Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMETAAN TOPOGRAFI MENGGUNAKAN TEKNIK FOTOGRAMETRI DRONE/UAV

MATA KULIAH

FOTOGRAMETRI II

NAMA : Veri Hasangapon

NPM : 4122.3.18.13.0012

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK, PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

BANDUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemetaan Topografi menggunakan teknik Fotogrametri
Drone/UAV tepat waktu. Makalah “Pemetaan Topografi menggunakan teknik Fotogrametri
Drone/UAV disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah fotogrametri II. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Pemetaan
Topografi menggunakan teknik Fotogrametri Drone/UAV.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak dosen selaku dosen mata
kuliah fotogrametri II. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, Oktober 2020

Penyusun,

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2
BAB I........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................................ 4
1.3 Maksud dan tujuan ........................................................................................................................... 4
BAB II ......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
2.1 Definisi fotogrametri ......................................................................................................................... 5
2.2 Sejarah Singkat Fotogrametri .......................................................................................................... 5
2.3 Skala Foto Udara............................................................................................................................... 5
2.4 Proses Pemetaan Menngunakan Drone ............................................................................................ 6
2.5 Overlap Foto Udara .......................................................................................................................... 7
2.6 Sudut Kamera untuk Foto Udara ..................................................................................................... 8
2.7 Data Aqcuisition .............................................................................................................................. 10
2.8 Sistem koordinat ............................................................................................................................. 11
2.9 Pergeseran Topografi ...................................................................................................................... 11
BAB III ...................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ................................................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka .......................................................................................................................................... 13
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pekerjaan pengukuran terestris sedikit demi sedikit telah digantikan oleh pengamatan data
yang direkam tanpa menyentuh objeknya. Pengamatan ini sering disebut teknologi penginderaan jauh
(remote sensing). Termasuk di dalamnya adalah pemotretan dari stasiun di atas tanah atau yang
disebut dengan fotogrametri terestris maupun fotogrametri jarak dekat. Kemudian ada pula
pemotretan dari pesawat yang diterbangkan yang disebut dengan fotogrametri udara, dan yang
terakhir adalah penginderaan dengan menggunakan satelit (Rochmadi, 1993).
Fotogrametri merupakan metode survei dan pemetaan yang cukup efektif. Metode ini dapat
memotret cakupan wilayah yang luas dari jarak dekat dan ketelitian yang besar hanya dalam waktu
singkat. Peta foto yang dihasilkan juga dapat memiliki skala yang besar sehingga sangat cocok untuk
dimanfaatkan dalam hal perencanaan.
Dalam pelaksanaan pemetaan fotogrametri dibutuhkan titik-titik yang diketahui dan memiliki
referensi koordinat tanah lokasi dimana pengukuran dilaksanakan. Titik-titik ini disebut dengan
Ground Control Point atau titik kontrol (Seker dan Duran, 2011). Ground Control Point (GCP)
berfungsi sebagai titik sekutu yang menghubungkan antara sistem koordinat peta dan sistem koordinat
foto (Harintaka, 2008 dalam Hendy G.j, 2014). Dari GCP inilah nantinya peta foto akan memiliki
koordinat yang sesuai dan terikat dengan wilayah pengukuran tersebut. Pengukuran GCP biasanya
menggunakan pengukuran terestris dan harus terikat dengan base station yang digunakan sebagai
premark pada saat pesawat melakukan pemotretan udara.
Pengolahan pada tahap triangulasi udara juga dapat dilakukan dengan menambahkan
parameter orientasi eksternal (EO) disamping hanya menggunakan GCP. Metode ini disebut dengan
istilah integrated sensor orientation (Jacobsen, 2004). EO adalah orientasi kamera dalam ruang yang
terdiri dari enam parameter yang menggambarkan posisi sistem koordinat dari kamera (Aulejtner,
2011 dalam Hendy G.j, 2014). Parameter EO ini berupa koordinat posisi principal point (X, Y, Z) dan
rotasi (omega, phi, kappa) yang dihasilkan oleh GNSS (Global Navigation Satelite System) dan IMU
(Inertial Measurement Unit) yang terpasang pada kamera saat melakukan pemotretan

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana tahapan pemetaan topografi menggunakan fotogrametri drone dan UAV?

1.3 Maksud dan tujuan


1. Agar pembaca dapat memahami proses pemetaan topografi mengunakan Teknik
fotogrametri/UAV
4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi fotogrametri
Definisi fotogrametri secara klasik adalah proses memperoleh informasi metrik tentang suatu
objek melalui pengukuran yang dilakukan pada foto objek tersebut. Fotogrametri adalah ilmu
membuat pengukuran dari foto. Fotogrametri berarti pengukuran fitur pada foto.
Ini menyangkut aspek metrik atau pengukuran proses. Selain aspek interpretasi foto ini juga
terlibat atas teknologi yang digunakan untuk pemetaan di mana pengumpulan fitur diperlukan. Tugas
mendasar dari informasi metrik diperoleh melalui pembentukan hubungan geometris antara gambar
dan objek seperti yang ada pada saat pencitraan. Setelah ini ditetapkan informasi lain dari objek
diturunkan.
2.2 Sejarah Singkat Fotogrametri
Sejarah fotogrametri sebagai sains diawali sebelum ditemukanya fotografi. Diantaranya
Aristhoteles pada tahun 350 SM menemukan sistem pemroyeksian citra secara optis. Dr. Brook Taylor
dan J.H. Lambert memperkenalkan prinsip perspektif untuk pembuatan peta. Dalam perkembangan
kamera dan fotografi ada sejumlah nama lainnya yang tidak tidak disebutkan satu persatu.
Manfaat fotogrametri dengan penggunaan foto udaranya secara praktis oleh Louis Daguerre
asal Paris tahun 1839 dengan proses fotografik secara langsung. Seorang Perancis lainnya yakni
Colonel Aime Laussedat pada tahun 1849 menggunakan foto udara untuk pemetaan topografi yang
kemudian dikenal sebagai bapak fotogrametri. Waktu itu, pemotretan dilakukan dengan wahana balon
udara dan laying-layang besar.
Penemuan pesawat udara oleh Wright bersaudara pada tahun 1902 membawa fotogrametri
udara menjadi modern saat itu. Untuk aplikasi pembuatan peta topografi pemotretan dengan pesawat
udara dilakukan untuk pertama kalinya adalah pada tahun 1913.
2.3 Skala Foto Udara
Pada foto udara dikenal skala foto, yaitu skala rata-rata dari foto udara. Disebut skala rata-rata,
karena sifat proyeksi pada foto udara adalah perspektif (sentral), berpusat pada titik utama (principal
point). Dengan demikian skala di masing-masing titik tidak akan sama, kecuali bila foto udara tersebut
benar-benar tegak dan keadaan permukaan tanah sangat datar. Besarnya skala rata-rata ditentukan
oleh tinggi terbang dan tinggi permukaan bumi serta besar focus kamera.
Skala foto udara berbeda dengan skala peta pada umumnya. Peta adalah gambaran / presentasi
dari permukaan bumi dengan skala tertentu. Sifat proyeksi pada peta adalah orthogonal.
Oleh karena foto udara mempunyai skala yang bervariasi, maka untuk membuat peta dengan
skala dan geometri yang benar, foto udara tersebut harus diproses terlebih dahulu, disebut sebagai
proses restitusi foto udara. Pengertian restitusi adalah mengembalikan posisi foto udara pada keadaan
seperti pada saat pemotretan dengan proses orientasi (orientasi dalam, relatif, absolut). Pada keadaan
tersebut sinar-sinar yang membentuk objek secara geometris telah benar dan dapat dipakai untuk
membuat peta dengan cara restitusi tunggal (rektifikasi) ataupun dengan cara restitusi stereo
(orthofoto).

5
Untuk keperluan restitusi foto tersebut (tunggal maupun stereo) diperlukan titik-titik kontrol
yang diketahui koordinatnya pada sistem foto dan sistem referensi. Titik-titik kontrol tersebut
diperoleh sebagai hasil pengukuran di lapangan dan proses triangulasi udara.
2.4 Proses Pemetaan Menngunakan Drone
Langkah pertama dalam desain sebuah rute penerbangan adalah untuk menentukan resolusi area
cakupan (Ground Resolutin / GSD) dan akurasi (optional). Rumus dari GSD = (ukuran pixel X tinggi
terbang) / focal length. Akurasi posisi tergantung pada resolusi area cakupan (GSD), Overlap, akurasi
GPS / IMU Foto geotagging dan / atau penggunaan kontrol area cakupan. Jika mendapatkan data area
cakupan (Geodetic Surveys) maka bisa didapatkan akurasi geo-spasial mutlak satu pixel (GSD)
horizontal dan 1-3 piksel vertikal.

Setelah dua persyaratan diketahui, maka proses selanjutnya adalah :

1. Merencanakan foto udara (mengembangkan rencana penerbangan)


2. Perencanaan (Geodetic Surveys)
3. Memilih Software, instrumen & prosedur yang diperlukan untuk menghasilkan produk akhir
4. Untuk rencana penerbangan, perencana perlu mengetahui informasi berikut :

• Nilai focal length pada kamera


• Ketinggian terbang
• Ukuran pixel 1x potret
• Ukuran Array CCD (berapa banyak piksel)
• Ukuran & bentuk daerah yang difoto
• Jumlah akhir lap dan sisi lap
• Skala peta penerbangan
• Kecepatan gerak pesawat
Sekilas tentang Focal length, dinyatakan dalam besaran milimeter (mm) dan dalam fotografi diberi
lambang f. Untuk apa mengetahui focal length? focal length menentukan seberapa lebar sudut
pandang lensa. Semakin pendek panjang focal, makin lebar sapuan pandangan. Makin panjang focal
length, makin sempit sapuannya. Lensa dengan focal length pendek dalam dunia fotografi biasanya
disebut lensa wide angle. Lensa dengan focal length panjang bisanya disebut sebagai lensa tele.

Untuk lebih memahami hubungan antara focal length dan sudut pandang, lihat contoh dibawah :

6
2.5 Overlap Foto Udara
Foto udara yang digunakan untuk Fotogrametri diterbangkan dengan 2 tipe overlap, yaitu
Forward lap dan Side lap.
Forward lap adalah kemampuan kamera dalam melakukan potret yang overlap pada saat satu
kali terbang di jalur track terbang yang sama, direkomendasikan adalah 70% area yang mengalami
overlap dari foto pertama.
Side lap merupakan overlap diantara 2 garis track penerbangan yang disebut dengan spasi.
Nilai khas yang diperlukan untuk proses fotogrametri adalah 30-60%, tetapi disarankan menggunakan
sedikitnya 50% dari sisi yang terambil.

7
Forward Lap dan Side Lap
Secara teori, semakin tinggi nilai overlap, maka akan semakin bagus hasil olahan ortophoto,
terutama jika anda ingin menjadikan gambar anda 3D. Namun tentu saja harus diperhatikan kapasitas
penyimpan dan lama terbang.
2.6 Sudut Kamera untuk Foto Udara
Secara umum, ada 3 jenis teknik foto udara yang digolongkan berdasarkan sudut kamera, ketiga
jenis ini memiliki kelemahan dan kelebihannya sendiri, adapun sudut sudut tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Vertical photography : sampai kemiringan ±3°


2. Tilted Photography : > ±3° kurang dari ±30°
3. Oblique photography : antara 35° sampai 55°

8
Sudut Kamera
Keuntungan foto udara vertikal dibandingkan dengan foto udara condong

• Skala foto vertikal kira-kira selalu tetap dibandingkan dengan skala foto condong. Ini
menyebabkan lebih mudah untuk melakukan pengukuran-pengukuran pada foto dan hasil yang
diperoleh lebih teliti.
• Untuk keperluan tertentu foto udara vertikal dapat digunakan sebagai pengganti peta.
• Foto udara vertikal lebih mudah diinterpretasi dari pada foto udara condong. Ini dikarenakan
skala dan obyek-obyek yang lebih tetap bentuknya, tidak menutupi obyek-obyek lain sebanyak
yang terjadi pada foto udara condong.

9
Keuntungan foto udara condong dibandingkan dengan foto udara vertikal

• Foto udara condong meliputi area yang lebih luas dari pada kawasan yang diliput oleh suatu
foto udara vertikal.
• Jika lapisan awan seringkali menutupi suatu daerah yang tidak memungkinkan dilakukan
dengan pemotretan vertikal, maka dapat dilakukan dengan pemotretan condong.
• Beberapa obyek yang tidak dapat dilihat / tersembunyi dari atas pada foto udara vertikal,
misalnya :
• obyek dibawah bangunan tinggi, dapat terlihat pada pemotretan condong.
Catatan : Untuk Penggunaan tertentu perekaman condong sampai dengan sejajar dengan garis
horizon digunakan untuk proses rekonstruksi suatu obyek, misalnya gedung tinggi, gunung, menumen
atau patung, rumah, menara dan sebagainya.
2.7 Data Aqcuisition

Pada langkah ini dilakukan 2 metode pemetaan yaitu fotogrametri format kecil dengan
menggunakan drone, dan pengukuran teliti dengan GPS geodetik untuk mendapatkan koordinat
premarknya. Premark berfungsi sebagais titik ikat dan acuan sistem koordinat peta. Sama halnya
dengan fungsi poligon pada pengukuran dengan total station.
Pemotretan dilakukan setelah premark terpasang. Syarat minimal pengambilan data adalah 70%
sidelap, dan 80% overlap. Dalam data acquisition dilakukan 2 jenis cek kualitas data. yaitu:

10
GCP dan Cakupan Area Penerbangan drone
• Quality control premark yang diukur dengan GPS geodetik untuk memastikan posisi premark
sudah sesuai standar dan masuk syarat minimal pemetaan.
• Quality control image data yang meliputi seluruh area dan dipastikan overlap dan sidelap
sudah sesuai persyaratan, serta jangkauan pesawat telah mengcover keseluruhan area.
Jika ada yang terlewat dalam quality kontrol dilakukan pekerjaan ulang untuk melengkapi
kekurangan data tersebut.
2.8 Sistem koordinat
Ciri-ciri kamera udara yang paling penting disamping kualitas lensa adalah jarak titik api dan
sudut liputan. Kualitas lensa mempengaruhi kerincian objek yang dapat direkam. Jarak titik api adalah
jarak dari bidang fokus ke pusat lensa (titik belakang=rear nodel point). Panjang fokus menentukan
skala foto udara dan sudut liputan. Semakin besar ukuran fokusnya, maka semakin besar skalanya.
Panjang fokus kamera berbanding lurus dengan skala dan berbanding terbalik dengan luas liputan,.
Semakin panjang suatu fokus, maka luas liputan semakin sempit, perhatikan gambar 4. Tinggi terbang
berbanding lurus dengan luas liputan, dan berbanding terbalik dengan skala foto, artinya semakin
tinggi pesawat saat melakukan pemotretan, maka semakin luas liputannya tetapi makin kecil skalan
fotonya, perhatikan gambar 5. Sudut liputan adalah sudut kerucut berkasberkas sinar yang datang dari
daratan melewati lensa dan menyinari film.
A. Sistem Koordinat
Acuan dari sumbu-sumbu koordinat adalah tanda-tanda fidusial (fiducial Marks). Fiducial
mark berupa garis silang, noktah, ujung panah, atau gambargambar geometrik lain yang diproyeksikan
secara optik, yang terletak pada sisisisi foto (pada setiap lembar foto terdapat tanda ini dengan jumlah
4 atau 8, tergantung jenis kamera yang digunakan). Fiducial mark merupakan acuan sumbu-sumbu
koordinat (sumbu x dan sumbu y) dan pusat geometri foto udara. Sumbu x adalah garis pada foto yang
terletak antara tanda-tanda fiducial sisi yang berhadapan hampir sejajar dengan arah terbang. Sumbu
y adalah garis pada foto antara tanda-tanda fidusial sisi yang berhadapan dan tegak lurus sumbu x,
yang hampir tegak lurus garis/jalur terbang
2.9 Pergeseran Topografi
Pergeseran topografi/timbulan (relief) adalah pergeseran posisi objek pada foto udara, karena
adanya tinggi rendah permukaan bumi/objek yang menyebabkan jaraknya berbeda dari titik fokus
kamera, sehingga semakin jauh posisi objek dari pusat kamera akan semakin besar pergeseran
letaknya. Pergeseran topografi ini tampak secara jelas pada medan-medan yang bertofografi kasar,
misalnya di daerah pegunungan. Hal ini terjadi bagian permukaan bumi yang tinggi (missal bagian
puncak gunung) dengan bagian permukaan bumi yang rendah (missal kaki gunung) mempunyai jarak
yang berbeda dengan lensa kamera dan sudut pengambilan yang berbeda, sehingga bagian puncak
akan terekam lebih dahulu daripada bagian bawah. Kenyataan ini akan menimbulkan hasil rekaman
yang menampakkan suatu objek yang tinggi tampak merebah.
11
Semakin jauh dari titik tengah foto udara, maka objek tersebut akan tergambar semakin
merebah atau bertambah panjang. Sebaliknya objek yang mungkin mempunyai ketinggian yang sama
tetapi terletak dekat titik tengah foto udara, maka akan tergambar lebih pendek. Contoh lain, misalnya
menara atau 24 gedung bertingkat (gambaran objek menara yang paling benar adalah gambar a,
semestinya objek tampak sebagi suatu titik. Sementara menara pada gambar b yang terletak agak jauh
dari titik tengah foto tampak memanjang dan menjadi miring/condong, dan gambar c tampak rebah
dan jauh lebih panjang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin jauh dauh dari titik tengah
akan tampak merebah dan berukuran semakin memanjang. Gejala lain yang perlu diperhatikan bahwa
kecondongan gedung-gedung tersebut rebah tidak searah, melainkan mengikuti arah radial atau
menjari..
pergeseran topografi yang menyebar dari nadir dapat dihilangkan dengan alat-alat pengeplot
stereo atau dengan teknik-teknik trianggulasi garis radial. Selanjutnya perhitungan terhadap
pergeseran radial ini akan dibahas pada Bab II point E tentang Perpindahan Letak Gambar oleh Relief.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi yang telah dipaparkan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
penggunaan Teknik fotogrametri / uav dalam pemetaan topografi sangatlah efisien dan dari materi ini
penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa proses untuk melakukn pemetaan fotogrametri di
mulai dari perencanaan, pemasangan titik control (GCP), data akusisi serta pemrosesan data sehigga
data bisa di sajikan.

12
Daftar Pustaka
Gunadi, 1996. Lecture Note Guide on Fotogrammetry. Yogyakarta: Gadjah Mada
University-Bakosurtanal-TCDC Course Programme Integrated Use of Remote Sensing and GIS for Landuse
Mapping.
Kubik, D.L. and Greenwood, J.A. (2006). Development of Photogrammetry of Stress Analysis and Quality
Control.
Ligterink, G.H., 1987. Dasar-dasar Fotogrametri Interpretasi Foto Udara. Jakarta : Penerrbit Universitas
Indonesia (UI Press).
Lillesand, Thomas M. and Ralph W. Kiefer. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation Third Edition.
New York : John Wiley & Sons.
Madani, Mostafa. 2006. Integraph Integrated Digital Photogrammetry System. Huntsville: Intergraph
Corporation
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132240452/pendidikan/diktat-fotogramteri.pdf
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/viewFile/13936/13472
https://www.inovamap.com/index.php/2020/04/25/topo-mapping/
https://liupurnomo.com/pemetaan-menggunakan-drone/

13

Anda mungkin juga menyukai