Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA

DISUSUN OLEH:
EKADAMAYANTI
102 2020 0

Nilai Laporan Tanggal Paraf


1 2 3 Asistensi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
MUJAHIDIDIN TOLITOLI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusunan panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha esa karena
atas kasih dan karunianya sehingga laporan biologi ini dapat diselesaikan pada
waktunya. penyusunan laporan ini agar dapat mengetahui lebih jauh lagi tentang
Larutan Asam dan Basa, Pembuatan dan Pengenceran Larutan, Reaksi Reduksi
Oksidasi, Koloid, Penentuan Ph Tanah,Pembuatan Kertas Indikator Alami.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk setiap
pihak yang sudah mendukung kami baik berupa bantuan ataupun doa dalam
Menyusun laporan biologi ini.terkhusus lagi kami sampaikan terima kasih kepada:
1. Yulianti Rasud, s.Pd.,M .Si Selaku ketua program studi Agroteknologi
2. Masriani SP.,M.Si Selaku kepala laboratorium ilmu-ilmu pertanian
3. selaki dosen pembimbing.
4. selaku asisten dosen .
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata kesempurnaan
sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat di harapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan
yang lebih luas lagi bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khsusnya.

Tolitoli 00 Februari 2021

Nama

i
DATAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DATAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.1.1 Larutan Asam dan Basa.....................................................................1
1.1.2 Pembuatan dan Pengenceran Larutan................................................1
1.1.3 Reaksi Reduksi dan Oksidasi.............................................................1
1.1.4 Koloid.................................................................................................1
1.1.5 Penentuan pH Tanah..........................................................................1
1.1.6 Pembuatan Kertas Indikator Alami....................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.2.1 Larutan Asam dan Basa.....................................................................1
1.2.2 Pembuatan dan Pengenceran Larutan................................................1
1.2.3 Reaksi Reduksi dan Oksidasi.............................................................1
1.2.4 Koloid.................................................................................................1
1.2.5 Penentuan pH Tanah..........................................................................1
1.2.6 Pembuatan Kertas Indikator Alami....................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................2
2.1 Larutan Asam dan Basa.............................................................................2
2.2 Pembuatan dan Pengenceran Larutan........................................................2
2.3 Reaksi Reduksi dan Oksidasi....................................................................2
2.4 Koloid........................................................................................................2
2.5 Penentuan pH Tanah.................................................................................2
2.6 Pembuatan Kertas Indikator Alami...........................................................2
BAB III METODE PRAKTIKUM......................................................................3
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................3
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................3
3.3 Prosedur Kerja...........................................................................................3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................4
4.1 Hasil...........................................................................................................4
4.2 Pembahasan...............................................................................................4

ii
BAB V PENUTUP.............................................................................................5
5.1 Kesimpulan................................................................................................5
5.2 Saran..........................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................6
DOKUMENTASI....................................................................................................7
LAMPIRAN.............................................................................................................8

iii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

I.1.1 Larutan Asam dan Basa


Asam dan basa merupakan zat, yang mudah serta cepat dipahami dan diteliti
dalam larutan. Larutan adalah campuran homogen dari dua macam zat atau lebih.
Larutan dapat berupa larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Didalam larutan
terkandung suatu zat (asam dan basa) yang merupakan penghasil dan pendukung
suatu larutan. Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat
penting dalam kehidupan sehari - hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan
bersifat netral.
Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga kita bisa
menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam
atau basa ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna, yang
akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi.
Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan
akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan
juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter
yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam
memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan
netral pH nya 7. Dalam kehidupan sehari – hari, senyawa asam dan basa dapat
dengan mudah kita temukan. Mulai dari makanan, minuman dan beberapa produk
rumah tangga yang mengandung basa. Contohnya sabun, deterjen, dan pembersih
peralatan rumah tangga
Asam dan basah merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting.
Dalam sehari-hari, kita mengenal berbagai zat yang digolongakan sebagai asam,
misalnya asam cuka, asam sitrun, asam jawa, asam belimbing, serta “‘asam
lambung”. Salah satu sifat asam adalah rasanya masam. Kita juga mengenal
berbagai zat yang kita golongkan sebaga basa, misalnya kapur sirih, kaustik soda,

1
air sabun, serta air abu. Salah satu sifat basa adalah dapat melarutkan lemak.
Itulah sebabnya (abu gosok) digunakan untuk mencuci piring. Pengertian asam
basa mula-mula dikemukakan oleh Arrhenius pada tahun 1887.
Menurut Arrhenius, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang bila
dilarutkan ke dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion hidrogen
(H+ ) sebagai satu-satunya ion positif. Basa didefinisikan zat yang bila dilarutkan
dalam air akan mengalami ionisasi dengan membentuk ion-ion hidroksil (OH- )
sebagai satu-satunya ion negatif.
Teori asam basa yang dikemukakan Arrhenius ternyata memiliki
keterbatasan, yakni asam dan basa tidak hanya terdapat dalam pelarut air, tetapi
juga terdapat dalam pelarut bukan air. Fakta-fakta tersebut mendorong J.N
Bronsted dari Denmark dan T. Lowry dari Inggris membuat pengertian baru
mengenai asam dan basa. Bronsted dan Lowry mendefinisikan asam sebagai zat
yang dapat memberikan proton (proton donor), sedangkan basa adalah zat yang
dapat menerima proton (akseptor proton).
I.1.2 Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Pembuatan Larutan ini dimulai dari pengertian larutan, dimana larutan adalah
campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Larutan terdiri atasdua
komponen, komponen utama biasanya disebut pelarut, dan komponen
minornyadinamakan zat terlarut. Pelarut dipandang sebagai pembawa atau
medium bagi zat terlarut,yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam
larutan atau meninggalkan larutankarena pengendapan atau penguapan.
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H 2O), selain air
yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzena,
minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak
disebutkan.
Larutan gas dibuat dengan mencampurkan sutu gas dengan gas lainnya. Karena
smeua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas
adalah homogen ia merupakan larutan. Larutan cairan dibuat dengan melarutkan
gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Apabila sebagian cairan adalah air,
maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan
dalam mana satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul
dari komponen lainnya.

2
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi.
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan
atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam
sejumlah volume (berat , mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan halini muncul
satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm
serta ditambah dengan persen massa dan persen volume.
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan.
Hal ini terutama terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat (H2SO4). Agar panas
ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditamahkan
dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat
pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.

I.1.3 Reaksi Reduksi dan Oksidasi


Reaksi reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi,
sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan bilangan
oksidasi.Untuk menentukan reaksi redoks berdasarkan bilangan oksidasi, kamu
harus tahu terlebih dulu bagaimana cara menentukan bilangan oksidasi. Pada
reaksi reduksi, gas oksigen (O2) akan berada di ruas sebelah kanan, sebagai
produk.
Sedangkan, pada reaksi oksidasi, gas oksigen (O2) akan berada di ruas sebelah
kiri, sebagai reaktan. sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen.
Reaksi oksidasi ini ditandai dengan pengikatan oksigen, kenaikan biloks, dan
pelepasan elektron. Sedangkan reaksi reduksi ditandai dengan pelepasan oksigen,
penurunan biloks, dan penangkapan elektron.Senyawa atau unsur yang mengalami
oksidasi ini disebut dengan reduktor, sedangkan senyawa atau unsur yang
mengalami reduksi disebut dengan oksidator.
Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang terdiri dari setengah reaksi oksidasi
dan setengahnya lagi merupakan reaksi reduksi yang diikuti dengan adanya
perubahan bilangan oksidasi atau biloks baik itu pada produk atau rektannya.

3
Reaksi oksidasi ini ditandai dengan pengikatan oksigen, kenaikan biloks, dan
pelepasan elektron. Sedangkan reaksi reduksi ditandai dengan pelepasan oksigen,
penurunan biloks, dan penangkapan elektron.

I.1.4 Koloid
Koloid, merupakan campuran dari dispersi kasar dengan dispersi halus dengan
ukuran partikel-partikelnya antara 10-7dan 10-5cm. Dalam system koloid,
terdapat dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Walaupun Nampak
sebagai disperse homogeny, namun koloid merupakan disperse heterogen.
Larutan, merupakan sistem dispersi halus yang ukuran partikel-partikelnya sangat
kecil (10-7cm), sehingga tidak dapat diamati (dibedakan) antara partikel
pendispersi dan partikel terdispersi meskipun dengan menggunakan mikroskop
ultra.Larutan adalah campuran antara fase terdispersi berupa zat padat, gas,
maupun cair dengan fase pendisperinya yaitu zat cair. Larutan merupakan
campuran homogeny. Suspensi atau dispersi kasar, merupana sistem dispersi
dengan ukuran relatif besar (10 -5cm) yang tersebar merata dalam medium
pendispersinya.Suspenss yaitu campuran heterogen antar fasa terdispersi dengan
medium pendispersinya. Fasa terdispersi biasaanya berupa zat padat yang
ukurannya lebih besar sehingga akan membentuk endapan jika disatukan
didiamkan dalam beberapa saat.
Koloid adalah dua zat heterogen atau lebih yang dicampur dimana partikel-
partikel zat yang ukurannya dari 1 sampai 1000 nm tersebar merata didalam
medium zat yang lainnya. Zat yang tersebar sebagai partikel disebut dengan fase
terdispersi, sedangkan medium pendispersi adalah zat yang menjadi medium
mendispersikan partikel.Koloid seperti larutan jika secara makroskopis yang
terbentuk dari campuran homogen dan zat terlarut dan pelarut. Sedangkan secara
mikroskopis, koloid terlihat seperti suspuensi yang campuran heterogen di mana
masing-masing komponen cenderung saling memisah.
Sifat-Sifat Koloid
Menurut Retnowati (20018:142), Sistem koloid memiliki sifat-sifat khas
yang berbeda dari sifat larutan ataupun juga suspensi. Berikut ini merupakan
penjelasan sifat-sifat koloid :

4
1.Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah pada dispersi koloid, partikel-partikel koloid yang
cukup besar sehingga dapat memantulkan serta dapat menghamburkan sinar ke
sekelilingnya, yang dikenal dengan x.
1. Gerak Brown
Gerak Brown adalah bila seberkas sinar dipusatkan pada suatu dispersi
koloid yang diamati dengan alat ultramikroskop, maka akan terlihat seperti
partikel koloid yang kecil yang memantulkan sinar serta bergerak acak.

3.Elektroforesis

Elektroforesis adalah bila arus listrik dengan tegangan rendah dialirkan ke


dalam dispersi koloid, maka partikel-partikel koloid tersebut akan bergerak
menuju elektrode positif atau juga elektrode negatifnya.

4.Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses menyambung elektroforesis yang bermuatan


listrik, karena permukaan partikel-partikel koloid tersebut dapat menarik partikel-
partikel bermuatan listrik yang berada sekitarnya.
Jenis-Jenis Koloid
gelompokan sistem koloid dibagi berdasarkan fase terdispersi dan fase
pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi, ada tiga jenis koloid, antara lain sol
(fase tersispersi padat), emulsi (fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi
gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut aerosol. Berdasarkan fase, jenis
koloid dapat dibagi menjadi 8 golongan :
1. Sol.
Sistem koloid Sol terbentuk dari fasa terdispersi yang bentuknya berupa
padatan sedangkan fasa pendispersinya berbentuk berupa cairan. Contohnya: sol
emas, tinta, dan cat.

Sol padat

Sistem koloid Sol pada terbentuk dari fasa terdispersi yang bentuknya
berupa padatan sedangkan fasa pendispersinya berbentuk padatan. Contohnya:
gelas berwarna, dan intan hitam.

2. Emulsi
Sistem koloid Emulsi terbentuk dari fasa terdispersi yang bentuknya
berupa cairan dan fasa pendispersinya berbentuk cairan. Contohnya: susu, santan,
dan minyak ikan

5
3. Emulsi padat
Sistem koloid Emulsi padat terbentuk dari fasa terdisfersi yang bentuknya
berupa cairan dan fasa pendispersinya berbentuk padatan. Contohnya: jelly,
mutiara, dan keju.

4. Aerosol padat
Sistem koloid Aerosol padat terbentuk dari fasa terdispersi yang bentuknya
berupa padatan dan fasa pendispersinya berbentuk gas. Contohnya: asap dan debu.
5. Aerosol cair
Sistem koloid Aerosol cair terbentuk dari fasa terdispersi yang bentuknya
berupa cairan dan fasa pendispersinya berbentuk gas. Contohnya: kabut, awan,
dan hair spray.
6. Buih
Sistem koloid Buih terbentuk dari fasa terdispersi yang bentuknya gas dan
fasa pendispersinya berbentuk cairan. Contohnya: buih sabun, dank rim kocok.
–Buih padat
Sistem koloid Buih padat terbentuk dari fasa terdispersi yang bentuknya
gas dan fasa pendispersinya berbentuk padatan. Contohnya: karet busa dan batu
apung.

Ciri-Ciri Koloid
Koloid memiliki beberapa ciri dan karakteristik yang sangat unik. Berikut
ini adalah ciri-cirinya :
1. Dispersi molekuler
2. Sifat campuran koloid merupakan heterogen.
3. Koloid tidak dapat disaring.
4. Dimensi partikel kurang dari 1 nm
5. Sistem koloid stabil diakibatkan oleh gaya tarik menarik, yang
6. menyebabkan partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap.

I.1.5 Penentuan pH Tanah


PH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama
dengan keracunan tanah.  Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan
lahan berkisar antara 5–7,5.  tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali)
membatasi pertumbuhan tanaman.  Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung. 

6
Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya yang dipelajari
pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8 atau lebih.

PH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam


tanah). Makin tinggi kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila
kandungan H sama dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7
(Hardjowigeno, 2015).

Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam,


dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan
tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi
proses-proses biologik.

Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit
antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap.  Semakin
kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin
rendah.  Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau
kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi
mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama.

Kemasaman berpengaruh pada ketersediaanya  atau tidak tersedianya hara


tanaman. Dalam hal ini kita mengenal pH tanah. pH tanah adalah suatu ukuran
aktifitas ion hydrogen di dalam larutan aior tanah dan dapat di pakai sebagai
ukuran bagi keasaman tanah. Hara adalah log dari harga kebalikan Cons ion
Hidrogen.

pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan


tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa
ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur
hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara
3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari
3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran
pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara
yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2015).

7
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang
tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat
masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan
tertentu, yaitu apabila tercapai kejenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-
hidroksida ,dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah
(Yulianti, 2015).

Sumber kemasaman tanah dalam kandungan bahan-bahan organik dan


anorganik. Ionisasi asam menghasilkan ion H+yang bebas dalam larutan tanah.
Sumber lain dari kemasaman tanah adalah H +dan Al3+ yang dapat ditukar dengan
koloid tanah. Kemampuan suatu tanah dalam mempertahankan pH dari perubahan
karena terjadinya penambahan Alkalisatau masam biasa dinamakan sebagai daya
sanggah pada tanah (Hadjowigeno, 2015).

Kemasaman suatu tanah ditentukan oleh dinamika ion H+ yang terdapat di


dalam tanah dan berada pada kesetimbangan dengan ion H+yang terjerap.
Kemasaman tanah merupakan suatu sifat yang penting sebab terdapat hubungan
antara pH dengan ketersediaan unsur hara dan juga terdapatnya hubungan antara
pH tanah dengan proses pertumbuhan (Foth, 2015).

Kemasaman atau pH tanah yang tinggi biasanya mengakibatkan terjadinya


kerusakan atau terhambatnya pertumbuhan akar pada tanaman. Pengaruh tidak
langsung ketidakstabilan pada pH tanah, mengakibatkan keracunan pada tanaman
(Hakim, 2015).

Tanah yang terlalu masam, dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan


kapur ke dalam tanah, sedangkan pH tanah yang terlalu alkalis atau mempunyai
nilai pH yang tinggi dapat diturunkan dengan cara menambahkan belerang atau
dengan cara pemupukan pada tanah (Hadjowigeno,2015).

Kemasan tanah ada dua macam, yaitu:

1. Kemasaman aktif: Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh adanya ion H + yang
ada pada koloid tanah.

8
2. Kemasaman pasif: Yaitu kemasaman yang disebabkan oleh ion H + dan
Al3+yang ada pada kompleks jerapan tanah.

pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH


(keasaman atau alkalinitas) dari cairan (meskipun probe khusus terkadang
digunakan untuk mengukur pH zat semi-padat). Sebuah pH meter khas terdiri dari
probe pengukuran khusus atau elektroda yang terhubung ke meteran elektronik
yang mengukur dan menampilkan pembacaan pH (Aslilah, 2013).

Pada umumnya pada larutan pertanian, penggunaan pH secara rutin dilakukan


untuk memonitor pengaruh raktek pengelolaan pertanian terhadap efisiensi
penggunaan N, kelarutan Al, dan hubungannya dengan dampak lingkungan.
Sebagian besar lahan yang mempunyai pH sangat rendah atau tinggi
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanah bersifat masam
dinetralisir dengan pemberian kapur. Sebaliknya apabila tanah terlalu basa dapat
diturunkan pHnya dengan pemberian belerang. Tanah masam khususnya di daerah
tropika mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara. Apabila
tanah (pH) rendah, maka satu atau lebih faktor tanah yang tidak menguntungkan
muncul dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat (Gaur, 1981)

I.1.6 Pembuatan Kertas Indikator Alami


Indikator alami yang di gunakan adalah ekstrak dari kembang sepatu,ekstrak
dari bunga kertas,ekstrak dari bunga asoka,ekstrak bunga rica dan ekstrak dari
bunga kangkung.Untuk membuktikan bahwa bahan-bahan alami juga mampu
dijadikan indikator asam basa. Ketikan kami mencampurkan indikator alami
dengan larutan asam atau basa, terjadi perubahan warna yang berbeda dari warna
asli.Indikator alami merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya
dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan
dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa
bunga-bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan.Perubahan warna
indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya kembang sepatu
merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam larutan basa akan
berwarna hijau dan begitu pula dengan tanaman yang lainnya.

9
I.2 Tujuan

I.2.1 Larutan Asam dan Basa


1. Mampu menentukan perubahan mana yang termasuk asam dan basa.
2. Untuk menentukan sifat asam dan basa berdasarkan perbuhan warna pada
indikator alami
3. Untuk menguji larutan yang termasuk asam dan basa menggunakan pH
indikator dan kertas lakmus.
4. Untuk menguji bahan alam yang dapat digunakan sebagai indikator asam
basa.
I.2.2 Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Untuk mengetahui cara pembuatan larutan dan pengenceran dengan benar dan
mengetahui konsentrasi tertentu dalam bentuk molaritas dan normalitas.
I.2.3 Reaksi Reduksi dan Oksidasi
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui bentuk-bentuk reaksi oksidasi pada senyawa
organik dan mengetahui pengertian dari proses redoks serta untuk mengetahui
reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan penggabungn dan pelepasan oksigen.
I.2.4 Koloid
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta sifat-
sifatnya sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan.
2. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu menerapkan
masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat dan
3. Untuk Mengetahui sifat-sifat koloid.

I.2.5 Penentuan pH Tanah

I.2.6 Pembuatan Kertas Indikator Alami


Agar mahasiswa dapat membuat larutan indikator alami yang terbuat dari
tumbuhan dan mengamati perubahan warna indikator dalam larutan asam basa.

10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Larutan Asam dan Basa


Sifat asam senyawa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
hidrogen (H+). Asam akan terionisasi menjadi ion hidrogen dan ion sisa asam
yang bermuatan negatif. Sedangkan sifat sifat basa senyawa yaitu zat yang dalam
air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH–). Ion hidroksida terbentuk karena
senyawa hidroksida dapat mengikat satu elektron pada saat dimasukkan ke dalam
air. Basa dapat menetralisir asam (H+) sehingga dihasilkan air (H2O). Sabun
merupakan salah satu zat yang bersifat basa. Zat yang bersifat asam berasa asam,
sedangkan zat yang bersifat basa berasa pahit. Hubungan sifat basa dengan pH
yaitu apabila suatu senyawa bersifat asam maka pH<7 dan apabila suatu senyawa
bersifat basa maka pH>7. pH merupakan karakteristik keasaman atau kebasaan
suatu larutan air. Alat untuk mengukur pH larutan adalah dengan menggunakan
kertas lakmus. Jika lakmus biru oleh suatu zat diubah menjadi lakmus merah
maka zat tersebut bersifat asam. Sedangkan lakmus merah diubah menjadi lakmus
biru, maka zat tersebut bersifat basa. (ikkhybieber,2015).
II.2 Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Membuat suatu larutan untuk suatu eksperomen dapat dilakukan dengan
melarutkan zat padat (kristal) atau dengan melakukan pengenceran larutan
konsentrasi tinggi menjadi konsentrasi rendah (Ahmadun, 2012).
Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari
bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekaaan
atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara tergantung pada
tujuan penggunaannya.Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan
kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas, persen berat, persen volume, atau
sebagainya (Faizal,2015).
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan.
Hal ini terutama terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat (H2SO4). Agar panas
ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditamahkan
dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat
pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik (Khopkar, 2016).
II.3 Reaksi Reduksi dan Oksidasi
Menurut Wismono reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen oleh
unsur atau senyawa, sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen
atau reaksi yang menghasilkan oksigen. ( Nurlela, Mawardi dan Kurniati, 2017.)
Oleh karena itu reaksi redoks dapat didefinisikan dalam istilah elektron,
hidrogen atau transfer oksigen, atau dalam hal perubahan dalam keadaan oksidasi

11
spesies dalam reaksi. Contoh umum proses redoks adalah pembakaran zat,
pengaratan dan pembubaran logam, peminjaman buah; respirasi dan fotosintesis.
(Shehu, 2012).
II.4 Koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan campuran kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak
homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran
koloid pada umumnya bersifat stabl dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel
koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid terdiri atas terdispersi dengan
ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut
medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan
medium dispersi bersifat kontinu. (Keenan, 2015).
II.5 Penentuan pH Tanah
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion
hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara
tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–
10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0.
Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada
yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang
cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2015).
II.6 Pembuatan Kertas Indikator Alami
Indikator alami merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya
dalam larutan asam, basa, dan netral. Tidak terlalu sulit menemukan jenis tanaman
untuk digunakan sebagai indikator, biasanya tumbuhan yang berwarna mencolo.
Perubahan warna indikator bergantung pada jenis tanamannya (Muhamad
Ghadafi, 2015).

BAB III

12
BAB IV METODE PRAKTIKUM
IV.1 Waktu dan Tempat

IV.2 Alat dan Bahan

IV.3 Prosedur Kerja

13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Hasil

V.2 Pembahasan

14
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan

VI.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

16
DOKUMENTASI

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai