Bab II
Parameter Perencanaan
1. Ekspor
Volume arus barang ekspor tahun 2020 = 850.000 ton/tahun
Pertumbuhan ekspor = 3%/tahun
Fekspor = Pekspor x (1 + i)n
Fekspor = 850.000 x (1 + 3)1
Fekspor = 875.500 ton/tahun
Hasil perhitungan untuk 39 tahun setelahnya akan ditabelkan.
2. Impor
Volume arus barang impor tahun 2020 = 500.000 ton/tahun
Pertumbuhan ekspor = 2,5%/tahun
1. Expor
Volume arus barang ekspor tahun 2020 = 3.315 ton/tahun
Pertumbuhan ekspor = 3%/tahun
Fekspor = Pekspor x (1 + i)n
Fekspor = 3.315 x (1 + 3)1
Fekspor = 3.516,884 ton/tahun
Hasil perhitungan untuk 39 tahun setelahnya akan ditabelkan.
2. Impor
Volume arus barang impor tahun 2020 = 4.420 ton/tahun
Pertumbuhan ekspor = 2,5%/tahun
Fimpor = Pimpor x (1 + i)n
Fimpor = 4.420 x (1 + 2,5)1
Fimpor = 4.643,763 ton/tahun
Hasil perhitungan untuk 39 tahun setelahnya akan ditabelkan.
Jadi, NRT adalah ruang-ruang yang dapat digunakan, dapat diisi dengan
muatan yang membayar uang tambang.
5. Sarat (Draft)
Sarat (draft) adalah bagian kapal yang terendam air pada keadaan
muatan maksimum, atau jarak antara garis air pada beban yang
direncanakan (designed load water line) dengan titik terendah kapal.
6. Panjang Total (Length Overall atau Loa)
Panjang Total (Length Overall atau Loa) adalah panjang kapal yang
dihitung dari ujung depan (haluan) sampai ujung belakang (buritan).
7. Panjang Garis Air (Length Between Perpendiculars atau Lpp)
Panjang Garis Air (Length Between Perpendiculars atau Lpp) adalah
panjang antara kedua ujung design load water line.
8. Lebar Kapal (Beam)
Lebar Kapal (Beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal.
Selain dimensi kapal, karakteristik kapal seperti tipe dan fungsinya juga
berpengaruh terhadap perencanaan pelabuhan. Tipe kapal berpengaruh pada
tipe pelabuhan yang akan direncanakan. Sesuai dengan fungsinya, kapal dapat
dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:
1. Kapal Penumpang
Di Indonesia, kapal penumpang masih mempunyai peran yang cukup
besar. Jarak antara pulau yang relatif dekat masih bisa dilayani oleh kapal-
kapal penumpang. Selain itu, dengan semakin mudahnya hubungan antara
pulau, semakin banyak beroperasi ferri-ferri yang memungkinkan
mengangkut mobil, bis, dan truk bersama-sama dengan penumpangnya.
Pada umumnya kapal penumpang mempunyai ukuran relatif kecil.
Di negara maju, kapal-kapal besar antara lautan menjadi semakin
jarang. Orang lebih memilih pesawat terbang untuk menempuh jarak yang
jauh. Sebaliknya muncul kapal pesiar dan juga ferri.
JKB
JK1H = 30
115,531
JK1H = 30
Jumlah barang yang keluar pada tahun 2020 adalah 3.315 ton. Untuk
rencana 40 tahun mendatang dengan tingkat pertumbuhan 3% / tahun,
maka:
3 40
S40 = 3.315 x (1 + 100)
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air
surut dengan tinggi yang hamper sama dan pasang surut terjadi secara
berurutan secara teratur (Gambar II.6a). Periode pasang surut rata-rata
adalah 12 jam 24 menit. pasang surut jenis ini terdapat di Selat Malaka
sampai Laut Andaman.
2. Pasang Surut Harian Tunggal (Diurnal Tide)
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali
air surut (Gambar II.6b). Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit.
Pasang surut tipe ini terjadi di perairan Selat Karimata.
3. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Tide
Prevailing Semidiurnal)
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air
surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda (Gambar II.6c). Pasang surut
jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.
4. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian Tunggal (Mixed Tide
Prevailing Diurnal)
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali
air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda
(Gambar II.6d). Pasang surut jenis ini terdapat di Selat Kalimantan dan
pantai utara Jawa Barat.
Gambar II.7Tipe Pasang Surut (Anugrah Nontji, 1987)
Mengingat elevasi muka air selalu berubah setiap saat, maka diperlukan
suatu elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasang surut, yang dapat
digunakan sebagai pedoman di dalam perencanaan suatu pelabuhan. Beberapa
elevasi tersebut adalah:
1. Muka Air Tinggi (High Water Level) adalah muka air tertinggi yang
dicapai pada saat pasang dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka Air Rendah (Low Water Level) adalah kedudukan air terendah yang
dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.
3. Muka Air Tinggi Rerata (Mean High Water Levelatau MHWL) adalah
rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.
4. Muka Air Rendah Rerata (Mean Low Water Levelatau MLWL) adalah
rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.
5. Muka Air Laut Rerata (Mean Sea Levelatau MSL) adalah muka air rerata
antara muka air tertinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini
digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan.
6. Muka Air Tinggi Tertinggi (Highest High Water Levelatau HHWL) adalah
air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7. Muka Air Rendah Terendah (Lowest Low Water Level atau LLWL) adalah
air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8. Higher High Water Level adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu
hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower Low Water Leveladalah air terendah dari dua air terendah dalam
satu hari.
Beberapa definisi muka air tersebut banyak digunakan dalam perencanaan
bangunan pelabuhan, misalnya MHWL atau HHWL digunakan untuk
menentukan elevasi puncak pemecah gelombang, dermaga, panjang rantai
pelambung penambat, dan sebagainya. Sedangkan LLWL diperlukan untuk
menentukan kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan.
Di dalam perencanaan pelabuhan, diperlukan data pengamatan pasang
surut minimal selama 15 hari yang digunakan untuk menentukan elevasi muka
air rencana. Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut, telah tercakup satu
siklus pasang surut yang meliputi pasang purnama dan perbani. Pengamatan
lebih lama (30 hari atau lebih) akan memberikan data yang lebih lengkap.
naik dan digantikan oleh udara dari laut, sehngga terjadi angin laut. Sebaliknya,
pada waktu malam hari daratan lebih dingin daripada laut, udara di atas laut
akan naik dan diganti oleh udara dari daratan sehingga terjadi angin darat.
Kecepatan angin diukur dengan anemometer. Apabila tidak tersedia
anemometer, kecepatan angin dapat diperkirakan berdasarkan keadaan
lingkungan dengan menggunakan skala Beaufort, seperti Tabel II.10.
Kecepatan angin biasanya dinyatakan dalam knot (1 knot = 1,852 km/jam).