Anda di halaman 1dari 12

HITUNG PROYEKSI GEODESI

“SISTEM PROYEKSI DI DUNIA”

Disusun oleh :

NAMA : Rizal Ahmad Ibrahim

NPM : 4122.3.19.13.0003

JURUSAN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
BANDUNG
2022
1. Universal Transverse Mercator (UTM)
The Universal Transverse Mercator (UTM) adalah Membagi permukaan bumi menjadi 60 zona yang setiap zona
mencakup 6o Karena datum adalah bagian dari sistem koordinat proyeksi maka UTM bisa dijadikan dasar pada
luas datum (WGS84)

UTM adalah sistem yang mendekati proyeksi area yang sama dan memiliki koordinat ortogonal dalam meter.
Proyeksi UTM didefinisikan relatif terhadap garis meridian sentral yang sesuai (3, 9, 15 ° W, dan sebagainya,
kelipatan tidak rata 3 °). Untuk area peta yang tidak mengandung meridian sentral proyeksi UTM, meridian yang
sesuai perlu ditentukan oleh pengguna program.

Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an.
Sifat-sifat proyeksi UTM adalah:
1. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi pada dua buah meridian
(Garis Bujur) ,
2. Daerah diantar dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 sehingga bola, bumi dibagi menjadi
60 zone.
3. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.
4. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.

5. Perbesaran pada meridian standar adalah 1.

6. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.

7. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.

Sistem proyeksi UTM merupakan salah satu sistem proyeksi yg terkenal dan sering digunakan. Posisi horizontal
2D (x,y)utmdgn bidang proyeksi silinder, transversal dan konform memotong bumi pd 2 meridian standar.
Seluruh permukaan bumi dibagi 60 bagian (disebut zone UTM). Setiap zona, dibatasi 2 meridian selebar 60 dan
memiliki meridian tengah. Zone 1 dimulai dari 180 derajat BB –174 derajat BB, zone 2 dari 174 derajat BB –168
derajat BB, dst ke Timur hingga zona 60 dari 174 derajat BT- 180 BT.
Proyeksi UTM. Proyeksi UTM merupakan proyeksi peta yang menggunakan bidang proyeksi berupa silinder,
transversal dan konform. Gambar proyeksi UTM bisa dilihat pada gambar I.8. Bidang silinder proyeksi ini
memotong bola bumi (secant) pada dua buah garis meridian yang dinamakan meridian standar. Pada garis
meridian standar besar faktor skalanya (k) = 1. Proyeksi UTM membagi bumi menjadi beberapa zone. Setiap
zone mempunyai ukuran 60 bujur x 80 lintang dan mempunyai meridian tengah sendiri dengan besar faktor skala
(k0) = 0,9996. Besar faktor skala (k) bervariasi, yaitu antara meridian tengah (500.000 mT) sampai 180.000 m
sebelah barat (garis grid 320.000 mT) dan timur (garis grid 680.000 mT) mempunyai harga dari 0,9996 sampai 1.
Di luar batas grid 320.000 mT dan 680.000 mT mempunyai faktor skala lebih dari 1. Faktor skala pada meridian
tengah adalah yang terkecil kemudian semakin membesar pada arah yang menuju ke meridian standar atau
semakin menjauhi meridian tengah (Prihandito, 1989).

Proyeksi UTM
(Prihandito, 2010)
Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut UTM, memang tidak terlalu terkenal di Indonesia
karena lebih sering menggunakan koordinat bujur-lintang. Dalam pemetaan partisipatif, agar masyarakat
memahaminya disarankan mengguanakan dua koordinat, Bujur-Lintang dan UTM.
Pembagian Zona dalam Koordinat UTM
Seluruh wilayah yang ada di permukaan dibumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh
(pertemuan antara garis 180 BB dan 180 BT), menuju ke Timur dan berakhir tempat berawalnya zona 1. Masing-
masing zona bujur memiliki lebar 6 derajat atau sekitar 667 kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona
lintang dengan panjang masing-masing zona adalah 8 derajat atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai dari 80
LS -72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU-84 LU. Dengan
demikian zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang). Dengan
demikian Garut terletak pada zona 47M dan 48M. Dalam koordinat UTM, setiap zona memiliki sumbu-sumbu
tersendiri berbeda dengan koordinat bujur-lintang yang menggunakan satu sumbu yang berpusat pada Kutub
Utara dan Selatan.

Wilayah Indonesia (90° – 144° BT dan 11° LS – 6° LU) terbagi dalam 9 zone UTM, dengan demikian wilayah
Indonesia dimulai dari zona 46 sampai zona 54 (meridian sentral 93° – 141° BT).
GISPEDIA

Sahabatalam.com

Disetiap negara umumnya dibuat dan dikembangkan suatu sistem pemetaan, khususnya sistem proyeksi peta,
yang dapat memenuhi kebutuhan dari negara bersangkutan. Ada satu sistem yang dapat menjadi acuan untuk
seluruh dunia yaitu sistem grid Universal Transverse Mercator yang merupakan modifikasi dari sistem proyeksi
Transverse Mercator. Sistem grid dan proyeksi yang digunakan adalah baik untuk pekerjaan pemetaan topografi,
referensi untuk citra satelit dan aplikasi lainnya yang memerlukan ketelitian untuk penentuan posisi.
Adapun ciri-ciri dari sistem grid UTM adalah :
(a) Sistem Gird UTM adalah sistem grid yag bersifat universal, membagi seluruh wilayah permukaan bumi
menjadi 60 bagian yang disebut sebagai zona UTM. Masing-masing zona UTM dibatasi oleh dua buah
meridian dengan lebar 60 bujur dan 80 lintang.
(b)    Zone-zone UTM diberi nomer yaitu zone 1 antara 180 0 BB sampai 1740 B terus kearah timur sampai zone
60 antara 1740 BT sampai 1800 BT.
(c)    Batas lintangnya adalah 800 LS dan 840 LU dengan pembagian dimulai dari 80 0 LS ke arah utara dengan
kode huruf C untuk Lintang Selatan 800 - 720, berturut-turut ke utara sampai dengan huruf X untuk Lintang
Utara 720 – 840, dengan catatan bahwa huruf I dan O tidak digunakan.
(d)   Setiap zone UTM, bidang proyeksi silinder tidak menyinggung permukaan bumi, tetapi memotong bumi.
(e)    Masing-masing zone mempunyai koordinat sendiri yaitu titik potong meridia sentral dengan garis ekuator
yang disebut sebagai titik nol sejati ( true origin ).
(f)     Dalam sistem grid metrik, meridian sentral diberi absis fiktif sebesar 500.000 meter Timur (mT), sedang
untuk ordinat, agar tidak dijumpai harga negatif maka di sebelah selatan ekuator diberi ordinat sebesar
10.000.000 meter Utara (mU), disebelah utara ekuator diberi ordinat 0 meter Utara (mU).
(g)    Setiap zone pada sistem grid UTM mempunyai pertampalan kesamping sekitar 40 km., sehingga setiap titik
yang berada di daerah pertampalan aka mempunyai dua harga koordinat.

1. Proyeksi Polyeder

Sebagai kelanjutan dari proyeksi Lambert, proyeksi Polyeder menerapkan kerucut sebagai bidang proyeksi.
Untuk mengatasi distorsi yang besar, maka diterapkan kerucut yang banyak, yaitu dengan

cara menyinggungkan kerucut-kerucut tersebut pada paralel (garis sejajar equator) bumi yang berbeda-beda.
Inilah sebabnya kenapa dikatakan sebagai Polyeder.
Besar daerah yang dipetakan dengan proyeksi Polyeder ini adalah sebesar 20’x20’ (lebar meridian dan lebar
paralel). Pembagian daerah proyeksi seperti ini, dikenal dengan zona proyeksi. Untuk daerah di luar kawasan
tersebut, digunakan kerucut lain yang dising- gungkan pada paralel yang berbeda.
Sistem proyeksi ini banyak digunakan oleh Belanda untuk memetakan Indonesia.

2. Proyeksi Mercator

Proyeksi peta yang diterapkan oleh Mercator untuk pertama kalinya adalah silinder normal konform di mana
equator dinyatakan sebagai garis equidistant
Dalam sistem proyeksi Mercator ini, seluruh muka bumi dapat dipetakan walaupun daerah semakin jauh dari
equator, baik ke utara maupun ke selatan, semakin besar pengaruh distorsinya.
Terjadi masalah terbesar pada kutub, yaitu bahwa kutub utara maupun selatan, seharusnya berupa titik, tetapi
pada proyeksi Mercator menjadi suatu garis.

3. Proyeksi Transverse Mercator

Untuk daerah sekitar equator, proyeksi Mercator dapat memberikan jawaban yang lebih baik agar distorsi yang
timbul mengecil. Untuk itu, proyeksi Mercator dikembangkan dalam bentuk silinder tranversal konform.
Pada saat awal, sistem proyeksi ini tidak membatasi zona proyeksi, sehingga untuk bebe-rapa daerah walaupun
sepanjang equator, distorsi geometrik proyeksi tersebut dirasakan masih cukup besar.

1. Proyeksi Planar/Zenithal/Azimuthal

Gambar 1. 1 Proyeksi Azimuthal

Proyeksi planar/zenithal/azimuthal adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai


bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. Proyeksi ini
menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi.
Umumnya digunakan untuk menggambarkan lintang kutub atau daerah yang cakupannya kecil.
Proyeksi ini cocok untuk pencitraan daerah kutub seperti Antartika dan negara kecil seperti
Singapura dan Brunei.
Ciri-ciri Proyeksi Planar/Zenithal/Azimuthal:
a. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub.
b. Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub.
c. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama.
d. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran.

2. Proyeksi Kerucut (Conical Projection)


Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garis garis meridian dan paralel dari suatu globe ke sebuah
kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksi-kan daerah lintang tengah (miring).
Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis
lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari. Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan
globe pada kerucut yang menyinggung atau memotong globe kemudian di buka, sehingga
bentangnya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah
daerah di lintang tengah sekitar 45° yaitu benua Eropa, diantaranya negara Inggris, Jepang, Rusia,
Serbia, Kroasia, Bulgaria, Bosnia dan lainnya.
Gambar 1. 2 Proyeksi Kerucut

Proyeksi peta kerucut tidak dapat digunakan unuk menggambarkan daerah kutub dan juga
daerah khatulistiwa. Ciri-ciri proyeksi kerucut antara lain:
1. Semua garis bujur merupakan garis lurus dan berkonvergensi di kutub.
2. Garis lintang merupakan suatu busur lingkaran yang konsentris dengan titik pusatnya adalah
salah satu kutub bumi.
3.Tidak dapat menggambarkan seluruh permukaan bumi karena salah satu kutub bumi tidak
dapat digambarkan.
4. Seluruh proyeksi tidak merupakan satu lingkaran sempurna, sehingga baik
untuk menggambarkan daerah lintang rendah.
Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Proyeksi kerucut normal atau standar
Jika garis singgung bidang kerucut pada bola bumi terletak pada suatu paralel (Paralel Standar).
2. Proyeksi Kerucut Transversal
Jika kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bumi tegak lurus.
3. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
Jika sumbu kerucut terhadap sumbu bumi terbentuk miring.

Gambar 1. 3 Jenis Proyeksi Kerucut

3. Proyeksi Silinder
Proyeksi Silinder adalah suatu proyeksi permukaan bola bumi yang bidang proyeksinya
berbentuk silinder dan menyinggung bola bumi. Apabila pada proyeksi ini bidang silinder
menyinggung khatulistiwa, maka semua garis paralel merupakan garis horizontal dan semua garis
meridian merupakan garis lurus vertikal. Proyeksi silinder cocok untuk digunakan dinegara yang
dilewati khatulistiwa seperti Indonesia.
Gambar 1. 4 Proyeksi Silinder Murni dan Contoh Peta Hasil Proyeksi Silinder

Penggunaan proyeksi silinder mempunyai beberapa keuntungan yaitu:


1. Dapat menggambarkan daerah yang luas.
2. Dapat menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa.
3. Daerah kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus.
4. Makin mendekati kutub, makin luas wilayahnya.
Jadi keuntungan proyeksi ini yaitu cocok untuk menggambarkan daerah ekuator, karena ke arah kutub
terjadi pemekaran garis lintang. Namun proyeksi silinder tidak cocok digunakan untuk memetakan
belahan bumi bagian kutub.

4. Proyeksi Sinusoidal
Pada proyeksi ini menghasilkan sudut dan jarak sesuai pada meridian tengah dan daerah
khatulistiwa sama luas. Jarak antara meridian sesuai, begitu pula jarak antar paralel. Proyeksi
sinusoidal baik untuk menggambarkan daerah-daerah yang kecil dibelahan bumi mana saja bahkan
untuk daerah-daerah yang luas sekalipun yang mana letaknya jauh dari khatulistiwa. Proyeksi ini
paling sering dipakai dan cocok untuk daerah Amerika Selatan, Australia dan Afrika.

Gambar 1. 5 Proyeksi Sinusoidal

5. Proyeksi Bonne (Equal Area)


Proyeksi bonne menggambarkan sudut dan jarak yang tepat pada meridian tengah serta peta
standar. Distorsi peta akan mengalami peningkatan atau semakin besar apabila menjauhi meridian
tengah. Maka dari itu, proyeksi bonne cocok untuk dapat digunakan dalam menggambarkan
wilayah Asia yang letaknya berada di sekitar khatulistiwa seperti Papua New Guinea, Malaysia,
Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Timor leste dan lainnya.
Gambar 1. 6 Proyeksi Bonne

6. Proyeksi Mollweide
Proyeksi Mollweide mempunyai ukuran yang sama luas hingga ke wilayah pinggir proyeksi
tiap bagian. Semakin mendekati kutub, maka akan mengubah ukuran suatu wilayah berubah
menjadi semakin kecil. Proyeksi mollweide umumnya digunakan untuk menggambarkan peta
statistika (persebaran penduduk, kerapatan vegetasi, hasil kebun dll), peta arus laut dan iklim, dan
peta pertanian diseluruh wilayah didunia tanpa terkecuali.

Gambar 1. 7 Proyeksi Mollweide

7. Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian
derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′.
Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar
dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar
dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi
nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan
letak garis sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian
standarnya (λ 0). Proyeksi Polieder dipakai oleh Belanda untuk memetakan Indonesia pada jaman
penjajahan dahulu kala,
Gambar 1. 8 Proyeksi Polyeder

Keuntungan sistem proyeksi polyeder


Keuntungan proyeksi polyeder yaitu karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20⁰
x 20⁰, sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka proyeksi ini baik untuk digunakan pada pemetaan
teknis skala besar
Kerugian proyeksi polyeder:
 Untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat, memerlukan tranformasi
koordinat.
 Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif.
 Tidak praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas.
 Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km.

8. Proyeksi Retroazimuthal
Proyeksi retroazimuthal adalah proyeksi yang menggambarkan arah menuju suatu titik dari
titik lain. Contoh dari proyeksi retroazimuthal adalah Litrow, Hammer, dan Craig. Khusu untu peta
yang diciptakan oleh Craig ini memiliki signifikansi khusus atau tujuan khusus karena sangat
bermanfaat bagi muslim untuk menentukan arah shalat karena peta retroazimuthal yang dibuat oleh
Craig memiliki titik tengah di Mekah, Saudi Arabia, sehingga digunakan sebagai acuan kiblat.

Gambar 1. 9 Proyeksi Retroazimuthal

9. Proyeksi Mercator
Proyeksi Mercator merupakan proyeksi silinder normal konform, dimana seluruh muka bumi
dilukiskan pada bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola bumi, kemudian silindernya
dibuka menjadi bidang datar. Pada proyeksi mercator penggambaran seluruh negara-negara di
wilayah muka bumi menjadi paling sesuai dan fit.
Sifat-sifat proyeksi Mercator yaitu:
a. Hasil proyeksi adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar
bila makin dekat dengan kutub.
b. Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal benar menurut
skala.
c. Interval jarak antara paralel tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval jarak makin
membesar.
d. Proyeksinya adalah konform.
e. Kutub-kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di posisi tak terhingga.

Gambar 1. 10 Proyeksi Mercator

Anda mungkin juga menyukai