Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Maulana Aditya Furqon Aryanda

NPM : 22081010310
MATKUL : Matematika Komputasi
DOSEN : Pratama Wirya Atmaja, S.Kom, M.Kom

PENUGASAN INDIVIDU SESI 7


“ Rangkuman Singkat Tentang Proyeksi Peta ”

1. PENGERTIAN
Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di
permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak
teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan- perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu
diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis bumi yang
digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran tertentu. Maka secara matematis proyeksi
peta dilakukan dari permukaan ellipsoid putaran ke permukaan bidang datar.

2. KLASIFIKASI DAN PEMILIHAN PROYEKSI PETA


2.1. Menurut Bidan Proyeksi Yang Digunakan
Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran permukaan
bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan. Menurut bidang proyeksi yang
digunakan, jenis proyeksi peta adalah :
a. Proyeksi Azimuthal
b. Proyeksi Kerucut (Conic)
c. Proyeksi Silinder (Cylindrical)

2.2. Menurut Posisi Sumbu Simetri Bidang Proyeksi Yang Digunakanw


Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah :
a. Proyeksi Normal (Polar)
b. Proyeksi Miring (Oblique)
c. Proyeksi Transversal
2.3. Menurut Kedudukan Bidang Proyeksi Terhadap Bumi
Ditinjau dari kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, proyeksi peta dibedakan menjadi :
a. Proyeksi Tangent (Menyinggung)
b. Proyeksi Sccabt (Memotong)

2.4. Menurut Ketentuan Geometrik Yang Dipenuhi


Menurut ketentuan geometrik yang dipenuhi, proyeksi peta dibedakan menjadi :
a. Proyeksi Ekuidistan
b. Proyeksi Konform
c. Proyeksi Ekuivalen

3. PEMILIHAN PROYEKSI PETA


Dalam pemilihan proyeksi peta yang akan digunakan, terdapat beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu :
a. Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan.
b. Lokasi geografis dan luas wilayah yang akan dipetakan.
c. Ciri-ciri asli yang ingin dipertahankan atau syarat geometrik yang akan dipenuhi

Dalam melakukan pemilihan proyeksi peta sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur, umumnya menggunakan
proyeksi kerucut, normal, konform, dan menyinggung di titik tengah wilayah yang dipetakan.
Proyeksi seperti ini dikenal sebagai proyeksi LAMBERT.
b. Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utara-selatan, umumnya
menggunakan proyeksi silinder, transversal, konform, dan menyinggung meridian yang berada
tepat di tengah wilayah pemetaan tersebut. Proyeksi ini dikenal dengan proyeksi Tranverse
Mercator (TM) atau Universal Tranverse Mercator (UTM).
c. Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal, normal,
konform. Proyeksi ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.

4. PROYEKSI PETA YANG UMUM DIPAKAI DI INDONESIA


4.1. Proyeksi Polyder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian
derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20°.
Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar
dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar.

4.2. Proyeksi Tranverse Mercator


Proyeksi Tranverse Mercator adalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder, tranversal,
conform, dan menyinggung. Pada proyeksi ini secara geografis silindernya menyinggung bumi
pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian sentral, faktor skala (k) adalah
1 (tidak terjadi distorsi). Perbesaran sepanjang meridian akan semakin meningkat pada meridian
yang semakin jauh dari meridian sentral kearah timur maupun kearah barat. Perbesaran sepanjang
paralel semakin akan meningkat pada lingkaran paralel yang semakin mendekati equator.

4.3. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)


Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan salah satu jenis dari proyeksi
silinder transversal conform, yang berarti proyeksi ini menggunakan bidang proyeksi yang berupa
silinder yang memotong tegak lurus dengan sumbu bumi, dengan sifat distorsinya conform.
Dalam satu kali putaran, proyeksi UTM mampu memetakan daerah yang lebarnya 6°. Sehingga
karena bidang proyeksi menyentuh 2 sisi bidang bumi, maka proyeksi dapat selesai dalam 30 kali
putaran. Dua buah meridian yang menyentuh bidang proyeksi disebut sebagai meridian standar.
Pada garis meridian perpotongan ini, faktor skala bernilai 1 karena hanya mengalami sedikit
distorsi.
Untuk meridian tengah nilai faktor skalanya 0,9996 karena nyaris tidak mengalami distorsi.
Untuk memperkecil distorsi yang terjadi, maka digunakanlah faktor skala. Semakin jauh dari garis
meridian yang mempunyai faktor skala 1, yaitu meridian yang memotong bola bumi, maka
distorsi akan semakin besar. Daerah ini akan membutuhkan faktor skala lebih dari 1 untuk
mengurangi distorsi, sehingga tidak akan terjadi pembesaran jarak pada peta dari jarak yang
seharusnya sesuai dengan skala yang digunakan.
Dengan sifatnya yang seperti itu, proyeksi UTM dapat memproyeksikan daerah ekuator tanpa
atau hanya sedikit mengalami distorsi, namun tidak terlalu baik menggambarkan daerah kutub dan
lintang sedang karena akan mengalami banyak distorsi.

4.4. Proyeksi Tranverse Mercator 3° ( TM- 3°)


Sistem proyeksi TM-3° merupakan turunan dari sistem proyeksi UTM, yaitu dengan cara
membagi dua lebar zona UTM, dari 60 menjadi dua zona dengan lebar masing-masing 30. Sistem
proyeksi ini secara resmi digunakan untuk pemetaan bidang tanah oleh Badan Pertanahan
Nasional. Proyeksi ini beracuan pada Ellipsoid World Geodetic System 1984 ( WGS ‘84) yang
kemudia disebut sebagai Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN ‘95).
5. KESIMPULAN
Proyeksi peta adalah proses memindahkan paralel dan meridian bumi secara matematis dan
sistematis ke penyajian bentuk grid dalam bidang datar. Proyeksi peta merupakan bagian penting dalam
ilmu kartografi dan proses pembuatan peta. Dasar pemilihan proyeksi peta adalah bahwa setiap
transformasi akan menyebabkan pengaruh pada representasi jarak, arah, sudut dan area. Dengan
memiliki pengatahuan proyeksi peta, pemilihan proyeksi peta akan lebih sesuai sehingga hasil pemetaan
menjadi lebih akurat sesuai dengan tujuan pemetaan. Suatu peta ‘idealnya’ harus dapat memenuhi
ketentuan geometrik sebagai berikut :
a. Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di permukaan
bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
b. Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
c. Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan besar sudut
atau arah sebenarnya di permukaan bumi.
d. Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di
permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta).
Namun karena permukaan bumi secara keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung, maka
pemetaan pada bidang datar tidak dapat dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi)
dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta yang ‘ideal’ dapat
dipenuhi.

6. REFERENSI :
https://youtu.be/j1ODEmRlffE

Anda mungkin juga menyukai