Disusun untuk memenuhi tugas besar mata kuliah SI 2231 Rekayasa Hidrologi
Dosen Pengampu :
Hadi Kardhana ST,MT,Ph.D.
Dr. Eng. Arno Adi Kuntoro S.T.,M.T.
Asisten :
Muhammad Faruq Amir (15017111)
Hafidz Rizky Firmansyah (15017113)
Disusun oleh :
Julia Azizah (15018084)
2
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Besar Rekayasa
Hidrologi. Pembuatan laporan ini sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Rekayasa Hidrologi semester 4.
Penulis
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ i
LAMPIRAN I ..................................................................................................... 70
LAMPIRAN II.................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Lampiran A. Hubungan Suhu (T) dengan nilai ea (mbar), W, 1-W, dan
f(t) ................................................................................................................................... 23
Tabel 2.2 Besaran nilai Ra dalam Evaporasi Ekivalen dalam hubungannya
dengan letak lintang ........................................................................................................ 23
Tabel 2.3 variasi nilai exposed surface (m) ........................................................ 31
Tabel 3.1 Tabel Data Curah Hujan Bulanan untuk Stasiun Empang, Kranji, dan
Gunung Mas ................................................................................................................... 44
Tabel 3.2 Data Curah Hujan Bulanan untuk data yang hilang ........................... 45
Tabel 3.3 Tabel Data Curah Hujan bulan Januari untuk Uji Konsistensi.......... 46
Tabel 3.4 Tabel Rekapitulasi nilai korelasi data ke Stasiun referensi bulan
Januari............................................................................................................................. 47
Tabel 3.5 Luas Area Pengaruh Stasiun Hujan DAS Ciliwung-Ratujaya ........... 48
Tabel 3.6 Hasil Curah Hujan Rata-rata Wilayah untuk Stasiun Hujan pada tahun
1997 ................................................................................................................................ 48
Tabel 3.7 Data Suhu Udara/T (oC) ..................................................................... 49
Tabel 3.8 Data Kelembaban Relatif/Rh (%) ....................................................... 49
Tabel 3.9 Data Kecepatan Angin/ U (km/h) ....................................................... 50
Tabel 3.10 Data Rasio Penyinaran Matahari/ n/N (%) ...................................... 50
Tabel 3.11 Tabel Nilai Koreksi (C ) ................................................................... 53
Tabel 3.12 (a) Tabel Hasil Kalibrasi NRECA .................................................... 56
Tabel 3.13 (b) Tabel Hasil Kalbirasi NRECA .................................................... 57
Tabel 3.14 ( c ) Tabel Hasil Kalibrasi NRECA .................................................. 57
Tabel 3.15 Tabel Hasil Kalibrasi model NSE .................................................... 58
Tabel 3.16 Tabel Nilai Parameter Hasil Kalibrasi NSE ..................................... 59
Tabel 3.17 Tabel Rekapitulasi Debit Sintetis tahun 1997-2006 (1) ................... 60
Tabel 3.18 Tabel rekapitulasi Debit Sintetis tahun 1997-2006 .......................... 60
Tabel 3.19 Tabel Debit Andalan 50%, 80%, dan 90% tahun 1997-2006 .......... 61
Tabel 3.20 Tabel Rekapitulasi Probabilitas Debit Andalan per Bulan tahun 1997-
2006 ................................................................................................................................ 62
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
eksploitasi sumber air oleh manusia. Lebih luasnya, rekayasa hidrologi mencari
cara untuk membangun relasi yang menjelaskan spasial, temporal, musiman,
tahunan, regional, atau keragaman geografi dari air dengan tujuan untuk
menetapkan atau memetakan resiko-resiko kemasyarakatan yang terkait dengan
pengukuran struktur dan sistem hidrolis.
Salah satu fase dalam siklus hidrologi yang menjelaskan ketersediaan air di
bumi, yaitu presipitasi. Secara umum istilah presipitasi adalah pengendapan. Dalam
bidang meteorologi istilah ini berarti turun atau jatuhnya air yang ada di atmosfer
baik dalam bentuk cair atau padat ke permukaan. Presipitasi ini merupakan produk
dari kondensasi atau penguapan air ke atmosfer. Presipitasi juga bisa disebut juga
sebagai hujan. Air hujan mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah.
Menganalisis curah hujan membantu dalam perencanaan dan perancangan
infrastruktur air, contohnya adalah perencanaan dan perancangan drainase atau
normalisasi (perkerasan) daerah aliran sungai. Dalam perancangan dibutuhkan
geometri-geometri drainase dan material yang digunakan. Untuk mendapatkan hal
tersebut harus diketahui debit dan kecepatan aliran. Selain itu, diperhatikan juga
debit banjir agara air tidak meluap dari drainase, terutama untuk musim hujan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan tugas besar rekayasa hidrologi ini adalah sebagai
berikut.
BAB 2
TEORI DASAR
1. Sungai Superposed
Sungai superposed atau sungai superimposed adalah sungai yang
terbentuk diatas permukaan bidang struktur dan dalam
perkembangannya erosi vertikal sungai memotong ke bagian bawah
hingga mencapai permukaan bidang struktur agar supaya sungai daoat
mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lian sungai
superposed adalah sungai yang berkembang belakangan dibandingkan
pembentukan struktur batuannya.
2. Sungai Antecedent
Sungai antecedent adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan
dengan keberadaan struktur batuannya dan dalam perkembangannya
air sungai mengikis hingga ke bagian struktur yang ada di bawahnya,
3. Sungai Konsekuen
Sungai konsekuen adalah sungai yang berkembang dan mengalir
searah lereng topografi aslinya. Sering diasosiasikan dengan
kemiringan asli dan struktur lapisan batuan yang ada di bawahnya.
4. Sungai Subsekuen
Sungai subsekuen adalah sungai yang berkembang di sepanjang
suatu garis atau zona yang resisten. Sungai ini umumnya dijumpai
mengalir disepanjang jurus perlapisan batuan yang resisten terhadap
erosi, sepeerti lapisan batu pasir.
5. Sungai Resekuen
Sungai resekuen merupakan sunga yang mengalir searah dengan
arah kemiringan lapisan batuan sama seperti tipe sungai konsekuen.
Perbedaannya adalah sungai resekuen berkembang belakangan.
6. Sungai Obsekuen
Sungai obsekuen adalah sungai yang mengalir berlawanan arah
terhadap arah kemiringan lapisan dan berlawanan terhadap sungai
konsekuen.
7. Sungai Insekuen
Sungai insekuen adalah aliran sungai yang mengikuti suatu aliran
dimana lereng tidak dikontrol oleh faktor kemringan asli, struktur
atau jenis batuan.
2. Bentuk radial
Bentuk DAS ini seolah-olah memusat pada satu titik sehingga
menggambarkan adanya bentuk radial, terkadang bentuk tersebut
memberi bentuk seperti kipas atau lingkaran. Sebagia akibat dari
bentuk tersebut maka waktu yang diperlukan aliran yang dating dari
3. Bentuk parallel
Bentuk DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu di bagian
hilir. Apabila terjadi banjir di daerah hilir, biasanya terjadi setelah di
awah titik pertemuan.
4. Bentuk komplek
DAS bentuk komplek merupakan bentuk kejadian gabungan dari
beberapa bentuk DAS yang dijelaskan di atas.
yang menyebabkan data curah hujan hilang atau tertulis -999 pada hasil pengukuran
curah hujan.
➢ Perbandingan normal
𝑛
1 𝑁
𝑅 = ∑ 𝑅𝑖 ×
𝑛 𝑁𝑖
𝑖=1
Keterangan :
R = tinggi curah hujan pada stasiun yang diperkirakan
n = banyak stasiun di sekitar stasiun yang diperkirakan
Ri = tinggi curah hujan pada stasiun sekitar
Ni = curah hujan tahunan pada stasiun sekitar
N = curah hujan tahunan pada stasiun yang diperkirakan
Keterangan :
R2,R3 = curah hujan pada stasiun 2 dan 3
(d1-d2), (d1-d3) = jarak stasiun 2 dan 3 dari stasiun 1
Rhilang = curah hujan estimasi dari stasiun yang hilang datanya.
Keterangan :
R = tinggi curah hujan rata-rata wilayah
R1+…+Rn = tinggi curah hujan pada stasiun yang lain
N = jumlah stasiun di sekitar daerah tersebut
➢ Poligon thiessen
Keterangan :
RDAS = Curah hujan rata-rata dari DAS yang ditinjau
R1, R2, R3, …,Rn = curah hujan masing-masing stasiun
A1, A2, A3,…,An = area pengaruh dari masing-masing stasiun
Gambar 2.14 Gambar pembagian area pengaruh stasiun hujan pada metode
Poligon Thiessen
➢ Isohyet
∑𝑛𝑖=1 𝑅𝑖𝐴𝑖
𝑅𝐷𝐴𝑆 =
∑𝑛𝑖=1 𝐴𝑖
Keternagan :
R= tinggi curah hujan rata-rata
Ai = luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet
Ri = hujan pada masing masing stasiun setiap area pengaruh
n = jumlah bagian-bagian antara garis-garis isohyet
Gambar 2.15 Gambar pembagian area pengaruh stasiun hujan dengan metode
Isohyet
2.3 Evapotranspirasi
2.3.1 Pengertian Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu
lahan bertanaman melalui evaporsi dan transpirasi. Evaporasi adalah
proses air diubah menjadi uap air (vporasi) dan selanjutnya uap air tersebut
dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer. Evaporasi
biasa terjadi pada jenis permukaan seperti danau, sungai, lahan pertanian,
tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di
dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari
Dimana :
ET = PET pada musim penanaman (cm)
K = koefisen empiris, bergantung pada jenis tanaman dan
tahap pertumbuhan
b. Metode Radiasi
• Metode berdasarkan radiasi matahari
Tabel 2.1 Lampiran A. Hubungan Suhu (T) dengan nilai ea (mbar), W, 1-W, dan f(t)
Tabel 2.2 Besaran nilai Ra dalam Evaporasi Ekivalen dalam hubungannya dengan
letak lintang
dengan pengertian :
ETo adalah evapotranspirasi tanaman acuan, (mm/hari).
Rn adalah radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman,
(MJ/m2/hari).
T adalah suhu udara rata-rata, (oC).
U2 adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m dari atas
permukaan tanah, (m/s).
es adalah tekanan uap air jenuh, (kPa).
ea adalah tekanan uap air aktual, (kPa).
Δ adalah kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu,
(kPa/oC).
γ adalah konstanta psikrometrik, (kPa/oC).
Nominal
Nominal digunakan untuk menghitung perbandingan tampungan (storage
ratio / Sr) yang merupakan perbandingan antara nilai kelengasan
tampungan tanah (Wo) dengan parameter nominal. Parameter nominal
ditentukan berdasarkan hujan tahunan.
Parameter Model
Parameter model yang digunakan adalah :
1. Nominal
Nominal adalah indeks kapasitas tampungan kelengasan.
Nominal = 100 + C*Rtahunan. Nilai C = 0.2 untuk daerah aliran sungai
dengan hujan sepanjang tahun, C< 0.2 untuk daerah aliran sungai
dengan pola hujan musiman. Nominal dapat dikurangi hingga
mencapai 25% untuk daerah aliran sungai yang memiliki tumbuh-
tumbuhan.
2. PSUB
3. GWF
Laju debit aliran air tanah dari tampungan air tanah yang masuk ke
sungai, makin besar GWF maka akan semkin besar pula cadangan air
tanah yang keluar dari tampungan air tanah masuk ke sungai, semakin
cepat tampungan air tanah habis. GWF = 0.5 untuk daerah aliran
sungai dengan hujan yang normal/biasa. 0.5 < GWF ≤ 0.8 untuk DAS
yang alirannya kontinu dengan ukuran yang kecil. 0.2 ≤ GWF < 0.5
untuk DAS yang memiliki aliran kontinu yang dapat diandalkan.
vegetasi, permukaan tanah, dan jumlah hari hujan. Infiltasi akan mengisi
dan menjenuhkan lapisan tanah bagian atas (top soil) kemudian
membentuk air bawah tanah yang akan keluar ke sungai sebagai aliran
dasar atau base flow ( Kadir, 2010).
1. Hujan
Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan rata-rata
bulanan atau tengah bulanan.
2. Evapotranspirasi
(a) Evapotranspirasi acuan (ETo) = evapotranspirasi dengan jumlah
air yang tersedia tidak terbatas untuk memenuhi pertumbuhan
3. Aliran Permukaan
Pembentuk aliran permukaan adalah komponen excess rainfall (ER),
water surplus (WS), infiltrasi, dan direct run off (DRO)
• Excess rainfall (ER) = hujan netto yang sudah dikurangi
kehilangan air akibat ET. (Ket: R= hujan (mm/bln), AET= ET
aktual (mm/bulan), i = jumlah bulan)
𝐸𝑅𝑖 = 𝑅𝑖 − 𝐴𝐸𝑇𝑖 … (2)
• Water surplus (WS) = ER akan mengisi kelembaban tanah (soil
moisture/SM) sebelum menjadi WS. Lalu, WS akan bergerak ke
Ket : SMi = soil moisture bulan ini (mm/bln), SMi-1= soil moisture
bulan sebelumnya (mm/bln) atau ISM (initial soil moisture).
• Infiltrasi
Infiltrasi merupakan air yang telah mengisi moisture tanah dan
mengalir vertikal mencapai lapisan kenyang air. ( ket : WIC =
koefisien infiltrasi saat musim hujan, DIC = koefisien infiltrasi
saat musim kemarau)
𝐼 = 𝑊𝐼𝐶 × 𝑊𝑆𝑖 … (6)
𝐼 = 𝐷𝐼𝐶 × 𝑊𝑆𝑖 … (7)
• Direct run off/ Limpasan Langsung (DRO)
Sisa dari WS yang tidak terinfiltrasi akan menjadi run off . DRO
merupakan gabungan antara limpasan permukaan dan aliran
antara (interflow).
𝐷𝑅𝑂𝑖 = 𝑊𝑆𝑖 − 𝐼𝑖 … (8)
4. Aliran Dasar
Pembentuk aliran dasar adalah ground water storage (GWS) dan
baseflow (BF).
• Ground water storage/ Tampungan air tanah (GWS)
Tampungan air tanah merupakan volume air tanah yang berada di
lapisan kenyang air/akuifer.
𝐺𝑊𝑆𝑖 = 0.5(1 + 𝑘)𝐼𝑖 + 𝑘𝐺𝑊𝑆𝑖−1 … (9)
Keterangan :
GWSi = volume air tanah pada bulan ini (mm/bln)
• Baseflow (BF)
BF merupakan aliran air tanah yang akan mengisi sistem jaringan
sungai. Saat musim kemarau, pada suatu sistem sungai akan
terjadi pengatusan akuifer sehingga aliran akan kontinu.
BSFi = Ii – (GWSi – GWSi-1)…(10)
5. Aliran Sungai
Besarnya aliran sungai merupakan kontribusi dari aliran limpasan
langsung (DRO), aliran dasar (BF), dan aliran saat hujan deras atau
SRO (storm run off) jika ada. Debit aliran sungai terhitung dicari
dengan persamaan berikut. (ket : TRO = total run off, Qcal = debit
limpasan terhitung (m3/s), A= luas DAS (km2), H= jumlah hari satu
bulan).
TRO = DRO + BF + SRO…(11)
𝐴 × 𝑇𝑅𝑂 × 1000
𝑄𝑐𝑎𝑙 = … (12)
𝐻 × 24 × 3600
∑𝑇𝑡=1(𝑄𝑚 − 𝑄𝑜 )2
𝑁𝑆𝐸 = 1 − 𝑇
∑𝑡=1(𝑄𝑜 − 𝑄̅𝑜 )2
Keterangan :
Qo = debit observasi
Qm = debit model (debit sintetis)
T = waktu pengamatan
Kurva durasi aliran adalah kurva yang menggambarkan relasi antara besar
debit dengan probabilitas debit itu terjadi. Perhitungan debit andalan dengan
metode kurva durasi debit dapat menggunakan rumus perhitungan probabilitas
Weibull sebagai berikut.
𝑚
𝑃(𝑋 ≥ 𝑥) = ( + 1) × 100%
𝑛
Keterangan :
BAB 3
PENGOLAHAN DATA
3. Menetukan lokasi koordinat outlet stasiun debit untuk dicetak sebagai peta
kisarannya.
Mencetak output kisaran DAS. Untuk mencetak output peta yang akan di olah
di WMS, maka lakukan langkah- langkah berikut : Klik File> Export Raster
and Elevation Data>Export DEM. Kemudian akan muncul dialog box. Pada
dialog box, pilih tab Export Bound>Draw a Box. Gambarkan kotak wilayah
yang mencakup area sekitar outlet sungai, seperti pada gambar, kemudian
simpan pada tempat yang diinginkan.
Gambar 3.5 Output dari langkah mendefinisikan flow direction, channels, dan
drainage basins.
8. Merekam titik stasiun pengamatan debit. Pada layers box, uncheck drainage
basins, flow direction, dan DEM. Klik Start Capture dan bidik stasiun
pengamatan debit berdasarkan koordinat yang ada. Pastikan pada saat
membidik, titik bidikan berada pada alur sungainya.
9. Mendefinisikan Parameter Upslope Area. Klik upslope area pada processing
toolbox. Klik SAGA > Terrain Analysis-Hydrology > Upslope Area. Kemudian
akan muncul box. Isi Target X coordinate dan Target Y Coordinate yang sesuai
10. Menampilkan DAS. Klik Raster pada toolbar > Conversion > Polygonize
(Raster to Vector). Kemudian akan muncul box. Pastikan Input Layer diisi
dengan Upslope Area. Check Vectorized dan save. Lalu Run. Kemudian
untuk memotong daerah DAS nya saja maka klik Toggle (bentuknya pensil)
> Vertex Tool. Lalu hapus bagian luar DAS yang tidak digunakan.
11. Menghitung luas DAS dengan galat <5% dari luas sebenarnya.
1
Luas sebenarnya yang didapatkan tidak sesuai dengan tabel. Tabel di atas merupakan
hasil luas percobaan ulang semerta-merta untuk menjadi pendukung langkah-langkah pengerjaan
dengan luas yang tidak beda jauh dengan yang luas yang diapakai.
15. Tentukan stasiun hujan yang dekat dengan DAS dan setidaknya setiap
stasiun mewakili satu wilayah dalam DAS ( luas minimal area pengaruh
stasiun adalah 20% dari luas totalnya).
Gambar 3.13 Output untuk Stasiun pengamat dan area pengaruh yang diamati
Tabel 3.1 Tabel Data Curah Hujan Bulanan untuk Stasiun Empang, Kranji, dan
Gunung Mas
Tabel 3.2 Data Curah Hujan Bulanan untuk data yang hilang
Kemudian, buat grafik dengan plot data curah hujan kumulatif stasiun sebagai
sumbu-y dan data curah hujan kumulatif rata-rata sebagai sumbu-x.
Gambar 3.14 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Empang bulan
Januari dalam 10 tahun
Gambar 3.15 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Kranji bulan
Januari dalam 10 tahun
Gambar 3.16 Grafik Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Gunung Mas bulan
Januari dalam 10 tahun
Tabel 3.4 Tabel Rekapitulasi nilai korelasi data ke Stasiun referensi bulan Januari
Tabel 3.6 Hasil Curah Hujan Rata-rata Wilayah untuk Stasiun Hujan pada tahun
1997
Contoh perhitungan :
𝑒𝑎 × 𝑅ℎ
𝑒𝑑 = … (1)
100
Contoh perhitungan,
Pada bulan Januari, besar nilai ea adalah 35.4984 mbar dan besar Rh adalah
84%. Maka, nilai ed
35.4984 × 84
𝑒𝑑 = = 29.8187 𝑚𝑏𝑎𝑟
100
4. Menghitung nilai emsivitas/perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap
aktual.
𝜀 ′ = 𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 … (2)
Contoh perhitungan,
𝜀 ′ = 𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 = 35.4984 − 29.8187 = 5.6797 𝑚𝑏𝑎𝑟
5. Menghitung nilai fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 meter. (Nilai U
didapat dari langkah 1).
𝑓(𝑈) = 0.27 × (1 + 0.864 × 𝑈) … (3)
Contoh perhitungan,
Besar nilai rata-rata U pada bulan Januari adalah 0.651 m/s.
𝑓(𝑈) = 0.27 × (1 + 0.864 × 𝑈) = 0.27 × (1 + 0.864 × 0.651) =
0.421
6. Menentukan faktor pengaruh suhu dan elevasi wilayah (W) dari interpolasi
tabel…
7. Menentukan nilai W’ untuk suhu rata-rata udara di masing-masing bulan dari
langkah 1.
𝑊 ′ = 1 − 𝑊 … (4)
Contoh perhitungan,
Pada bulan Januari besar elevasi wilayah adalah 0.7642. Maka, besar W’
𝑊 ′ = 1 − 𝑊 = 1 − 0.7642 = 0.2358
8. Menentukan nilai radiasi matahari ekstra terrestrial (Ra) dari interpolasi…
dengan koordinat Stasiun Semarang.
9. Menghitung nilai radiasi gelombang pendek matahari yang diterima (Rs).
(Nilai n/N didapat dari langkah 1).
𝑛
𝑅𝑠 = (0.25 + 0.005 × ) 𝑅𝑎 … (5)
𝑁
Contoh perhitungan,
Besar Ra pada bulan Januari adalah 15.94745 mm/hari dan n/N adalah 54.1%.
maka, nilai Rs
𝑅𝑠 = (0.25 + 0.005 × 54.1)15.94745 = 8.300648 mm/hari
10. Menghitung nilai radiasi gelombang pendek matahari yang diserap (Rns). (a
= albedo; perbandingan antara sinar matahari yang tiba di permukaaan bumi
dan yang dipantulkan kembali ke angkasa dengan terjadi perubahan Panjang
gelombang. Diambil nilainya sebesar 0,25).
𝑅𝑛𝑠 = (1 − 𝑎) × 𝑅𝑠 … (6)
Contoh perhitungan,
𝑅𝑛𝑠 = (1 − 𝑎) × 𝑅𝑠 = (1 − 0.25) × 8.300648 = 6.225486 mm/hari
11. Menentukan faktor bobot/f(T) dengan interpolasi data tabel…untuk setiap
rata-rata suhu udara di bulan tersebut.
12. Menghitung nilai fungsi efek tekanan uap pada gelombang panjang radiasi.
𝑓(𝑒𝑑 ) = 0.34 − 0.444√𝑒𝑑 … (7)
Contoh perhitungan,
Pada bulan Januari besar ed adalah 29.8187 mbar. Maka, besar f(ed)
13. Menghitung nilai fungsi efek sinar matahari pada gelombang panjang radiasi/
f(n/N).
𝑛 0.9 𝑛
𝑓 ( ) = 0.1 + ( ) … (8)
𝑁 100 𝑁
Contoh perhitungan,
Pada bulan Januari besar n/N adalah 54.1 %. Maka, besar nilai f(n/N)
𝑛 0.9
𝑓 ( ) = 0.1 + (54.1) = 0.5869
𝑁 100
14. Menghitung nilai radiasi gelombang pendek yang dipancarkan (Rnl).
𝑛
𝑅𝑛𝑙 = 𝑓(𝑇) × 𝑓(𝑒𝑑 ) × 𝑓 ( ) … (9)
𝑁
Contoh perhitungan,
Substitusikan nilai hasil perhitungan langkah 11, 12,dan 13 ke persamaan (9).
𝑛
𝑅𝑛𝑙 = 𝑓(𝑇) × 𝑓(𝑒𝑑 ) × 𝑓 ( ) = 16.061 × 0.099732 × 0.5869 = 0.94009
𝑁
15. Menghitung radiasi netto (Rn).
𝑅𝑛 = 𝑅𝑛𝑠 − 𝑅𝑛𝑙 … (10)
Contoh perhitungan,
Substitusikan hasil-hasil langkah 10 dan 14 ke persamaan (10).
𝑅𝑛 = 𝑅𝑛𝑠 − 𝑅𝑛𝑙 = 6.225486 − 0.94009 = 5.285396
16. Menentukan nilai faktor koreksi (C ) akibat keadaan iklim siang dan malam
yang nilai berbeda-beda setiap bulannya.
𝐴𝐸𝑇
𝐴𝐸𝑇 = ( ) × 𝑃𝐸𝑇 × 𝐶𝑟
𝑃𝐸𝑇
9. Menghitung keseimbangan air (Water balance) atau Neraca Air (Na). dapat
dihitung dengan persamaan berikut,
𝑁𝐴 = 𝑅 − 𝐴𝐸𝑇
Apabila Na bernilai negatif, maka Na bisa dianggap bernilai 0,
10. Menghitung Rasio kelebihan kelengasan/ Rkk (excess moisture ratio/E).
apabila nilai Na < 0, maka nilai Rkk dianggap sebesar 0. Jika tidak, maka
Rkk dapat dihitung dengan persamaan berikut,
𝑅𝑘𝑘 = 0.2345𝑊𝑖 5 – 1.1709𝑊𝑖 4 + 1.6683𝑊𝑖 3 – 0.3348𝑊𝑖 2
+ 0.1116𝑊𝑖
11. Menghitung Kelebihan kelengasan/ Kk (Excess Moisture/Ex) dengan
persamaan berikut,
𝐾𝑘 = 𝑁𝐴 − 𝑅𝑘𝑘
12. Menghitung Perubahan daya tampung /Pt (delta storage) dengan
persamaan berikut,
𝑃𝑡 = 𝑁𝐴 − 𝐾𝐾
13. Mengasumsikan nilai PSUB. Nilai PSUB berkisar dari 0.3 < PSUB< 0.8.
14. Menghitung Pengisian Air Tanah/ TA (Recharge to Groundwater/ RECH)
dengan persamaan berikut,
𝑇𝐴 = 𝑃𝑆𝑈𝐵 × 𝐾𝐾
15. Mengasumsikan nilai Tampungan Air Tanah Awal/ Tawal (Begin Storage
Groundwater). Nilai Tawal harus lebih besar sama dengan nol. Tawal yang
diasumsikan hanya untuk bulan Januari pada tahun itu dan tahun lainnya.
Tawal bulan setelahnya digantikan menjadi AAT bulan sebelumnya.
Contoh : Tawal Februari = AAT Januari.
16. Menghitung Tampungan Air Tanah Akhir/ Takhir (End Storage
Groundwater) dengan persamaan berikut ini.
𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑇𝐴
17. Mengasumsikan nilai GWF. Nilai GWF berkisar dari 0.2 hingga 0.9.
18. Menghitung Aliran Air Tanah/Aliran Dasar/AAT (Groundwater Flow),
Korelasi debit sintetis dengan debit observasi kurang dari 90%. Hal ini
menyebabkan debit model NRECA tidak bisa diandalkan karena tidak memenuhi
kriteria. Hal ini bisa disebabkan karena data evapotranspirasi dari stasiun acuan
tidak sesuai atau cocok dengan data evapotranspirasi stasiun di area DAS sehingga
menyebabkan adanya penyimpangan nilai debit model dari pengamatan. Maka dari
itu digunakan metode NSE untuk mendapatkan parameter Cr, Wo, PSUB, Tawal,
GWF. Nilai NSE yang ditoleransi jika lebih dari 50%.
Tabel 3.15 Tabel Hasil Kalibrasi model NSE
Berdasarkan tabel hasil kalibrasi model NSE, didapatkan hasil NSE diatas lebih
besar dari 50%, artinya hasil yang didapatkan dapat diandalkan. Dari hasil kalibrasi
tersebut didapatkan nilai-nilai parameter sebagai berikut.
Tabel 3.16 Tabel Nilai Parameter Hasil Kalibrasi NSE
Tabel 3.19 Tabel Debit Andalan 50%, 80%, dan 90% tahun 1997-2006
Tabel 3.20 Tabel Rekapitulasi Probabilitas Debit Andalan per Bulan tahun 1997-
2006
Januari
20
19
18
Debit
17
16
15
14
13
0 20 40 60 80 100
Probabilitas (%)
Q50 50 16.33756569
Q80 80 15.10275923
Q90 90 14.45407563
Februari
30
25
20
Debit
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas
Q50 50 15.64704987
Q80 80 10.47137872
Q90 90 9.33294695
Maret
30
20
Debit
10
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas (%)
Q50 50 12.20461374
Q80 80 8.689530964
Q90 90 6.702174065
April
40
30
Debit
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas
Q50 50 12.49305394
Q80 80 9.630144212
Q90 90 9.313462715
Mei
20
15
Debit
10
5
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas (%)
Q50 50 10.06051109
Q80 80 6.900030212
Q90 90 5.973609628
Juni
20
Debit
10
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas
Juli
15
10
Debit
5
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas (%)
Q50 50 5.711097982
Q80 80 1.520475015
Q90 90 0.776177436
Agustus
10
Debit
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas
Q50 50 3.200956305
Q80 80 1.506409102
Q90 90 1.13409802
September
15
10
Debit
5
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas (%)
Q50 50 5.704279793
Q80 80 1.790522517
Q90 90 0.571504637
Oktober
20
15
Debit
10
5
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas
Q50 50 10.02582421
Q80 80 3.033657465
Q90 90 1.424834712
November
30
Debit
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas (%)
Q50 50 11.66260265
Q80 80 8.125697555
Q90 90 7.67797734
Desember
30
Debit
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Probabilitas
Q50 50 12.70408375
Q80 80 8.697799933
Q90 90 7.772792955
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49753/Chapter%20II.pdf;j
sessionid=0C1DAF43FCF162388F4A05F116EE5154?sequence=2 diakses pada
13 Maret 2020
https://lms.ipb.ac.id/pluginfile.php/18778/mod_forum/attachment/2373/10.Evapot
ranspirasi.pdf diakses pada 17 Maret 2020
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/5486/4.%20BAB%20IV.pdf?
sequence=4&isAllowed=y diakses pada 27 Maret 2020
https://media.neliti.com/media/publications/141938-ID-analisis-perhitungan-
evapotranspirasi-ak.pdf diakses pada 28 Maret 2020.
LAMPIRAN I
Lampiran 1 Grafik Uji Konsistensi pada bulan Februari
2500
2000
1500
1000
500
0
-500 0 1000 2000 3000 4000 5000
St. Kranji-Februari
4000
3500 y = 0.7346x + 142.69
3000 R² = 0.9938
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
LAMPIRAN II
Lampiran 2 Tabel Uji Konsistensi Data Curah Hujan
Februari
Bulan
Stasiun Kumulatif
Tahun Gunung Gunung
Empang Kranji Rata-rata Empang Kranji Rata-rata
Mas Mas
1997 152 165 312 209.6666667 152 165 312 209.6666667
1998 490 609 667 588.6666667 642 774 979 798.3333333
1999 183 449 910 514 825 1223 1889 1312.333333
2000 290 161 571 340.6666667 1115 1384 2460 1653
2001 247 345 929 507 1362 1729 3389 2160
2002 459 516 765 580 1821 2245 4154 2740
2003 630 157 550 445.6666667 2451 2402 4704 3185.666667
2004 311 304 553 389.3333333 2762 2706 5257 3575
2005 526 354 626 502 3288 3060 5883 4077
2006 500 551 576 542.3333333 3788 3611 6459 4619.333333
Bulan Maret
Stasiun Kumulatif
Tahun Gunung Gunung
Empang Kranji Rata-rata Empang Kranji Rata-rata
Mas Mas
1997 394 95 187 225.3333333 394 95 187 225.3333333
1998 658 217 1073 649.3333333 1052 312 1260 874.6666667
1999 127 149 510 262 1179 461 1770 1136.666667
2000 119 117 313 183 1298 578 2083 1319.666667
2001 117 403 570 363.3333333 1415 981 2653 1683
2002 498 384 400 427.3333333 1913 1365 3053 2110.333333
2003 400 299 337 345.3333333 2313 1664 3390 2455.666667
2004 316 305 232 284.3333333 2629 1969 3622 2740
2005 532 428 441 467 3161 2397 4063 3207
2006 195 720 7 307.3333333 3356 3117 4070 3514.333333
Bulan April
Stasiun Kumulatif
Tahun Gunung Gunung
Empang Kranji Rata-rata Empang Kranji Rata-rata
Mas Mas
1997 289 109 370 256 289 109 370 256
1998 285 376 641 434 574 485 1011 690
1999 423 203 305 310.3333333 997 688 1316 1000.333333
2000 423 156 454 344.3333333 1420 844 1770 1344.666667
2001 298 163 573 344.6666667 1718 1007 2343 1689.333333
2002 571 401 283 418.3333333 2289 1408 2626 2107.666667
Bulan Rekapitulasi
Empang 99.09%
Januari Kranji 99.00%
Gunung Mas 99.36%
Empang 98.31%
Februari Kranji 99.38%
Gunung Mas 99.50%
Empang 98.65%
Maret Kranji 96.12%
Gunung Mas 96.00%
Empang 99.40%
April Kranji 96.76%
Gunung Mas 96.09%
Empang 99.20%
Mei Kranji 95.69%
Gunung Mas 96.97%
NILAI KORELASI
Empang 99.46%
KE STASIUN
Juni Kranji 98.34%
REFERENSI
Gunung Mas 96.49%
Empang 99.55%
Juli Kranji 93.91%
Gunung Mas 98.27%
Empang 98.71%
Agustus Kranji 98.63%
Gunung Mas 96.83%
Empang 99.38%
September Kranji 98.38%
Gunung Mas 99.64%
Empang 99.66%
Oktober Kranji 97.20%
Gunung Mas 96.27%
Empang 99.24%
November Kranji 95.26%
Gunung Mas 95.13%
Empang 99.00%
Desember Kranji 98.17%
Gunung Mas 97.47%
LAMPIRAN III
Lampiran 3 Tabel Curah Hujan Rata-rata Wilayah
Rata-rata
Rata-rata
Poligon
Aljabar
Empang Kranji Gunung Mas Thiessen
Januari 519 824 799 714 766.997017
Februari 500 551 576 542.3333333 558.9086144
Maret 195 720 7 307.3333333 221.4595638
April 331 700 0 343.6666667 230.7425606
Mei 234 601 0 278.3333333 191.1878853
Juni 248 482 0 243.3333333 161.6522716
Juli 71 167 0 79.33333333 53.94986925
Agustus 78 123 0 67 43.28061292
September 144 95 0 79.66666667 44.9785447
Oktober 265 222 0 162.3333333 95.24678587
November 440 658 0 366 234.6685135
Desember 530 472 0 334 197.8974049
Total 3555 5615 1382 3517.333333 2800.969644
Average 296.25 467.9166667 115.1666667 293.1111111 233.414137