DIKERJAKAN OLEH
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Buku Irigasi dan Bangunan Air. Tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang tak henti-hentinya
memberikan dukungan dan kepada Dr. Gusta Gunawan, S.T.,M.T selaku dosen
pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan Buku Irigasi dan
Bangunan Air ini dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada asisten dosen serta
orang-orang atau pihak-pihak yang telah membantu secara langsung atau tidak
langsung menyelesaikan tugas besar ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ....................................................................................................... 1
1.2. Tujuan dan manfaat ............................................................................................... 2
2. BAB II KEBUTUHAN AIR IRIGASI
2.1. Pengertian air irigasi .............................................................................................. 3
2.1.1 Fungsi dan manfaat air irigasi .............................................................. 3
2.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi...................................................................... 4
2.3. Efisiensi irigasi ...................................................................................................... 7
2.4. Kebutuhan air irigasi.............................................................................................. 9
2.4.1 Kebutuhan air padi d sawah .................................................................. 10
2.4.2 Penggunaan komsumtif......................................................................... 12
2.4.3 Perkolasi ............................................................................................... 14
2.4.4 Contoh analisis kebutuhan air untuk padi di lahan ............................... 14
2.4.5 Kebutuhan untuk tanaman selain padi (palawija dan tebu) .................. 15
3. BAB III PERENCANAAN BENDUNG HIDRAULIS
3.1 Menentukan tinggi mercu bendung ...................................................................... 18
3.2 Menentukan muka air banjir (mab) di hilir rencana bendung .............................. 18
3.3 Menentukan lebar efektif bendung ....................................................................... 19
3.4 Menentukan muka air banjir (mab) di atas mercu bendung ................................. 20
3.5 Menentukan dimensi mercu / profil puncak pelimpah ......................................... 22
3.6 Perhitungan lengkungan aliran balik (back water curve) ..................................... 22
3.7 Desain kolam olak (peredam energi) .................................................................... 22
3.8 Perhitungan dalamnya pondasi kolam olak .......................................................... 23
3.9 Perhitungan panjang lantai muka.......................................................................... 23
3.10Stabilitas bendung................................................................................................. 23
3.11Gaya akibat berat sendiri bendung ....................................................................... 25
ii
4. POLA TANAM
4.1 Latar belakang pola tanam .................................................................................... 31
4.2 Tabel penyusunan pola tanam .............................................................................. 31
4.3 Penyiapan lahan .................................................................................................... 36
4.4 Perkolasi .............................................................................................................. 38
4.5 Penggantian lapisan air ......................................................................................... 38
5. DESAIN HIDRAULIK BENDUNG TETAP
5.1. Soal ........................................................................................................................ 40
5.2. Tahap – tahap desain ............................................................................................. 41
5.3. Perhitungan hidraulik bendung .............................................................................. 41
5.3.1 Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung ........................................ 41
5.3.2 Penentuan panjang mercu bendung ........................................................... 42
5.3.3 Penentuan lebar lubang dan pilar pembilas ............................................... 42
5.3.4 Perhitungan panjang mercu bendung efektif ............................................. 43
5.3.5 Penentuan nilai jari-jari mercu bendung .................................................... 44
5.3.6 Resume perhitungan hidraulik bendung .................................................... 45
5.4. Perhitungan dimensi peredam energi..................................................................... 46
5.4.1 Pemilihan tipe peredam energi.................................................................. 46
5.4.2 Desain dimensi peredam energi ................................................................ 46
5.5 Perhitungan Hidraulik Bangunan Intake .............................................................. 48
5.5.1 Desain dimensi peredam energi ................................................................ 48
5.5.2 Dimensi lubang intake .............................................................................. 48
5.5.3 Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas ..................................... 50
5.5.4 Perhitungan bangunan ukur pada intake ................................................... 50
5.6 Perhitungan Panjang Lantai Udik ..................................................................... 52
5.7 Penentuan Dimensi Tembok Pangkal dan Tembok Sayap ............................... 53
5.7.1 Tembok pangkal........................................................................................ 53
5.7.2 Tembok sayap ........................................................................................... 53
iii
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
ditimbulkan oleh perilaku sungai, misalnya waduk, krib, tanggul, penahan lereng,
bronjong dan fasilitas lainnya.
Kenyataan sejarahpun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa
bersahabat dan melestarikan keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan
runtuh kejayaannya, kehancuran tersebut tidak hanya semata-mata karena disebabkan
oleh bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, namun kebanyak merupakan
proses akibat menurunnya fungsi sumber daya air sungai sehingga mematikan
beberapa sarana dan prasarana yang penting bagi kehidupan manusia.
a. untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang
curah hujannya kurang atua tidak menentu.
b. untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanain dapat
di airi sepanajng waktu, baik pada musim kemarau mupun pada musim penghujan.
c. untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur
pada daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unrur penyubur.
2 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
BAB II
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
3 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
2. Hidrologi
Makin banyak curah hujan, makin sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini
dikarenakan hujan efektif akan menjadi besar.
3. Klimatologi
Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk penegelolaan pertanian.
Tanaman tidak dapat bertahan dalam cuaca buruk. Dengan memperhatikan keadaan
cuaca dan cara pemanfaatannya, maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang
tepat untuk periode yang tepat dan sesuai dengan keadaan tanah. Cuaca dapat digunakan
untuk rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan evapotranspirasi, hal ini sangat
bergantung pada jumlah jam penyinaran matahari dan radiasi matahari.
Untuk penentuan tahun ataupun periode dasar bagi rancangan irigasi harus
dikumpulkan data curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang mungkin.
Disamping data curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang mungkin. Disamping
data curah hujan diperlukan juga penyelidikan evapotranspirasi, kecepatan angin, arah
angin, suhu udara, jumlah jam penyinaran matahari, dan kelembaban.
4 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
4. Tekstur Tanah
Tanah yang baik untuk usaha pertanian adalah tanah yang mudah dikerjakan dan
bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik akan memberikan kesempatan pada
akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta
baik pada zona perakaran dan secara relatif memiliki hara dan kelembaban tanah
yang cukup.
5. Evaporasi
5 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Evaporasi adalah suatu proses perubahan air menjadi uap air. Laju evaporasi
dipengaruhi oleh lamanya penyinaran matahari, angin, kelembapan udara, dan lain-
lain. Evaporasi meliputi perpindahan massa fluida dari permukaan fluida kedalam
atmosfir dan sesuai dengan hal itu akan diharapkan mengikuti hukum penyebaran
massa seperti dibahas dalam pasal 1.5. sehingga persamaan dasar diharapkan adalah
dalam bentuk:
E = -k
Dimana E adalah besarnya evaporasi , e adalah tekanan uap ( menunjukkan
pemusatan massa fluida dalam udara), z adalah jarak tegak dan k adalah koefisien
perpindahan. Kecuali kasus yang jarang tentang keadaan atmosfir yang sangat stabil
dibawah mana tidak terdapat turbulensi, koefisien perpindahan tergantung dari
keadaan atmosfir, seperti kecepatan angin, tekanan, energi dari matahari, kepekaan
dengan mana air tersebut dipanaskan, dan lain-lain. Tekanan uap tergantung dari
temperatur kelembaban relative dan kadar garam. Bentuk yang paling sederhana dari
persamaan diatas yang bisa disebut hukum Dalton.
E=k
Dimana ew adalah tekanan uap basah sehubungan dengan temperatur permukaan
air, ea adalah tekanan uap dari udara diatas permukaan air dan adalah ketebalan dari
lapisan film yang tipis pada permukaan diatas mana tekanan uap diharapkan berubah
dari ew ke e. Sering diserap kedalam koefisien perpindahan untuk menyatakan.
E=b
Kesulitan yang praktis terletak dalam penentuan faktor b. Percobaan terkendali
(model) dengan menggunakan standart panci evaporasi biasanya berdaya guna untuk
menetapkan persamaan diatas dari segi keadan atmosfir. Panci yang diisi dengan air
didirikan diatas tanah atau pada permukaan waduk dan perubahan ketinggian pada
panci diukur dengan teratur secara bersama-sama denga kecepatan angin, temperatur
atmosfir dan temperatur air.
Bentuk yang telah diubah dari beberapa hasil yang diperoleh dari percobaan
panci dinyatakan dalam daftar dibawah ini.
(1) Diusulkan oleh Morton
E = 42.4(0.6+0.1)
(2) Diusulkan oleh Rohwer
E = 0.0771(1.465-0.000733p)(0.44+0.118)
6 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Dalam semua uraian, E diukur dalam cm per hari, adalah kecepatan angin
dalam mil per jam dalam ketinggian disekeliling panci, p adalah tinggi tekanan
atmosfer dalam m merkuri, berturut-turut adalah tekanan uap air dalam permukaan
dan tekanan udara dalam mm merkuri, dan adalah tekanan uap air pada titik embun
juga dalam mm merkuri, dalam rumus Penman adalah tekanan uap air jenuh
sehubungan dengan temperatur udara.
Kepercayaan pada rumus evaporasi panci untuk menentukan evaporasi dari
volume air alami yang besar, dibatasi oleh banyak faktor, diantaranya adalah:
(1) kenyataan bahwa perpindahan panas dari suatu volume air yang kecil pada panci
tertentu adalah berbeda dari suatu volume air yang besar (kira-kira 0.7 untuk panci
tanah dan 0.8 untuk panci terapung) biasanya diperkenalkan apabila rumus panci
digunakan pada volume air yang sedang dan besar;
(2) sifat dan ukuran dari permukaan yang terbuka yang mempunyai pengaruh yang
berarti pada bersanya evaporasi. Besarnya evaporasi tidak dapat sebanding dengan
luas panci untuk sisi dinding, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain;
(3) pengaruh gelombang, riak dan gangguan-gangguan lainnya yang mempengaruhi
perlapisan panas dan ketidak stabilan berat jenis;
EPNG = (Asa/Adb)x100%
7 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
dengan :
EPNG : Efisiensi pemakaian
Asa : Air yang sampai di irigasi
Adb : Air yang diambil dari bangunan sadap
2. Efisiensi Pemakaian
Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat ditahan pada zona
perakaran dalam periode pemberian air dengan air yang diberikan pada areal irigasi
dengan :
EPMK : Efisiensi pemakai
Adzp : Air yang dapat ditahan pada zone perakaran
Asa : Air yang diberikan (sampai) diareal irigasi
3. Efisiensi Penyimpanan
Apabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi
lengas tanah pada zone perakaran adalah Asp (air tersimpan penuh) dan air yang
diberikan adalah Adk maka efisiensi penyimpanan adalah :
EPNY = (Adk/Asp)x100%
dengan :
EPNY : Efisiensi penyimpanan
Asp : Air yang tersimpan
Adk : Air yang diberikan
Sesungguhnya nilai efisiensi dapat juga terjadi pada saluran primer, bangunan bagi,
saluran sekunder dsb.
8 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Dimana :
EF : Efisiensi
Adbk : air yang diberikan
Ahl : air yang hilang
KAI = ET + KA + KK
dengan,
KAI = Kebutuhan Air Irigasi
ET = Evapotranspirasi
KA = Kehilangan air
KK = Kebutuhan Khusus
Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan tertentu pada suatu
periode adalah 5 mm per hari, kehilangan air ke bawah (perkolasi) adalah 2 mm per hari
dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm per hari maka.
kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut
KAI = 5 + 2 + 3
KAI = 10 mm perhari
Untuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama. yaitu pernberian
air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber lain yang dapat
dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran serta kontribusi air
9 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandang sebagai kebutuhan air
dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.
dengan,
PAI = Pemberian air irigasi
KAI = Kebutuhan air
HE = Hujan efektif
KAT = Kontribusi air tanah
Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung sebesar
10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah dihitung
sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per hari, maka air yang
perlu diberikan adalah :
PAI = 10 – 3 -1
PAI = 6 mm per hari
Sumber : https://kabartani.com/pengairan-tanaman-padi-yang-baik-dan-benar.html
Analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut ini :
1. pengolahan lahan
2. penggunaan konsumtif
10 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
3. perkolasi
4. penggantian lapisan air
5. sumbangan. hujan efektif.
Periode pengolahan lahan membutuhkan air yang paling besar jika dibandingkan
tahap pertumbuhan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah
1. karakteristika tanah
2. waktu pengolahan
3. tersedianya tenaga dan ternak, serta
4. mekanisasi pertanian.
Kebutuhan air untuk penyiapan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman tanah dan
porositas tanah di sawah, seperti diusulkan pada Kriteria Perencanaan Irigasi 1986
sebagai berikut.
(𝑆𝑎−𝑆𝑏)𝑁.𝑑
PWR = +Pd +F1
104
dengan,
PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa = derajad kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)
Sb = derajad kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)
N = porositas tanah, dalam % rata-rata per kedalaman tanah
d = asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
Pd = kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
F 1 = kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm)
11 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan secara empiris sebesar 250
mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah
transplantasi selesai. (Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01). Untuk lahan yang sudah
lama tidak ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan
sebesar 300 mm. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam kebutuhan air
untuk penyiapan lahan. Analisis kebutuhan air selama pengolahan lahan dapat
menggunakan metode seperti diusulkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) sebagai
berikut
𝑒𝑘 𝑀𝑇
IR = M(𝑒𝑘 −1) M = Eo + p k= 𝑆
Dengan,
Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati dengan
menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanaman,
umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari
evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud dengan evaporasi adalah proses perubahan
molekul air di permukaan menjadi molekul air di atmosfir.
Sedangkan transpirasi adalah proses fisiologis alamiah pada tanarnan, dimana air
yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan kembali melalui
pucuk daun. Nilai evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau
dengan rumus-rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi
12 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
ET = kc x Eto
dimana :
ET = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari)
ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan acuan (mm/hari)
kc = Koefisien tanaman
Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman (tingkat
pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan air konsumtif
meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat pertumbuhan
vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan berlangsung beberapa saat
menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air konsumtif akan menurun sejalan dengan
pematangan biji. Pengaruh watak tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan faktor
tanaman (kc).
Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis tanaman yang ditanam.
Untuk tanaman jenis yang sama juga berbeda menurut varietasnya. Sebagai contoh padi
dengan varietas unggul masa tumbuhnya lebih pendek dari padi varietas biasa. Pada
Tabel dibawah disajikan harga-harga koefisien tanaman padi dengan varietas unggul
dan varitas biasa menurut Nedeco/Prosida dan FAO.
Sumber : https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/analisis-kebutuhan-air-irigasi
13 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
menerima sinar secara langsung serta rumput masih tumbuh aktif tanpa kekurangan air.
Evapotranspirasi tetapan disebut juga dengan evapotranspirasi referensi/ keluar.
Terdapat beberapa cara untuk menentukan evapotranspirasi tetapan, salah satunya
seperti yang diusulkan oleh Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 sebagai berikut :
dengan :
ETo = Evaporasi tetapan/tanaman acuan (mm/hari)
Epan = Pembacaan panci Evaporasi
kpan = koefisien panic
2.4.3. Perkolasi
14 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Apabila telah tersedia data (1) evaporasi rerata. setengah bulanan, (2) data jenis
tanah, (3) jenis (varitas) padi dan (4) hasil analisis curah hujan efektif, maka analisis
kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dapat dilakukan. Dalam modul ini
disertakan program komputer sederhana untuk menganalisis kebutuhan air untuk
tanaman padi. Apabila diketahui data evaporasi seperti pada Tabel 4.2, hasil
analisis hujan efektif seperti pada contoh Tabel 3.2, serta jenis tanah adalah
lempung berpasir, maka analisis kebutuhan air baku dapat dilakukan dengan
prosedur seperti tersebut di atas. Hasil analisis kebutuhan air untuk tanaman padi
dapat dilihat pada Tabel dibawah ini
15 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Sumber : https://fajarsumatera.co.id/tanaman-palawija-masih-menjadi-primadona-petani-
tubabar/
Tanaman selain padi yang dibudidayakan oleh petani pada umumnya berupa
palawija. Yang dimaksudkan dengan palawija adalah berbagai jenis tanaman yang dapat
ditanam di sawah pada musim kemarau ataupun pada saat kekurangan air. Lazimya
tanaman palawija ditanam di lahan tegalan. Dipandang dari jumlah air yang dibutuhkan,
palawija dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu.
1. palawija yang butuh banyak air, seperti bawang, kacang tanah, ketela.
2. palawija yang butuh sedikit air, misalnya cabai, jagung, tembakau dan kedelai.
3. palawija yang membutuhkan sangat sedikit air, misalnya ketimun dan lembayung.
Maksud analisis kebutuhan air untuk tanaman palawija terutama untuk mengetahui
luas lahan yang direncanakan untuk tanaman padi maupun palawija berkaitan dengan
ketersediam air pada bangunan pengambilan sehingga kegagalan usaha pertanian dapat
dihindari. Dengan kata lain hitungan kebutuhan air untuk palawija digunakan sebagai
dasar untuk melakukan usaha pertanian sesuai dengan jumlah air yang tersedia.
Pemberian air untuk palawija akan ekonomis jika sampai kapasitas lapang, lalu
berhenti dan diberikan lagi sampai sebelum mencapai titik layu. Analisis kebutuhan air
untuk tanaman palawija dihitung seperti untuk tanaman padi, namun ada dua hal yang
membedakan, yaitu pada tanaman palawija tidak memerlukan genangan serta koefisien
tanaman yang digunakan sesuai dengan jenis palawija yang ditanam.
16 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk ditanami dan untuk
menciptakan kondisi kelembaban yang memadai untuk persemaian tanaman. Jumlah air
yang dibutuhkan tergantung pada kodisi tanah dan pola tanam yang diterapkan. Kriteria
Perencanaan Irigasi mengusulkan air untuk pengolahan lahan sejumlah 50 – 120 mm
untuk tanaman ladang dan 100 – 120 mm untuk tanaman tebu, kecuali jika terdapat
kondisi-kondisi khusus misalnya ada tanaman lain yang segera ditanam setelah tanaman
padi.
17 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Kebutuhan air di pintu pengambilan atau bangunan utama tidak terlepas dari
kebutuhan air di sawah. Untuk memenuhi jumlah air yang harus tersedia di pintu
pengambilan guna mengairi lahan pertanian dinyatakan sebagai berikut :
DR = ( IR . A ) / Ef
Dengan,
DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan (1/dt)
IR = Kebutuhan air irigasi (l / det / ha)
A = Luas areal irigasi (ha)
EF = Efisiensi irigasi (%)
18 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
BAB III
i = ∆H / L
Dimana :
i = Kemiringan sungai
∆H = Bedatinggi dua tempat yang ditinjau (Elevasi Hulu–elevasi Hilir)
L = Panjang Sungai
b. Perhitungan tinggi air banjir rencana di hilir bendung dapat dihitung menggunakan
persamaan kecepatan aliran manning sebagai berikut :
R=F/O
F=(b+m.h)h
O = b + 2 . h √1 + m²
Q =V . F
Dimana :
Q = Besarnya debit banjir rencana (m³/detik)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
F = Luas penampang basah (m²)
19 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Be = Bn – 2 ( n . Kp + Ka ) . He
Dimana :
Be = Lebar efektif bendung (m)
n = Jumlah pilar
Bn = Lebar bersih bendung, yaitu lebar total dikurangi jumlah lebar pilar
Kp = Koefisien kontraksi pilar
Ka = Koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = Tinggi energy
Adapun harga – harga koefisien kontraksi tersebut diatas adalah (dapat dilihat pada
buku standar perencanaan irigasi, criteria perencanaan bagian bangunan utama / KP-02),
yaitu :
1.Pilar (Kp)
- Berujung segi empat dengan sudut yang dibulatkan dengan r = 0.1 t….. 0.02
- Berujung Bulat…………………...…………………………….….….….. ..……..0.01
- Berujung runcin…………………………………………………….………..…... 0.00
2.Pangkal tembok (Ka)
- Segi empat bersudut 90º kearah aliran…….…………………………………….. 0.20
- Bulat bersudut 90º kearah aliran dengan 0.5 He > r > 0.15 He………….………. 0.10
- Bulat bersudut 45 º kearah aliran r > 0.5 He………………………...……..……. 0.00
20 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Dimana :
Q = Debit rencana (Q100)
Cd = Koefisien debit (Cd = Co . C1 . C2)
Be = Lebar efektif bendung
He = Tinggi energi diatas mercu
g = Percepatan gravitasi (9.80 m/detik)
Kemiringan muka hulu bendung (Up Stream) direncanakan memakai mercu type
Ogee dengan permukaan bagian hulu vertikal, Sehingga nilai koefisien Cd antara lain :
Co = Merupakan konstanta (=1.30)
C1 = Merupakan fungsi dari He/ H1 dan P/ H1
C2= dipakai apabila permukaan mercu bendung bagian hulu miring
Q = 1,704 . Be . Cd . H11,5
Q =C . L . Be . H11,5
Dimana :
L = Be
C = Mempunyai nilai antara 1.70 – 2.20
21 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Untuk mengetahui faktor – faktor lain sehubungan dengan muka air banjir di atas
mercu bendung, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :
a. Debit Banjir Lebar (q)
q = Q / Be
Dimana :
q = Debit per satuan lebar (m³/detik/m)
Q = Debit rencana (Q100)
Be= Lebar efektif bending
v = q / (P + Hi)
Dimana :
V = Kecepatan di hulu bendung (m/detik)
Q = Debit per satuan lebar (m³/detik/m)
P = Tinggi bendung
H1 = Tinggi energy diatas mercu
Ha = k = v2 . 2g
Hc = 3√(q2 / g)
Hd = H1 - Ha
22 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Xn = K . Hd n-1 . Y
Dimana :
X, Y= Koordinat – koordinat permukaan hilir
K, n = Harga parameter (dapat dilihat pada tabel 5.2)
Hd = Tinggi muka air banjir di hulu
L = 2h / i
Dimana :
L = Panjang pengaruh pengempangan kearah hulu, dihitung dari as bendung
h = Tinggi kenaikan muka air di titik bendung akibat pengempangan
i = Kemiringan sungai
Jadi,
h = ( Elevasi MAB diatas mercu – Elevasi lantai muka ) – Tinggi MAB rencana h
Fr = V1 / √(g . Y1)
dimana:
Y2 = Kedalaman air di atas ambang ujung ( m)
Y1 = kedalaman air di awal loncat air ( m)
Fr = bilangan Froude
V1 = kecepatan awal loncatan ( m/dt)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/dt2)
23 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Dimana :
R = kedalaman gerusan di bawah permukaan banjir ( m )
Q = debit rencana ( m3/dt )
q = debit per satuan lebar ( m3/dt )
f = faktor lumpur Lacey
Dm = diameter rata - rata material dasar sungai ( mm )
24 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Dimana:
q = daya dukung keseimbangan (t/m2)
B = lebar pondasi ( m)
D = kedalaman pondasi ( m )
c = kohesi
γ = berat isi tanah (t/m3)
Nc, Nq, Nγ = faktor daya dukung yang tergantung dari besarnya sudut (ø)
25 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
26 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
27 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Gambar 3.2 Peta Zona Gempa Indonesia (Puslitbang SDA, PU, 2004)
- Contoh Perhitungan G1
Gaya akibat berat sendiri (Wi) = Luas x γ = 1,5 x 2,4 = 3,6 ton
28 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Gambar 3.3 Gaya Akibat Tekanan Tanah Aktof dan Tekanan Tanah Pasif
350
9,81 m/dt2
2,73
1 t/m3
0,69
2,024 t/m3
1,024 t/m3
= 0,3
29 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
= 3,69
1. Terhadap Guling
2. Terhadap Geser
30 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
a. Eksentrisitas
b. Tekanan Tanah
- c = 2,41 t/m2
Faktor keamanan (safety factor) diambil 3, maka besarnya daya dukung ijin
tanah adalah :
- Daya dukung
Sehingga,
31 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
BAB IV
POLA TANAM
Pengaturan pola tanam adalah kegiatan mengatur awal masa tanam, jenis tanaman
dan varitas tanaman dalam suatu tabel perhitungan.
Tujuan utama dari penyusunan pola tanam adalah untuk mendapatkan besaran
kebutuhan air irigasi pada musim kemarau sekecil mungkin. Di dalam penyusunan pola
tata tanam dilakukan simulasi penentuan awal tanam. Misalnya alternatif pertama, jika
awal tanam padi pada awal bulan Oktober, alternative kedua, jika awal tanam padi pada
awal bulan Nopember begitu seterusnya hingga alternatif ke duabelas yang awal tanam
padi dimulai pada awal September. Dari keduabelas alternative tadi dipilih alternatif yang
“kebutuhan air irigasi” nya paling rendah.
Penyusunan pola tanam dijelaskan dalam beberapa tabel berikut yang berisikan
mengenai hal-hal berikut :
Penyusunan pola tata tanam didasarkan pada tengah bulanan atau tiap 15
harian, artinya besaran-besaran yang ikut di dalam perhitungan ( seperti
besaran Eto, Pd, P&I) dihitung selama 15 harian (bukan bulanan atau
bukan harian) yaitu ditandai dengan adanya angka 1 dan 2.
Baris ke 1 : Pola Tanam.
Penyusunan pola tata tanam dilakukan selama 1 tahun dengan
disisipi 1 musim untuk tanaman palawija (tanaman jagung, kacang, kedele,
singkong atau ubi), misalnya pola tata tanam : padi pertama, sesudah padi
pertama maka dilanjutkan dengan pengolahan tanah untuk persiapan tanam
padi kedua, sesudah padi kedua panen, maka lahan ditanami dengan
palawija, tidak dengan padi lagi.
Hal ini dimaksudkan untuk memutus rantai serangan hama pada
tanaman padi serta memberi kesempatan tanah untuk memulihkan unsur-
unsur haranya setelah berturut-turut ditanami padi.
32 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
33 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Baris ke 3 :
Koefisien tanaman k rata-rata adalah : harga rata-rata dari k1, k2 dan k3.
Baris ke 4 :
Evapotranspirasi potensial (ETo) adalah hasil perhitungan dari tabel
sebelumnya (tabel evapotranspirasi metode Penman Modifikasi) yaitu hasil
perkalian antara faktor koreksi c dengan evapotranspirasi sebenarnya ETo*.
Baris ke 5 :
Kebutuhan Air tanaman ET adalah hasil perkalian antara koefisien
tanaman rata-rata k pada baris ke 3 dengan Evapotranspirtasi potensial Eto
pada baris ke 4.
Baris ke 6 :
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (Pd) adalah hasil perhitungan
harga Pd berdasarkan rumus vd. Goor – Zijlstra.
Baris ke 7 :
Ratio penyiapan lahan adalah perbandingan antara total penyiapan
lahan (2 bulan) dengan angka 4 (yang merupakan periode 15 harian).
Baris ke 8 :
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dengan ratio merupakan
perkalian antara kebutuhan air untuk penyiapan lahan (baris ke 6) dengan
ratio penyiapan lahan (baris ke 7).
Baris ke 9 :
Perkolasi adalah air yang hilang akibat proses perkolasi, besarnya
1.5 mm/hari.
Baris ke 10 :
Penggantian lapisan air WLR1, WLR2 dan WLR3 adalah sejumlah
air yang diperlukan untuk mengganti lapisan air di sawah sesudah 1.5 bulan
dan 2 bulan dari penyiapan lahan, besarannya adalah 50 mm per 15 hari
atau 3.3 mm per hari. Sedangkan harga rata-rata WLR adalah rata-rata dari
WLR1, WLR2 dan WLR3.
Baris ke 11 :
Ratio luas tanaman adalah perbandingan antara luas lahan yang
sudah ditanami dengan luas total. Untuk warna hijau yang penuh, nilainya
adalah 1, yang tidak penuh mungkin 0.75, atau 0.25.
34 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Baris ke 12 :
Kebutuhan air untuk ET + P + WLR, merupakan perkalian antara
ratio luas tanaman (baris ke 11) dengan penjumlahan baris ke 5, baris ke 9
dan baris ke 10.
Baris ke 13 :
Curah Hujan Efektif adalah curah hujan yang dimanfaatkan oleh
tanaman untuk memenuhi kebutuhannya. Dihitung dengan rumus
0,7
Re x R80 .
N
Baris ke 14 :
Total ratio adalah penjumlahan antara ratio penyiapan lahan (baris
ke 7) dengan ratio luas tanaman (baris ke 11).
Baris ke 15 :
Curah hujan efektif dengan ratio adalah perkalian antara ratio total
(baris ke 14) dengan curah hujan efektif (baris ke 13).
Baris ke 16 :
Kebutuhan air di sawah netto NFR (net field requirement) adalah :
Jika besar curah hujan efektif dengan ratio (baris ke 15) lebih besar
dari penjumlahan kebutuhan air untuk pengolahan lahan dengan ratio (baris
ke 8) dengan kebutuhan air untuk (ET+P+WLR) pada baris ke 12, maka
hasilnya = 0. Artinya curah hujan efektif masih mampu memenuhi
kebutuhan untuk ET +P+WLR dan Pd.
Jika besar curah hujan efektif dengan ratio (baris ke 15) lebih kecil
dari penjumlahan kebutuhan air untuk pengolahan lahan dengan ratio (baris
ke 8) dengan kebutuhan air untuk (ET+P+WLR) pada baris ke 12, maka
hasilnya = (ET+P+WLR) pada baris ke 12 dikurangi besar curah hujan
efektif dengan ratio (baris ke 15).
Baris ke 17 :
Kebutuhan air di sawah netto (ltr/dt per ha) adalah Kebutuhan air di
sawah netto (baris 16) dikalikan 0.1157.
Baris ke 18 :
Effisiensi irigasi adalah total efisiensi mulai dari saluran primer,
sekunder dan tersier. Besarnya adalah 0.65.
35 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
36 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Lama pekerjaan penyiapan lahan tergantung jumlah tenaga kerja, hewan dan
peralatan yang digunakan serta faktor-faktor sosial setempat. Biasanya Pengolahan
lahan dilakukan sebelum masa tanam padi dan berlangsung selama 30 – 45 hari.
Untuk penyiapan lahan digunakan rumus empiris v d Goor dan Zijlstra.
M .e k
Pd k
e 1
Dengan :
Pd = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan pada saat pengolahan lahan
(mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi air yang hilang akibat
evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan (1.1 x ETo) dan akibat
perkolasi, atau M = (1.1 x ETo) + P, dalam mm/hari.
K = MT/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm
e = Bilangan dasar dalam logaritma 2,7183
Tabel perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah seperti tabel 3 berikut:
37 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan pada Daerah Irigasi Kampung Baru
No. Hitungan Satuan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Keterangan
1 ETo mm/hari 3.67 3.85 3.78 3.54 3.66 3.92 3.86 4.69 4.60 4.41 4.27 3.35 - Perhitungan kebutuhan air
2 1,1 . Eo mm/hari 4.03 4.23 4.15 3.90 4.03 4.32 4.24 5.16 5.06 4.85 4.70 3.68 untuk penyiapan lahan
3 P mm/hari 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 dengan metode :
4 M = 1.1. ETo + P mm/hari 5.53 5.73 5.65 5.40 5.53 5.82 5.74 6.66 6.56 6.35 6.20 5.18 V d Goor dan Zijlstra
5 T hari 31.00 28.00 31.00 30.00 31.00 30.00 31.00 31.00 30.00 31.00 30.00 31.00
6 S mm/hari 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 - e = 2.7183
7 k = M.T - 0.86 0.80 0.88 0.81 0.86 0.87 0.89 1.03 0.98 0.98 0.93 0.80
S - Pd = Kebutuhan air untuk
k
8 e - 2.33 2.18 2.38 2.20 2.33 2.37 2.42 2.81 2.68 2.67 2.53 2.18 penyiapan lahan.
k
9 e -1 - 1.33 1.18 1.38 1.20 1.33 1.37 1.42 1.81 1.68 1.67 1.53 1.18
10 Pd = M . ek mm/hari 9.69 10.58 9.74 9.89 9.69 10.06 9.79 10.35 10.48 10.14 10.26 9.56
ek - 1
Keterangan :
- ETo = Evapotranspirasi Potensial yang dihitung dengan metode Penman
- 1.1. ETo = Evaporasi pada permukaan air bebas, diambil 1.1 x Eto.
- P = Perkolasi
- M = Kebutuhan air sebagai pengganti akibat evaporasi dan perkolasi
- T = Waktu Penyiapan Lahan
- S = Air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm
38 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
4.4 Perkolasi
Kehilangan air di sawah diperhitungkan karena adanya rembesan air dari daerah tidak
jenuh ke daerah jenuh air (perkolasi). Besarnya perkolasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain :
- Tekstur tanah
Makin besar tektur tanah makin besar angka perkolasinya dan sebaliknya.
- Permeabilitas tanah, makin besar permeabilitasnya, makin kecil perkolasi yang
terjadi.
- Tebal lapisan tanah bagian atas
Makin tipis lapisan tanah bagian atas makin kecil angka perkolasinya.
- Letak permukaan air tanah
Makin dangkal air tanah makin kecil angka perkolasinya. Perkolasi dapat mencapai 1–3
mm per hari.
39 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut = efisiensi jaringan tersier (60%) x
efisiensi jaringan sekunder (90%) x efisiensi jaringan primer (90%), sehingga efisiensi
irigasi secara keseluruhan 65 %.
40 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
BAB V
DESAIN HIDRAULIK BENDUNG TETAP
5.1. Soal
41 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Dalam desain hidraulik bendung tetap ada beberapa tahap-tahap yang harus
dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1) Data awal seperti debit banjir desain sungai, debit penyadapan ke intake,
keadaan hidraulik sungai, tinggi muka air sungai saat banjir, elevasi lahan
yang akan diairi telah diketahui.
2) Perhitungan untuk penentuan elevasi mercu bendung.
3) Penentuan panjang mercu bendung.
4) Penetapan ukuran lebar pembilas dan lebar pilar pembilas.
5) Perhitungan penentuan ketinggian elevasi muka air banjir di udik
bendung.
6) Penetapan ukuran mercu bendung dan tubuh bendung.
7) Perhitungan dimensi hidraulik bangunan intake.
8) Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas.
9) Penetapan tipe, bentuk dan ukuran bangunan peredam energi.
10) Perhitungan panjang lantai udik bendung.
11) Penetapan dimensi tembok pangkal, tembok sayap udik dan tembok
sayap hilir dan sebagainya.
Kehilangan tekanan
42 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Eksploitasi 0,37
Panjang mercu bendung ditentukan 1,2 kali lebar sungai rata-rata. Panjang mercu
bendung = 1,2 * 52 m = 62 m
Untuk sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter, lebar bangunanpembilas diambil 1/10
kali dari lebar bentang bendung. Lebar bangunan pembilas = 1/10 * 52 m = 5,2 m
43 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Lebar satu lubang maksimal 2,50 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah
lubang tidak lebih dari tiga buah.
Be = Bb – 2 (n * Kp + Ka) He
He : tinggi energi, m
Be = Bb – 2 (n * Kp + Ka) He
Elevasi muka air banjir di udik bendung dapat diketahui dengan menghitung tinggi
energi dengan menggunakan rumus berikut.
Qd = C * Be * He3/2
He : tinggi energi, m
44 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Be = 62 – 0,24 He
Ha = He – (V2 / 2g)
Kesimpulan:
Nilai jari-jari mercu bendung untuk pasangan batu berkisar antara 0,3 s.d 0,7 kali
dari Ha dan untuk mercu bendung dari beton nilai jari-jarinya antara 0,1 s.d 0,7 kali Ha.
Mercu bendung yang digunakan adalah pasangan batu, dan nilainya diambil 0,3H sehingga:
45 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
pasangan batu
46 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Sungai di daerah ini mengandung tanah yang sedikit berpasir sebagai angkutan
sedimen, maka bangunan peredam energi yang dipilih yaitu lantai datar dengan
ambang akhir berkotak-kotak atau Tipe MDO.
C = 2,10 (diperkirakan)
Y = (Q/ C * L)2/3
= (3600 / 2,10 * 70) 2/3
= 8,40 m
47 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
13,065 = 4,43 √z
√z = 13,065 / 4,43
z = 8,7025 m
- Parameter energi (E) E = q / √(gz3)
= 60 / √(9,81 * 8,70253)
= 0,7462
- Panjang lantai dan kedalaman lantai peredam energi
E = 0,7462 L/D2 = 1,70 (Grafik MDO)
48 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Qi = μ b a √(2gz)
dimana:
49 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Qi = μ b a √(2gz)
12,3 = 3,10 b
b = 4,00 m
Kesimpulan:
50 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
Tipe bangunan ukur pada intake yang dipilih yaitu jenis Crum de
Gruyter, karena debit intake besar.
Q = Cd * B * Y √[2 g (H * Y)]
K = Y / H atau Y = 0,63 H
51 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
52 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
L = Lv + 1/3 LH
Dimana :
∆H : kehilangan tekanan
Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran dari udik, sehingga:
Q = 0, jadi:
53 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
54 / 55
UNIVERSITAS BENGKULU IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 2018
DAFTAR PUSTAKA
55 / 55