Anda di halaman 1dari 9

HITUNG PROYEKSI GEODESI

“SISTEM PROYEKSI DI DUNIA”

Disusun oleh :

NAMA : Rizal Ahmad Ibrahim

NPM : 4122.3.19.13.0003

JURUSAN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
BANDUNG
2022
ii
1. Proyeksi Planar/Zenithal/Azimuthal

Gambar 1. 1 Proyeksi Azimuthal

Proyeksi planar/zenithal/azimuthal adalah proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai


bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. Proyeksi ini
menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub pada titik pusat proyeksi.
Umumnya digunakan untuk menggambarkan lintang kutub atau daerah yang cakupannya kecil.
Proyeksi ini cocok untuk pencitraan daerah kutub seperti Antartika dan negara kecil seperti
Singapura dan Brunei.
Ciri-ciri Proyeksi Planar/Zenithal/Azimuthal:
a. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub.
b. Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub.
c. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta besarnya sama.
d. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran.

2. Proyeksi Kerucut (Conical Projection)


Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garis garis meridian dan paralel dari suatu globe ke sebuah
kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksi-kan daerah lintang tengah (miring).
Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis
lingkaran sedangkan bujur berupa jari-jari. Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan
globe pada kerucut yang menyinggung atau memotong globe kemudian di buka, sehingga
bentangnya ditentukan oleh sudut puncaknya. Proyeksi ini paling tepat untuk menggambar daerah
daerah di lintang tengah sekitar 45° yaitu benua Eropa, diantaranya negara Inggris, Jepang, Rusia,
Serbia, Kroasia, Bulgaria, Bosnia dan lainnya.
Gambar 1. 2 Proyeksi Kerucut

Proyeksi peta kerucut tidak dapat digunakan unuk menggambarkan daerah kutub dan juga
daerah khatulistiwa. Ciri-ciri proyeksi kerucut antara lain:
1. Semua garis bujur merupakan garis lurus dan berkonvergensi di kutub.
2. Garis lintang merupakan suatu busur lingkaran yang konsentris dengan titik pusatnya adalah
salah satu kutub bumi.
3.Tidak dapat menggambarkan seluruh permukaan bumi karena salah satu kutub bumi tidak
dapat digambarkan.
4. Seluruh proyeksi tidak merupakan satu lingkaran sempurna, sehingga baik
untuk menggambarkan daerah lintang rendah.
Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Proyeksi kerucut normal atau standar
Jika garis singgung bidang kerucut pada bola bumi terletak pada suatu paralel (Paralel Standar).
2. Proyeksi Kerucut Transversal
Jika kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bumi tegak lurus.
3. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
Jika sumbu kerucut terhadap sumbu bumi terbentuk miring.

Gambar 1. 3 Jenis Proyeksi Kerucut

3. Proyeksi Silinder
Proyeksi Silinder adalah suatu proyeksi permukaan bola bumi yang bidang proyeksinya
berbentuk silinder dan menyinggung bola bumi. Apabila pada proyeksi ini bidang silinder
menyinggung khatulistiwa, maka semua garis paralel merupakan garis horizontal dan semua garis
meridian merupakan garis lurus vertikal. Proyeksi silinder cocok untuk digunakan dinegara yang
dilewati khatulistiwa seperti Indonesia.
Gambar 1. 4 Proyeksi Silinder Murni dan Contoh Peta Hasil Proyeksi Silinder

Penggunaan proyeksi silinder mempunyai beberapa keuntungan yaitu:


1. Dapat menggambarkan daerah yang luas.
2. Dapat menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa.
3. Daerah kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus.
4. Makin mendekati kutub, makin luas wilayahnya.
Jadi keuntungan proyeksi ini yaitu cocok untuk menggambarkan daerah ekuator, karena ke arah kutub
terjadi pemekaran garis lintang. Namun proyeksi silinder tidak cocok digunakan untuk memetakan
belahan bumi bagian kutub.

4. Proyeksi Sinusoidal
Pada proyeksi ini menghasilkan sudut dan jarak sesuai pada meridian tengah dan daerah
khatulistiwa sama luas. Jarak antara meridian sesuai, begitu pula jarak antar paralel. Proyeksi
sinusoidal baik untuk menggambarkan daerah-daerah yang kecil dibelahan bumi mana saja bahkan
untuk daerah-daerah yang luas sekalipun yang mana letaknya jauh dari khatulistiwa. Proyeksi ini
paling sering dipakai dan cocok untuk daerah Amerika Selatan, Australia dan Afrika.

Gambar 1. 5 Proyeksi Sinusoidal

5. Proyeksi Bonne (Equal Area)


Proyeksi bonne menggambarkan sudut dan jarak yang tepat pada meridian tengah serta peta
standar. Distorsi peta akan mengalami peningkatan atau semakin besar apabila menjauhi meridian
tengah. Maka dari itu, proyeksi bonne cocok untuk dapat digunakan dalam menggambarkan
wilayah Asia yang letaknya berada di sekitar khatulistiwa seperti Papua New Guinea, Malaysia,
Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Timor leste dan lainnya.
Gambar 1. 6 Proyeksi Bonne

6. Proyeksi Mollweide
Proyeksi Mollweide mempunyai ukuran yang sama luas hingga ke wilayah pinggir proyeksi
tiap bagian. Semakin mendekati kutub, maka akan mengubah ukuran suatu wilayah berubah
menjadi semakin kecil. Proyeksi mollweide umumnya digunakan untuk menggambarkan peta
statistika (persebaran penduduk, kerapatan vegetasi, hasil kebun dll), peta arus laut dan iklim, dan
peta pertanian diseluruh wilayah didunia tanpa terkecuali.

Gambar 1. 7 Proyeksi Mollweide

7. Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian
derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′.
Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar
dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar
dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi
nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan
letak garis sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian
standarnya (λ 0). Proyeksi Polieder dipakai oleh Belanda untuk memetakan Indonesia pada jaman
penjajahan dahulu kala,
Gambar 1. 8 Proyeksi Polyeder

Keuntungan sistem proyeksi polyeder


Keuntungan proyeksi polyeder yaitu karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20⁰
x 20⁰, sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka proyeksi ini baik untuk digunakan pada pemetaan
teknis skala besar
Kerugian proyeksi polyeder:
 Untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat, memerlukan tranformasi
koordinat.
 Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif.
 Tidak praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas.
 Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km.

8. Proyeksi Retroazimuthal
Proyeksi retroazimuthal adalah proyeksi yang menggambarkan arah menuju suatu titik dari
titik lain. Contoh dari proyeksi retroazimuthal adalah Litrow, Hammer, dan Craig. Khusu untu peta
yang diciptakan oleh Craig ini memiliki signifikansi khusus atau tujuan khusus karena sangat
bermanfaat bagi muslim untuk menentukan arah shalat karena peta retroazimuthal yang dibuat oleh
Craig memiliki titik tengah di Mekah, Saudi Arabia, sehingga digunakan sebagai acuan kiblat.

Gambar 1. 9 Proyeksi Retroazimuthal

9. Proyeksi Mercator
Proyeksi Mercator merupakan proyeksi silinder normal konform, dimana seluruh muka bumi
dilukiskan pada bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola bumi, kemudian silindernya
dibuka menjadi bidang datar. Pada proyeksi mercator penggambaran seluruh negara-negara di
wilayah muka bumi menjadi paling sesuai dan fit.
Sifat-sifat proyeksi Mercator yaitu:
a. Hasil proyeksi adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar
bila makin dekat dengan kutub.
b. Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal benar menurut
skala.
c. Interval jarak antara paralel tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval jarak makin
membesar.
d. Proyeksinya adalah konform.
e. Kutub-kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di posisi tak terhingga.

Gambar 1. 10 Proyeksi Mercator

10. Proyeksi TM
3⁰
Sistem proyeksi TM-3⁰ merupakan turunan dari sistem proyeksi UTM, yaitu dengan cara
membagi dua lebar zona UTM, dari 60 menjadi dua zona dengan lebar masing-masing 30. Sistem
proyeksi ini secara resmi digunakan untuk pemetaan bidang tanah oleh Badan Pertanahan
Nasional. Secara geometrik , proyeksi TM -3̊sama dengan proyeksi Universal Transverse
Mercator (UTM). Perbedaannya terletak pada penetapan faktor skala di meridian sentral dan
penetapan lebar wilayah cakupan. Proyeksi TM 3 ⁰ memiliki nilai absis semu (T) : 200.000
meter + X, ordinat semu (U) :
1.500.000 meter + Y, faktor skala : 0,9999. Berikut ini merupakan pembagian Zona TM - 3˚ di
wilayah Indonesia.

Gambar 1. 11 Pembagian zona sistem proyeksi tm3 di wilayah Indonesia

Anda mungkin juga menyukai