Bumi fisik merupakan gambaran bumi yang sesungguhnya dan sangat tidak beraturan. Karena
terjadi gaya tarik menarik antara bumi – bulan – matahari. Bumi fisik terbentuk dari sebagian
besar air, dataran rendah dan dataran tinggi. Dalam model ini bumi fisik tidak dapat dilakukan
proses pemetaan, karena bentuknya yang tidak beratiran sehingga sulit ditentukan model
matematisnya.
Bidang ekuipotensial bumi yang dianggap berhimpit dengan permukaan air laut rata rata.
Untuk mengetahui bidang geoid diperlukan pengukuran gaya berat. Saat ini digunakan
beberapa pendekatan model geoid secara global diantaranya EGM 96, EGM 2008 , dll.
Namun di Indonesia model global tersebut masih memilki ketelitian yang cukup rendah
( kurang lebih 1 meter ), karena masih relative sedikit lokasi pengukuran gaya berat di
Indonesia. Geoid disebut sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya. Lebih jauh
geoid dapat didefinisikan sebagai bidang ekipotensial yang berimpit dengan permukaan laut
pada saat keadaan tenang dan tanpa gangguan , karena itu secara praktis geoid dianggap
berhimpit dengan permukaan laut rata-rata (Mean sea level-MSL). Jarak geoid terhadap
ellipsoid disebut Undulasi geoid (N). Nilai dari undulasi geoid tidak sama di semua tempat,
hal ini disebabkan ketidakseragaman sebaran densitas massa bumi. Untuk keperluan aplikasi
geodesi, geofisika dan oseanografi dibutuhkan geoid dengan ketelitian yang cukup tinggi.
Gambar 1 : Bentuk Geoid Bumi
Geoid memiliki peran yang penting dalam berbagai hal seperti untuk keperluan aplikasi
geodesi, oseanografi, dan geofisika. Contoh untuk bidang ilmu geodesi yaitu penggunaan
teknologi GPS dalam penentuan tinggi orthometrik untuk berbagai keperluan praktis seperti
rekayasa, survei, dan pemetaan membutuhkan infomasi geoid teliti. Hal Ini disebabkan
karena tinggi GPS adalah bersifat geometrik karena mengacu pada bidang matematis
ellipsoid, sedangkan tinggi yang diperlukan untuk keperluan praktis adalah tinggi yang
mempunyai arti fisik di permukaan bumi yaitu tinggi orthometrik di mana bidang acuannya
adalah geoid (bidang equipotensial yang identik dengan permukaan laut rata-rata tanpa
gangguan). Beda tinggi antara ellipsoid dan tinggi geoid sangatlah bervariasi dan besarnya
bisa mencapai puluhan meter, sehingga pemakaian langsung tinggi GPS (tinggi ellipsoid) itu
menyebabkan penyimpangan puluhan meter terhadap tinggi orthometrik. Kesimpulannya
penggunaan teknik GPS di Indonesia dalam penentuan tinggi orthometrik untuk berbagai
keperluan praktis seperti rekayasa, survei, dan pemetaan seperti disebut di atas mengalami
kendala karena hingga saat ini belum ada geoid teliti di wilayah negara kita.
Selain berfungsi untuk penentuan tinggi ortometrik, geoid juga diperlukan dalam penentuan
datum geodetik di Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia yang terdiri dari kepulauan, dimana
tiap-tiap pulau jaraknya cukup jauh bagi pengukuran-pengukuran geodesi secara terestris dan
konvensional, menyebabkan jarring kontrol geodesi masih belum bersambungan dan dihitung
pada permukaan ellipsoida yang berbeda-beda, dan karena informasi geoid terhadap ellipsoid-
elipsoid tersebut belum diketahui, maka dianggap permukaan geoid adalah permukaan
ellipsoid. Jadi data-data pada permukaan geoid (air laut rata-rata) digunakan langsung untuk
keperluan hitungan pada permukaan ellipsoid (development method), dengan titik awal
hitungan yang berbeda-beda, yang satu dengan yang lainnya belum diketahui hubungannya.
Karena hitung-hitungan geodesi dilakukan dengan menggunakan data-data pada geoid (air
laut rata-rata), maka hasil hitungan yang dilakukan pada permukaan ellipsoid belumlah
merupakan hasil akhir. Dengan diketahuinya informasi geoid di daerah Indonesia terhadap
permukaan ellipsoid (bidang hitung) yang digunakan, maka penyelesaian (finalisasi) hitungan
jaringan kontrol geodesi dalam suatu sistem geodesi tunggal di Indonesia (the Indonesian
Unified Geodetic System), akan menjadi kenyataan. [Kahar, 1978].
Ellipsoid : Suatu pendekatan model bumi ( Berbentuk elips ) dimana parameternya ditentukan
dari setengah sumbu panjang ( a ) , stengah sumbu pendek ( b ) dan nilai penggepengan ( 1/f )
Contoh : Bessel 1841,GRS 67, WGS 72 , WGS 84.
5. SKALA
Skala merupakan perbandingan jarak, bentuk, dan ukuran yang tergambar di peta dengan
keadaan sesungguhnya di lapangan. Skala dapat dinyatakan dalam bentuk numerik (angka),
skala grafik (tongkat), dan skala verbal.
a. Skala Numerik ( Angka )
Skala numerik atau angka adalah skala peta yang menggunakan angka atau bilangan pecahan
sebagai pembanding jarak. Skala ini dapat berupa perbandingan cm maupun inchi berbanding
mil. Di bawah ini, rumus standar yang digunakan dalam perhitungan skala numerik.
JS = JPxS
Di mana
JS adalah jarak sebenarnya
JP adalah jarak pada peta
S adalah skala
Pada skala angka yang menggunakan satuan cm maka cara perhitungannya adalah sebagai
berikut.
Contoh
Skala 1: 50.000
Berarti
1 cm di peta = 50.000 cm pada jarak sebenarnya
= 500 m
= 0,5 km
Jadi 1 cm di peta sama dengan 0,5 km pada jarak sebenarnya. Untuk menghitung jarak
sebenarnya dari jarak yang ada di peta, digunakan rumus di atas.
Contoh
Diketahui jarak Kota A ke Kota B pada peta dengan skala 1: 50.000 adalah 5,5 cm. Berapakah
jarak Kota A ke Kota B sebenarnya?
Jawab
JS = JP x S
= 5,5 x 50.000
= 275.000 cm = 2750 m = 2,75 km
Jadi jarak sebenarnya Kota A ke Kota B adalah 2,75 km.
Sedangkan pada peta yang menggunakan skala inchi berbanding mil maka cara perhitungannya
adalah dengan mengkonversi satuan mil satuan inchi terlebih dahulu, dengan ketentuan 1 mil =
63.360 inchi.
Contoh
Skala 1 inchi: 4 mil
Berarti
1 inchi pada peta = 4 mil pada jarak sebenarya
= 4 x 63.360
= 253.440 inchi pada jarak sebenarnya.
Jadi 1 inchi di peta sama dengan 253.440 inchi pada jarak sebenarnya.
Untuk menghitung jarak sebenarnya dari jarak yang ada di peta, digunakan kembali rumus di
atas.
Contoh
Pada peta skala 1 inchi: 4 mil diketahui jarak Kota C ke Kota D adalah
6 inchi. Berapakah jarak sebenarnya?
Jawab
JS = JP x S
= 6 x (4 x 63.360)
= 6 x 253.440
= 1.520.640 inchi
Jadi jarak sebenarya Kota C ke Kota D adalah 1.520.640 inchi atau apabila dikembalikan ke
satuan mil (dibagi 63.360) menjadi 24 mil.
Bagaimanakah jika kita berniat untuk mengubahnya ke dalam satuan km?
Cobalah menghitungnya dengan patokan 1 inchi = 2,54 cm dan 1 mil = 1,60934 km.
b. Skala Grafik ( Tongkat )
Skala grafik adalah jenis skala peta yang menggunakan bentuk ruas garis bilangan sebagai
pembanding jarak.
Contoh
Arti dari skala grafik di atas ialah setiap 1 cm di peta sama dengan 10 km pada jarak sebenarnya.
Apabila skala grafik di atas diubah menjadi skala angka maka didapatkan skala 1: 1.000.000.
Gambar 3 :
- Satu cm berbanding 50 km. Artinya, 1 cm di peta sama dengan 50 km pada jarak
sebenarnya.
- Satu inci berbanding 10 mil. Artinya, 1 cm di peta sama dengan 10 mil pada jarak
sebenarnya.