Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 4

Mata Kuliah Geodesi Satelit I

Raden Gumilar, S.T., M.T.

OLEH :
VERI HASANGAPON
4122.3.18.13.0013

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK, PERENCANAAN, DAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
BANDUNG
2020
1. Sistem Koordinat Geodetik (Lintang, Bujur, Ellipsoid)
Sistem koordinat geodetik menggunakan model permukaan bumi yang
didekati dengan model ellipsoid sebagai model referensi. Posisi suatu titik
didefinisikan oleh :
✓ lintang(φ)
✓ bujur(λ) dan
✓ ketinggian(h).

Lintang geodetik(φ) dari suatu titik terbentuk dari sudut lancip oleh garis
normal ellipsoid yang melalui titik tersebut dengan bidang ekuator dengan nilai antara
0° sampai 90° lintang utara dan 0° sampai 90° lintang selatan. Bujur geodetik(λ)
merupakan sudut yang dibentuk antara meridian lokal dengan meridian Greenwich
dengan nilai antara 0° sampai 180° bujur barat dan 0° sampai 180° bujur timur.
Tinggi suatu titik diatas ellipsoid (h) dihitung sepanjang garis normal ellipsoid yang
melalui titik tersebut.

Sistem koordinat adalah sebuah cara atau metode untuk menentukan letak
suatu titik. Untuk menentukan dan mendeskripsikan titik yang dicari, sistem koordinat
menggunakan 3 parameter yaitu :

1. lokasi titik origin atau titik nol dari sistem koordinat


2. orientasi sumbu-sumbu koordinat
3. besaran yang digunakan dalam mendefinisikan posisi.

Setelah memenuhi 3 parameter di atas, sistem koordinat dapat digunakan untuk


mengetahui posisi suatu titik yang dicari.
2. Sistem koordinat toposentrik (x,y,z)
Sistem koordinat toposentrik merupakan sistem koordinat yang bersifat lokal
dengan titik nol mengacu pada garis gaya berat bumi, n (northing) mengacu ke arah
utara geodetik, dan e (easting) tegak lurus dengan n.

Sistem Koordinat Toposentrik ada 2 yaitu :

1. Utara(N)
2. Timur(E)

Parameter - parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk


mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi titik juga
dapat dinyatakan dalam 2D, baik dalam (L,B), ataupun dalam suatu sistem proyeksi
tertentu (x,y) seperti Polyeder, Traverse Mercator (TM) dan Universal Traverse
Mercator (UTM).
3. Koordinat Sistem Proyeksi
a. Sistem Proyeksi UTM

Sistem UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan system koordinat WGS


84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder
yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu
tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung ellipsoid dan
silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid.

Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal dua dimensi (x,y)
menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform yang memotong bumi pada
dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut
dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan memiliki
meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174°
BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga 168° BB, terus kearah timur hingga zone 60
yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT. Batas lintang dalam system koordinat ini
adalah 80° LS hingga 84° LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang
pembagiannya dimulai dari 80° LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS)
dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi
bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi
notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya.

b. Sistem Proyeksi TM-3

Sistem proyeksi TM-3o merupakan turunan dari sistem proyeksi UTM, yaitu
dengan cara membagi dua lebar zona UTM, dari 60 menjadi dua zona dengan lebar
masing-masing 30. Sistem proyeksi ini secara resmi digunakan untuk pemetaan
bidang tanah oleh Badan Pertanahan Naional. Pemetaan bidang-bidang tanah ialah
pemetaan kadastral.

Kerangka Kontrol Horisontal dalam lingkup BPN terutama jika dihubungkan


dengan titik kontrol yang dipasang dilapangan dinamakan dengan Titik Dasar Teknik.
Titik Dasar Teknik tersebut berdasarkan klasifikasinya dibedakan atas Orde 0/1, Orde
2, Orde 3 dan Orde 4, sedangkan untuk metode pengukurannya maka Orde 4
dilakukan secara Terestris. Dengan mempelajari modul IV ini diharapkan mahasiswa
dapat memahami dan melaksanakan pekerjaan proses hitungan terutama pada metode
pengukuran Kerangka Kontrol Horisontal dengan Metode Terestris dalam hal ini Titik
Dasar Teknik Orde 4. Dalam proses hitungan ini lebih menggunakan cara Bowdith
untuk perataannya. Proses hitungan hasil ukuran ini dilakukan dalam Sistem Proyeksi
TM – 3 0 .

Proyeksi TM – 3 0 memiliki ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

1. Proyeksi : Transverse Mercator dengan Lebar Zone 30 .

2. Sumbu Pertama (Y) : Meredian Sentral dari setiap Zone

3. Sumbu Kedua (X) : Ekuator

4. Satuan : Meter

5. Absis Semu (Timur): 200.000 + X

6. Ordinat Semu (Utara) : 1.500.000 + Y

7. Faktor Skala Pada Meredian Sentral : 0,9999

8. Penomoran Zone :

✓ Dimulai Zone No. 46.2 mulai Bujur 930 Timur s/d Bujur 960 Timur.
✓ Zone No. 47.1 mulai Bujur 960 Timur s/d Bujur 990 Timur.
✓ Zone No. 47.2 mulai Bujur 990 Timur s/d Bujur 1020 Timur.
✓ Zone No. 48.1 mulai Bujur 1020 Timur s/d Bujur 1050 Timur.
✓ Demikian sampai Zone terakhir No. 54.1 mulai Bujur 1380 Timur s/d Bujur 1410
Timur.
c. Proyeksi Kerucut (Conic)

Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari


proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi.

d. Proyeksi Silinder (Cylindrical)

Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu simetri dari


proyeksi ini adalah sumbu dari silinder yang melalui pusat bumi.
4. Sistem Koordinat Geosentrik

Di dalam astronomi bola, geosentrik adalah cara memandang/mendefinisikan


posisi benda-benda langit dengan Bumi sebagai pusatnya. Karena jarak objek-objek
langit begitu sangat besar jika dibandingkan dengan ukuran Bumi, maka posisinya
pada bola langit sering kali harus didefinisikan tidak lagi bergantung pada posisi
pengamat di permukaan bumi, tetapi Bumi sendirilah yang menjadi pusatnya.
Kebanyakan tata koordinat langit merupakan tata koordinat yang geosentrik. Hal ini
dilakukan untuk kemudahan semata.
Istilah geosentrik sering merujuk juga pada "Teori Geosentrik", yaitu sebuah
model alam semesta di mana Bumi adalah pusatnya. Sistem koordinat geosentrik
memiliki titik nol yang berpusat di massa bumi (geocenter) dengan sumbu Z atau
sumbu rotasi bumi searah dengan Conventional International Origin (CIO), sumbu X
ditarik dari pusat bumi kearah perpotongan ekuator dengan meridian Greenwich, dan
sumbu Y tegak lurus dengan sumbu X dan Z sesuai dengan kaidah tangan kanan.

5. Sistem Koordinat Astronomis


Di dalam astronomi, tata koordinat langit adalah tata koordinat yang
digunakan untuk memetakan posisi di langit. Umumnya digunakan dua koordinat
yang didefinisikan pada dua lingkaran besar acuan pada bola langit dan dinyatakan
dalam satuan sudut. Kedua lingkaran besar tersebut adalah:
1. bidang fundamental: yaitu lingkaran besar yang tegak lurus garis penghubung
kedua kutub tata koordinat. Koordinat pertama dihitung dari bidang
fundamental ke arah kutub atau sebaliknya.

2. lingkaran bujur nol: yaitu lingkaran besar yang melewati kedua kutub tata
koordinat dan didefinisikan sebagai titik awal. Koordinat kedua dihitung dari
lingkaran bujur nol ke lingkaran bujur objek.

Anda mungkin juga menyukai