Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena oleh kasih dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini sebaik mungkin dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan laporan ini masih memiliki
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dalam segi bahasa, isi maupun
penulisannya.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi penulisan laporan ini.

Medan, 31 Januari 2019


Penulis

Kelompok 3

i
ii
DAFTAR ISI

iii
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN1.............................................................................1
1.1 Tujuan Percobaan Pratikum..........................................................1
1.2 Prinsip Kerja pH Meter.................................................................1
1.3 Landasan Teori..............................................................................1
1.3.1 Pembuatan Jelly Drink Averrhoa Blimbi L. (Kajian
Proporsi Belimbing Wulih: Air dan Konsentrasi
Keragenan)...........................................................................1
1.3.2 Definisi pH Meter.................................................................13
1.3.3 pH..........................................................................................13
1.3.4 Indikator................................................................................14
1.3.5 Larutan Asam dan Basa........................................................15
1.3.6 Larutan Penyangga...............................................................16
BAB II PROSEDUR KERJA……………………………………………….17
2.1 Alat dan Bahan..............................................................................17
a.Alat..............................................................................................17
b.Bahan…......................................................................................17
2.2 Prosedur Kerja...............................................................................18
2.2.1 Pembuatan Larutan H2SO4 0,1 Ndari H2SO4 98% Dalam
Labu Ukur 100 mL.......................................................................18
2.2.2 Pembuatan Larutan H2SO4 0,02 Ndari H2SO4 98%
dalam labu ukur 100 Ml...............................................................18
2.2.3 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M.........................................19
2.2.4 Pengenceran Larutan NaOH 0,01 M....................................19
2.2.5 Pembuatan Larutan Na2C2O4 0,025 N...................................19
2.2.6 Pengenceran Larutan Na2C2O4 0,01 N.................................20
2.2.7 Pengukuran pH Larutan.......................................................20
BAB III GAMBAR RANGKAIAN...............................................................21

iv
3.1 Gambar Peralatan..........................................................................21
3.2 Gambar Rangkaian........................................................................23
3.3 Keterangan Gambar Rangkaian.....................................................23
BAB IV DATA PENGAMATAN..................................................................24
BAB V PENGOLAHAN DATA...................................................................25
5.1 Perhitungan Asam.........................................................................25
5.1.1 Pembuatan Larutan H2SO4 0,1 N.........................................25
5.1.2 Pembuatan Larutan H2SO4 0,02 N.......................................25
5.2 Perhitungan Basa...........................................................................26
5.2.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M.........................................26
5.2.2 Pengenceran Larutan NaOH 0,1 M Ke 0,01 M Dalam
Labu 100 Ml..............................................................................26
5.2.3 Pembuatan Larutan Na2C2O4 0,025 N..................................27
5.2.4 Pengenceran Larutan Na2C2O4 0,025 N Ke 0,01 N Dalam
Labu 100 mL............................................................................27
5.3 Perhitungan pH Secara Teori........................................................27
a. Perhitungan pH Asam................................................................27
b. Perhitungan pH Basa.................................................................28
5.4 Perhitungan Persen Error..............................................................30
BAB VI KESIMPULAN dan SARAN.........................................................33
6.1 Kesimpulan....................................................................................33
6.2 Saran..............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

v
Halaman
Tabel 1.1 Data Analisis Belimbing Wuluh Dibandingkan Dengan Pustaka....6
Tabel 4.1 Data Pengamatan pH Meter..............................................................23

DAFTAR GAMBAR

vi
Halaman
Gambar 3.1 Gambar peralatan ....................................................................21
Gambar 3.2 Gambar rangkaian....................................................................24

BAB I

vii
PEDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan Pratikum
Adapun tujuan pratikum pH Meter adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prinsip kerja pH Meter
2. Untuk mengetahui pH suatu larutan, apakah bersifat asam atau bersifat
basa.
3. Untuk membandingkan pH suatu larutan secara teoritis dan praktek.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan.

1.2 Prinsip Kerja pH Meter


pH Meter adalah sebuah perangkat untuk pengukuran pH. pH meter yang
tak lain hanya voltameter yang tepat terhubung ke pH elektroda berupa
elektroda ion selektif, Tegangan yang dihasilkan oleh elektroda pH adalah
proporsional ke logarithm dari aktivitas H+. pH meter voltameter layar akan di
skalakan sehingga yang ditampilkan adalah hanya pengukuran hasil pH.

1.3 Landasan Teori


1.3.1 PENGARUH PH PADA MEDIA AIR RAWA TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH
IKAN GABUS (Channa striata)
Pendahuluan

Rawa merupakan kawasan yang terletak di zona peralihan antara


daratan yang kering dan perairan yang berair secara permanen, rawa
mempunyai fungsi hidrologis sebagai kawasan penyangga untuk
menampung air dalam jumlah besar yang berasal dari curahan hujan.

Perairan umum Sumatera Selatan memiliki potensi yang cukup


besar untuk penangkapan dan budidaya ikan misalnya ikan gabus, sepat
dan lain-lain, khususnya diperairan rawa karena hampir separuh dari
perairan rawa belum dimanfaatkan maksimal.

viii
Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan yang habitatnya
ditemukan diperairan sungai dan rawa banjiran. Tingginya hasil
penangkapan pada perairan rawa dikhawatirkan akan menyebabkan
terjadinya over fishing (penangkapan berlebih) sehingga stok dialam
akan berkurang. Upaya untuk mempertahankan populasi ikan gabus di
alam sudah dilakukan namun belum banyak yang dapat dikatakan
berhasil. Pada rawa banjiran nilai kisaran pH antara 5,5-6,3. Kualitas
air diperairan tersebut tidak cukup baik dan volume air sangat sedikit,
organisme dan bahan organik tinggi sehingga pH yang didapat
mencapai 4,0-4,5. Pada perairan Teluk Gelam yang badan airnya
terletak pada areal hutan rawa mempunyai kisaran pH antara 5,5-6,5
(musim kemarau) dan antara 5,0-6,0 (musim hujan), namun bila diukur
dalam waktu 24 jam pH air dititik terendah yaitu 4,5 (terjadi dimalam
hari), hal ini diduga ada hubungannya dengan proses fotosintesa yang
tidak terjadi pada malam hari.

Ikan gabus termasuk jenis ikan rawa yang belum berhasil di


budidayakan secara intensif. Hal tersebut disebabkan mortalitas yang
tinggi selama masa pemeliharaan benih dan kualitas air yang tidak
sesuai. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya
untuk budidaya ikan gabus sehingga ketersediaannya continue.
Modifikasi media air rawa dengan merekayasa pH diharapkan mampu
mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan gabus selama
pemeliharaan.

Metode Penelitian

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober sampai 13 Nov


ember 2012 di Laboratorium Hatcheri Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

ix
Alat dan Bahan Alat

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pH-


meter, DO meter, termometer, penggaris, spektrofotometer, timbangan
analitik, baskom, serokan, akuarium, gelas ukur, tabung
spektrofotometer, beaker glass, blower, selang aerasi, aerasi, pipa,
pipet tetes, ball pipet, kran infus, ember dan spuit suntik.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : benih


ikan gabus (3-4cm), Daphniasp, kertas saring Whatmanno.42, MnSO4,
Klorox, Phenate, NH4Cl, NaOH, HCl.

Metodologi

Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Aca


k Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan termasuk kontrol dan 3 kali ulang
an. Masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1 Peningkatan dan Penurunan pH Secara Bertahap

Cara Kerja

Persiapan Media

Wadah yang digunakan berupa akuarium yang diisi air rawa


sebanyak 7 liter. Persiapan akuarium dimulai tahap pencucian seluruh
wadah dibersihkan dengan sabun deterjen dan dibilas dengan air bersih

x
dan dikeringan selama 1 hari, selanjutnya pengaturan akuarium
pemeliharaan secara acak sesuai satuan percobaan dan pengisian air
rawa yang telah diendapkan 1 hari di penampungan. Aklimatisasi Ikan
uji diaklimatisasi selama 3 hari didalam akuarium. Selama
pemeliharaan ikan diberi pakan Daphnia sp secara feeding rate dengan
frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari mulai pukul 08.00
WIB, pukul 14.00 WIB dan pukul 19.00 WIB.

Pemeliharaan Ikan

Ikan gabus dimasukkan ke dalam akuarium sebanyak 3 ekor per


Liter. Pertumbuhan diukur dengan mengambil sampel ikan 10 % dari
padat tebar setiap minggu selama pemeliharaan. Pengukuran panjang
dengan menggunakan penggaris sedangkan bobot menggunakan
timbangan analitik. Pengukuran fisika dan kimia air meliputi : pH
diukur setiap hari dalam pemeliharaan, suhu diukur pagi, siang dan sore
per minggu dan DO diukur setiap minggu selama pemeliharaan
sedangkan amonia diukur pada awal dan akhir pemeliharaan.

Penambahan HCl Dan NaOH

Dalam pembuatan pH perlakuan terlebih dahulu pH air pada media


diukur dengan pH meter, jika pH pada air telah diketahui maka untuk
membuat kisaran pH perlakuan adalah dengan memberikan HCl dan
NaOH. Peningkatan dan penurunan pH dilakukan bertahap secara
kontinyu perminggu selama 30 hari.

Parameter Yang Diamati

Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini, yaitu sebagai


berikut :

xi
Fisika Dan Kimia Air

Parameter kualitas air yang diukur yaitu pH, suhu, oksigen terlarut
dan amonia. Pengukuran fisika dan kimia air diantaranya pH diukur
setiap hari dalam pemeliharaan, DO diukur per minggu, sedangkan
suhu diukur pagi, siang dan sore selama pemeliharaan. Pada
pengukuran untuk amonia dilakukan pengambilan sampel air pada awal
dan akhir pemeliharaan selanjutnya sampel dianalisis dilaboratorium.

Pertumbuhan

Pertumbuhan diukur dengan mengambil sampel ikan 10 % dari


padat tebar selama pemeliharaan.

1. Pertumbuhan berat

Menurut rumus sebagai berikut :

W = Wt - Wo

Keterangan :

W = Pertumbuhan berat mutlak ikan yang dipelihara (gram)

Wt = Berat ikan pada akhir pemeliharaan (gram)

Wo = Berat ikan pada awal pemeliharaan (gram)

2. Pertumbuhan panjang

Menurut rumus sebagai berikut :

L = Lt – Lo

Keterangan :

L = Pertumbuhan panjang mutlak ikan yang dipelihara (cm)

Lt = Panjang ikan pada akhir pemeliharaan (cm)

xii
Lo = Panjang ikan pada awal pemeliharaan (cm)

Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan dihitung


menggunakan rumus, sebagai berikut :

SR = x100%

Keterangan :

SR = Survival Rate atau Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan

No = Jumlah ikan pada awal penebaran

Analisis Data

Data fisika dan kimia air yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis
secara deskriptif. Data parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup
dianalisa regresi dan diuji dengan analisa sidik ragam (uji F). Hasil uji F
menunjukan pengaruh nyata maka dilakukan dengan uji beda rerata
dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selang kepercayaan 95% .

Hasil dan Pembahasan

Fisika dan Kimia Air

Suhu

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang sangat


diperhatikan dalam budidaya. Adapun fisika dan kimia air dalam
penelitian ini meliputi pengukuran suhu. Hasil pengukuran suhu selama
penelitian tertera pada Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 1.2 Data Suhu Pada Media Pemeliharaan Benih Ikan

xiii
Gabus Selama Penelitian

Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa suhu paling rendah ber


ada pada nilai 26,67ºC yang terdapat pada pukul 08.00 WIB dan suhu p
aling tinggi pukul 14.00 WIB dengan nilai suhu mencapai 28,110 oC. Su
hu pukul 14.00 WIB lebih tinggi dibandingkan dengan suhu pagi dan m
alam hari karena jumlah panas sinar matahari yang masuk ke dalam per
airan atau penyebarannya lebih besar sehingga dapat mempengaruhi me
dia.

Dari data Tabel 1.2 di atas, nilai suhu pada perlakuan berkisar antar
a 26,67ºC-28,11ºC, hal tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan d
engan nilai suhu yang disyaratkan bagi kehidupan ikan dan masih dapat
ditolelir ikan, yang menyatakan bahwa syarat suhu optimal pada pemeli
haraan ikan gabus yaitu berkisar antara 26ºC-30ºC.

Oksigen Terlarut

Oksigen merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan su


atu organisme perairan. Pada penelitian, perlakuan oksigen terlarut berk
isar antara 3,72-3,86 mg per liter. Ikan gabus dapat bertahan hidup pada
perairan yang kandungan oksigennya rendah kurang dari 5 mg per liter
dan kisaran nilai oksigen bagi kehidupan ikan gabus selama penelitian
merupakan kisaran yang baik. Ikan gabus merupakan ikan yang termasu
k kelompok Labyrinthidae yaitu kelompok ikan yang mempunyai kema
mpuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara.

Amonia

xiv
Keberadaan amonia dapat mempengaruhi pertumbuhan biota dala
m perairan. Berikut hasil pengukuran amonia yang didapat selama penel
itian disajikan dalam Tabel 1.3 berikut ini :

Tabel 1.3 Data Oksigen Terlarut dan Amonia Pada Media


Pemeliharaan Benih Ikan Gabus Selama Penelitian

Dari hasil pengukuran kadar amonia pada saat awal penelitian berk
isar 0,0110-0,0300 mg per liter dan akhir penelitian berkisar 0,0300-0,3
650 mg per liter. Nilai amonia tertinggi pada akhir pemeliharaan didapa
t pada perlakuan P1 (penurunan dari pH 5,75 hingga menjadi pH 3,00) a
itu 0,3650 mg per liter hal ini diduga protein yang ada pada pakan cuku
p tinggi karena pakan yang digunakan bersumber dari pakan alami sehi
ngga hasil pembuangan dari ikan itu cukup tinggi, bahwa sumber utama
amonia adalah hasil buangan dari ikan itu sendiri atau hasil lanjutan dar
i perombakan pakan yang mempunyai nilai protein ukup tinggi. Ikan tid
ak dapat bertoleransi terhadap kadar amonia yang terlalu tinggi karena a
kan dapat mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah dan pad
a akhirnya akan, menyebabkan terganggunya sistem tubuh ikan. Selama
masa penelitian amonia masih berada dibawah 1 mg.L -1 dimana berkisar
0,0110-0,3650 mg.L-1. Hal ini menunjukan bahwa kadar amonia masih
berada dikisaran yang aman untuk kehidupan ikan gabus.

Kelangsungan Hidup

xv
Kelangsungan hidup ikan gabus selama pemeliharaan diperoleh de
ngan membandingkan jumlah ikan gabus yang hidup pada akhir pemeli
haraan dengan jumlah ikan gabus pada awal Pemeliharaan. Berdasarkan
hasil analisa sidik ragam bahwa perubahan pH berpengaruh sangat nyat
a terhadap kelangsungan hidup benih ikan gabus. Hasil uji lanjut pengar
uh perubahan pH terhadap kelangsungan hidup benih ikan gabus selama
penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan P3 (penurunan dari pH
5,75 menjadi pH 5,00) berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan la
innya dimana diperoleh nilai rata-rata terbesar yaitu 67,89%. Hubungan
regresi terhadap perubahan pH dengan kelangsungan hidup benih ikan g
abus hingga mencapai pH akhir pemeliharaan dapat dilihat pada Gamba
r 1.1 berikut ini :

Gambar 1.1 Hubungan Antara pH yang Berbeda Terhadap Persentase


Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gabus Selama Penelitian.
Dari persamaan regresi (Gambar 1.1) diperoleh nilai kelangsungan
hidup yaitu 59,6% pada pH 4,86 dan memberikan hubungan yang
cukup kuat antara pH dengan kelangsungan hidup yang ditunjukkan
dengan r = 0,9347. Namun jika kelangsungan hidup ikan gabus yang
diharapkan nilai produksinya hingga mencapai 90% untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat maka selang pH yang digunakan antara pH 3,4
hingga pH 6,3. Bahwa jika r mendekati +1 atau -1, hubungan antara
kedua peubah itu kuat dan dikatakan terdapat korelasi yang tinggi
antara keduanya. Akan tetapi, bila r mendekati 0 hubungan linear

xvi
antara x dan y sangat lemah atau mungkin tidak ada sama sekali. Dari
hasil ini bahwa pH yang optimum dan memiliki hubungan korelasi yang
kuat untuk kelangsungan hidup benih ikan gabus adalah perlakuan P3
(penurunan dari pH 5,75 hingga menjadi pH 5,00).

Pertumbuhan

Berat

Pertumbuhan merupakan salah satu parameter budidaya dalam


menentukan nilai produksi yang diharapkan. Berdasarkan analisa sidik
ragam bahwa perubahan pH tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan berat benih ikan gabus. Grafik hasil analisa regresi
hubungan antara waktu pemeliharaan dengan pertumbuhan berat ikan
disajikan pada Gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Hubungan Waktu Pemeliharaan dengan Pertumbuhan Berat


Ikan
Berdasarkan model persamaan regresi diatas dapat dilihat bahwa
model pertumbuhan berat benih ikan gabus setiap minggu bersifat
linear dengan pertumbuhan berat terbaik didapat pada perlakuan P0 (pH
5,75 tanpa perlakuan) dengan nilai y = 0,0295x + 0,4336. Berdasarkan
hasil tersebut bahwa terjadinya peningkatan pertumbuhan berat benih

xvii
sebesar 0,0295 gram per minggu. Hal ini diduga karena pada perlakuan
P0 nafsu makan ikan lebih tinggi sehingga pertumbuhan ikan akan lebih
cepat dan baik. Berbeda dengan perlakuan P1, P2, dan P4 yang
memberikan hasil yang cukup rendah dan juga karena faktor
lingkungan yang menyebabkan ikan kehilangan nafsu makan akibatnya
cenderung lambat untuk tumbuh dan juga pada P3 diduga ikan lebih
memanfaatkan energi dari makanan untuk mempertahankan hidup
daripada pertumbuhan. Data pengukuran biomassa ikan gabus pada
akhir pemeliharaan disajikan pada tabel 1.4 berikut ini :

Tabel 1.4 Data Pengukuran Biomassa Ikan Gabus Pada Akhir


Pemeliharaan

Dari data pengukuran biomasaa terlihat bahwa P3 cukup baik


dibanding P0, diperoleh nilai yang cukup baik yaitu 9,8982 gram
dibandingkan P0 yaitu 9,3685. Hal ini berhubungan dengan
kelangsungan hidup ikan gabus dimana pada P3 kelangsungan hidup
cukup tinggi sehingga pada perlakuan P3 dapat dikatakan baik untuk
pertumbuhan berat.

Panjang

Berdasarkan analisa sidik ragam bahwa perlakuan pH tidak

xviii
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan. Grafik hasil
analisa regresi hubungan antara waktu pemeliharaan dengan
pertumbuhan panjang benih dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1 Hubungan Waktu Pemeliharaan dengan Pertumbuhan


Berat Ikan.

Dari model persamaan regresi terdapat bahwa pertumbuhan


panjang ikan bersifat linear. Pertambahan panjang tertinggi juga
terdapat pada perlakuan P0 (pH 5,75 tanpa perlakuan) dengan nilai Y
= 0,2568x + 3,3113. Dari persamaan tersebut pertumbuhan panjang
benih ikan gabus pada perlakuan P0 sebesar 0,2568 cm per minggu. Hal
ini diduga karena pada kondisi lingkungan perlakuan P0 dapat
dikatakan baik untuk aktivitas ikan mencari makan sehingga energi dari
makanan tersebut dapat dimanfaatkan ikan untuk pertumbuhan daripada
mempertahankan hidup.

Kesimpulan

Perubahan pH media air rawa selama pemeliharaan berpengaruh


sangat nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan gabus dengan
perlakuan terbaik yaitu perlakuan P3 (penurunan dari pH 5,75 menjadi
pH 5,00) yang menghasilkan persentase kelangsungan hidup 67,90%
dan berat biomassa sebesar 9,8982 gram.

1.3.2 Defenisi pH Meter

xix
pH Meter adalah seperangkat alat elektronik yang terdiri dari
elektroda kaca (katoda dan anoda) yang apabila elektroda dicelupkan ke
dalam suatu larutan maka akan timbul beda potensial akibat dari ikatan
hydrogen dalam larutan tersebut.
1.3.3 pH
pH adalah potensi ion hydrogen untuk muatan suatu senyawa. pH
sangat berhubungan erat dengan tingkat keasaman dan kebasaan dari
suatu larutan,seperti teori yang telah dinyatakan oleh Lewis, Brown
stead – Lowry dan Achenius. Akan agak merepotkan untuk menyatakan
konsentrasi ion Hidrogen maupun ion Hidroksida dalam suatu bilangan
kali sepuluh berpangkat suatu bilangan negative. Metode yang
digunakan meluas dan menghindari kerepotan, adalah dengan
menyatakan konsentrasi ion hydrogen dari larutan asam, basa, dan
netral yang encer, dalam pH. pH suatu larutan didefenisikan sebagai :
pH = log atau pH = log [H+]
Sebagai suatu contoh perhitungan pH sederhana, perhatikan air
murni atau larutan natrium klorida, yang keduanya bersifat netral.
Dalam masing-masing larutan konsentrasi ion H+ adalah M. pH-nya
adalah :
pH = log [H+]
= log () = log 1,0 log
= log 1,0 ( 7) = 7 log 1,0 = 7 0,00 = 7,00

Sejauh mana keasaman atau kebasaan suatu larutan, dinyatakan


secara lengkap dan ringkas oleh harga pH-nya :
a) Jika pH 7,0 larutan itu netral.
b) Jika pH di bawah 7,0 larutan itu asam.
c) Jika pH di atas 7,0 larutan itu basa.
Makin kecil harga pH, makin asam larutan itu. Suatu pH sebesar
4,4 menyatakan larutan yang lebih asam daripada pH sebesar 4,5.
Sebaliknya, harga pH yang lebih tinggi, berarti larutan yang lebih basa.

xx
Suatu pH sebesar 10,7 menyatakan larutan yang lebih bersifat basa
daripada suatu pH 10,6.
Pengukuran pH merupakan salah satu prosedur analitis yang amat
penting dan sering digunakan dalam biokimia. Penentuan yang cermat
pH suatu larutan dapat dilakukan dengan suatu alat yang disebut pH-
meter. Konsentrasi ion H+ mempengaruhi struktur dan aktivitas makro
molekul biologis, dan karena itu mempengaruhi perilaku sel dan
organism. Adalah biasa untuk merujuk konsentrasi ion H + dalam cairan
intrasel dan ekstrasel organisme hidup dalam bentuk pH.
1.3.4 Indikator
Suatu penetapan kasar pH suatu larutan dapat dilakukan dengan
mudah dengan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah asam
atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi
hydrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan suatu warna lain
jika konsentrasi itu lebih rendah. Akan digunakan rumus umum Hln
untuk indikator asam lemah untuk menggambarkan tipe reaksi yang
terlibat.
Jika indikator itu adalah asam lemah dinitrofenol, Hln tak berwarna
dan ln- berwarna kuning. Dalam larutan dimana [H +] agak tinggi, dalam
hal ini pH sekitar 2,5 hadirnya ion H+ sekutunya menyebabkan reaksi ke
kiri dimenangkan. Akibatnya, bentuk Hln yang tak berwarna
merupakan bentuk utama indikator itu.
Kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam
basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indicator
dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan
perubahaaan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik.
Perubahaan warna di sebabkan oleh resonansi isomer elektron.
Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan
akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda.
Indikator asam basa secara garis besardapat di klarifikasikan dalam
3 golongan yaitu :

xxi
-Indikator fenolfttalein dan indikator sulfoftalein.
-Indikator azo
-Indikator trifenilmetana

Indikator fenolftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein


dengan fenol yaitu fenolftalein, pada pH 8-9,8 berubah warnanya
menjadi merah. Anggota- anggota lainnya adalah o-cresolftalein,
thimol-ftalein dan sebagainya.

Indikator sulfoftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftalein dan


sulfonat. Yang termasuk dalam kelas ini adalah thymol blue, m-
cresolpurple, chorofenolred, bromofenolblue, bromocresolred, dan
sebagainya.
Indikator azo dipeoleh dari reaksi amina romatik dengan garam
disodium misalnya metilyellow atau p- dimetil amino azo benzene.

1.3.5 Larutan Asam dan Basa


Ada 3 pengertian mengenai apa yang disebut dengan asam dan apa
yang disebut dengan basa
1. Menurut Arrhenius, asam adalah senyawa yang jika dilarutkan
dalam air akan terurai menjadi ion Hidrogen (H+) dan anion,
sedangkan basa adalh senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion hidroksida (OH-) dan kation. Teori Arrhenius
hanya berlaku untuk senyawa anorganik dalam pelarut air.
2. Untuk dapat berlaku dalam segala pelarut, maka Bronsted pada
tahun 1923 memberikan batasan yaitu : asam adalah senyawa yang
cenderung melepaskan proton sedangkan basa adalah senyawa
yang cenderung menangkap proton.
3. Batasan lain diberikan oleh Lewis pada tahun 1938 yang
menyatakan bahwa asam adalah akseptor (penerima) pasangan
elektron sedangkan basa adalah donor (pemberi) pasangan
elektron.

xxii
1.3.6 Larutan Penyangga
Suatu larutan yang mengandung suatu asam lemah plus suatu
garam dari asam itu, atau suatu basa lemah plus suatu garam dari basa
itu, mempunyai kemampuan bereaksi baik dengan asam kuat maupun
dengan basah kuat. Sistem semacam ini dirujuk sebagai larutan buffer
(penyangga), karena sedikit penambahan asam kuat atau basa kuat itu
hanya mengubah pH sedikit.

BAB II
PROSEDUR KERJA

xxiii
2.1 Alat dan Bahan

a. Alat
1. Beaker Glass 500 ml : 1 buah
2. Corong kaca : 1 buah
3. Labu Ukur 100 ml : 2 buah
4. Labu Ukur 250 ml : 3 buah
5. Pipet Tetes : 1 buah
6. Pipet Ukur 1 ml : 1 buah
7. Botol Semprot : 1 buah
8. pH Meter : 1 buah
9. Bola Hisap : 1 buah
10. Batang Pengaduk : 2 buah
11. Kaca Arloji : 2 buah
12. Spatula : 2 buah
13. Neraca Analitik : 1 buah
b. Bahan
1. Larutan H2SO4 98% : 0,67 ml
2. Larutan H2SO4 98% : 0,13 ml
3. NaOH : 1,1321 gram
4. Hablur Na2C2O4 : 0,4188 gram
5. Aquadest : secukupnya
6. Tissue : secukupnya
7. Aluminium foil : secukupnya
8. NaOH Pengenceran : 10 ml
9. Na2C2O4 Pengenceran : 40 ml

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Pembuatan Larutan H2SO4 0,1 Ndari H2SO4 98% Dalam Labu
Ukur 100 mL

xxiv
1. Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Aquadest dimasukkan sedikit kedalam labu ukur 250 ml.
3. H2SO498 % dipipet sebanyak 0,67 ml, kemudian dimasukkan
kedalam labu ukur yang sudah berisi aquadest.
4. Aquadest dimasukkan kedalam labu ukur sampai garis tanda batas.
5. Permukaan labu ukur bagian dalam dibersihkan dengan tisu,
kemudian labu ukur, ditutup dengan aluminium foil.
6. Larutan dihomogenkan.

2.2.2 Pembuatan Larutan H2SO4 0,02 Ndari H2SO4 98% dalam labu ukur
100 ml
1. Alat dan Bahan dipersiapkan terlebih dahulu
2. Aquadest dimasukkan sedikit kedalam labu ukur 100 ml
3. H2SO4 98 % dipipet sebanyak 0,13 ml menggunakan pipet volum,
kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml yang sudah berisi
aquadest.
4. Aquadest dimasukkan kedalam labu ukur sampai garis tanda batas.
5. Permukaan labu ukur bagian dalam dibersihkan dengan tisu,
kemudian labu ukur ditutup dengan aluminium foil.
6. Larutan dihomogenkan.

2.2.3 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M


1. Alat dan bahan dipersiapkan
2. Pelet NaOH ditimbang dengan menggunakan neraca analitik
sebanyak 1,1321 gram, kemudian dilarutkan didalam beaker glass
dengan bantuan aqudest
3. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml dan tambahakan
aquadest sampai garis tanda batas
4. Permukaan leher labu ukur bagian dalam dibersihkan dengan tisu,
kemudian labu ukur ditutup dengan aluminium foil.
5. Larutan dihomogenkan.

xxv
2.2.4 Pengenceran Larutan NaOH 0,01 M
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Larutan NaOH 0,1 M dituang kedalam gelas ukur sebanyak 10 ml,
kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.
3. Aquadest ditambahkan kedalam labu ukur sampai garis tanda batas
4. Permukaan leher labu bagian dalam dibersihkan dengan tisu,
kemudian labu ukur ditutup dengan aluminium foil.
5. Larutan dihomogenkan

2.2.5 Pembuatan Larutan Na2C2O4 0,025 N


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Hablur Na2C2O4 ditimbang dengan menggunakan neraca analitik
sebanyak 0,4188 gram, kemudian dilarutkan didalam beaker glass
dengan bantuan aquadest.
3. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml dan tambahkan
aquadest sampai garis tanda batas.
4. Permukaan leher labu ukur bagian dalam dibersihkan dengan tisu,
kemudian labu ukur ditutup dengan aluminium foil.
5. Larutan dihomogenkan.

2.2.6 Pengenceran Larutan Na2C2O4 0,01 N


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Larutan Na2C2O4 0,025 N dituang kedalam gelas ukur sebanyak 40
ml, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.
3. Aquadest ditambahkan kedalam labu ukur sampai garis tanda batas
4. Permukaan leher labu bagian dalam dibersihkan dengan tisu,
kemudian labu ukur ditutup dengan aluminium foil.
5. Larutan dihomogenkan

2.2.7 Pengukuran pH Larutan

xxvi
1. Alat pH meter dihidupkan. pH meter dicelupkan kedalam aquadest
2. Larutan H2SO4 0,1 N yang akan diukur pH nya dituang kedalam
beaker glass.
3. pH meter dicelupkan kedalam larutan H2SO4 untuk diukur pH nya,
biarkan stabil selama 1 menit.
4. Kemudian pH meter dicuci kedalam aquadest.
5. Setelah itu dengan cara yang sama seperti yang diatas larutan H 2SO4
0,1 N, larutan H2SO4 0,02 N, larutan NaOH 0,1 M, larutan Na2C2O4
0,025 N, larutan NaOH 0,01 M, larutan Na2C2O4 0,01 N.
6. Setelah selesai digunakan, Alat pH meter dimatikan,dan cuci
dengan aquadest. Kemudian dikeringkan dengan tisu.

BAB III
GAMBAR RANGKAIAN

xxvii
3.1 Gambar Peralatan

Labu Ukur Beaker Glass

Pipet Tetes Bola Hisap

Pipet Tetes Kaca Arloji

xxviii
Neraca Analitik pH Meter

Corong Kaca Gelas Ukur

Gambar 3.1 Gambar Peralatan

3.2. Gambar Rangkaian 1

xxix
2

Gambar 3.2 Gambar Rangkaian

3.3 Keterangan Gambar Rangkaian

1. pH meter
2. Beaker glass
3. Larutan yang diuji pH nya
4. Layar pH meter

BAB IV
DATA PENGAMATAN

xxx
Tabel 4.1 Data Pengamatan Pembuatan Larutan

No Nama Bahan Berat Yang Volume Volume Konsentrasi


Ditimbang Yang Dipipet Larutan Larutan
1. H2SO4 - 0,67 ml 250 ml 0,1 N

2. H2SO4 - 0,13 ml 250 ml 0,02 N

3. NaOH 1,1321 gram - 250 ml 0,1 M

4. Na2C2O4 0,4188 gram - 250 ml 0,025 N

5. NaOH (e) - 10 ml 100 ml 0,01 M

6. Na2C2O4 (e) - 40 ml 100 ml 0,01 N

Tabel 4.2 Data Pengamatan pH Meter

No Sampel Konsentrasi pH
1. H2SO4 0,1 N 5,0

2. H2SO4 0,02 N 5,3

3. NaOH 0,1 M 11,1

4. Na2C2O4 0,025 N 8,6

5. NaOH (e) 0,01 M 10,7

6. Na2C2O4 (e) 0,01 N 8,9

BAB V
PENGOLAHAN DATA

xxxi
5.1 Perhitungan Asam
5.1.1 Pembuatan Larutan H2SO4 0,1 N
N
N
N 36,8 36,8 N
Volume larutan H2SO4 0,1 N yang dipipet, yaitu :
V1 N1 V2 N2
V1
V1
V1 0,67 mL

Jadi, H2SO4 0,1 N yang dipipet adalah sebesar 0,67 mL.

5.1.2 Pembuatan Larutan H2SO4 0,02 N

N
N
N 36,8 36,8 N

Volume larutan H2SO4 0,02 N yang dipipet, yaitu :


V1 N1 V2 N2
V1
V1
V1 0,13 mL
Jadi, H2SO4 0,02 N yang dipipet adalah sebesar 0,13 mL.
5.2 Perhitungan Basa
5.2.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M
M
0,1 M
Gram = 1 Gram
Jadi, NaOH yang ditimbang adalah sebesar 1 gram.
5.2.2 Pengenceran Larutan NaOH 0,1 M Ke 0,01 M Dalam Labu 100 mL

xxxii
V1 M1 V2 M2
V1
V1
V1 10 mL
Jadi, NaOH O,1 M yang dipipet adalah sebesar 10 mL.

5.2.3 Pembuatan Larutan Na2C2O4 0,025 N


N
Gram N BE V(Ltr)
Gram
Gram 0,4187 Gram
Jadi, Na2C2O4 yang ditimbang adalah sebesar 0,4187 gram.
5.2.4 Pengenceran Larutan Na2C2O4 0,025 N Ke 0,01 N Dalam Labu 100
mL
V1 N1 V2 N2
V1
V1
V1 40 mL
Jadi, Na2C2O4 0,025 N yang dipipet adalah sebesar 40 mL.

5.3 Perhitungan pH Secara Teori


a. Perhitungan pH Asam
a) Perhitungan pH Larutan H2SO4 0,1 N

pH log [H+]
pH log [2 10-1]
pH log 2
pH 0,3
pH 0,7
b) Perhitungan pH Larutan H2SO4 0,02 N
pH log [H+]

xxxiii
pH log [0,04]
pH log [4 10-2]
pH log 4
pH 0,60
pH 1,4

b. Perhitungan pH Basa

a) Perhitungan pH Larutan NaOH 0,1 M


pOH log [OH-]
pOH log [0,1]
pOH log [1 10-1]
pOH log 1
pOH 0
pOH 1
pH = 14 pOH
pH = 14 1
pH = 13

b) Perhitungan pH Larutan NaOH 0,01 M


pOH log [OH-]
pOH log [1 10-2]
pOH log 1
pOH 0
pOH 2
pH = 14 pOH
pH = 14 2
pH = 12

c) Perhitungan pH Larutan Na2C2O4 0,025 N


pOH log [OH-]

xxxiv
pOH log [25 10-3]
pOH log 25
pOH 1,39
pOH 1,61
pH = 14 pOH
pH = 14 1,61
pH = 12,39

d) Perhitungan pH Larutan Na2C2O4 0,01 N


pOH log [OH-]
pOH log [1 10-2]
pOH log 1
pOH 0
pOH 2
pH = 14 pOH
pH = 14 2
pH = 12

5.4 Perhitungan Persen Error


5.4.1 % Error Larutan H2SO4 0,1 N
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 614 %

5.4.2 % Error Larutan H2SO4 0,02 N


% Error 100%

xxxv
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 278 %
5.4.3 % Error Larutan NaOH 0,1 N
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 14,6 %
5.4.4 % Error Larutan NaOH 0,01 M
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 10,8 %
5.4.5 % Error Larutan Na2C2O4 0,025 N
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 30,6 %
5.4.6 % Error Larutan Na2C2O4 0,01 N
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 100%
% Error 25,8 %

xxxvi
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

xxxvii
6.1 Kesimpulan

1. Semakin tinggi konsentrasi suatu asam maka akan semakin rendah


nilai pH larutan tersebut.
2. Semakin tinggi konsentrasi pada larutan basa, maka pH nya semakin
tinggi.
3. Semakin besar aktivitas ion H+ didalam larutan elektrolit yang diuji
maka akan menunjukan semakin tingginya sifat asam dalam larutan
tersebut dan nilai pH larutan tersebut semakin kecil.
4. Persen error pada larutan asam H2SO4 0,1 N adalah 614% dan pada
H2SO4 0,02 N adalah 278% ; Pada larutan basa NaOH 0,1 M adalah
14,6% dan NaOH 0,01 M adalah 10,8% ; Pada larutan garam Na 2C2O4
0,025 N adalah 30,6% dan pada Na2C2O4 0,01 N adalah 25,8%

6.2 Saran

Kepada praktikan disarankan agar hati hati saat memipet H2SO4 98%
dan dilakukan di ruangan asam karena H2SO4 98% merupakan asam kua
t konsentrasi tinggi yang sangat bersifat korosif dan berbahaya apabila ter
kena kulit, dan selalu menggunakan masker selama praktikum untuk
menghindari resiko terhirupnya bahan kimia berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Keenan, charles. W.,dkk. 1979. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

xxxviii
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Mursyidi, Achmad, dkk. 2007. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan
Gravimetri. Yogyakarta : Penerbit Gadjah Mada University Press.
Sunarya, Yayan. 2011. Kimia Dasar 2. Bandung : CV. Yrama Widya.

iv

xxxix

Anda mungkin juga menyukai