Anda di halaman 1dari 28

TUGAS AKHIR

PRARANCANGAN PABRIK GLISEROL DARI CRUDE PALM OIL (CPO)

DAN AIR DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING KAPASITAS

15.000 TON/TAHUN

Oleh:

Kevin Ikhwan Muhammad I0516024

Aji Putra Perkasa I0516004

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Perkembangan pembangunan industri di Indonesia semakin meningkat.

Kemajuan ini tampak dengan semakin banyak berdirinya pabrik yang mengolah bahan

mentah menjadi bahan jadi, serta meningkatnya industri barang untuk modal termasuk

industri mesin dan peralatan.

Istilah gliserol digunakan untuk zat kimia yang murni, sedang gliserin

digunakan untuk istilah hasil pemurnian secara komersial (Kirk Othmer, 1966). Pada

penganekaragaman industri kimia khususnya, gliserol adalah salah satu bahan yang

penting di dalam industri. Gliserol adalah bahan yang dibutuhkan pada berbagai

industri, misalnya: obat-obatan, bahan makanan, kosmetik, pasta gigi, industri kimia,

larutan anti beku, dan tinta printer. Jika dilihat dari banyaknya kebutuhan gliserol di

Indonesia, maka untuk mencukupi kebutuhan bahan gliserol di Indonesia masih

didatangkan dari luar negeri.

Pertimbangan utama yang melatarbelakangi pendirian Pabrik Gliserol ini pada

umumnya sama dengan sektor-sektor industri kimia yang lain, yaitu mendirikan suatu

pabrik yang secara sosial-ekonomi cukup menguntungkan. Pendirian Pabrik Gliserol

ini cukup menarik karena belum adanya Pabrik Gliserol di Indonesia, dan juga karena

prospeknya yang menguntungkan di masa mendatang.

Gliserol adalah salah satu bahan yang penting di dalam industri dan dibutuhkan

untuk berbagai industri kimia, misalnya: obat-obatan, bahan makanan, kosmetik, pasta
gigi, industri kimia, larutan anti beku, dan tinta printer. Berdasarkan data UN

Data tahun 2009 – 2018 Indonesia masih mengimpor kebutuhan gliserol.

Indonesia merupakan salah satu produsen Crude Palm Oil yang

merupakan bahan baku utama dalam pembuatan gliserol. Produksi CPO Indonesia pada

tahun 2018 mencapai 47 juta ton (Katadata.co.id, 2019).

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan gliserol di Indonesia setiap tahunnya,

maka pabrik gliserol ini layak didirikan atas dasar pertimbangan:

1. Mengurangi jumlah impor gliserol sehingga dapat menghemat devisa negara.

2. Memacu tumbuhnya industri lain yang memerlukan gliserol sebagai bahan

baku.

3. Membuka lapangan kerja baru.

I.2 Kapasitas Perancangan

Dalam mendirikan pabrik gliserol ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:

1.2.1. Prediksi Kebutuhan Pasar

Kapasitas pabrik gliserol ditentukan berdasarkan impor gliserol Indonesia.

Data impor gliserol Indonesia dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Data Impor dan Ekspor Gliserol Indonesia Tahun 2009 – 2018 (UN Data)
No. Tahun Impor Gliserol (Ton) Ekspor Gliserol (Ton)
1 2009 3883.484 77957.000
2 2010 3670.698 140312.556
3 2011 1962.52 195305.340
4 2012 2326.726 245098.775
5 2013 2207.808 237352.182
6 2014 3533.619 245525.268
7 2015 1796.596 233455.291
8 2016 3026.256 261020.078
9 2017 4531.7 295647.900
10 2018 5505.564 398516.868
Dari data di atas maka dapat dibuat suatu persamaan linier agar

dapat memperkirakan kebutuhan gliserol di Indonesia pada tahun 2023.

Grafik Impor dan Ekspor Gliserol Indonesia


52,804
54,000 50,213
51,000 47,623
45,033
48,000 42,442
45,000 39,852
42,000
39,000
36,000 29,565
33,000 26,102
30,000 24,510 24,553
23,735 23,346
27,000
24,000 19,531
21,000 14,031
18,000
15,000
12,000 7,796
9,000 3,8833,6711,9632,3272,2083,534 4,5325,5065,5655,7215,8776,0326,188
6,000 1,7973,026
3,000
0
2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024

Impor Ekspor (x10)

Gambar 1.1 Grafik Impor dan Ekspor Gliserol Indonesia


Berdasarkan hasil linierisasi data impor didapatkan data impor dan ekspor pada tahun

2023 sebesar 6188.195 dan 528038.157 ton/tahun. Berdasarkan referensi data impor
gliserol lebih kecil dibandingkan data ekspor. Sehingga kami mencari negara lain yaitu

China untuk memenuhi kebutuhan Impor gliserol negara tersebut.

250,000
199270.0804 222459.3239
215,336 214729.5761
200,000 183810.5847 206999.8282
164,199 191540.3326
171,951
150,000 141,201 171951.034
130,329 145,104
y = 7733.8x + 106049
121,543
100,000 114,235 98,562 R² = 0.3616

50,000

0
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023
Kapasitas Forecast(Kapasitas) Linear (Kapasitas)

Gambar 1.1 Grafik Impor Gliserol China


Dari grafik di atas, dapat diperoleh persamaan linier yaitu y 7733.8x –106049

Sehingga, dapat diperkirakan impor gliserol China pada tahun 2023 adalah

222459.3239 ton.

1.2.2. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku untuk memproduksi Gliserol adalah CPO (Crude Palm Oil) dan

air. Bahan baku CPO diperoleh dari PTPN V dengan kapasitas produksi 600.000

ton/tahun.

1.2.3. Kapasitas Minimal

Kapasitas minimal ditentukan berdasarkan data pabrik gliserol yang sudah

didirikan. Berikut adalah data beberapa pabrik gliserol di Indonesia.


Tabel 1.2 Data Kapasitas Pabrik Gliserol yang Ada di Indonesia

Pabrik Kapasitas (Ton/Tahun)


PT Sinar OleoChemical Int, Medan 85000
Gliserol
PT Flora Sawita, Medan 85000
PT Cisadane Raya Chemical, Tangerang 75000
PT Sumi Asih, Bekasi 60000
PT Sayap Mas Utama, Bekasi 65000
PT Bukit Perak, Semarang. 30000
PT Wings Surya, Surabaya 35000
PT Unilever Indonesia, Surabaya 43000
Total 508000

Ketiga data di atas dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kapasitas

rancangan Pabrik Gliserol ini.. Perhitungan kapasitas dapat digunakan dengan

rumus :

M Pabrik Baru = M impor + M Pabrik Lama – M Ekspor

M Pabrik Baru = (6188.195 + 508000 - 528038.157) ton/tahun

M Pabrik Baru = 13.849,962 ton/tahun

Dimana M merupakan besarnya kapasitas dalam ton setiap tahunnya pada

tahun 2023. Oleh karena itu di dapatkan hasil perhitungan sebesar 13.849,962

ton/tahun. Dengan data tersebut maka ditetapkan kapasitas rancangan Pabrik Gliserol

yang layak didirikan pada tahun 2023 sebesar 15.000 ton/tahun.

I.3 Penentuan Lokasi Pabrik

Pemilihan lokasi pabrik akan sangat menentukan kelangsungan dan

perkembangan suatu industri. Berdasarkan pengamatan, Dumai, Riau, dirasa cocok


sebagai tempat untuk mendirikan Pabrik Gliserol. Dasar pemilihan lokasi

pendirian pabrik antara lain adalah ketersediaan sumber bahan baku, fasilitas

transportasi dan pendukung proses lainnya.

1.3.1.1 Sumber Bahan Baku

Bahan baku pembuatan gliserol yaitu CPO, diperoleh dari PTPN V yang berada di

Pekanbaru Riau. Sedangkan bahan baku air diperoleh dari PT Kawasan Industri Dumai.

1.3.1.2. Fasilitas Transportasi

A. Transportasi Darat

Wilayah Riau bila dilihat dari Atlas Indonesia, tampak bahwa Riau

merupakan wilayah dataran rendah. Sehingga, untuk transportasi darat berupa jalan

raya sudah cukup memadai. Pengangkutan bahan baku dan distribusi produk melalui

darat dapat dilakukan, terutama untuk pemasaran produk Gliserol ke daerah-daerah

yang dapat dijangkau dengan jalur darat.

B. Transportasi Laut

Dumai memiliki pelabuhan laut utama, yaitu Pelabuhan Dumai, yang

letaknya di Selat Malaka. Adanya pelabuhan ini memudahkan untuk distribusi

produk Gliserol.

1.3.1.3. Utilitas

Ketersediaan pendukung (utilitas) seperti air dan listrik terjamin karena lokasi

terletak di kawasan industri. Dari beberapa pertimbangan tersebut maka dipilih

kawasan industri Dumai sebagai tempat pendirian pabrik.


Gambar 1.2 Peta Penentuan Lokasi Pabrik

1.4. Tinjauan Pustaka

1.4.1. Proses Pembuatan Gliserol

Menurut Austin (1986), berdasarkan proses yang digunakan ada 3 cara

pembuatan Gliserol. Ketiga cara itu adalah sebagai berikut:


1.4.1.1. Twitchell

Pada proses ini minyak dihidrolisa dengan menggunakan proses batch pada

suhu 100-105 °C, tekanan vakum, konversi yang diperoleh 85-98% dengan kemurnian

gliserol 5-15% dan waktu tinggal 12-48 jam. Proses ini menggunakan katalis katalis

alkyl aryl sulfonic acid atau cycloaliphatic sulfonic acid. Dalam proses ini, proses

hidrolisis dilakukan dengan 2 stage berlawanan arah, menggunakan reaktor tangki

Gliserol akan dipisahkan dari asam lemak melalui bagian bawah tangki hidrolisis.

Sedangkan asam lemak bersama katalis akan keluar melalui bagian atas. Hasil

bawah reaktor disebut sweet water dengan kandungan gliserol sekitar 15%. Untuk

menetralkan asam lemak yang terbawa dan memekatkan gliserol sampai konsentrasi

yang dikehendaki dilakukan proses lanjutan yaitu netralisasi, filtrasi, evaporasi,

distilasi, dan kondensasi.

1.4.1.2. Batch Autoclave

Proses ini meliputi hidrolisis asam lemak dengan air pada fase cair dengan

menggunakan katalis Seng Oksida (ZnO) dan Magnesium Oksida (MgO) atau tanpa

katalis. Proses ini akan memberikan konversi sebesar 98%. Reaksi hidrolisis tanpa

katalis berlangsung pada suhu 220-240 °C dan tekanan 29-31 atm dengan waktu tinggal

2-4 jam. Reaksi hidrolisis dengan menggunakan katalis berlangsung pada suhu 150-

175 °C dan tekanan 52-100 atm dengan waktu tinggal selama 5-10 jam.

1.4.1.3. Continuous
Pada proses ini, minyak dihidrolisis pada suhu 260 °C dan tekanan ± 50 atm.

Proses ini memberikan konversi 97-99% dengan waktu tinggal 2-3 jam. Reaksi

hidrolisis dapat berlangsung dengan atau tanpa katalis.

Proses ini dijalankan dalam reaktor lawan arah pada suhu dan tekanan tinggi.

Reaksi yang terjadi pada reaktor sama dengan yang terjadi pada proses Twitchell,

bedanya tidak menggunakan katalisator. Jenis reaktornya pun berbeda, yaitu berupa

menara dengan ketinggian tertentu. Hasil atas dan bawah reaktor serupa dengan hasil

pada proses Twitchell. Produk gliserol diambil dari bawah reaktor dan selanjutnya

dipekatkan dengan menggunakan evaporator. Proses selanjutnya adalah penetralan

kandungan asam lemak yang masih tersisa dengan basa, kemudian difiltrasi untuk

memisahkan produk gliserol dari endapan garam.

Gliserol yang dihasilkan selanjutnya tentu telah berkurang kemurniannya

karena adanya air dari larutan basa penetral, dari reaksi penetralannya sendiri dan dari

air pencuci di filter. Oleh karena itu, perlu dipekatkan lagi dengan sebuah evaporator

sebelum disimpan di tangki produk.

Tabel 1.3 Perbandingan Berbagai Proses Pembuatan Gliserol


Proses Kelebihan Kekurangan
Proses Biaya murah. Konsumsi steam / energi cukup besar.
Kualitas produk rendah.
Twitchell Instalasi dan operasi mudah. Menggunakan katalis.
Waktu reaksi cukup panjang (36–48
jam).
Proses Konversi ± 95%. Waktu reaksi cukup lama (6 – 10
Batch jam).
Menggunakan katalis.
Autoclave
Proses Kelebihan Kekurangaan
Hidrolisa Kandungan gliserol 12 - 20% Biaya awal cukup tinggi
Kemurnian produk akhir ± Kondisi operasi pada tekanan dan suhu
Kontinyu
99%. tinggi (± 50 atm dan 260 °C).
Hasil produk atas berupa asam
lemak mempunyai nilai
ekonomis.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dipilih proses hidrolisa kontinyu untuk

pembuatan gliserol dari CPO.

1.4.2. Kegunaan Produk

Di bidang industri, gliserol merupakan produk kimia yang banyak dipakai.

Gliserol penting sekali terutama dalam produksi:

1. Kosmetik
Digunakan sebagai body agent, emollient, humectant, lubricant, solven. Biasanya
dipakai untuk skin cream and lotion, shampoo and hair conditioners, sabun
dan detergen.
2. Dental Cream
Digunakan sebagai humectant.
3. Peledak
Digunakan untuk membuat nitrogliserin sebagai bahan dasar peledak.
4. Industri Makanan dan Minuman
Digunakan sebagai solven, emulsifier, conditioner, freeze, preventer dan coating
serta dalam industri minuman anggur.
5. Industri Logam
Digunakan untuk pickling, quenching, stripping, electroplatting, galvanizing dan
solfering.
6. Industri Kertas
Digunakan sebagai humectant, plasticizer, dan softening agent.
7. Industri Farmasi
Digunakan untuk antibiotik dan kapsul.
8. Fotografi
Digunakan sebagai plasticizing.
9. Resin
Digunakan untuk polyurethanes, epoxies, pthalic acid dan maleic acid resin.
10. Industri Tekstil
Digunakan untuk lubricating, antishrink, waterproofing dan flameproofing.
11. Tobacco
Digunakan sebagai humectant, softening agent dan flavor enhancer.

1.4.3. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku dan Produk

1.4.3.1. Bahan Baku

A. Minyak Sawit Mentah

Sifat Fisis:

Kenampakan : kuning kecoklatan

Rumus molekul : CH2 (COOR1)CH(COOR2)CH2(COOR3)

Berat molekul : 845 gram/mol

Titik didih : 298 °C

Titik beku : 5 °C

Berat jenis : 0.895 gram/cm3

Panas jenis : 0.497 kal/g °C

Kelarutan : tidak larut dalam air, sedikit larut dalam metanol

Sifat kimia:
1. Tersusun dari trigliserida dan non trigliserida

2. Trigliserida dapat terhidrolisa menjadi gliserol dan asam lemak

3. Trigliserida bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan gliserol

(Ketaren, 1986)

B. Air

Sifat Fisis :

Kenampakan : Cairan tidak berwarna

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18.0153 gram/mol

Titik didih : 100 °C

Titik beku : 0 °C

Berat jenis : 0,998 g/mL pada 20°C

Temperatur kritis : 374.15°C

Tekanan kritis : 218.3074 atm

Panas jenis : 0.9995 kal/g °C

Sifat kimia:

Reaksi hidrolisis antara minyak dan air akan menghasilkan asam lemak dan gliserol,

menurut reaksi:

C3H5 (COOR)3 + H2O C3H5(OH)3 + 3 RCOOH (II-2)

(Perry, 1997)

1.4.3.2. Produk

A. Gliserol Sifat Fisis:


Kenampakan : cairan kuning transparan

Rumus molekul : C3H5 (OH)3

Berat molekul : 92,095 gram/mol

Titik didih : 290 °C

Titik beku : 18 °C

Berat jenis : 1,261 g/mL

Viskositas : 1.5 Pa.s

Panas jenis : 0,497 kal/ g °C

Kelarutan : larut sempurna dalam air dan alcohol

Sifat kimia:

1. Higroskopik

2. Sangat reaktif terhadap senyawa oksidator

(Perry, 1997)

B. Asam Lemak

Sifat Fisis:

Kenampakan : Cairan kuning muda

Rumus molekul : RCOOH

Berat molekul : 269 gram/mol

Titik didih : 215 °C

Titik beku : 63-64 °C

Berat jenis : 0,853 g/mL

Kelarutan : Tidak larut dalam air

Sifat kimia:
1. Reaksi hidrolisis antara minyak dan air menghasilkan asam

lemak dan gliserol

2. Jika direaksikan dengan alkali akan menghasilkan gliserol

dan garam atau sabun atau logam alkali.

(Ketaren, 1986)
BAB II

DESKRIPSI PROSES

2.1. Spesifikasi Bahan dan Produk

2.1.1. Bahan Baku

1. Minyak Sawit Mentah

Kenampakan : kuning kecoklatan

Suhu : 30 °C

Komposisi : 99 % trigliserida

Impuritas : 0.5 % air

0.5 % asam lemak bebas

(SNI 01-2901-2006)

2. Air

Suhu : 28 °C

Impuritas : SiO2 maks. 0.02 ppm

Fe maks. 0.01 ppm

Cl maks. 0.5 ppm

Mn maks. 0,002 ppm

Cu maks. 0,005 ppm

(Perry, 1997)
2.1.2. Produk

1. Gliserol

Kenampakan : cairan kuning transparan

Suhu : 37 °C

Komposisi : 99.8 % gliserol

Impuritas : 0.2 % air

2. Asam Lemak

Kenampakan : cairan kuning muda

Suhu : 30 °C

Komposisi : 96.8 % asam lemak

3.2 % trigliserida

(Perry, 1997)

2.2. Konsep Proses

2.2.1. Dasar Reaksi

Reaksi yang terjadi pada pembentukan gliserol adalah:

C3H5 (COOR)3 + 3 H2O C3H5(OH)3 + 3 RCOOH (II-1)

Trigliserida Air Gliserol Asam lemak

(Faith, 1957)

2.2.2. Mekanisme Reaksi

Dalam proses pembuatan gliserol terdapat senyawa ester trigliserida yang merupakan

penyusun utama minyak nabati dan hewani. Reaksi trigliserida dan air menjadi gliserol

dan asam lemak adalah sebagai berikut:


Reaksi ini terjadi pada suhu 260 °C dan tekanan 55 atm. Proses ini memberikan

konversi 97 % dengan waktu tinggal 3 jam.

2.2.3. Tinjauan Termodinamika

Reaksi hidrólisis CPO merupakan reaksi endotermis. Untuk mengetahui raksi

berlangsung secara eksotermis atau endotermis, dapat dihitung dengan persamaan:

CH2RCOO CH2OH

CHRCOO +3 H2O CHOH + 3RCOOH

CH2RCOO CH2OH
Trigliserida Air Gliserol Asam lemak
Dapat ditulis menjadi:

C3H5(COOR)3 + 2H2O  2RCOOH + C3H5COOR(OH)2


Trigliserida Air Asam Lemak Monogliserida

C3H5COOR(OH)2 + H2O  RCOOH + C3H5(OH)3


Monogliserida Air Asam Lemak Gliserol
Reaksi ini terjadi pada suhu 260oC dan tekanan 55 bar. Proses ini memberikan konversi

97% dengan waktu tinggal 3 jam.

(Austin, 1985)

∆H0f = ∆H0f produk – ∆H0f reaktan (II-5)

Dimana:

∆H0f C3H5(COOR)3 = -1272.92 kJ/mol


∆H0f H2O = -284.1 kJ/mol

∆H0f RCOOH = -476.1 kJ/mol

∆H0f C3H5(OH)3 = -667.8 kJ/mol

∆H0R = [3(∆H0f RCOOH) + ∆H0f C3H5(OH)3] – [∆H0f

C3H5(COOR)3 + 3(∆H0fH2O)]

= [3(-476.1) + (-667.8)] – [(-1272.92) + 3(-284.1)]

= 29.12 kJ/mol

∆HR (533 K) = ∆H0 + n Cp dT (II-6)

= 29.12 kJ/mol + 9.74 kJ/mol

= 38.86 kJ/mol

Harga ∆H yang positif menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi merupakan

reaksi endotermis yaitu reaksi yang menyerap panas atau membutuhkan panas,

sehingga untuk menjaga agar reaksi tetap berlangsung pada kondisi proses perlu

ditambahkan panas.

Untuk mengetahui apakah reaksinya irreversible atau reversible (harga K) dapat

dihitung dengan persamaan konstanta kesetimbangan berikut:

∆G0f C3H5(COOR)3 = -1813.78 kJ/mol

∆G0f H2O = -228.59 kJ/mol

∆G0f RCOOH = -674.04 kJ/mol

∆G0f C3H5(OH)3 = -678.33 kal/gmol

∆G0r = [3(∆G0f RCOOH) + ∆G0f C3H5(OH)3] – [∆G0f C3H5(COOR)3 +

3(∆G0fH2O)]
= [3(-674.04) + (-678.33)] – [(-1813.78) + 3(-228.59)]

= -200.9 kJ/mol

∆G0r = - RT ln K

ln K = -200.9 / (-0.00831447 x 298.15)

= 81.04

K = 1.57 x 1035

Pada T = Toperasi

Koperasi -ΔG T -Tref


ln = x
K298 R TxTref

Koperasi -120.032 563.15 – 298.15


ln = x
K298 1.987 563.15 x 298.15

Koperasi = 1.03199

Dari persamaan reaksi hidrolisis minyak di atas, terlihat bahwa reaksi tersebut

merupakan reaksi yang reversibel, sehingga agar reaksi tetap berjalan ke kanan dapat

dilakukan dengan menggunakan kemurnian reaktan yang tinggi atau memperbesar

jumlah reaktan yang bereaksi dalam hal ini air dibuat berlebihan (excess) sehingga

kesetimbangan akan bergeser ke kanan.

2.2.4. Tinjauan Kinetika

Persamaan reaksi hidrolisis minyak di atas disederhanakan menjadi:

k1
A+B C+D
k2

Reaksi hidrolisis minyak merupakan reaksi reversibel namun karena kecepatan reaksi

ke kanan jauh lebih besar daripada kecepatan reaksi ke kiri maka pada proses hidrolisis
minyak selalu dianggap bahwa reaksinya meruapakan reaksi irreversibel (Kirk Othmer,

1985).

Ditinjau dari segi kinetika, kecepatan reaksi proses hidrolisa pembentukan gliserol

dapat ditulis dalam persamaan:

(-ra) = k1CaCb – k2CcCd

k1
K =
k2

Maka jika kedua persamaan tersebut digabung menjadi:

k1
(-ra) =k1 [CaCb - CcCd]
K

1
Untuk harga K yang besar maka CcCd mendekati nol dan dapat diabaikan,
𝐾
sehingga persamaan menjadi:

(-ra) = k1CaCb

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh Khairat, Syamsu Herman diperoleh

harga:

α = 1,3828-1,4147 (rata-rata 1,4)

β = 0,5897-0,6274 (rata-rata 0,6)

Dari persamaan di atas, diperoleh konstanta kecepatan reaksi:


k A.e E / RT
Dengan, k = Konstanta kecepatan reksi
E = Energi aktivasi
R = Tetapan gas murni
T = Suhu
A = Frekuensi tumbukan
K = 9.295x107e(-10834.94/T)
(Khairat, 2004)
Saat T = 523 K, berarti dari persamaan konstanta kecepatan reaksi (k) di atas,
diperoleh k = 0.0935.
2.3. Langkah Proses
Pada perancangan ini yang digunakan adalah proses Continuous Splitting.

Proses pengolahan sampai produk akhir yang berupa Fliserol, melewati beberapa

tahapan utama yaitu:

A. Persiapan Bahan Baku

B. Proses Continuous Fat Splitting

C. Pemurnian Gliserol

2.3.1. Tahap Persiapan Bahan Baku


Bahan baku berupa CPO (Crude Palm Oil) diperoleh dari PT. Salim Ifo Mas

Pratama, Rokan Hilir, Riau menggunakan pipa. Untuk mengatur kestabilan laju alir

CPO (Crude Palm Oil) yang masuk ke dalam Fat Splitting Column, maka aliran dari

pipa dimasukkan ke dalam tangki penampung sementara yang berbentuk silinder

vertikal dengan flat bottom conical roof (T-01) dengan waktu penyimpanan selama 24

jam. Bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dipompa sampai tekanan 55 bar dan dinaikkan

suhunya dengan Heat Exchanger Shell and Tube dengan media pemanas saturated

steam pada suhu 275,54oC sehingga suhunya naik menjadi 260oC.


Bahan baku berupa air diperoleh dari Sungai Ogan Komering, Rokan Hilir,

Riau melalui pipa, dengan terlebih dahulu diproses di Unit Utilitas, untuk

menghilangkan kandungan-kandungan pengotor maupun logam di dalamnya.Bahan

baku alir dialirkan melalui pipa. Sebelum masuk ke Fat Splitting Column, air dipompa

sampai tekana 55 bar dan dinaikkan suhunya dengan Heat Exchanger Shell and Tube

dengan media pemanas saturated steam pada suhu 275,54o C sehingga suhunya naik

menjadi 260oC.

2.6.3. Proses Continuous Fat Splitting

Reaksi antara CPO (Crude Palm Oil) dengan air berlangsung dalam reaktor

yang disebut sebagai Fat Splitting Column, yaitu berupa reaktor menara lawan arah

yang beroperasi pada suhu 260oC dan tekanan 55 bar. Reaksi yang terjadi terjadi adalah

reaksi endotermis, sehingga diperlukan pemanas berupa steam dalam Fat Splitting

Column.

Produk atas Fat Splitting Column berupa Asam Lemak dengan kadar 88%

dimanfaatkan sebagai penghasil steam dengan memanfaatkan panasnya dalam Waste

Heat Boiler (WHB-01), kemudian diturunkan tekanannya menjadi 1 atm dengan

Expansion Valve (E-03). Produk Gliserol diambil dari bawah menara, dan selanjutnya

masuk ke unit pemurnian produk.

2.6.4. Pemurnian Gliserol

Produk Fat Splitting Column bagian bawah berupa Sweet Water (Gliserol

dengan kadar 12%) masuk ke Evaporator mullti-efek (EV-01, EV-02, EV-03) untuk
diuapkan sebagian air yang terkandung di dalamnya, sehingga kadarnya naik menjadi

75%. Gliserol yang keluar dari Evaporator selanjutnya masuk ke dalam Tangki

Berpengaduk (TB-01) untuk ditambahkan NaOH 0,5%. Penambahan NaOH 0,5% ini

bertujuan untuk menyabunkan Asam Lemak yang terkandung dalam larutan gliserol

tersebut, sehingga output dari Tangki Berpengaduk (TB-01) ini sudah tidak

mengandung pengotor berupa Asam Lemak lagi.

Selanjutnya, output dari Tangki Berpengaduk (TB-01) ini masuk ke Menara

Distilasi Packing (MD-01) untuk memisahkan gliserol dengan sabun, sekaligus untuk

memurnikan gliserol sehingga diperoleh kadar 99%.

Gliserol output dari Menara Distilasi (MD-01) berupa Gliserol 99% selanjutnya

masuk ke Bleaching Tank (BT-01) yang berupa tangki berpengaduk untuk dijernihkan

warnanya dengan Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated

Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir

proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02).


2.4. Neraca Massa dan Neraca Panas
2.6.1.Neraca Massa
A. Neraca Massa Total
Tabel 2.1. Neraca Massa Total

Input (kg/jam) Output (kg/jam)


No Komponen
Arus 1 Arus 2 Arus 7 Arus 11 Arus 3 Arus 6 Arus 9 Arus 12 Arus 14 Arus 15

CPO 54910,62 - - - 1647,32 - - - - -


Air 1120,62 44824,99 16969,55 - 5084 35534,08 18882,22 - - 55,56
3 Asam Palmitat - - - - 21021,97 - - - - -
4 Asam Stearat - - - - 2121,81 - - - - -
5 Asam Oleat - - - - 21594,43 - - - - -
6 Asam Linoleat - - - - 4706,41 - - - - -
7 Asam Miristat - - - - 851,67 - - - - -
8 Gliserol - - - - - - 289,47 - - 5500,00
9 NaOH - - 85,27 - - - - - - -
10 Sabun - - - - - - 621,95 - - -
11 Activated Charcoal - - - 83,33 - - - 83,29 0,04 -

Sub Total 56031,21 44824,99 17054,82 83,33 57027,77 35534,08 19793,64 83,29 0,04 5555,56

TOTAL 117994,39 117994,39


CPO
H2O
C6H32O2
C18H32O2 T-02
C18H34O2 C3H5(OH)3 30 oC
C18H32O2 H2O 1 atm
C14H28O2 Sabun

H2O (dari Utilitas)

H2O

NaOH

R-01
260oC EV-01 EV-02 EV-03 TB-01 MD-01
54.28 atm 153.33 oC 133.97 oC 100 o C 85.57 oC 85.57 oC
5 atm 53 atm 1 atm 1 atm C3H5(OH)3 0.55 atm
H2O
0.55 atm

CPO

C3H5(OH)3 C3H5(OH)3 C3H5(OH)3


H2O H2O H2O
C6H32O2 C6H32O2 C6H32O2
C18H32O2 C18H32O2 C18H32O2
C18H34O2 C18H34O2 C18H34O2
T-01 C18H32O2 C18H32O2 C18H32O2
40oC C14H28O2 C14H28O2 C14H28O2
1 atm
C3H5(OH)3 C3H5(OH)3
C3H5(OH)3 H2O H2O
H2O Activated Charcoal
C6H32O2 C3H5(OH)
C18H32O2 H2O
C18H34O2
C18H32O2
C14H28O2 T-03 F-01
30 oC 90 oC Activated Charcoal
1 atm 1 atm

Activated Charcoal
Activated Charcoal
DAFTAR PUSTAKA

Austin, G., 1985, “Sherve’s Chemical Process Indutries”, McGraw-Hill, New York, pp. 535-
537.

Kirk and Othmer, 1985, Encyclopedia of Chemical Technology, John Wiley and Sons, Inc.,
New York

Khairat, Syamsu Herman, 2004, Kinetika Reaksi Hidrolisis Minyak Sawit dengan Katalisator
Asam Klorida, www.unri.ac.id/jurnal/jurnalnatur/vol6/khairat.pdf

Kirk, K. E. and Othmer, D. F., 1979, Encyclopedia of Chemical Technology, 3 edition, Volume
9, The Interscience Encyclopedia, John Willey and Sons, Inc, New York.

Ketaren, S., 1986, “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, UI Press, Jakarta, hal.
250-260.

Perry, R.H. and Chilton, C.H., 1999, Chemical Engineer’s Hand Book, 7rd ed., McGraw-Hill
Book Company, Inc., NY.

Faith, W.L. Keyes, D.B., and Clark, R..L, 1957, Industrial Chemical, 2nd Ed., John Willey and
Aaons Inc., New York.

https://katadata.co.id/berita/2019/01/24/gapki-volume-ekspor-sawit-3202-juta-ton-sepanjang-
20

Anda mungkin juga menyukai