Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM 4

KARTOGRAFI DASAR
(Pembacaan Koordinat)

Dosen Pengampu:
Dr. Sugeng Widodo, M.Pd.
Dedy Miswar, S.Si.,M.Pd.

Disusun Oleh :
Ulfi Istiningdiah
1713034039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
I. Judul
Pembacaan Koordinat
II. Tujuan
Praktikum pertemuan keempat ini diharapkan agar mahasiswa dapat:
1) Membaca koordinat Geografis dan UTM
2) Menganalisis letak objek berdasarkan koordinat
III. Alat dan Bahan:
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1) Peta RBI dan Peta Topografi
2) Plastik transparan
3) Spidol OHP
4) Penggaris
5) Pena
6) Kertas HVS
7) Laptop
IV. Landasan Teori
A. Pengertian Koordinat
Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara
menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya
sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memahami posisi
masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat
pula, pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah.
Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan
di Indonesia, yaitu sistem koordinat Bujur-Lintang dan sistem
koordinat UTM (Universal Transverse Mercator). Tidak semua
sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem
koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat
yang berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi
terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem koordinat tersebut cocok
digunakan di Indonesia.
B. Koordinat Geografis
1. Bujur
Bujur suatu tempat (titik) adalah busur yang diukur (dalam
derajat) pada suatu paralel antara tempat tersebut dengan “prime
meridian” (=meridian Greenwich). Meridian Greenwich
mempunyai harga bujur 0º.
Bujur dari suatu titik tertentu pada bola bumi diukur ke
timur atau ke barat dari meridian Greenwich. Harga bujur berkisar
0º sampai 180º ke timur atau ke barat. Apabila suatu titik hanya
diketahui bujur saja, kita tidak dapat mengetahui lokasi secara teliti
karena dengan bujur yang sama dapat terletak pada suatu meridian
penuh. Dengan perkataan lain suatu meridian dapat didefinisikan
sebagai suatu garis yang menjadi tempat kedudukan semua titik
yang mempunyai bujur yang sama.
Panjang bujur setiap 10 dalam miles/kilometer tidak tetap
tergantung dari letak paralel. Jarak yang paling besar adalah di
ekuator karena ekuator merupakan lingkaran besar. Panjang bujur
10 di ekuator = 111,322 km
2. Lintang
Lintang suatu tempat didefinisikan sebagai busur yang diukur
(dalam derajat) pada suatu meridian antara tempat tersebut dengan
ekuator. Lintang mempunyai harga dari 0º pada ekuator sampai
90º di kutub utara dan kutub selatan
Apabila suatu tempat (titik) diketahui lintang dan bujur berarti
lokasi dapat ditentukan dengan teliti yang merupakan koordinat
geografis.
Garis Ekuator membagi bumi menjadi dua bagian yaitu belahan
bumi bagian utara dan belahan bumi bagian selatan. Garis ekuator
ini merupakan tempat kedudukan titik-titik nol untuk posisi lintang.
Ke arah utara besarnya lintang adalah 90º (Lintang Utara) dan
begitu juga ke arah Selatan, dimana kutub selatan mempunyai
lintang 90º Lintang Selatan (LS).
Kedudukan suatu tempat ditentukan oleh letak bujur dan lintang
tempat tersebut; sebagai contoh suatu titik mempunyai posisi
sebagai berikut 119º10’12” BT dan 5º14’10” LS, artinya titik
tersebut terletak 119º10’12” dari garis Prime Meridian ke arah
Timur dan sebesar 5º14’10” dari Ekuator ke arah Selatan.

C. Sistem UTM (Universal Transvers Mercator )


Sistem UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan system
koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah
Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus
ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu
tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung
ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis
bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisikan
posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder,
transversal, dan conform yang memotong bumi pada dua meridian
standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang
disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian
sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh,
zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari
174° BB hingga 168° BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang
dimulai dari 174° BT sampai 180° BT. Batas lintang dalam system
koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU. Setiap bagian derajat
memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS kearah
utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari
C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian
derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64°
LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan
seterusnya.
Ketentuan UTM
1. Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang
disebut meridian standar dengan faktor skala 1.
2. Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga
ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai
meridian tengah sendiri.
3. Perbesaran di meridian tengah = 0,9996.
4. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS.

Ciri Proyeksi UTM


Ciri proyeksi UTM adalah :
1. Proyeksi bekerja pada setiap bidang Ellipshoid yang dibatasi
cakupan garis meridian dengan lebar yang disebut zone.
2. Proyeksi garis meridian pusat (MC) merupakan garis vertikal pada
bidang tengah poyeksi.
3. Proyeksi garis lingkar equator merupakan garis lurus horizontal di
tengah bidang proyeksi.
4. Grid merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua
garis proyeksi pada butir dua dan tiga dengan interval sama. Jadi garis
pembentukan grid bukan hasil dari garis Bujur atau Lintang Ellipshoide
(kecuali garis Meridian Pusat dan Equator).
5. Penyimpangan arah garis meridian terhadap garis utara grid di
Meridian Pusat = , atau garis arah meridian yang melalui titik luar
Meridian Pusat tidak sama dengan garis arah Utara Grid Peta yang
disebut Konvegerensi Meridian. Dalam luasan dan skala tertentu
tampilan simpangan ini dapat diabaikan karena kecil.

UTM digunakan sebagai sistem Proyeksi Pemetaan Nasional


Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan sistem proyeksi
yang digunakan secara nasional di wilayah Indonesia. Berikut ini akan
dijelaskan lasan mengapa sistem UTM dipakai :
1. Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar garis
khatulistiwa atau garis lintang equator dari barat sampai ke timur yang
relative seimbang.
2. Untuk kondisi seperti ini, sistem proyeksi Tansverse Mecator/ Silinder
Melintang Mecator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan
distorsi mnimal).
3. Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih sisatem
proyeksi Universal Transverse Mecator yang memberikan batasan
luasan bidang antara dua garis bujur dan ellipsoide yang dinyatakan
sebagai zone.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM

Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM :

 Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 .
 Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus
yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.
 Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70
cm/ 1000m.
 Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84
LU memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).

V. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Ambil salah satu peta RBI/Topografi. Kemudian menjiplak garis
koordinat lintang dan bujur beserta angka acuan pada peta
menggunakan plastik transparan dan spidol OHP.
3. Tentukan titik objek yang akan dicari koordinatnya.
4. Tentukan koordinat geografisnya.
5. Tentukan koordinat UTM
6. Membuat laporan praktikum.
VI. Hasil
Hasil praktikum berupa pembacaan koordinat peta RBI dan peta
Topografi.
1. Pembacaan Koordinat Peta RBI
1) Titik A
a. Koordinat Geografis
Lintang = 07º45´00´´ S
= 07º44´30´´ S
Bujur = 109º30´00´´ T
= 109º29´30´´ T
b. Koordinat UTM
03
x = 34584 mT
03
= 33670 mT
91
y = 43048 mU
= 9144000 mU
2) Titik B
a. Koordinat Geografis
Lintang = 07º45´00´´ S
= 07º44´36´´ S
Bujur = 109º30´00´´ T
= 109º28´32´´ T
b. Koordinat UTM
03
x = 34584 mT
03
= 32500 mT
91
y = 43048 mU
= 9144600 Mu

3) Titik C
a. Koordinat Geografis
Lintang = 07º45´00´´ S
= 07º44´00´´ S
Bujur = 109º30´00´´ T
= 109º28´30´´ T
b. Koordinat UTM
03
x = 34584 mT
03
= 31900 mT
91
y = 43048 mU
91
= 44950 mU
4) Titik D
a. Koordinat Geografis
Lintang = 07º45´00´´ S
= 07º44´00´´ S
Bujur = 109º30´00´´ T
= 109º28´00´´ T
b. Koordinat UTM
03
x = 34584 mT
03
= 30900 mT
91
y = 43048 mU
91
= 44950 mU
5) Titik E
a. Koordinat Geografis
Lintang = 07º45´00´´ S
= 07º44´30´´ S
Bujur = 109º30´00´´ T
= 109º27´30´´ T
b. Koordinat UTM
03
x = 34584 mT
03
= 30000 mT
91
y = 43048 mU
91
= 44000 mU

2. Pembacaan Koordinat Peta Topografi


1) Titik A
a. Koordinat Geografis
Lintang = 103º45´
= 103º40´31´´
Bujur = 103º45´
= 103º58´29´´
b. Koordinat UTM
03
x = 62000 mT
03
= 64000 mT
94
y = 48000 mU
= 9450000 mU
2) Titik B
a. Koordinat Geografis
Lintang = 103º45´
= 103º47´39´´
Bujur = 103º45´
= 103º57´36´´
b. Koordinat UTM
03
x = 62000 mT
03
= 66300 mT
94
y = 48000 mU
= 9451280 mU
3) Titik C
a. Koordinat Geografis
Lintang = 103º45´
= 103º49´00´´
Bujur = 103º45´
= 103º57´59´´
b. Koordinat UTM
03
x = 62000 mT
03
= 69000 mT
94
y = 48000 mU
= 9451000 mU
4) Titik D
a. Koordinat Geografis
Lintang = 103º45´
= 103º49´34´´
Bujur = 103º45´
= 103º58´52´´
b. Koordinat UTM
03
x = 62000 mT
03
= 70000 mT
94
y = 48000 mU
= 9449000 mU

5) Titik E
a. Koordinat Geografis
Lintang = 103º45´
= 103º50´20´´
Bujur = 103º45´
= 103º56´55´´
b. Koordinat UTM
03
x = 62000 mT
03
= 71150 mT
94
y = 48000 mU
= 9452450 mU
VII. Pembahasan
Praktikum pertemuan ke-empat membahas pembacaan koordinat.
Peta yang digunakan adalah peta RBI dan peta Topografi. Setelah
dilakukan praktikum ini penulis dapat mengetahui dan memahami
bagaimana cara menentukan koordinat pada peta. Tidak hanya
mengetahui simbol-simbol peta pada umumnya namun dalam hal-hal
yang lebih detail seperti halnya koordinat suatu objek dapat kita lihat
dengan menentukan tiitk koordinat.
Dalam menentukan titik koordinat, kita dapat menggunakan dua
cara yakni secara geografis dan UTM. Pada peta RBI maupun
Topografi memiliki cara yang berbeda dalam menentukan masing-
masing koordinat. Pada peta RBI cara menentukan koordinat geografis
tidak memerlukan banyak perhitungan. Kita hanya menggunakan
angka yang menjadi acuan yang sudah tertera pada garis lintang dan
garis bujur. Namun, untuk menentukan koordinat UTM diperlukan
perhitungan. Dalam koordinat UTM terdapat “y” yang menunjukkan
garis bujur dan “x” menunjukkan garis lintang. “y” memiliki 7 digit
dan “x” memiliki 6 digit. Untuk menentukan tiga digit terakhir
koordinat UTM pada peta RBI perlu perhitungan dengan dibagi 10
untuk menentukan titik koordinat yang tepat, karena UTM memiliki
satuan meter sedangkan geografis memiliki satuan derajat, menit, dan
detik.
Untuk menentukan koordinat pada peta Topografi memiliki cara
yang berkebalikan dengan cara menentukan koordinat pada peta RBI.
Pada peta topografi, untuk menentukan koordinat UTM tidak
memerlukan perhitungan yang banyak. Sedangkan pada koordinat
geografis memerlukan perhitungan untuk setiap menit dan detiknya.
Pada praktikum ini, kita menentukan 5 titik pada peta RBI dan peta
topografi yang akan dicari koordinat geografis dan UTMnya.
Kelebihan pada praktikum ini yaitu kita dapat mengetahui dan
memahami bagaimana cara menentukan koordinat suatu objek di peta.
Sedangkan kekurangannya adalah perlunya pemahaman yang
mendalam untuk menghitung koordinatnya. Kurangnya pemahaman
menjadikan kesulitan dalam menyusun laporan.

VIII. Kesimpulan
Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan
posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem
koordinat, masyarakat menjadi saling memahami posisi masing-
masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan
suatu wilayah menjadi lebih mudah.
Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di
Indonesia, yaitu sistem koordinat Bujur-Lintang dan sistem koordinat
UTM (Universal Transverse Mercator). Tidak semua sistem koordinat
cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat bujur-lintang
tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan dengan
kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi, kedua
sistem koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia.
IX. Daftar Pustaka
https://belajararcgis.blogspot.co.id/2016/05/koordinat-peta-geografis-
vs-utm.html
http://www.astalog.com/1869/fungsi-koordinat-pada-peta.htm
https://www.academia.edu/9403460/SISTEM_KOORDINAT_DAN_P
ROYEKSI_PETA

Anda mungkin juga menyukai