Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM 5 DAN 6

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI


(Mengubah Data Curah Hujan Titik Menjadi Data Curah Hujan Wilayah)

Dosen Pengampu : Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si.

Disusun Oleh :
Ulfi Istiningdiah
1713034039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hujan merupakan titik-titik air yang jatuh ke permukaan bumi hasil
dari kumpulan titik-titik air yang sudah sampai pada titik jenuh
( kondensasi) suatu siklus hidrologi. Hujan di suatu tempat berbeda-
beda tergantung pada awan yang mengandung titik-titik hujan
didalamnya.
Sedangkan Curah hujan atau yang juga sering disebut presipitasi
adalah jumlah air hujan yang turun pada daerah tertentu dalam waktu
tertentu. Curah Hujan juga dapat dikatakan sebagai air hujan yang
terkumpul di tempat datar yang tidak menguap, tidak meresap dan
tidak mengalir setelah hujan turun. Satuan curah hujan selalu
dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di
indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan
milimeter (mm). Curah hujan dalam 1 (satu) milimeter memiliki arti
dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air
setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima oleh
permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi, dan
perembesan ke dalam tanah (Handoko 1995). Pengukuran curah hujan
pada tiap stasiun pengamatan hujan akan menghasilkan nilai curah
hujan titik yang dianggap mewakili nilai curah hujan untuk radius
tertentu yang bergantung dari letak stasiun, topografi wilayah dan
sebaran (tipe) hujan pada wilayah tersebut. Daerah yang berbukit-bukit
memerlukan stasiun yang lebih rapat daripada daerah yang datar,
karena daerah belakang angin tidak dapat diwakili oleh daerah hadap
angin.
Analisis curah hujan titik adalah analisa data hujan yang
dikumpulkan oleh satu stasiun sebagai individu (Murdiyarso 1980).
Karakteristik hujan adalah hal-hal yang menyangkut jeluk (depth)
curah hujan yang dihubungkan dengan dimensi waktu dan ruang.
Curah hujan wilayah merupakan curah hujan yang
pengukurannya dilakukan di suatu wilayah tertentu (wilayah regional).
Curah hujan yang dibutuhkan untuk menyusun suatu rencangan
pemanfaatan air dan rencana pengendalian banjir adalah curah hujan
rata – rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan hanya curah
hujan pada satu titik saja. Analisis data hujan dimaksudkan untuk
mendapatkan besaran curah hujan. Perlunya menghitung curah hujan
wilayah adalah untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir. Loebis (1987) mengatakan bahwa
metode yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rata – rata
wilayah ada tiga metode, yaitu metode rata – rata aritmatika (aljabar),
metode polihon Thiessen, dan metode Isohyet.
Tingkat curah hujan di suatu wilayah menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi kondisi lingkungan di daerah tersebut. Seiring
dengan meningkatnya intensitas curah hujan, biasanya selalu ada
dampak negatif yang timbul. Seperti terjadinya banjir dan longsor
dimana faktor metrologi dalam hal ini curah hujan diketahui menjadi
penyebab utama bila dilihat dari intensitas, durasi, serta distribusinya.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Mengubah Curah Hujan Titik menjadi Curah Hujan wilayah


Praktikum pada pertemuan ke-5 dan ke-6 membahas cara mengubah curah
hujan titik menjadi curah hujan wilayah. Praktikum dilakukan di dalam
ruang laboratorium geografi. Cara mengubah data CH titik menjadi CH
wilayah menggunakan milimeter blok untuk semua cara yang digunakan.

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan


pemanfaatan air pengendalian banjir adalah curah hujan rata diseluruh
daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan titik tertentu, jadi diperlukan
curah hujan wilayah. Cara perhitungan curah hujan terdapat 3 cara, yaitu
cara aritmatik, cara Theisen dan cara Isohyet.
a. Cara Aritmatik (Aljabar)
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana, didasarkan pada
pengertian bahwa tiap stasiun di daerah tersebut menerima curah hujan
untuk seluruh daerah, sehingga dalam perhitungannya tiap stasiun
diberi bobot sama. Metode ini sesuai untuk daerah yang topografinya
datar dan distribusi hujan tersebar merata.
Rumus perhitungan curah hujan dengan cara aritmatik :

R = 1/n (S1+S2+...........Sn)

Keterangan :
R = CH daerah (mm)
n = jumlah titik pengamatan
b. Cara Theisen
Cara ini memberikan nilai bobot pada tiap stasiun dengan memberi
batasan berupa polygon. Polygon pembatas ini dibuat dengan menarik
garis berat atas garis yang menghubungkan setiap stasiun. Digunakan
jika titik-titik pengamatan di dalam daerah kajian tidak tersebar merata.
cara ini mengabaikan efek topografi dan satu polygon mewakili oleh
satu stasiun penakar hujan.
Plotkan semua lokasi stasiun pengukuran dan tinggi hujan yang
ada disekitar daerah yang akan ditentukan curah hujan wilayahnya.
Menyambungkan setiap stasiun pengukuran hujan dengan stasiun
pengukuran terdekatnya terutama untuk stasiun – stasiun pengukuran
hujan yang berada dalam dan paling dekat dengan batas daerah wilayah.
Sambungkan antar stasiun akan membentuk deretan segitiga yang tidak
boleh saling berpotongan satu sama lain. Kemudian menentukan titik
tengah dari setiap sisi segitiga dan membuat sebuah garis tegak lurus
terhadap masing – masing sisi segitiga tersebut tepat di titik tengahnya.
Menghubungkan setiap garis tegak lurus tersebut satu sama lain
sehingga membentuk polygon – polygon dimana setiap polygon hanya
diwakili oleh satu stasiun pengukuran hujan yang berada di dalam atau
paling dekat dengan batas daerah wilayah.
Rumus perhitungan curah hujan wilayah dapat dilakukan dengan
cara :
R= A1R1+A2R2+............AnRn
A1+A2+.....................An
Keterangan :
R = Curah hujan wilayah (mm)
A = Luas wilayah per stasiun
Untuk mencari area bisa dilakukan dengan menghitung milimeter blok
yang mencakup wilayah yang dicari. Setelah luas telah diketahui
kemudian dikalikan dengan penyebut skala untuk menentukan luas
daerah sebenarnya.

c. Cara Isohyet
Isohyet adalah garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
memiliki curah hujan yang sama. Cara Isohyet digunakan untuk
menentukan hujan rata-rata pada daerah bergunung dan sebaran stasiun
pengamatan yang tidak merata. Pada umumnya digunakan untuk hujan
tahunan, karena terlalu banyak variasinya,sehingga isohyet akan
berubah-ubah.
Rumus perhitungan curah hujan wilayah dapat dilakukan dengan
cara :
R= A1R1+A2R2+............AnRn
A1+A2+.....................An
Keterangan :
R = Curah hujan wilayah (mm)
A = Luas wilayah per stasiun (km2)

Setiap wilayah memiliki satu stasiun pengamatan curah hujan.


Curah hujan pada setiap wilayah berbeda-beda. Untuk menentukan
curah hujan suatu wilayah, perlu dicari luas wilayah yang termasuk
dalam area. Area yang dicari adalah area terdekat dari stasiun pengamat
curah hujan. Cara mencari area (A) yaitu dengan menghitung milimeter
blok yang masuk dalam cakupan area. Setelah ditentukan, area dikalikan
penyebut skala untuk menentukan luas wilayah per kilometer persegi.
Mencari curah hujan wilayah yaitu mengalikan area dengan stasiun
pengamat terdekat. Misalkan A1xR1, berarti area satu dikalikan dengan
curah hujan pada stasiun pengamat 1 kemudian dijumlahkan dengan
area dan curah hujan pada masing-masing wilayah kemudian dibagi
dengan area.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Curah hujan wilayah merupakan curah hujan yang pengukurannya
dilakukan di suatu wilayah tertentu (wilayah regional). Curah hujan yang
dibutuhkan untuk menyusun suatu rencangan pemanfaatan air dan rencana
pengendalian banjir adalah curah hujan rata – rata diseluruh daerah yang
bersangkutan, bukan hanya curah hujan pada satu titik saja. Analisis data
hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan. Perlunya
menghitung curah hujan wilayah adalah untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir. Loebis (1987)
mengatakan bahwa metode yang digunakan dalam perhitungan curah hujan
rata – rata wilayah ada tiga metode, yaitu metode rata – rata aritmatika
(aljabar), metode polihon Thiessen, dan metode Isohyet.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35276887/Analisis_curah_hujan_wilayah . diakses
pada 2 Mei 2018.

http://www.radarhijau.com/2016/09/analisis-curah-hujan-titik-dan-curah.html.
Diakses pada 2 Mei 2018.

https://www.academia.edu/33758652/ANALISIS_CURAH_HUJAN_WILAYAH.
Diakses pada 2 Mei 2018.

https://rizkisilvianaipblnk52.blogspot.co.id/2016/11/laporan-curah-hujan-
wilayah.html. diakses pada 2 Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai