1. Topografi
Topografi menggambarkan ciri-ciri fisik dari bumi. Fitur-fitur ini biasanya mencakup
formasi alam seperti gunung, sungai, danau, dan lembah. Fitur buatan manusia seperti jalan,
bendungan, dan kota-kota dapat juga dimasukkan. Topografi juga mencatat berbagai
ketinggian suatu daerah dengan menggunakan peta topografi. Karena bentuk bumi sebenarnya
tidak beraturan maka didekati melalui beberapa model diantaranya ellipsoida yang merupakan
bentuk ideal dengan asumsi bahwa densitas ( kerapatan ) bumi homogen. Sementara itu
kenyataan sebenarnya, densitas massa bumi yang heterogen dengan adanya gunung, lautan,
cekungan,dataran akan membuat ellipsoid berubah menjadi bentuk yang baru yaitu Geoid.
2. Geoid
Geoid disebut sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya. Lebih jauh geoid
dapat didefinisikan sebagai bidang ekipotensial yang berimpit dengan permukaan laut pada
saat keadaan tenang dan tanpa gangguan , karena itu secara praktis geoid dianggap berhimpit
dengan permukaan laut rata-rata (Mean sea level-MSL). Jarak geoid terhadap ellipsoid disebut
NOVANDI RESYA RIANDIKA / 23-2017-088 / KELAS B
Undulasi geoid (N). Nilai dari undulasi geoid tidak sama di semua tempat, hal ini disebabkan
ketidakseragaman sebaran densitas massa bumi. Untuk keperluan aplikasi geodesi, geofisika
dan oseanografi dibutuhkan geoid dengan ketelitian yang cukup tinggi.
Geoid memiliki peran yang cukup penting dalam berbagai hal seperti untuk keperluan
aplikasi geodesi, oseanografi, dan geofisika. Contoh untuk bidang geodesi yaitu penggunaan
teknologi GPS dalam penentuan tinggi orthometrik untuk berbagai keperluan praktis seperti
rekayasa, survei, dan pemetaan membutuhkan infomasi geoid teliti. Hal Ini disebabkan karena
tinggi GPS adalah bersifat geometrik karena mengacu pada bidang matematis ellipsoid,
sedangkan tinggi yang diperlukan untuk keperluan praktis adalah tinggi yang mempunyai arti
fisik di permukaan bumi yaitu tinggi orthometrik di mana bidang acuannya adalah geoid. Beda
tinggi antara ellipsoid dan tinggi geoid sangatlah bervariasi dan besarnya bisa mencapai
puluhan meter, sehingga pemakaian langsung tinggi GPS (tinggi ellipsoid) itu bisa
menyebabkan penyimpangan puluhan meter terhadap tinggi orthometrik.
Pada saat ini dan yang akan datang, kebutuhan akan model geoid akan sangat mendesak
karena pesatnya pemakaian GPS untuk berbagai keperluan rekayasa dan survei pemetaan.
Perkembangan pesat ini didukung oleh kecanggihan teknik GPS itu sendiri yang dapat
mengukur dimana saja, kapan saja dan tidak tergantung cuaca di seluruh permukaan bumi.
Selain itu dengan perkembangan metoda kinematik GPS yang dapat menghasilkan tinggi
hingga tingkat centimeter semakin menarik minat pengguna GPS untuk menggunakan GPS
dalam penentuan tinggi orthometrik. Selain berfungsi untuk penentuan tinggi ortometrik, geoid
juga diperlukan dalam unifikasi sistem datum tinggi.
3. Ellipsoid
Bentuk geoid yang tidak beraturan sangat tidak memungkinkan kita untuk melakukan
perhitungan matematis. Karena itu, sebagai representasi matematis dari bentuk fisik Bumi,
maka digunakanlah ellipsoid. Ellipsoid adalah ellips yang diputar pada sumbu pendeknya.
Perbedaan antara geoid dan ellipsoid tidak lebih dari 200 m. Sesuai dengan teori Newton,
bahwa gaya sentrifugal menyebabkan Bumi mengalamai pemampatan, jari-jari kutub pada
ellipsoid lebih pendek daripada jari-jari ekuatornya. Pemampatan ini dinyatakan dengan:
𝑎
𝑓=
𝑎−𝑏
Dengan a adalah sumbu panjang ellipsoid, b adalah sumbu pendek ellipsoid, dan f
adalah pegepengannya. Ellipsoid referensi adalah Ellipsoid yang mempunyai ukuran dan
bentuk tertentu untuk hitungan geodesi dan sebagai permukaan rujukan. Ada banyak sekali
ellipsoid referensi, mulai dari Airy, Bessel, hingga WGS 84. Yang paling umum digunakan
adalah WGS 84 (World Geodetic System 1984). Meski pada pengukuran terestris digunakan
geoid sebagai referensi tinggi, tapi satelit posisi (seperti GNSS, VLBI, SLR) menggunakan
ellipsoid sebagai referensinya. Tinggi dari permukaan ellipsoid disebut tinggi geodetik.
Untuk menentukan suatu ellipsoid referensi maka didasarkan pada kesesuaian (sedekat
mungkin) dengan bentuk permukaan geoidnya.
NOVANDI RESYA RIANDIKA / 23-2017-088 / KELAS B
4. Datum
a. 3 Konstanta (X0, Y0, Z0) : untuk mendefinisikan titik awal (origin) sistem
koordinat.
b. 3 besaran : untuk menentukan arah sistem koordinat (ke sumbu X, Y, Z).
c. 2 Besaran lain (setengah sumbu panjang (a) dan penggepengan (f)) : untuk
mendefinisikan dimensi ellipsoid yg digunakan.
Terdapat beberapa kategori datum berdasarkan cakupan area yaitu, datum lokal,datum
regional, dan datum global.
a. Datum Lokal : Jika ellipsoid referensi yang digunakan dipilih berdasarkan kesesuaian
(sedekat mungkin) dengan bentuk geoid lokalnya (relatif tidak luas). Contoh : Gunung
Genoek, Bukit Rimpah, Gunung Segara.
NOVANDI RESYA RIANDIKA / 23-2017-088 / KELAS B
b. Datum Regional : Jika ellipsoid referensi yang digunakan dipilih sesuai dengan
bentuk geoid untuk daerah yang relatif luas (tingkat regional). Contoh: NAD83,
ED89, AAGD98.
c. Datum Global : Jika ellipsoid referensi yang digunakan dipilih sesuai/mendekati
dengan bentuk geoid untuk keseluruhan permukaan bumi. Contoh: WGS60, WGS66,
WGS84.
B. PROYEKSI PETA
2. Menurut Kedudukan garis karakteristik / bidang proyeksi terhadao bidang datum yang
digunakan.
a. Proyeksi normal: garis karakteristik berimpit dengan sumbu bumi.
b. Proyeksi miring: garis karakteristik membentuk sudut terhadap sumbu bumi.
c. Proyeksi transversal/ekuator: garis karakteristik tegak lueus terhadap sumbu bumi.
Pemetaan untuk bentangan barat – timur : dipetakan dengan sistem proyeksi kerucut,
normal, konform dan menyinggung titik tengah wilayah yang dipetakan (dikenal
proyeksi LAMBERT)
Pemetaan untuk searah utara – selatan : dipetakan menggunakan proyeksi silinder,
transversal, konform dan menyinggung (dikenal proyeksi Transverse Mercator /
Universal Transverse Konform)
Pemetaan untuk sekitar kutub: digunakan proyeksi azimuthal (bidang datar), normal,
konform, (dikenal proyeksi stereografis)
Referensi:
Kelompok Keahlian Geodesi ITB. 2007. Studi Geoid Teliti dan pemodelannya di
daerah Indonesia. ITB: Bandung.