Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI ABSORBER

Aji Putra Perkasa (Universitas Sebelas Maret)


I. LATAR BELAKANG

Pemisahan CO2 dari aliran gas proses menjadi bagian penting dalam
proses pembuatan ammonia. Pemisahan CO2 harus berjalan dengan baik
karena kehadiran CO2 pada aliran gas proses dapat menghambat proses
sintesis amonia. Pengambilan CO2 dari gas proses dilakukan dengan
proses absorbsi di dalam kolom CO2 Absorber. Pada proses ini CO2 yang
berada dalam gas proses diambil oleh larutan pelucut. Larutan pelucut
CO2 yang digunakan pada unit CO2 Removal Pabrik Amonia Kaltim-3
adalah larutan Benfield.
II. RUMUSAN MASALAH

Absorber pada unit CO2 removal adalah unit yang berperan


penting dalam sintesis ammonia. Kandungan CO2 pada gas
yang keluar absorber harus mendekati data desain agar tidak
mengganggu kinerja methanator, karena jika kandungan CO2
yang melebihi batas akan menyebabkan suhu pada
methanator meningkat. Selain itu penyerapan CO2 dilakukan
agar tidak meracuni katalis di ammonia converter
III. TUJUAN TUGAS KHUSUS

• Mengevaluasi penyerapan CO2 pada absorber (1-C301) pada


seksi CO2 removal Unit Ammonia Pabrik 3 berdasarkan data
desain dan data aktual.
• Menentukan besarnya nilai carrying capacity CO2 pada absorber
(1-C301) pada seksi CO2 removal Unit Ammonia Pabrik 3 dan
pengaruh yang disebabkan.
• Menentukan factor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan
data desain dan actual pada absorber (1-C301) pada seksi CO2
removal Unit Ammonia Pabrik 3.
IV. TINJAUAN PUSTAKA

Absorbsi adalah sebuah proses yang banyak


digunakan pada industri untuk memisahkan gas dari
campurannya dengan cairan yang sesuai. Prinsip utama
dari proses absorpsi adalah kelarutan gas dalam cairan
pemisah dan laju perpindahan massa gas dalam kedua
media tersebut. Gas – gas yang ingin dipisahkan dari
campurannya larut atau terserap oleh cairan tersebut,
sehingga dapat terpisahkan dari larutannya.
Tugas dari absorber (1-C-301) adalah menyerap
CO2 dalam gas sintesis penyerapan di absorber
menggunakan proses absorbsi kimia dengan
menggunakan larutan Benfield.
PFD CO 2 REMOVAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYERAPAN CO 2

1. Suhu reaksi rendah


2. Tekanan tinggi
3. Konsentrasi Larutan Benfield
4. Luas Permukaan
5. Aktivator
6. Sirkulasi Larutan
LARUTAN BENFIELD

Larutan Benfield mengandung K2CO3 (± 30%), Dietanolamin / DEA (±


2,9%), V2O5 (± 1,5%), dan sisanya berupa air. Komponen yang akan
menyerap CO2 adalah K2CO3, yang mana penyerapan CO2 terjadi
berdasarkan reaksi sebagai berikut
CO2 + K2CO3 + H2O  2KHCO3
Larutan Benfield yang telah digunakan untuk menyerap CO2 dan
mengandung banyak CO2 disebut rich solution yang selanjutnya akan
dialirkan ke stripper.
KRITERIA LARUTAN BENFIELD

• Larutan Benfield bersifat non-volatile sehingga tidak akan ikut terbawa gas proses
keluar dari unit CO2 absorber.
• Proses absorbsi dengan larutan Benfield dapat meminimumkan biaya
operasional.
• Terdapat senyawa V2O5 di dalam Benfield yang dapat memberikan perlindungan
terhadap korosi.
• Proses absorbsi dengan larutan Benfield terjadi pada kecepatan reaksi yang
tinggi serta kebutuhan panas untuk proses regenerasi tidak terlalu besar.
• Larutan Benfield mengandung K2CO3 yang memiliki sifat-sifat kimiawi yang
mirip dengan CO2 sehingga dapat meningkatkan kelarutan CO2 di dalam
larutan penyerap.
PACKING ABSORBER

Packing untuk kolom absorpsi tersedia dalam bermacam-macam jenis (ceramic raschig ring; ceramic
lessing ring; ceramic berl saddle; pall ring; dan lain-lain) dengan bentuk, ukuran, dan material yang berbeda. Secara
umum, kriteria packing yang memberikan hasil absorpsi & desorpsi dengan baik adalah :
• Memiliki luas permukaan terbasahi tiap unit volume yang besar
• Memiliki ruang terbuka yang cukup besar agar pressure drop kolom kecil
• Memiliki densitas kecil tetapi strukturnya kuat
• Memiliki karakter pembasahan yang baik
• Terbuat dari bahan yang inert, sehingga tidak bereaksi dengan fluida yang mengalir
• Tahan korosi dan ekonomis
STRUCTURED
RANDOM PACKING PACKING
CARRYING CAPACITY

Carrying Capacity merupakan suatu parameter yang ditunjukkan untuk


menunjukkan performansi dari menara absorber, dimana nilai carrying
capacity didasarkan atas perbandingan jumlah CO2 yang terserap pada
menara absorber dengan jumlah larutan Benfield yang masuk. Tingginya
kandungan CO2 yang lolos tidak terserap pada absorber akan
meningkatkan beban kerja pada methanator yang berarti produk H2 yang
dihasilkan (sebagai bahan baku sintesa amoniak) akan menurun, karena H2
yang diperlukan untuk mengkonversi CO2 menjadi metana semakin
banyak. Temperatur desain yang lebih rendah daripada aktual,
memungkinkan penyerapan CO2 oleh larutan Benfield akan banyak,
sehingga nilai carrying capacity akan lebih besar.
V. METODOLOGI PENELITIAN

1. Pengumpulan data desain dan lapangan


2. Pembuatan neraca massa di sekitaran absorber
3. Pembuatan neraca komponen pada absorber
4. Menentukan besarnya CO2 yang terserap
5. Menentukan besarnya Carrying Capacity
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter 25 Juli 2019 29 Juli 2019 Desain


CO2 yang masuk 1271,1310 1246,3394 1267,463
(kmol/jam)
CO2 yang terabsorb 1263,9596 1236,931 1266,1955
(kmol/jam)
CO2 yang leak 7,1713 9,4079 1,267
(kmol/jam)
Komposisi CO2 yang 0,13 0,17 0,1
lolos (%)
Jumlah Larutan 34904,1667 33564,8998 27055,4594
Benfield (kmol/jam)
Carrying Capacity (%) 3,223 3,320 4,68
V1. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Tekanan
Tekanan yang diperlukan untuk penyerapan absorber adalah tekanan tinggi. Tekanan desain
berkisar antara 28.3 kg/cm2 G sedangkan tekanan pada kedua data diatas berkisar 29 kg/cm2 G
sehingga tekanan sudah memenuhi standar. Besarnya pressure drop desain pada absorber adalah
0.1 sedangkan data actual yang ada besarnya berkisar antara 0.095.

2. Suhu
Suhu yang dibutuhkan agar terjadi penyerapan CO2 pada absorber adalah suhu rendah. Pada
desain suhu yang di anjurkan pada top absorber sebesar 70oC dan pada middle absorber sebesar
115oC. Pada data lapangan di tanggal tersebut suhu top absorber lebih tinggi di banding data
desain yaitu sebesar 73oC, sedangkan pada middle absorber data lapangan jauh dari suhu yang
dianjurkan sebesar 93oC pada tanggal 25 Juli 2019 dan 90oC pada tanggal 29 Juli 2019
VI HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Larutan Benfield

Komponen Desain 25 Juli 2019 29 Juli 2019

K2CO3 29% 27,66% 27,56 %

KHCO3 31,94% 31,61% 32,39 %

DEA 2,85% 1,22% 1,2 %

KVO3 1,10% 1,25% 1,31 %

H2O 35,11% 38,26% 37,54 %

Total 100,00% 100 % 100 %


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.Aktivator
Aktivator atau katalis digunakan untuk mempercepat reaksi. Pada larutan Benfield
digunakan DEA sebagai katalis. Pemilihan DEA sebagai activator sudah sangat
tepat dikarenakan lebih hemat serta kemurnian produk CO2 yang dihasilkan di
stripper sangat tinggi.
5. Luas Permukaan
Semakin besar luas permukaan kolom pada absorber semakin baik penyerapan
CO2 yang terjadi. Pemilihan struktur tipe random packing pallring sudah tepat
dikarenakan mampu memberikan kinerja yang tidak jauh berbeda dibandingkan
dengan structure packing yang lain.
6.Sirkulasi Larutan
Semakin tinggi laju alir larutan Benfield maka kadar CO2 keluaran kolom absorber
semakin rendah. Hal ini disebabkan karena kontak antara lautan Benfield dengan
gas proses semakin banyak. Sehingga transfer massa pada kolom absorber
semakin baik. Dengan transfer massa yang baik pada kolom absorber
menyebabkan larutan Benfield akan semakin lama mencapai titik jenuh larutan.
Sehingga proses absorbsi semakin cepat.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari perhitungan adalah sebagai berikut :


1. Performa absorber dalam menyerap CO2 menurun jika dibandingkan data
desain yang ada hal ini dapat terlihat dari besarnya konsentrasi CO2 desain yang
lolos sebesar 0.1 % sedangkan data actual sebesar 0.13 % pada tanggal 25 Juli
2015 dan sebesar 0.17 % pada tanggal 29 Juli 2019.
2. Besarnya carrying capacity pada tanggal 25 Juli 2019 sebesar 3.612% sedangkan
pada tanggal 29 Juli 2019 sebesar 3.685%. Seharusnya semakin besar carrying
capacity maka semakin sedikit CO2 yang lolos akan tetapi pada data tanggal 29 Juli
2019 memiliki nilai carrying capacity yang lebih dan jumlah CO2 lolos yang besar
pula hal ini disebabkan karena flow larutan Benfield jauh lebih kecil berkisar 1400
kmol/jam.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

3. Berdasarkan peninjauan factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya


peningkatan kadar CO2 dapat disimpulkan bahwa jika ingin meningkatkan
performa absorber dapat dilakukan dengan cara :
• Menurunkan suhu pada top absorber hingga mencapai 70oC dan menaikkan
suhu larutan Benfield pada middle absorber hingga mencapai suhu optimal
sebesar 115oC.
• Menentukan besarnya pressure drop yang optimal sehingga waktu kontak dapat
berjalan cukup lama dan gas dapat naik ke atas absorber.
• Mengubah konsentrasi larutan Benfield dengan menambahkan konsentrasi DEA
sebagai activator reaksi serta menentukan besarnya konsentrasi K2CO3 yang
optimal.
• Mengubah jumlah sirkulasi larutan Benfield dengan menjaga besarnya 5%
melebihi jumlah rate sirkulasi feed gas atau dengan alternatif yang lain seperti
merubah laju alir gas proses.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN

• Melakukan peninjauan kinerja absorber secara rutin dikarenakan terjadinya


peningkatan kadar CO2.
• Mengatur kondisi operasi seperti tekanan, suhu dan flow Benfield agar
dipertahankan CO2 leak sesuai dengan desain.
• Melakukan pengecekan pada absorber setiap TA (Turn Around) untuk
meminimalisir fouling yang terjadi pada dasar kolom akibat packing yang sudah
hancur karena korosi dan melakukan penggantian.
• Menambahkan konsentrasi K2CO3 pada larutan Benfield akan tetapi jika
semakin tinggi konsentrasi K2CO3 maka perlu ditinjau dari segi korosifitas maka
dari itu konsentrasi senyawa V2O5 perlu ditambahkan sebagai anti korosi
• Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai pengaruh peningkatan konsentrasi
DEA terhadap larutan Benfield yang berpengaruh pada absorbsi.

Anda mungkin juga menyukai