujuan pengukuran yaitu untuk mengetahui kualitas

atau kuantitas suatu besaran (Giancoli, 2013).

Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda perlu

dilakukan hal yang spesifik. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan

menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur. Jenis

alat ukur yang digunakan dalam pengukuran berpengaruh terhadap

keakuratan atau tingkat ketelitian suatu perhitungan. Ukuran benda dapat

ditentukan dari skala yang terdapat pada alat ukur yang digunakan.

Paham mengenai pengukuran merupakan suatu hal yang dibutuhkan

dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu untuk memahami

mengenai pengukuran karena pengukuran dibutuhkan dalam banyak hal.

Praktikum “Pengukuran Dasar” kali ini akan mengenalkan beberapa alat

ukur dan cara pengukuran terhadap suatu benda dengan menggunakan alat

ukur yang sesuai.

Fisika adalah ilmu pengetahuan eksperimental, dimana berupa ilmu

yang memahami segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan

1
atau observasi dan memperoleh kebenarannya secara empiris melalui panca

indera.Dalam melakukan eksperimen kita memerlukan pengukuran-

pengukuran. Karena itu, pengukuran merupakan bagian yang sangat penting

dalam proses membangun konsep-konsep fisika.

Pengamatan suatu gejala secara umum tidak lengkap apabila tidak

ada data yang didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli

fisika berkata, bila kita dapat mengukur yang sedang kita bicarakan dan

menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita mengetahui apayang

sedang kita bicarakan itu.

Pengukuran dilakukan untuk membandingkan suatu besaran dengan

besaran lain sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya. Namun,

pengukuran tersebut tentu juga pernah atau akan mengalami kesalahan, jika

kita tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan untuk melakukan

pengukuran tersebut. Sehigga menimbulkan ketidakpastian dalam

pengukuran.

Oleh karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebutlah,

kita sebagai orang yang mempelajari ilmu fisika, harus memiliki ketelitian

yang tinggi agar bisa meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam

melakukan pengukuran-pengukuran.Karena pengukuran tersebut adalah

salah satu kegiatan yang amat penting dalam praktik fisika untuk

mendapatkan hasil yang tepat dan akurat.

2
1.1.2 Bandul Sederhana

Ilmu fisika yaitu sebuah ilmu pengetahuan, yang mempelajari tentang

sifat dan fenomena alam, dan seluruh interaksi didalamnya, baik interaksi

antar benda-benda maupun interaksi benda dengan makhluk hidup. Salah

satu contoh interaksi benda dengan makhluk hidup yaitu manusia dengan

ayunan. Dimana dari ayunan tersebut kita dapat menghitung periode atau

selang waktu yang diperlukan beban untuk melakukan suatu getaran dengan

lengkap, dengan gerak bolak-balik secara periode melalui titik

keseimbangan.

Getaran dalam ilmu fisika terbagi menjadi dua, yaitu getaran harmonik

sederhana dan getaran harmonik kompleks. Getaran yang membahas

tentang ayunan atau bandul sederhana adalah getaran harmonik sederhana,

dimana resultan gaya yang bekerja pada titik sembarang selalu mengarah ke

titik kesetimbangan tersebut, dan fenomena ini dinamakan resonansi. Suatu

benda dapat dikatakan resonan dengan impuls yang bekerja padanya.

Ayunan adalah bandul yang hanya mempunyai satu frekuensi alam yang

bergantung pada panjang talinya, dan tidak bergantung pada massa bandul

atau massa talinya

Gerak harmonis sederhana yang banyak dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari adalah ayunan sederhana dan gerak pada pegas. Pada gerak

harmonis sederhana terdapat besaran besaran –besaran fiika, yaitu periode

(T), frekuensi (f). Gerak harmonis juga dapat bersifat linear dan angular.

Gerak harmonis contohnya adalah penghisap dalam silinder gas, gerak

3
osilasi air raksa atau air dalam pipa U. Sedangkan contoh gerak harmonis

sederhana angular adalah gerak pada bandul, ayunan torsi, dan lain

sebagainya.

Jika pada ayunan atau bandul sederhana terjadi gerakan secara berkala

atau periodik, yaitu dilakukannya dorongan yang frekuensinya sama dengan

frekuensi ayunan, maka geraknya dapat dibuat besar sekali. Sedangkan

apabila frekuensi dorongan yang dilakukan tidak sama dengan frekuensi

dalam ayunan, atau bila dorongan dilakukan dalam selang waktu yang

berbeda dan tidak teratur maka ayunan itu tidak dapat disebut sebagai

getaran.

Dalam bidang fisika, prinsip pertama kali ditemukan pada tahun 1602

oleh Gallileo Galilie, bahwa periode lama gerak osilasi satu ayunan

dipengaruhi oleh panjang tali dan percepatan grativasi. Percepatan gravitasi

itu sendiri adalah suatu objek yang berada pada permukaan laut dikatakan

ekuivalen dengan memiliki nilai 9,80665 m/s2. Gerak isolasi atau getaran

yang populer adalah bandul yang terdiri dari seutas tali ringan dan bola

bermasssa M yang digantungkan pada ujung tali gaya gesekan udara yang

diabaikan, sehingga massa tali sangat kecil lalu dapat diabaikan relatif

terhadap benda.

Pada percobaan bandul sederhana biasanya ayunan yang digunakan

adalah ayunan yang dibuat dengan sedemikian rupa dengan bebannya

berupa bandul atau pendulum, kemudian digantungkan pada statif pada

seutas tali atau benang yang ringan. Apabila bandul ditarik kesamping dari

4
posisi seimbangnya lalu kemudian dilepas, maka bandul tersebut akan

berayun karena adanya gaya gravitasi atau akan bergetar dengan ragam

getaran yang selaras. Perioda yang mengalami gerak selaras sederhana tidak

bergantung pada amplitudonya. Hal inilah yang merupakan latar belakang

percobaan praktikum pada sebuah bandul sederhana..

1.1.3 Elastisitas

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari yang namanya

ilmu fisika, dimulai dari yang ada dalam diri kita sendiri seperti gerak yang

kita lakukan setiap saat, energi yang kita pergunakan setiap hari sampai

pada sesuatu yang berada di luar diri kita, salah satu contohnya adalah pegas

yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk kebutuhan

tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari pegas memiliki peranan penting.

Sebagai contoh, pegas dapat kita jumpai pada sepeda motor. Dimana pegas

pada sepeda motor  sering disebut dengan nama shock breaker. Dengan

adanya shock breaker ini maka kita merasa nyaman ketika mengendarai

sepeda motor. Hal ini terjadi karena shock breaker tersebut memiliki sifat

elastisitas (kembali ke bentuk semula) seperti sifat pegas pada umumnya.

Pegas tidak hanya dimanfaatkan pada sepeda motor, tetapi pada semua

kendaraan yang kita gunakan hingga pada kasur yang digunakan. Pegas

merupakan salah satu contoh benda elstisitas. Contoh benda elastis lainnya

adalah karet mainan. Ketika kita menarik karet mainan sampai batas tertentu

karet tersebut bertambah panjang. Jika terikan tersebut dilepaskan, maka

5
karet akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika kita

merentangkan pegas, pegas tersebut akan bertambah panjang, tetapi ketika

dilepaskan panjang pegas akan kembali seperti semula.

Oleh karena itu, banyaknya kejadian dalam kehidupan sehari-hari

yang melibatkan pinsip pegas maka percobaan ini penting untuk dipahami,

sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan

1.2.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran

1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar,menentukan


ketidakpastian pada hasil pengukukuran dan hasil percobaan serta
menjelaskan arti statistiknya dan memahami pengertian angka berarti
(AB).
2. Menggunakan jangka sorong,mikrometer,dan neraca ohaus 311gm.
3. Mencari besaran turunan (volume dan massa jenis).
4. Mengungkapkan hasil perhitungan lengkap dengan ketidakpastian.
1.2.2 Bandul Sederhana

1. Memahami keonsep gerak harmonik sederhana dan beberapa vaktor


yang mempengaruhi periode (waktu ayun).
2. Mengukur periode gerak bandul sederhana.
3. Menghitung kecepatan grafitasi bumi.
1.2.3 Elastisitas

1. Tujuan intruksional umum


 memahami konsep elastisitas suatu bahan melalui percobaan.
2. Tujuan intruksional khusus:
 Mengamati sifat elastisitas suatu bahan.
 Dapat mengukur/menghitung elastisitas bahan.
 Membuat grafik hubungan antara tegangan dan regangan.

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian, yaitu perbedaan

antara dua hasil pengukuran. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut

antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan paralaks maupun

dalam proses perhitungan pengukurannya. Dengan demikian amat sulit

untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.

Beberapa panduan bagaimana cara memperoleh hasil pengukuran seteliti

mungkin diperlukan dan bagaimana cara melaporkan ketidakpastian yang

menyertainya (Burhanuddin, 2011).

Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita harus berusaha menelaah

dan mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas

percobaan yang kita lakukan. Senada dengan pendapat Lord Kelvin yang

mengungkapkan kalau kita belum belajar sesuatu bila kita tak bisa

mendapatkan sebuah data kuantitatif (Ibrahim, 2013). Untuk itulah dalam

praktikum dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Akan tetapi, ternyata

tak ada pengukuran yang mutlak tepat. Pengukuran adalah membandingkan

suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Diketahui

bahwa pengukuran dibagi menjadi dua jenis yaitu pengukuran langsung dan

pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung merupakan pengukuran

yang dilakukan terhadap besaran pokok objek yang akan diukur seperti

berat, panjang, dan suhu. Sedangkan pengukuran tidak langsung ialah

7
pengukuran yang menghitung suatu besaran lain dimana nilainya didapat

dari besaran-besaran lain, misalnya mengukur massa jenis suatu benda

(Ibrahim, 2013). Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk

mendefinisikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara

kualitatik. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar

pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari

data-data  yang mendukung. Dengan pengukuran ini kemudian akan

diperoleh data-data numerik yang menunjukan pola-pola tertentu sebagai

bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut (Musyarofah, 2013).

Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan

antara nilai yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh

beberapa faktor. Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu kesalahan

bersistem dan kesalahan acak (Sufyan, 2012).

Kesalahanan bersistem ini berasal dari peralatan yang digunakan

meliputi kesalahan kalibrasi; kesalahan dalam memberi skala pada waktu

alat ukur sedang dibuat sehingga tiap kali alat itu digunakan, ketidakpastian

selalu muncul dalam tiap pengukuran; titik nol skala alat ukur tidak berimpit

dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur; kesalahan komponen alat yang

sering terjadi pada pegas; atau mungkin kesalahan yang timbul akibat

gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak (Lia, 2013).

Sedangkan kesalahaan acak berasal dari kondisi yang berbeda-beda pada

saat dilakukan pengukuran. Contohnya perubahan kondisi pada saat

kalibrasi alat dan pada saat pengukuran; perubahan suhu, tekanan udara,

8
atau tegangan listrik; dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi selama

pengukuran (Musyarofah, 2013).

Ketidakpastian dibedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian mutlak dan

relatif. Masing masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran

tunggal dan berulang. Ketidakpastian mutlak adalah suatu nilai

ketidakpastian yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri.

Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan bernilai

setengah dari NST. Sedangkan ketidakpastian relatif adalah ketidakpastian

yang dibandingkan dengan hasil pengukuran (Burhanuddin, 2011).

2.2 Bandul Sederhana

Gerak didalam ilmu fisika didefinisikan sebagai perubahan tempat

atau kedudukan, baik terjadi sekali maupun berkali-kali. Dalam dunia sains,

gerak memiliki nilai besaran skalar dan nilai besaran vektor. Kombinasi dari

kedua besaran tersebut dapat menjadi besaran baru yang disebut dengan

keceparan dan percepatan. Gerakan pada sebuah benda umumnya

dipengaruhi oleh dua jenis energi, yakni energi potensial dan energi

mekanik, yaitu penggabungan dari energi potensial dan energi kinetik.

Berdasarkan perubahannya, gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu gerak

osilasi dan gerak tidak berisolasi (Wikipedia, 2016).

Gerak osilasi merupakan variasi periodik terhadap waktu dari suatu

hasil pengukuran. Contoh gerak osilasi adalah gerak pada ayunan bandul

sederhana. Pada kata osilasi sering digunakan kata vibrasi atau getaran

persamaan kata atau sinonimnya, walaupun sebenarnya kata vibrasi atau

9
getaran merujuk pada jenis spesifik dari osilasi mekanis. Osilasi tidak hanya

terjadi pada suatu sistem fisik, tetapi juga bisa pada sistem biologi, dan

bahkan dalam masyarakat (Wikipedia, 2016).

Getaran merupakan gerak bolak-balik suatu partikel secara periode

melalui suatu titik kesetimbangan. Getaran dapat bersifat harmonis

sederhana dan kompleks. Gerak harmonis sederhana suatu getaran dimana

resultan gaya yang bekerja pada titik sembarang selalu mengarah ke titik

kesetimbangan dan besar resultan gaya sebanding dengan jarak titik

sembarang ke titik keseimbangan tersebut. Beberapa contoh gerak harmonis

sederhana adalah gerak harmonik pada bandul.

Menurut Oliver (1997), gerak harmonis sederhana dapat dibedakam menjadi

dua, yaitu:

1. Gerak harmonis sederhana linear, misalnya penghisap dalam silinder

gas, gerak osilasi air raksa, gerak osilasi airdalam pipa U, gerak

horizontal pegas, gerak vertikal pegas.

2. Gerak harmonis sederhana angular, misalnya gerak pada bandul

fisis, dan ayunan torsi.

ciri-ciri gerak harmonis sederhana adalah:

 Geraknya periodik (bolak-balik).

 Geraknya selalu melewati titik keseimbangan.

 Besar kecepatan atau gaya yang bekerja pada benda sebanding

dengan posisi atau simpangan benda.

10
 Arah percepatan atau gaya yang bekerja pada benda selalu mengarah

keposisi keseimbangan.

Ketika beban digantung pada ayunan dan tidak diberikan pada gaya,

maka benda akan diam pada titik kesetimbangan, jika beban ditarik ke titik

A dan dilepaskan, maka beban akan bergerak ke titik B dan ke titik C. Lalu

kembali lagi ke titik A. Getaran beban akan terjadi berulang-ulang secara

periodik, dengan kata lain beban pada ayunan diatas melakukan gerak

harmonik sederhana.

Benda yang bergerak harmonik sederhana pada ayunan sederhana

memiliki periode tertentu. Periode ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan

benda untuk melakukan suatu getaran.

Benda dikatakan melakukan suatu getaran atau satu getaran jika

benda bergrak dari titik dimana benda tersebut mulai bergerak dan kembali

lagi ke titik tersebut. Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan

benda selama satu detik, yang dimaksud dengan getaran disini adalah

getaran lengkap. Benda yang bergerak harmonis juga memiliki amplitudo A,

simpangan Y dan energi mekanik.

1. Frekuensi

Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda

selama satu sekon, yang dimaksud disini adalah getaran lengkap. Satuan

frekuensi adalah Hertz. Frekuensi getaran (f) dapat dicari dengan

menggunakan persamaan yang merupakan hubungan antara periode dan

frekuensi adalah sebagai berikut:

11
Dimana:

f : Frekuensi getaran (Hz)

g : Percepatan gravitasi (m/s2)

ℓ : Panjang tali ( m )

T : Perioda getaran (s)

Ayunan atau bandul matematis merupakan suatu partikel massa yang

tergantung pada suatu titik tetap pada seutas tali yang tidak dapat

bertambah panjang. Periode dan frekuensi sudut pada bandul sederhana

tidak tergantung pada massa bandul, tetapi bergantumg pada panjang tali

dan percepatan gravitasi setempat. Pada kondisi ini, maka menurut Surya

(2009), cara untuk mencari percepatan gravitasi dapat digunakan rumus:

Dimana :

g : Percepatan Gravitasi (m/s2)

ℓ : Panjang tali ( m )

T : Perioda getaran (s) (Reni desri,2017)

2.3 Elastisitas

Elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk

awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan.

Suatu benda dikatakan elastis apabila benda tersebut setelah diberi gaya

dapat kembali ke bentuk semula. Setiap benda elastis memiliki batas elastis

yang apabila keelastisan benda tersebut sudah melampaui batas elastisitas

maka akan menyebabkan kerusakan pada benda tersebut. Jika sebuah gaya

diberikan pada sebuah benda elastis, maka bentuk benda tersebut berubah.

12
Bola yang terbuat dari karet, bila diberi gaya tekan maka bentuknya

tidak bulat lagi. Namun jika gaya tersebut dihilalangkan, bentuk bola

tersebut juga akan kembali pada bentuk semula. Akan tetapi jika bola yang

terbuat dari tanah liat diberi gaya yang sama dan gayanya dihilangkan, maka

bentuk bola tersebut tidak dapat kembali pada bentuk semula.

Dari kejadian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada 2 golongan

bahan, yaitu bahan elastis dan bahan tidak elastis. Bahan elastis adalah

bahan yang dapat kembali pada bentuk semula jika diberi suatu

gaya,contohnya adalah karet,baja dan kayu. Sedangkan bahan tidak elastis

adalah bahan yang tidak dapat kembali lagi pada bentuk semula jika diberi

gaya meski gaya tersebut telah dihilangkan, contohnya adalah tanah liat dan

plastisin.menurut hukum hooke jika gaya tarik tidak melampaui batas elastic

pegas maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya

tariknya.

2.4

13
BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 2 Januari 2021,

Pukul 13:00 WITA. Yang bertempat di Laboratorum Sekolah Tinggi Ilmu

Pertanian Mujahidin Toli-Toli.

3.2 Alat dan Dahan

3.2.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran

Alat: Bahan:

1. Stop Wach 1. kelereng

2. Jangka Sorong

3. Mikrometer Sekrup

4. Neraca Ohaus

5. Mistar Plastik (30cm)

6. Balok besi

3.2.2 Bandul Sederhana

Alat: Bahan:

1. Bandul dan penggantung 1. Kertas grafik

2. Statif

3. Mistar (100 cm)

4. Stop Wach

14
3.2.3 Elastisitas

Alat: Bahan:

1. Statif dengan 2 klem. 1. Beban 10 buah (5gr)

2. Mistar (100 cm). 2. Karet ventil (±20 cm)

3. Jarum penunjuk skala.

3.3 Skema Kerja

3.3.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran

15
3.3.2 Bandul Sederhana

3.3.3 Elastisitas

16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran

Data 1: Penentuan NST

Banyaknya Ketidakpastian
No Nama Alat NST
Skala Nonius Mutlak ( ∆ x )
Mikrometer
1 0,01 mm 50 0,005 mm
Sekrup
Jangka
2 0,05 mm 20 0,025 mm
Sorong
3 Mistar 1 mm 10 0,5 mm
4 Neraca Ohaus 0,01 gr - 0,005 mm

Data 2 : Pengukuran Tunggal

Nama Besaran Hasil


No Alat Ukur x ± ∆x
Benda Teratur Ukur (x)
Mikrometer
1 Kelereng Diameter 15,57mm 15,57±0,005
sekrup
2 Balok Besi Jangka Sorong Sisi 19,2 mm 19,2 ± 0,025
3 Kelereng Neraca ohaus Massa 5,34 grm 5,34 ± 0,005

Data 3 : Pengukuran Berulang

No Nama Besaran Hasil


Alat Ukur x́ ± ∆ x
Benda Teratur Ukur (x)
Kelereng 1 Mikrometer sekrup Diameter 15,55 mm 15,85 mm
1 Kelereng 2 Mikrometer sekrup Diameter 16,55 mm ±
Kelereng 3 Mikrometer sekrup Diameter 15,75 mm 0,005mm
2 Kelereng 1 Neraca digital Massa 4,98 grm 5,31grm

17
Kelereng 2 Neraca digital Massa 5,75 grm ±
Kelereng 3 Neraca digital Massa 5,20 grm 0,005grm
Balok 1 Jangka sorong Sisi 19,002 mm 19,55mm
3 Balok 2 Jangka sorong Sisi 19,325mm ±
Balok 3 Jangka sorong Sisi 20,325mm 0,025mm

4.1.2 Bandul Sederhana

Hasil Pengamatan
Besaran Terukur Periode Gravitasi
Waktu (F)
(T) (G)
M1=21,05 g 65 sekon 1,3 s 4,18 m/s2
L1= 40cm=0,4 m
M2=25,75g 64 sekon 1,28 s 4,18 m/s2
M1=21,05g 72 sekon 1,44 s 9,65 m/s2
L2= 50cm=0,5 m
M2=25,75g 71 sekon 1,42 s 9,65 m/s2

4.1.3 Elastisitas

No Massa/M Panjang karet/beban ∆ l=l1−l 0 Gaya (F)


1 M0 = 50 gram L0 = 20cm - -
2 M1 = 65 gram L1 = 21 cm 1 cm 1.150 N
3 M2 = 85 gram L2 = 23,5 cm 3,5 cm 1.500 N
4 M3=100 gram L3 = 24 cm 4 cm 1.850 N

Elastisitas Karet Pentil


120
100
100
85
80
Beban/Massa

65
60 50
40
20
0
19.5 20 20.5 21 21.5 22 22.5 23 23.5 24 24.5
Panjang Karet

Grafik Elastisitas

18
4.2 Analisis Data

4.2.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran

A. Penentuan NST

1
∆ X= NST
2
1. Mikrometer Sekrup

Pada mikrometer sekrup dapat di ketahui nilai NST atau nilai skala

terkecil sebesar 0,001 mm dan banyaknya skala nonius pada

mikrometer sekrup sebanyak 50 sehingga hasil ketidakpastian mutlak

1
dapat ditulis ∆ x= dikalikan dengan nilai NST dan dibagikan dengan
2

(2) sehingga mendapatkan hasil ketidakpastian 0,005 mm.∆ x

merupakan nilai ketidakpastian atau ralat.

2. Untuk alat ukur jangka sorong,mistar dan Neraca Ohaus untuk

mencari nilai suatu NST caranya sama dengan alat ukur

mikrometer sekrup untuk mencari nilai NST-nya.

Tabel analisa penentuan NST


Nama Alat Ketidakpastian Mutlak (X)
Jangka Sorong 1
x = × NST
2

19
1
x = × 0,05 mm x = 0,025 mm
2
1
x = × NST
2
Mikrometer
1
x = × 0,01 mm x = 0,005 mm
2
1
x = × NST
2
Mistar
1
x = × 1 mm x = 0,5 mm
2

B. Pengukuran Tunggal
X =Skala Utama+¿

1. Mikrometer sekrup

Besar diameter sebuah kelereng diukur menggunakan alat ukur

mikrometer sekrup untuk rumus pengukuran tunggal (x ± ∆ x) dimana x

merupakan angka pasti sebuah pengukuran dan ∆ x merupakan nilai

ketidakpastian atau ralat sehingga pada hasil ukur (x) mendapatkan

hasil 15,57 dan nilai dari ketidakpastiannya 0,005 sehingga dapat di

tulis menjadi 15,57 ± 0,005.

2. Jangka sorong

Besar sisi balok besi ketika diukur menggunakan jangka sorong

mendapatkan hasil ukur (x) nilai pasti dari sebuah balok besi sebesar

19,2 sehingga nilai pasti dan ketidakpastian atau ralat dapat di tulis

menjadi 19,25 ± 0,025.

3. Neraca Ohaus

20
Besar massa dari sebuah kelereng ketika ditimbang menggunakan

neraca digital mendapatkan hasil (x) 5,34 sehingga nilai pasti dan

ketidakpastian dapat ditulis menjadi 5,34 ± 0,005.

C. Pengukuran Berulang

2
1 ( εx ) −( εx )
∆ X= n
2 [
n−1 ]
1. Pada pengukuran berulang sebuah benda yang sama tetapi berbeda

bentuk ukuran dan diukur untuk mendapatkan hasil yang pasti atau

ralat,pada eksperimen pengukuran berulang kelereng 1,2 dan 3 diukur

menggunakan mikrometer sekrup yang memiliki besaran diameter dan

mendapatkan hasi nilai (x) atau nilai rata-rata.

 Kelereng 1 memiliki diameter 15,55

 Kelereng 2 memiliki diameter 16,55

 Kelereng 3 memiliki diameter 19,75

(∑ x 1 )=(15,55)2+(16,25)2+(15,75)2
2

(∑ x 1)2= (15,55 + 16,25 + 15,75)2 = 2.261,002 mm

1 1 ( 2.261,002 )−(2.261,002)
∆x =
2
¿=
2 [ 2 ] = ½ x0,73 =0,18 mm

2. 3 buah kelereng di timbang menggunakan alat neraca digital dan

ketiga kelereng memiliki massa yang berbeda-beda sehingga dapat

di tulis seperti:

 Kelereng 1 memiliki massa 4,98

 Kelereng 2 memiliki massa 5,75

21
 Kelereng 3 memiliki massa 5,20

(∑ x 1 )=(4,98)2+(5,75)2+(5,20)2 = 84,9 mm
2

(∑ x 1)2= (4,98 + 5,75 + 5,20)2 = 253,76 mm

1 ( 84,9 ) −(253,76) 1 ( 245,7 )−(253,76)


∆x =
2
3 [ 3−1 ] [
=
2 2 ]= ½ x 0,47

=0,23mm

3. Pada Balok besi ketika di ukur menggunakan alat ukur jangka

sorong ketiga balok besi mempunyai panjang sisi yang berbeda-beda

sehingga mendapatkan hasil atau nilai (x) sebagai berikut:

 Balok besi 1 memiliki sisi 19,002

 Balok besi 2 memiliki sisi 19,325

 Balok besi 3 memiliki sisi 20,325

(∑ x 1 )=(19,002)2+(19,325)2+(20,325)2 = 1.147,62 mm
2

(∑ x 1)2= (19,002 + 19,325 + 20,325)2 = 3.439,82 mm

1 ( 1.147,62 )−(3.439,82) 1 ( 3.442,86 )−(3.439,82)


∆x =
2
3[ 3−1
=] [
2 2 ] =

½ x 1,52 =0,76 mm

4.2.2 Bandul sederhana

Dapat dianalisa bahwa pada pengamatan pertama menggunakan tali

yang mempunyai panjang 40 cm untuk mengikat beban dengan berat

22
beban pertama 21,05 dan di ayun sebanyak 50 kali ayunan untuk

mencapai 50 ayunan di butuhkan waktu sebanyak 65 sekon.

Beban kedua dengan berat beban 25,75 dengan jumlah ayunan yang sama

dan pengamatan kedua menggunakan tali dengan panjang 50 cm dengan

jumlah ayunan yang sama beban pertama membutuhkan waktu.

1. Menghitung periode (T)


Tn = t/n
Tali 1.

a. Tn = 65/50 =1,3 s
b. Tn = 64/50 = 1,28 s
Tali 2.

a. Tn = 72/50 =1,44 s
b. Tn = 71/50 = 1,42 s
2. Menghitung periode rata-rata (τ )

T 1−T 2
T rata−rata=
n

Tali 1:
1,3+1,28
Trata−rata= =1,29 s
2

Tali 2:

1,44 +1,42
Trata−rata= = 1,43s
2

3. Menghitung gravitasi (g)

4 π . ln
g=
T2

23
Tali 1:

g = 4x(3,14)2 x0,4 = 9,49 m/s2


1,292 1,66

Tali 2.

g = 4x(3,14)2 x0,5 = 19,7 m/s2


1,432 2,04

4.2.3 Elastisitas

∆ m1 = m0 + m1 = 50 + 65 = 115 gr

∆ m1 = m1 + m2 = 65 + 85 = 150 gr

∆ m1 = m2 + m3 = 85 + 100 = 185 gr

∆ L= L1 - L2

∆ L= L0 – L1 = 21 -20 = 1 cm

∆ L2= L2 – L0 = 23,5 - 20 = 3,5 cm

∆ L3= L3 – L0 = 24 - 20 = 4 cm

f =∆ m. g.

f 1= 115.10 = 1.150 N = 1.150 x10-3 N

f 2= 115.10 = 1.500 N = 1.500 x10-3 N

f 3= 115.10 = 1.850 N = 1.850 x10-3 N

24
4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengukuran dasar dan ketidakpastian pada hasil pengukuran

Pada percobaan ini, untuk melilhat NST pada alat, yang harus

dipersiapkan pertama kali adalah alat yang di gunakan dalam percobaan.

Misal, mikrometersekrup, jangka sorong, mistar 50 cm, dan neraca digital.

Dan untuk mencarin ketidakpastian mutlaknya adalah dengan

menggunakan rumus ∆ X =I/2.NST. Kemudian untuk mencari hasil ukur

(x) dengan menggunakan bahan kelereng dan balok besi. Alat yang di

gunakan untuk mengukur yakni mikrometer sekrup,jangka sorong, dan

neraca digital. Rumus yang di gunakan adalah x = skalautama + (skala

nonius x NST). Serta untuk menghitung pengukuran berulang,harus

mempersiapkan bahan masing-masing 3 buah, Lalu ukur .

4.3.2 Bandul sederhana

Percobaan kedua yaitu tentang bandul. Dimana pada praktek ini,

contoh bandul pada percobaan berupa ayunan, yang di beri beban kelereng

4 dan 5 buah/plastik. Beban ini di ikat menggunakan benang nilon, lalu

ujung benangnilon di jepitkan pada statif. Beban di ayunkan sebanyak 50

kali, dan waktu ayunan di hitung menggunakan stop watch. Setelah itu

mencari hasil periode (T) dengan menggunakn rumus Tn=t/n. Dimana t

adalah waktu, dan n adalah jumlah ayunan.

25
4.3.3 Elastisitas

Percobaan ketiga atau percobaan terakhir dari praktikum ini adalah

praktikum ini adalah elastisitas. Pada percobaan ini, alat dan bahan yang

dignakan adalah statif, karet ventil 6, mistar 50 cm, dan beban @ 100 gr.

Mula-mula 3 karet disambungkan, lalu ujung karet di jepitkan pada statif,

dan ujung yang satunya lagi di beri beban Kemudian panjang karet

tersebut di ukur menggunakan mistar. Setelah 1tu tambahi lagi beban

berikutknya, lalu ukur kembali, di lakukan seterusnya hingga beban habis.

Kemudian rumus yang di gunakan untuk mencari ∆ L nya adalah L0-L1

Sedangkan rumus yang digunakan untuk mencari gaya (F) adalah

f =∆ m. g.

26
BAB V PENUTUP

5.1 kesimpulan

5.1.1 Pengukuran Dasar Dan Ketidakpastian Pada Hasil Pengukuran

1. Pengukuran adalah salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan

karena merupakan kegiatan penting dalam setiap percobaan ilmiah yaitu

dengan menggunakan alat ukur mikrometer, neraca digital dan jangka

sorong. Angka berarti (AB) merupakan kombinasi angka yang terdiri dari

angka pasti dan tafsiran yang diperoleh dari hasil pengukuran

menggunakan alat ukur.

2. Menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikrometer dengan cara

melihat skala utama dan skala noniusnya, dan menggunakan neraca untuk

menghitung massa pada kelereng.

3. Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidak pastian. Beberapa

penyebab ketidak pastian adalah adanya nilai skala terkecil (NST), NST

merupakan suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi. Pengukuran

mengunakan alat ukur seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, dan

neraja digital, dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian yang dibuat dan

hasil ukur yang didapat akurat. Menentukan ketidakpastian mutlak dengan

menggunakan rumus ½ x NST dan untuk menghitung hasil ukur dengan

menggunakan rumus skala utama + (skala nonius x NST).

27
5.1.2 Bandul Sederhana

1. Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui

suatu titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam

setiap sekon selalu konstan. Getaran yang membahas ayunan atau bandul

merupakan garak bolak balik suatu partikel secara periode melalui titik

kasetimbangan, dimana resultan gaya yang bekerja pada titik sembarang

selalu mengarah ketitik kesetimbangan tersebut, dan fenomena ini

dinamakan resonansi. Yang mempengaruhi periode gerak bandul

sederhana dipengaruhi oleh, panjang tali bandul, yaitu semakin panjang

tali bandul maka semakin besar periodenya, dan juga gravitasi, yaitu

semakin besar percepatan gravitasi maka semakin besar periode getaran.

2. Periode merupakan waktu yang diperlukan suatu benda untuk

melakukan satu getaran/putaran penuh. Mengukur periode gerak bandul

´ ¿ t .
sederhana dengan menggunakan rumus (T ¿)=¿
n

3. Nilai percepatan dipengaruhi oleh panjang tali dan priode, sehingga

4π²L
diperoleh rumus percepatan gravitasi, yaitu .
T́ ²

28
1.1.3 Elastisitas

1. Dalam fisika, elastisitas adalah kemampuan suatu zat padat untuk

kembali ke bentuk awal setelah mendapat gangguan luar yang diterapkan

dan kemudian dihilangkan. Suatu benda dikatakan elastis apabila benda

tersebut setelah diberi gaya dapat kembali kebentuk semula.

2. Sifat elastisitas bahan yaitu, kecendrungan pada suatu brnda untuk

berubah dalam bentuk baik panjang, lebar maupun tingginya, tetapi

massanya tetap hal itu disebabkan oleh gaya-gaya yang menekan atau

menariknya, pada saat gaya dtiadakan bentuk kembali seperti semula.

3. Mengukur / menghitung elstisitas dengan menggunakan rumus :

F L
Tegangan (T) = , Regangan (ɛ) = →L = L1 – L0 , dan modolus
πr ² L0

T
young (ɣ) = ,elastisitas terjadi pada benda yang dikenai gaya tertentu
ɛ

akan mengalami perubahan bentuk.

4. Hubungan tegangan (T) dan regangan (ɛ) adalah linear, dimana

regangan berbanding lurus dengan tegangannya.

1.2 Saran

Dalam melakukan praktikum fisika sebaiknya alat dan bahan disediakan

dengan baik agar pada saat pengamatan dilakukan dapat memperoleh hasil

pengamatan yang sesuai dengan apa yang diamati. Saat melakukan

pengamatan di laboratorium diharapkan bagi mahasiswa untuk serius, tekun,

dan teliti dalam hal perhitungan dan segala hal yang berhubungan dengan

29
penjumlahan dan juga kita harus dapat menguasai materi yang ada dalam

fisika terlebih dahulu. Mempelajari hasil-hasil dari perhitungan yang

dilakukan agar bisa menambah ilmu pengetahuan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Asia. 2015. Bandul sederhana. Diakses dari

Http://.asiiahw.blogspot.com. Pada tanggal 7 januari 2021.

Fauzi. 2016. Dasar pengukuran dan ketidakpastian. Diakses dari

http://.fauzifuad.blogspot.com. Pada tanggal 7 januari 2021.

Muhamad rizal. 2020. Pengukuran dan ketidakpastian fisika Diakses dari

http://www.thinksphysics.com. Pada tanggal 7 januari 2021.

Reni desri. 2017. Bandul sederhana. Diakses dari

http://renidesriyanti.blogspot.com. Pada tanggal 7 januari 2021.

Tenti. 2015. Elastisitas. Diakses dari

http://.tentifisika.blogspot.com. Pada tanggal 8 januari 2021.

Wikipedia. 2016. Bandul sederhana. Diakses dari

http://.id.m.wikipedia.org. Pada tanggal 7 januari 2021.


BIOGRAFI

Nama Saya Andre Agasi S.Laumarang , Saya lahir pada

tanggal, 04 Januari 2000. saya lahir di leok 2

kecamatan Biau kabupaten Buol. Saya adalah anak

pertama dari 2 bersaudara, Saya lahir dan tumbuh atas

didikan dan kasih sayang dari kedua orang tua yang sangat saya hormati.

Beliau adalah Bapak Ketut sumber jaya dan Ibu Ketut sudiasih. Bapak

Saya berprofesi sebagai petani dan ibu saya sebagai ibu rumah tangga.

Pada tahun 2005, saya memulai pendidikan di SDN 1 lakea selama 6 tahun

dan lulus pada tahun 2011. Berikutnya saya melanjutkan pendidikan di SMP

Muhammadiah ilambe.

Dan melanjutkan pendidikan saya di SMKN 1 Biau, Saya

mengambil jurusan TKJ. Disekolah ini saya mulai mengembangkan minat

dan akademik. Dan mengikuti PSG pada tahun 2016 di Hotel Swiss-Bell

Palu dan berkerja di bagian IT.

Kemudian saya melanjutkan kuliah di kampus UNIVERSITAS

TADULAKO pada tahun 2017. Dan saya pindah di kampus STIP pada

tahun 2020 dan sampai sekarang saya sedang belajar di sana dengan

Program Studi Agroteknologi.


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai