dengan perjanjian kontrak antara Pengguna Jasa pekerjaan ini dan Penyedia
“LAPORAN AKHIR”
Dalam laporan ini diuraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
dilakukan diskusi dengan pemberi pekerjaan pekerjaan ini. Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses
masukan dari Tim Teknis dan pihak lainnya sangat diharapkan dapat
yakni alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air didalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan
kiri oleh garis sempadan. Sungai memiliki garis maya di kiri dan kanan palung
sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai yang di sebut Garis
merupakan salah satu faktor yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Sempadan Danau, diketahui bahwa yang dimaksud dengan Garis sempadan sungai
ialah garis maya pada kiri serta kanan palung sungai yang ditetapkan menjadi batas
perlindungan sungai. Salah satu lahan yang menjadi sasaran dalam memenuhi
kebutuhan manusia dalam beraktifitas adalah sempadan sungai. Sempadan sungai ini
memiliki fungsi yang sangat penting di dalam ekosistem Daerah Aliran Sungai
(DAS) dimana sempadan sungai ini merupakan zona penyangga antara ekosistem
perairan (sungai) dengan ekosistem darat, zona ini biasanya ditumbuhi oleh
membatasi adanya pemanfaatan lahan pada kawasan sungai sehingga tidak terjadi
kerusakan pada areal garis sempadan sungai tersebut. Melihat pentingnya fungsi
serta keberadaan sungai pada pengendalian pemanfaatan ruang tersebut menjadi hal
yang penting buat dijadikani kajian dan penelitian secara mendalam agar dapat
bangunan pada daerah aliran sungai yang berdampak pada penurunan kualitas
Perkotaan Tembilahan. Adapun dampak lainnya yang ditimbulkan yaitu resiko bagi
cenderung labil dan rawan longsor. Hal ini juga berkaitan terhadap persepsi
masyarakat yang menganggap sungai dan bantaran sebagai tempat sampah juga
sumber air bersih yang penting dalam kehidupan. Manfaat sungai antara lain adalah
sebagai tempat budidaya ikan, drainase makro kota, tempat rekreasi, pengairan,
sumber air baku dan lain sebagainya. Menghadapi potensi pencemaran sungai yang
kajian Study Enviromental Health Risk Assesment ( Study EHRA) /Studi Penilaian
Maksud dan tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah untuk menyusun
1.3 Sasaran
Untuk mencapai maksud dan tujuan diatas, maka ditetapkan sasaran yang
Sebagai wilayah kajian adalah sepanjang sempadan Sungai yang berada didalam
Kabupaten Indragiri Hilir, agar hasil dari pekerjaan dapat dilaksanakan oleh
berdasarkan kondisi eksisting yang ada dan peraturan teknis yang berlaku.
adalah;
Kawasan Perkotaan;
Penataan Ruang;
antara lain:
Kawasan Perkotaan;
a. Laporan Pendahuluan
kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, termasuk daftar kebutuhan data dan
b. Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat hasil akhir dari pekerjaan dimana laporan ini
merupakan laporan final dan laporan yang telah direvisi oleh konsultan.
• BAB 1 PENDAHULUAN
Berisikan antara lain latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lokasi
• BAB 3 METODELOGI
data dan informasi, dan teknik analisis terkait kegiatan Penataan Kawasan
Bab ini berisi tentang rencana kondisi eksisting wilayah kajian berupa aspek
geografi fisik binaan dan fisik buatan, aspek demografi, serta aspek
wilayah kajian.
Bab ini berisi tentang hasil akhir dan pembahasan dari tiap-tiap sasaran
TINJAUAN KEBIJAKAN
tertuang pada Pasal 11 Ayat 2 bahwa, pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam
memiliki atau menyusun Rencana Tata Ruang (RTR) yang sesuai dengan
peraturan yang ada pemerintah kabupaten memiliki wewenang untuk membuat produk
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, Rencana Detail Tata Ruang (RTDR),
dan Rencana Rinci lainnya. Produk RTR tersebut dapat diimplementasikan apabila
produk RTR tersebut telah legal menadi produk hukum berupa Peraturan Daerah
1. Acuan dalam pemanfaatan ruang atau pengembangan wilayah kabupaten atau kota,
kota,
3. Acuan dalam penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah dan rencana
masyarakat, dan swasta, pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Selanjutnya dalam pasal 36 ayat 1
ruang yang mana dalam pasal 2 disebutkan bahwa Peraturan zonasi disusun berdasarkan
Penataan Ruang
angka 9, angka 10, angka 20, angka 21, Pasal 18 angka 3, angka 21, Pasal 19 angka 4,
angka 6, angka 10, dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja, merupakan alasan dasar terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja mengubah muatan dari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Undang-undang yang diubah tersebut
berbagai kepentingan lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan yang
Ruang dan Pola Ruang, penyelarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungan,
Penataan Ruang, Pembinaan penataan Ruang, dan kelembagaan Penataan Ruang. Oleh
yang lebih komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif dan efisien, Peraturan
penetapan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang;
Ruang;
e. Pembinaan Penataan Ruang yang mengatur tentang bentuk dan tata cara
2.2 Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang yang Berkaitan dengan Wilayah
Kajian
ruang yang nantinya akan dijadikan rumusan kebijakan dalam pengembangan struktur
pemanfaatan tata ruang, serta metode pendekatan analisis yang digunakan adalah
pendekatan kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang, maka tinjauan
kebijakan Rencana Tata Ruang yang akan ditelaah pada sub-bab ini adalah spesifik pada
Kebijakan Rencana Pola Ruang dan Peraturan Zonasi untuk Pola Ruang yang berkenaan
tentang Cipta Kerja (disingkat UU Ciptaker atau UU CK) adalah undang-undang dengan
tujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan investasi asing dan dalam
tanah. Salah satu cluster dalam UU Cipta Kerja ini adalah berkenaan dengan bidang
2007 tentang Penataan Ruang alias UU Tata Ruang dengan Total ada 38 pasal aturan
Salah satu pasal yang diubah dalam UU No 26 tahun 2007 terkait dengan
pelaksanaan penataan ruang adalah salah satunya yang berkenaan dengan pengendalian
Cipta Kerja sebagaimana yang tertulis pada pasal 34A Nomor 19 menyatakan bahwa
3. Pengenaan Sanksi.
berhasil guna melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, dan mendorong
sosial, budaya, dan ketahanan nasional, khususnya dalam pengelolaan sumber daya alam,
penyusunan rencana tata ruang, perencanaan lokasi investasi dan bisnis perekonomian,
Hal ini untuk menghindari adanya kekeliruan, kesalahan, dan tumpang tindih informasi
inefektivitas informasi. IG secara umum bersifat terbuka dan harus mudah diakses oleh
menjadi jaminan adanya pelayanan publik yang baik oleh aparat pemerintah dalam
IG, perlu diatur kategorisasi secara pasti. Secara umum IG terbagi menjadi Informasi
Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Tematik (IGT). IGD mencakup acuan
posisi dan peta dasar, adapun IGT mencakup berbagai ragam tema, seperti kehutanan,
pertanian, perikanan, dan pertambangan. IGD menjadi acuan pembuatan berbagai IGT.
Oleh karena itu, salah satu ciri penting IGD adalah unsur-unsurnya tidak berubah dalam
waktu yang lama sesuai dengan karakteristik dari unsur-unsur tersebut. Selain
kategorisasi IG, perlu diatur pula masalah kelembagaan dalam penyelenggaraan IG.
Pengaturan ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian siapa yang bertanggung jawab
atas data dan informasi tertentu. Selanjutnya diperlukan pengaturan tentang sumber daya
manusia dan badan usaha di bidang IG, sehingga industri IG dapat tumbuh dan
Kawasan Perkotaan menetapkan Kawasan Perkotaan ke dalam 3 (tiga) bentuk yaitu kota
sebagai daerah otonom, bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan, dan
bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan.
Mengingat sistem pemerintahan Indonesia yang membagi seluruh wilayah tanah air
a. tidak ada Kawasan Perkotaan di dalam Kawasan Perkotaan. Prinsip ini memiliki
makna bahwa di Kawasan Perkotaan daerah otonom tidak dikenal adanya Kawasan
b. tidak ada Kawasan Perkotaan yang berada di perbatasan antara daerah kabupaten
dengan perbatasan kota sebagai daerah otonom. Kawasan Perkotaan yang seperti itu
kabupaten.
Tujuan pengaturan tentang pengelolaan Kawasan Perkotaan ini adalah sebagai berikut:
a. meningkatkan fungsi Kawasan Perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara
Perkotaan;
termasuk dunia usaha dalam upaya menciptakan Kawasan Perkotaan sebagai ruang
mengoptimalkan peran serta Masyarakat serta badan usaha swasta. Dalam pelaksanaan
Masyarakat;
perairan (sungai) dan daratan. Zona ini umumnya didominasi oleh tetumbuhan dan/atau
lahan basah. Tetumbuhan tersebut berupa rumput, semak, ataupun pepohonan sepanjang
tepi kiri dan/atau kanan sungai. Mengingat pentingnya sempadan bagi keberlanjutan
berikut:
1. Sempadan sungai merupakan kawasan lindung tepi sungai yang menjadi satu
kesatuan dengan sungai. Sempadan sungai melindungi sungai dari gerusan, erosi,
dan pencemaran, selain juga memiliki keanekaragaman hayati dan nilai properti /
2. Sempadan sungai meliputi ruang di kiri dan kanan palung sungai di antara garis
sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara garis
(streamline) tidak patah-patah mengikuti alur sungai dan berjarak aman dari tepi
diperluas fungsinya menjadi ruang terbuka hijau kota yang menyatu menjadi ruang
publik.
jalan akses dan ruang untuk kegiatan operasi serta pemeliharaan prasarana tersebut.
5. Untuk melindungi batas fungsi sungai dari peruntukan lain, dilakukan pengaturan
berkembang.
4. ruas sungai yang tinggal menyisakan sedikit flora dan fauna spesifik.
1. Pemetaan topografi
6. Inventarisasi data rinci jumlah dan jenis bangunan yang terdapat di dalam
sempadan
perkotaan.
i. ruas sungai dengan tebing tinggi dan palung sungai membentuk huruf V.
RTRW Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2023-2043 terdiri atas: a. ketentuan khusus
terminal khusus, sarana peribadatan, jalur pipa migas, jalur pipa air minum,
undangan; dan
perdagangan barang dan jasa yang sudah ada pada sempadan pantai sebelum
pantai.
untuk kepentingan sendiri (TUKS), jalur pipa gas dan air minum, rentangan
perdagangan barang dan jasa yang sudah ada pada sempadan sungai sebelum
perundang-undangan;
sungai.
Sungai
Sungai terkait lingkup wilayah diketahui bahwa buffer 5 meter mencakup guna lahan
dan pekarangan, kemudian transportasi lokal dan perkebunan kelapa, tegalan serta
saluran irigasi dan drainase tersebar di beberapa kelurahan yakni Kelurahan Pekan Arba,
dan Kelurahan Sungai Beringin. Dengan total luas keseluruhan sempadan sungi dengan
buffer sejauh 5 meter yakni 1,57 hektar. Sementara pada sempadan Sungai dengan buffer
50 meter mencakup guna lahan yaitu bangunan pertahanan dan keamanan, bangunan
bangunan transportasi, bangunan utilitas, hutan, hutan dan rawa gambut, jalan, ladang,
lahan campuran, makam, pekarangan, perkebunan kelapa, saluran irigasi dan drainase,
sawah, Semak belukar serta tegalan dengan luas total sempadan 1585,43 hektar. Tersebar
a) Pendekatan Komprehensif
menyatu. Hal ini menuntut peneliti untuk lebih jeli terhadap objek atau variabel
yang diteliti.
b) Pendekatan Fleksibilitas
dengan efektif dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai variabel data dan
informasi.
terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-buku, arsip, majalah, artikel,
dikaji. Sehingga informasi yang didapat dari studi kepustakaan ini dijadikan
yang diperlukan.
observasi adalah suatu aktivitas pengamatan terhadap suatu objek secara cermat
gejala-gejala yang diteliti. Pendapat lain mengatakan bahwa arti observasi adalah
suatu tindakan atau proses mengamati sesuatu atau seseorang dengan cermat
sesuai dengan tujuan penelitian. Kegiatan ini direncanakan dan dicatat secara
(validitas).
yang akan dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan yang digunakan untuk
1. Tahap Persiapan;
beberapa kegiatan sebagai awal (inisialisasi) dari seluruh rangkaian kegiatan yang
direncanakan. Hasil tahap persiapan ini akan sangat mempengaruhi proses yang
Secara umum terdapat 5 kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yakni:
sumber daya.
untuk:
dinyatakan dalam metodologi dan prosesnya maka disusun rancangan survei. Pada
prinsipnya kategori data yang dibutuhkan meliputi data sekunder dan data primer.
Data sekunder merupakan data yang telah tersedia yang telah diolah atau
dikoleksi oleh pihak lain seperti misalnya data statistik, data rekapan dari instansi
terkait, dari dokumen perencanaan atau studi tertentu dan literatur. Sedangkan
data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya tanpa
penelitian. Teknik pengambilan data primer yang akan dilakukan oleh konsultan
2. Pemetaan
melalui data sekunder dan difungsikan juga untuk validasi data dan visualisasi
data spasial.
Pengambilan data Sekunder Pada penelitian kali ini di dapatkan oleh peneliti
melalui kajian literatur, survei instansi, dan hasil unduhan dari website lembaga
sebagai berikut:
1. Kajian Literatur
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data serta informasi melalui cara
membaca dan mempelajari literatur serta penelitian yang sudah ada serta
2. Survei Instansi
kawasan sempadan sungai, penguasaan lahan dan lainnya yang relevan dalam
keadaan fisik wilayah dan gambaran penggunaan lahan eksisting yang ada di
wilayah kajian dan data yang dapat pendukung informasi lainnya yang berkaitan
Adapun daftar kebutuhan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan
Primer
12 Data Lain yang relevan dan
Sekunder
Sumber : Analisa, 2023
1) Persiapan Survei
2) Survei Inventarisasi
Tahapan ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data hasil survei primer
maupun sekunder beaik berupa form, tabel, gambar, maupun hasil wawancara
Pada subbab ini akan menjelaskan metode analisis yang digunakan pada kajian
Indragiri Hilir ini. Berikut merupakan penjabaran metode analisis yang akan
digunakan guna menjawab tujuan dan sasaran dari kajian kegiatan ini.
a. Analisis Deskriptif
Hilir.
b. Analisis Penampalan/Overlay
kegiatan dan peruntukan ruang yang terdapat dalam rencana rinci, atau
pemanfaatan.
3) Tahapan Pemetaan
Setelah diperoleh gambaran lokasi sebaran guna lahan eksisting dan aktifitas
Fenomena Aktivitas
Kondisi Eksisting Pengunaan Lahan di Masyarakat di Sempadan
Sempadan Sungai Kajian Studi EHRA Sungai Perkotaan
Tembilahan
KETERANGAN :
: Sasaran 1 Rekomendasi Penataan Kawasan dan Sempadan Sungai di Perkotaan
Tembilahan
: Sasaran 2
: Sasaran 3
GAMBARAN UMUM
Tembilahan dan Tembilahan Hulu yang tertuang pada Rencana Detail Tata Ruang
4.1.1.1 Geografis
yaitu Seberang Tembilahan, Tembilahan Hilir, Tembilahan Kota, Pekan Arba, Sungai
Beringin, Tembilahan Hulu, Pulau Palas, Pekan Kamis dan Sungai Perak dengan luas
wilayah sebesar 7.602,07 ha. Adapun batas administrasi BWP Perkotaan Tembilahan
antara lain:
BWP Perkotaan Tembilahan yang juga menjadi bagian dari wilayah pesisir
jika penentuannya didasarkan pada jarak vertikal antara suatu tempat dengan garis
permukaan laut berkisar pada ketinggian 1 hingga 4 meter di atas permukaan laut.
terdiri dari tanah gambut, tanah endapan sungai serta rawa-rawa. Pada umumnya
struktur tanah di kawasan ini terdiri atas tanah Organosol (Histosil), yaitu tanah
gambut yang banyak mengandung bahan organic, selain itu, khususnya disepanjang
4.1.1.4 Klimatologi
timur Pulau Sumatera, terletak pada dataran rendah dan sebagian besar wilayahnya
merupakan tanah gambut, maka kawasan ini digolongkan sebagai daerah beriklim
tropis basah dengan udara agak lembab. . Curah hujan dan jumlah hari hujan di
kawasan perkotaan Tembilahan, tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah
terjadi pada Juni. Secara rata-rata dari dua kecamatan yang ada di kawasan perkotaan
ini, tingkat curah hujan pada Bulan Desember mencapai 759 mm dengan hari hujan
4.1.1.5 Hidrologi
sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil dan penyebaran sungai-sungai ini
tersebar hampir disemua kecamatan, termasuk di dua kecamatan yang di dalam BWP
kawasan perkotaan Tembilahan adalah sungai Indragiri. Menurut sub direktorat tata
guna tanah Provinsi Riau, bawa panjang sungai Indragiri diperkirakan lebih 250 Km
dengan kedalaman rata-rata 12 meter. Sungai Indragiri yang berasal dari Danau
Indragiri dan sungai kecil lainnya, kawasan Perkotaan Indragiri Hilir juga dibelah
oleh parit yang sangat banyak dan belum terhitung jumlahnya. Meskipun wilayah
keseluruhan kawasan ini tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut. Hanya saja
karena jenis tanahnya umumnya bergambut, maka kualitas air tanah di kawasan ini
dalam kondisi buruk, dengan tingkat kedalaman air tanah rata-rata sekitar 0.5 meter.
Kondisi fisik binaan adalah kondisi fisik yang diolah dan dibentuk oleh
manusia untuk menunjang kegiatan manusia. Kondisi fisik binaan meliputi kondisi
tata guna lahan, kondisi sarana, serta kondisi prasarana yang ada di BWP
Tembilahan.
lahan yang beragam. Penggunaan lahan di BWP Perkotaan Tembilahan lebih banyak
digunakan untuk perkebunan kelapa. Kondisi Tata Guna Lahan BWP Perkotaan
Berdasarkan tabel di atas, total lahan kubah gambut yaitu 1.939.26 ha atau
63,98% dari seluruh lahan gambut. Lahan kubah gambut yang telah dialih fungiskan
didominasi oleh perkebunan kelapa seluas 1.780.89 ha dan alih fungsi lahan yang
berikut:
sebesar 59,92% seluas 933,61 ha, sedangkan lahan yang telah terdata didominasi oleh
lahan yang memiliki hak milik yaitu seluas 539,30 ha atau sebesar 34,61% dari total
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
A. Pola permukiman
B. Kondisi Perumahan
Tembilahan memiliki 3 kondisi, yaitu rumah permanen, rumah semi permanen dan
perbandingan luas lahan terbangun dengan luas lahan keseluruhan dari suatu
tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil eksisting
diketahui jumlah rumah pada BWP Perkotaan Tembilahan adalah sebagai berikut.
Hulu dengan jumlah rumah sebanyak 7.760 unit dan terdapat tiga desa/kelurahan
yang tidak sebagian wilayahnya masuk dalam perencanaan namun tidak terdapat
terdapat jumlah persebaran sarana pendidikan yang meliputi TK, SD, SMP, SMA
dan Perguruan tinggi. Berikut merupakan tabel jumlah sarana pendidikan yang
147 dengan persebaran sarana pada BWP Tembilahan berdasarkan Kelurahan adalah
sebagai berikut:
kesehatan jenis puskesmas pembantu memiliki jumlah paling kecil yaitu hanya 2 unit.
kesehatan jenis puskesmas pembantu memiliki jumlah paling kecil yaitu hanya 2 unit.
warung/ toko, pertokoan, pasar pusat perbelanjaan, dimana perdagangan dan jasa
Dari tabel tersebut jenis perdagangan dan jasa yang paling banyak adalah
warung atau toko dengan jumlah 320 unit, dan unit yang paing sedikit adalah pusat
Struktur jalan merupakan salah satu faktor pembentuk struktur ruang secara
memiliki 4 macam hierarki jalan. Hierarki dan fungsi jalan di BWP Perkotaan
kesesuaian fungsi agar tidak terjadi penyimpangan mengenai fungsi jalan tersebut
sehingga tidak merugikan semua pihak terutama pengguna jalan. Berikut merupakan
• Jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu
rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
• Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
Berikut adalah data jalan arteri sekunder pada BWP Perkotaan Tembilahan.
yaitu:
• Kendaraan angkutan barang dan bus tidak diijinkan melalui jalan ini di
daerah pemukiman
lain.
jalan yang memiliki lebar kurag dari sama dengan 5 m. dimana tersebar di
kondisi jalan yang sudah baik dan didominasi perkerasan beton. Akan tetapi,
masih banyak jalan yang lebarnya masih kurang dari standar yang berlaku
didukung dengan kualitas air yang baik sangat penting untuk menunjang
air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya
pengguna PDAM, air sungai dan sumur. Namun air sungai dan sumur tentunya
bergantung pada cuaca juga, karena curah hujan turut mempengaruhi ketersediaan
penyediaan jaringan listrik adalaha tiang listrik pada BWP Perkotaan Tembilahan
oleh tiang listrik yang terbagi menjadi dua ukuran yaitu ukuran sedang dan kecil.
sedangkan tiang listrik berukuran kecil terdapat pada jalan berhirarkhi local dan
Penerangan Jalan Umum (PJU) terdapat pada jalan yang berhirarkhi kolektor, lokal
dan sebagian jalan yang berhirarkhi lingkungan. Pada BWP Perkotaan Tembilahan
Tenaga Diesel (PLTD) Parit 4 yang terletak di Kelurahan tembilahan Hulu dan
PLTU Tembilahan 2x7 MW di Sungai Perak. Berikut ini merupakan Peta Prasarana
1. Maindrain
aliran air dari saluran drainase collector ke saluran drainase primer atau
sungai.
3. Collector
diperuntukkan untuk saluran air hujan dan air buangan rumah tangga. Jaringan
dan jalan lokal. Saluran drainase di sepanjang jalan primer dan kolektor umumnya
yang dibangun di sepanjang jalan lokal ada yang terbuka dan tertutup. Saluran
panjang. Analisa drainase berisi tentang pembahasan Analisa Debit Air Limpasan
(Qlimpasan), Analisa Debit Air Buangan Rumah Tangga (QRT), Analisa Debit Air
telematika yang ada meliputi jaringan kabel telepon, jaringan nirkabel yaitu menara
Sistem Jaringan air limbah merupakan sistem pembuangan air limbah berupa
grey water maupun black water secara baik sehingga tidak menimbulkan
sistem pengolahan air lmbah dahulu sebelm dapat dibuang ke sungai ataupn limbah
grey water tersebut dibuang bersamaan dengan black water ke dalam sapticktank.
Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan instalasi Pengolahan air limbah
darinase untuk air limbah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dalam kondisi
eksisting belum terdapat IPAL pada BWP Perkotaan Tembilahan dan pembuangan
limbah masih mengarah kepada sungai dan saptictank. Kondisi persampahan di BWP
masih sangat kurang sehingga sampah masih banyak ditemui pada saluran drainase,
lahan kosong, serta di pinggir jalan. BWP Perkotaan Tembilahan hanya memiliki 1
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, KDB adalah perbandingan antara luas
lantai dasar bangunan dengan luas semua lahan yang dimiliki juga termasuk luas
bangunan. KDB yang ada pada bangunan di BWP Tembilahan adalah sebagai
berikut:
antara jumlah seluruh luas lantai dari seluruh bangunan yang dapat dibangun dan
luas lahan atau tanah yang dikuasai. Data KLB bangunan yang ada di BWP
yang diukur dari rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap
miring atau sampai puncak dinding, dipilih yang tertinggi. Ketinggian bangunan
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan yang diperuntukan
berikut ini.
4.1.4 Kependudukan
dengan 53.252 jiwa laki-laki dan 52.678 jiwa perempuan. Lebih detainya dijelaskan
Tembilahan Kota dengan 13.212 jiwa laki-laki dan 13.277 jiwa perempuan.
Sedangkan untuk jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kelurahan Pekan
Kamis dengan laki-laki berjumlah 669 jiwa dan perempuan 597 jiwa.
perairan (sungai) dan daratan. Zona ini umumnya didominasi oleh tetumbuhan
pepohonan sepanjang tepi kiri dan/atau kanan sungai. Sempadan sungai yang
demikian itu sesungguhnya secara alami akan terbentuk sendiri, sebagai zona transisi
antara ekosistem daratan dan ekosistem perairan (sungai). Namun karena ketidak
sedangkan guna lahan terbanyak tanpa adanya bangunan yaitu dengan jenis guna
lahan perkebunan kelapa. Persebaran sempadan sungai di wilayah kajian ini terbagi
bab ini akan menjawab setiap sasaran yang tertuang pada Kerangka Acuan Kerja
(KAK).
Sempadan Sungai
sempadan sungai pada sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul yang berada
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau menetapkan Garis
a. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau
b. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga)
c. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 (dua
puluh) meter.
Garis Sempadan Danau ditentukan paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi
Desa/ Keterangan
Jenis Penggunaan Lahan Kedalaman Air
Kelurahan
Pekan Arba Bangunan Kesehatan 0,022 Tidak Bertanggul
Bangunan Pendidikan 0,039 Tidak Bertanggul
Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,032 Tidak Bertanggul
Bangunan Peribadatan 0,013 Tidak Bertanggul
Bangunan Permukiman 0,000 Bertanggul
0,749 Tidak Bertanggul
Hutan Lainnya 0,389 Tidak Bertanggul
Hutan Rawa dan Gambut 4,837 Tidak Bertanggul
Jalan 0,000 Bertanggul
0,089 Tidak Bertanggul
Pekarangan 0,034 Bertanggul
1,037 Tidak Bertanggul
Perkebunan Kelapa 8,287 Tidak Bertanggul
Saluran Irigasi dan Drainase 0,164 Bertanggul
0,119 Tidak Bertanggul
Tegalan 1,828 Tidak Bertanggul
Pekan Kamis Bangunan Permukiman 0,067 Tidak Bertanggul
Hutan Lainnya 0,238 Tidak Bertanggul
Hutan Rawa dan Gambut 0,285 Tidak Bertanggul
Jalan 1,326 Tidak Bertanggul
Lahan Campuran 0,009 Tidak Bertanggul
Pekarangan 0,114 Tidak Bertanggul
Perkebunan Kelapa 22,023 Tidak Bertanggul
Saluran Irigasi dan Drainase 0,048 Tidak Bertanggul
Tegalan 0,194 Tidak Bertanggul
Seberang Bangunan Perdagangan dan Jasa 0,007 Tidak Bertanggul
Tembilahan Bangunan Permukiman 0,321 Tidak Bertanggul
Bangunan Transportasi 0,029 Tidak Bertanggul
Bangunan Utilitas 0,002 Tidak Bertanggul
Jalan 0,283 Tidak Bertanggul
Ladang 1,163 Tidak Bertanggul
Pekarangan 1,219 Tidak Bertanggul
Perkebunan Kelapa 22,998 Tidak Bertanggul
jasa Berikut tabel dan gambar kondisi eksisting sempadan sungai bertanggul di
Perkotaan Tembilahan.
No Sempadan
Jenis Penggunaan Luas
Desa/ Kelurahan Sungai
Lahan (Ha)
Bertanggul
1 Pekan Arba Bangunan
Permukiman Bertanggul 0,000
Jalan Bertanggul 0,000
Pekarangan Bertanggul 0,034
Saluran Irigasi dan
Drainase Bertanggul 0,164
2 Perkebunan Kelapa Bertanggul 0,033
Sungaiberingin Saluran Irigasi dan
Drainase Bertanggul 0,030
3 Tembilahan Barat Pekarangan Bertanggul 0,039
4 Tembilahan Hulu Bangunan
Permukiman Bertanggul 0,008
Pekarangan Bertanggul 0,016
Saluran Irigasi dan
Drainase Bertanggul 0,005
5 Tembilahan Kota Bangunan Pariwisata
dan Hiburan Bertanggul 0,000
Bangunan
Perdagangan dan Jasa Bertanggul 0,002
Bangunan Perkantoran Bertanggul 0,001
Bangunan
Permukiman Bertanggul 0,010
Bangunan
Transportasi Bertanggul 0,127
Jalan Bertanggul 0,147
Pekarangan Bertanggul 0,243
Saluran Irigasi dan
Drainase Bertanggul 0,000
Grand Total 1,271
Sumber : Hasil Analisis, 2023
sebesar 15 meter dikarenakan rata-rata kedalaman sungai melebihi 3 meter, hal ini
bangunan peribadatan, hutan lainnya, hutan rawa dan gambut, perkebunan kelapa,
ladang, perkarangan, sawah dan semak belukar. Berikut tabel dan gambar kondisi
Tembilahan dan Kelurahan Sungai Perak. Berikut peta hasil buffer sempadan
Dunia” , selain julukan itu Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari banyaknya
sungai, Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir yaitu Kota Tembilahan, dimana
Kabupaten ini dikenal dengan julukan “Negeri Seribu Parit” atau “Negeri Seribu
Jembatan” hal ini dikarenakan ditemui banyak jembatan besar dan kecil setiap 100
Kota Tembilahan ini dengan kondisi sungai pasang surut, dimana pada kondisis
antara daerah satu dengan daerah lain. Wilayah pada sungai ini yaitu Sungai besar
adalah sungai Indragiri dan sungai kecil yang saling berpotongan anak dari sungai
besar tersebut.
berupa bangunan eksisiting yaitu penggunaan lahan permukiman. Dengan hal ini
permukiman masyarakat tersebut 90% pada kawasan sempadan sungai yang tidak
sungai.
akan berdampak pada ekosistem sungai. Hal ini dikarenakan salah satu indikator
penyebab kumuh adalah berkaitan dengan air limbah domestik dan persampahan.
Selain itu terkait dengan keteraturan bangunan yang buruk juga turut andil dalam
Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir, untuk air limbah yang dihasilkan dari
aktifitas dapur dialirkan ke sungai yaitu sebesar 34,2%, sedangkan untuk saluran
disekitar sungai masih rendah. Berikut gambar kondisi eksisting kondisi limbah
Tembilahan.
masyarakat diatas, terlihat bahwa perlu adanya upaya yang nyata dalam
Indragiri Hilir, maka diperlukan beberapa aspek yang dapat dilihat untuk
perkotaan Tembilahan ini sudah memiliki ikatan yang cukup kuat dengan suatu lahan
Bisa dikatakan mereka sangat bergantung dengan lahan tersebut dan tidak mudah
kesesuaian lahan yang berkaitan dengan ketentuan khusus dalam draft RTRW
terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS), jalur pipa gas dan air
dan perdagangan barang dan jasa yang sudah ada pada sempadan
peraturan perundang-undangan;
sempadan sungai.
Desa/ Kesesuaian
Guna Lahan Ket Total
Kelurahan Lahan
Pekan Arba Bangunan Kesehatan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,022
Bangunan Pendidikan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,039
Bangunan Perdagangan dan Jasa Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,032
Bangunan Peribadatan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,013
Bangunan Permukiman Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,749
Hutan Lainnya Sesuai Tidak Bertanggul 0,389
Hutan Rawa dan Gambut Sesuai Tidak Bertanggul 4,837
Jalan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,089
Pekarangan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 1,037
Perkebunan Kelapa Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 8,287
Saluran Irigasi dan Drainase Sesuai Tidak Bertanggul 0,119
Tegalan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 1,828
Pekan Bangunan Permukiman Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,067
Kamis Hutan Lainnya Sesuai Tidak Bertanggul 0,238
Hutan Rawa dan Gambut Sesuai Tidak Bertanggul 0,285
Jalan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 1,326
Lahan Campuran Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,009
Pekarangan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,114
Perkebunan Kelapa Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 22,023
Saluran Irigasi dan Drainase Sesuai Tidak Bertanggul 0,048
Tegalan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,194
Seberang Bangunan Perdagangan dan Jasa Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,007
Tembilahan Bangunan Permukiman Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,321
Bangunan Transportasi Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,029
Bangunan Utilitas Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,002
Jalan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 0,283
Ladang Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 1,163
Pekarangan Sesuai Bersyarat Tidak Bertanggul 1,219
pada kawasan sesuai bersyarat ini perlu dilakukan pengawasan dengan konsep
penataan kawasan sempadan sungai, namun dalam kawasan yang sudah ada
Tembilahan.
layak secara teknis dan memiliki legalitas lahan yang jelas sesuai dengan
Tembilahan
sungai.
berikut :
juga diperlukan suatu konsep penanganan non teknis yang dapat berdampak
PKP;
dapat mensinergikan program dan isu strategis yang ada terkait dengan
disempadan sungai.