Anda di halaman 1dari 22

GIS

GEODESI DAN UTM

NAMA MAHASISWA

: NUZUL HIDAYAT

NOMOR MAHASISWA : D621 13 012

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2015

GEODESI
KONSEP GEODESI
PENDAHULUAN
Geodesi menurut pandangan awam adalah cabang ilmu geosains yang
mempelajari tentang pemetaan bumi. Geodesi adalah salah satu cabang
keilmuan tertua yang berhubungan dengan bumi. Geodesi berasal dari
bahasa Yunani, Geo () = bumi dan daisia / daiein () = membagi, kata
geodaisia

atau

geodeien

berarti

membagi

bumi.

Sebenarnya

istilah

Geometri sudah cukup untuk menyebutkan ilmu tentang pengukuran bumi,


dimana geometri berasal dari bahasa Yunani, = geo = bumi dan
metria = pengukuran.
Secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi. Namun istilah geometri
(lebih tepatnya ilmu spasial atau keruangan) yang merupakan dasar untuk
mempelajari ilmu geodesi telah lazim disebutkan sebagai cabang ilmu
matematika.
Menurut Helmert dan Torge (1880), Geodesi adalah Ilmu tentang pengukuran
dan pemetaan permukaan bumi yang juga mencakup permukaan dasar laut.
Menurut IAG (International Association Of Geodesy, 1979), Geodesi adalah
Disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian
dari Bumi dan benda-benda langit lainnya, termasuk medan gaya beratnya
masing-masing, dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu.
Pada laporan Dewan Riset Nasional Amerika Serikat, definisi Geodesi dapat
dibaca sebagai berikut: a branch of applied mathematics that determines by
observations and measurements the exact position of points and the figures
and areas of large portions of the earth's surface,the shape and size of the
earth, and the variations of terrestrial gravity.

Geodesi merupakan salah satu cabang ilmu matematika untuk pengukuran


bentuk dan ukuran bumi, menentukan posisi (koordinat) titik-titik panjang,
arah-arah garis di permukaan bumi, juga mempelajari gravitasi bumi.
Dalam bahasa yang berbeda, geodesi adalah cabang dari ilmu matematika
terapan,

yang

dilakukan

dengan

cara

melakukan

pengukuran

dan

pengamatan untuk menentukan:

Posisi yang pasti dari titik-titik di muka bumi


Ukuran dan luas dari sebagian besar muka bumi
Bentuk dan ukuran bumi serta variasi gaya berat bumi

Definisi ini mempunyai dua aspek, yakni:

Aspek ilmiah (aspek penentuan bentuk), berkaitan dengan aspek

geometri dan fisik bumi serta variasi medan gaya berat bumi.
Aspek terapan (aspek penentuan posisi), berhubungan

dengan

pengukuran dan pengamatan titik-titik teliti atau luas dari suatu bagian
besar bumi. Aspek terapan ini yang kemudian dikenal dengan sebutan
survei dan pemetaan atau teknik geodesi
Kini teknik geodesi tidak lagi hanya berhubungan dengan survei dan
pemetaan. Perkembangan teknologi komputer dijital telah memperluas ruang
lingkup keilmuan dan keahlian teknik geodesi. Peta telah dikelola sebagai
informasi geografis berkomputer. Itu sebabnya dunia internasional telah
mengadopsi terminologi baru: Geomatika atau Geoinformatika.
Objek memiliki properties geometric (seperti
pulau, dll) yang

jalan, sungai, batas-batas

disebut sebagai objek spasial, dalam SIG objek -objek

tersebut harus bereferensi geografis.

Karena itu, objek-objek ini harus

direpres entasikan dengan menggunakan koordinat-koordinat


bukan sistem koordinat local atau sembarang.
BENTUK BUMI

bumi, dan

Datum geodesi, proyeksi peta, dan system-sistem referensi koordinat yang


telah dikembangkan sejak dulu digunakan untuk mendeskripsikan bentuk
permukaan bumi beserta posisi dan lokasi geografi dari unsur-unsur
permukaan bumi yang menarik bagi manusia.
Bentuk bumi yang telah dianut oleh manusia telah berevolusi dari abad
keabad, antara lain:
a) Tiram atau cakram yang terapung di permukaan laut, menurut bangsa
Babilon pada 2500 tahun SM
b) Lempeng dasar, bangsa Yunani kuno pada 500 SM
c) Kotak persegi panjang, geograf Yunani kuno pada 400 SM
d) Piringan lingkaran atau cakram (bangsa Romawi)
e)
f) Bola - bangsa Yunani kuno: Phytagoras (495 SM), aristotheles
membuktikannya (340 SM), Archimides (250 SM), dan Erastosthenes
(250 SM)
g) Buah jeruk asam (J. Cassini 1683-1718)
h) Buah jeruk manis Huygens (1629-1695), dan Issac Newton (1643
1727)
i) Ellips putas- French academy of science (1666)
Salah satu tugas geodesi geometris adalah menentukan koordinat titik-titik,
jarak, dan arah di permukaan bumi untuk keperluan praktis maupun ilmiah.
Untuk itu diperlukan adanya bidang hitungan. Permukaan bumi merupakan
permukaan sangat tidak teratur. Oleh karena itu, permukaan ini tidak dapat
digunakan sebagai bidang hitungan geodesi.
Untuk kebutuhan perhitungan geodesi, permukaan bumi diganti dengan
permukaan yang teratur dengan bentuk dan ukuran yang mendekati bumi.
Permukaan yang dipilih adalah bidang permukaan yang mendekati bentuk
dan ukur an geoid.
Geoid memiliki bentuk yang sangat mendekati ellips putar dengan sumbu
pendek sebagai sumbu putar yang berimpit dengan sumbu putar bumi.
Ellipsoid digunakan sebagai bidang hitungan geodesi, yang kemudian disebut

sebagai ellipsoid referensi. El lipsoid referensi biasanya didefinisikan oleh


nilai-nilai jari-jari equator (a) dan pegepengan (f) elips putarnya.
Sedangkan parameter seperti setengah sumbu pendek b), eksentrisitas (e),
dan lainnya dihitung dengan menggunakan kedua nilai parameter pertama
diatas. Tiap Nega ra memiliki pandangan berbeda ttg parameter-parameter
ini.

Indonesia

pada

1860

menggunakan

ellips

Bessel

1841

dengan

a=6,377,397; dan 1/f = 299.15. tetapi sejak 1971 menggunakan Ellips GRS67 dengan a=6,378,160; 1/f=298.247.

DATUM GEODESI
Untuk pekerjaan geodesi, selain ellipsoid referensi, diperlukan juga suatu
datum

yang

mendefinisikan

system

koordinat.

Datum

secara

umum

merupakan besaran-besaran atau konstanta yang dapat bertindak sebagai


referensi atau dasar untuk hitungan besaran yang lain. Datum geodesi
merupakan sekumpulan konstanta yang digunakan untuk mendefinisikan
system

koordinat

yang

digunakan

untuk

control

geodesi.

Untuk

mendefinisikan datum geodesi yang lengkap diperlukan 8 besaran:


a) tiga konstanta (X0 , Y0 , Z0) untuk mendefinisikan titik awal sistem
koordinat,

b) tiga besaran untuk menentukan arah sistem koordinat, dan


c) dua besaran lainnya ( setengah sumbu a, dan pegepengan f) untuk
mendefinisikan ellpsoid.

Datum Lokal
Datum lokal adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referens i
yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid lokal (tidak luas) yang
dipetakan - datumnya menggunakan ellipsoid lokal. Indonesia (1862-1880)
telah melakukan penentuan posisi di pulau jawa dengan metode triangulasi.
Penentuan posisi ini menggunakan ellipsoid Bessel 1841, sebagai ellipsoid
referensi, meridian Jakarta sebagai

meridian nol, dan titik awal (lintang)

beserta sudut azimutnya diambil dari triangulasi di puncak gunung Genoek


(dikenal sbg datum Gonoek).
Tahun 1970-an, untuk keperlua n pemetaan rupa bumi pu lau Sumatera,
BAKOSURTANAL menggunakan datum baru, datum Indonesia 1974 (Padang),
yang menggunakan ellipsoid GRS-67 (a= 6,378,160.00; 1/f = 298.247),
dikenal sebagai SNI (Speroid National Indonesia). Untuk menentukan
orientasi SNI di dalam ruang, ditetapkan suatu datum relatif dengan eksentris
(stasiun Doppler) BP-A (1884) di Padang sebagai titik datum SNI.
Pada tahun 1996 ditetapkan penggunaan datum baru, DGN-95, untuk
seluruh kegiatan survey dan pemetaan di wilayah RI yang dituangkan dalam

SK Bakosurtanal HK.02.04/II/KA/96. DGN-95 memiliki parameter ellipsiod a=


6.378.137,00 dan 1/f=298,257223563.
Datum Regional
Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi
yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk area yang relatif
luas (regional) datumnya menggunakan ellipsoid regional. Datum ini
digunakan bersama oleh beberapa negara yang berdekatan

dalam satu

benua yang sama. Contoh datum regional:


a) Amerika Utara 1983 (NAD83) digunakan bersama oleh negara-negara
yang terletak di benua amerika bagian utara.
b) European datum 1989 (ED89) yang digunakan oleh negara-negara
yang terletak di benua eropa,
c) Australian Geodetic Datum 1998 (AAGD98) yang digunakan bersama
oleh negara-negara yang terletak di benua Australia.

Datum Global
Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi
yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk seluruh permukaan
bumi

datumnya

menggunakan

ellipsoid

global.

Contohnya,

1984

departemen pertahanan amerika (DoD) mempublikasikan datum WGS84.


Datum

ini

dikembangkan

oleh

DMA

(Defense

Mapping

Agency)

merepresentasikan pemodelan bumi dari standpoint gravitasional, geodetik,


dan geometrik dengan menggunakan data teknik, dan teknologi yang sudah
ada.

Catatan:
a) sumbu Z : mengarah ke kutub utara CTP (Convensional terrestrial pole)
sebagaimana telah didefinisikan oleh BIH (Bureau International de
LHeure)
b) Sumbu X: merupakan garis berpotongan anta ra bidang meridian
referensi WGS 84 dengan bidang ekuator CTP (convensional Terrestrial
System).
c) Sumbu Y: sumbu X yang diputar 90 o ke arah timur di bidang equator
CTP
Demikian

pentingnya

datum

global

WGS84

ini

hingga

GPS-pun

menggunakannya sebagai datum untuk menentukan posisi-posisi tiga


dimensi dari target-target yang ditentukan.
Transformasi Datum
Gb. 6.4 menunjukkan bahwa permukaan local ellipsoid (yang digunakan oleh
datum local) mendekati bentuk geoid hanya di daerah survey yang relative
sempit.

Jika

ellipsoid

ini

diperbesar

sehingga

bentuk

permukaannya

mendekati geoid yang lebih luas, mencakup beberapa Negara, bahkan satu
benua, disebut datum regional. Sedangkan jika ellipsiodnya mendekati
bentuk geoid secara keseluruhan permukaan bumi, maka ellipsoidnya
disebut sebagai datum global.

Untuk keperluan survey geodesi yang lebih luas, seperti penentuan batasbatas antara negara-negara yang bersebelahan, maka diperlukan datum
bersama. Jika negara-negara ybs masing-masing menggunakan datum lokal
yang berbeda, maka masing-masing harus ditransformasikan ke datum yang
sama.
Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama.
Selanjutnya, titik-titik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai
datum. Dari koordinat-koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis
antara datum-datum ybs. Hubungan matematis antara datum ini dapat
dinyatakan dengan 7 parameter transformasi sbb: Translasi titik asal (origin)
dx, dy, dz; rotasi sumbu koordinat rx, ry, rz; dan skala S.

Datum Horizontal
Ellipsoid referensi yang paling sering digunakan sebagai bidang untuk
penentuan posisi horizontal (lintang dan bujur), yang datumnya

dikenal

sebagai datum horizontal. Koordinat posisi horizontal ini beserta tingginya di


atas permukaan ellipsoid dapat dikonversikan ke sistem koordinat kartesian
3D yang mengacu pada sumbu-sumbu ellipsoid ybs.
Datum Vertikal
Untuk mempresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman, sering
digunakan datum yang berbeda. Pada peta laut umumnya dgunakan su atu
bidang permukaan air rendah (chart datum) sebagai bidang referensi,
sehingga nilai-nilai kedalaman yang direpresentasikan oleh peta laut ini
mengacu pada pasut rendah (low tide).
SISTEM REFERENSI GEODESI
Agar hasil pengamatan di bidang geodesi dapat saling dibandingkan,
dikaitkan, digunakan, atau mendukung hasil-hasil pengamatan di bidang atau
disiplin ilmu lainnya (astronomi, geofisika), maka dibuatlah suatu sistem
referensi geodesi (Geidetic Reference SystemGRS).
SISTEM PROYEKSI DATA
Peta merupakan suatu representasi konvensional

(miniature) dari unsure-

unsur fisik (alamiah) dai sebagian atau keseluruhan permukaan bumi di atas
media

bidang

datar

dengan

skala

tertentu.

Tetapi

permukaan

bumi

melengkung dan tidak memungkinkan menbentangkannya hinggamenjadi


bidang datar, tanpa mengalami perubahan. Pembuatan peta akan lebih
sederhana jika pemetaannya dilakukan di daerah yang sempit. Untuk
pemetaan di daerah yyng lebih besar prosesnya tidak sederhana, karena
permukaan bumi harus diperhitungkan sehingga permukaan melengkung.
Untuk itu, dikembangkanlah metode-metode proyeksi peta. Secara umum,

proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang merelasikan koordinat titik-titik


yang terletak di permukaan kurva ke koordinat bidang datar.
Jenis Proyeksi Peta
a) Menurut bidang proyeksi yang digunakan
Proyeksi azimuthal, menggunakan bidang datar sebagai bidang

proyeksi
Proyeksi kerucut (conic), menggunakan kerucut sebagai bidang

proyeksi
Proyeksi silinder (cyclndrical), meng gunakan silinder sebagai bidang
proyeksi

b) Menurut kedudukan garis karakteristik atau kedudukan bidang proyeksi


thd bidang datum yang digunakan:
Proyeksi normal, garis karakteristik berimpit dengan sumbu bumi

Proyeksi miring, garis karakteristik membentuk sudut thd sumbu


bumi
Proyeksi transversal atau ekuatorial, garis karakteristik tegak lurus
thd sumbu bumi.

c) Menurut ciri-ciri asli yang tetap dipertahankan:


Proyeksi equidistance, jarak di atas peta sama dengan jarak di

permukaan bumi.
Proyeksi konform, sudut dan arah di atas peta sama dengan sudut

dan arah di permukaan bumi.


Proyeksi ekuivalen, luas di atas peta sama dengan luas di
permukaan bumi.

d) Menurut karakteristik singgungan antara bidang proyeksi dengan


bidang datumnya:
Proyeksi menyinggung
Proyeksi memotong
Proyeksi baik yang tidak menyinggung maupun tidak memotong

e) Sifat asli yang dipertahankan :


Proyeksi Ekuivalen: Luas daerah dipertahankan: luas pada peta
setelah disesuikan dengan skala peta = luas di asli pada muka bumi.

Proyeksi Konform: Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudutsudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut-sudut di muka

bumi.
Proyeksi Ekuidistan: Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan

dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi.


f) Cara penurunan peta:
Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.
Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan

matematis.
Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara
proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis.

Pemilihan Proyeksi Peta


Mengingat jumlah proyeksi peta yang banyak, para pengguna akan
mengalami kebingungan dalam memilihnya. Beberapa faktor pertimbangan
dalam pemilihan proyeksi ini, terutama untuk kebutuhan peta tofografi:

Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan


Lokasi geografi, bentuk, dan luas wilayah yang akan dipetakan
Ciri-ciri/karakteristik asli yang ingin tetap dipertahankan.

Proyeksi Peta yang umum dipakai di Indonesia

Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini,
setiapbagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian
yang masing-masingberjarak 20. Diantara kedua paralel tersebut terdapat
garis paralel rata-rata yang disebutsebagai paralel standar dan garis
meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titikpotong antara garis
paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi titik . Setiap
bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengandua digit angka.
Digit

pertama

yang

menggunakan

angka

romawi

menunjukan

letak

garissedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris


meridian standarnya ( 0).Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian
derajatnya adalah :Paralel standar : dimulai dari I ( 0 = 650 LU) sampai LI
( 0 =1050 LU)Meridian standar : dimulai dari 1 ( 0 =1150 BT) sampai 96
( 0 =1950 BT)Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan
meridian nol Jakarta( Jakarta =10648 27,79 BT)

UNIVERSAL TRANSVERSE MERCATOR


KONSEP DASAR UTM

PENDAHULUAN
Universal

Transverse

Mercator(UTM)

merupakan

Metode

grid

berbasis

menentukan lokas di permukaan bumi yang merupakan aplikasi praktis dari 2


dimensi.
Sejarah UTM (Universal Transerve Mercator)
Universal Transerve Mercator sistem koordinat dikembangkan oleh Amerika
Serikat Army Corps of Engineers pada tahun 1940-an. Sistem ini didasarkan
pada model yang ellipsoidal bumi. Untuk daerah di Amerika Serikat
berbatasan, yang Clarke 1866 ellipsoid digunakan untuk daerah sisa bumi,
termasuk Hawai, ellipsoid internasional digunakan. Saat ini WGS84 ellipsoid
digunaka sebagai model yang mendasari bumi dalam system koordinat UTM.
Sebelum pengembangan system transverse Mercator koordinat universal.
Beberapa Negara Eropa menunjukkan utilitas berbasis grid peta konformal
dengan pemetaan wilayah mereka selama periode antar perang. Menghitung
jarak antara dua titik pada peta ini dapat dilakukan lebih mudah dilapangan
daripada yang dinyatakan mungkin menggunakan rumus trigonometri yang
diperlukan dalam system graticule berbasis lintang dan bujur.
Melintang proyek si Mercator adalah varian dari proyeksi Mercator, yang
awalnya dikembagkan oleh Flemish geographer dan kartografer Gerardus
Mercator,

pada

tahun

1570.

Proyeksi

ini

konformal,

sehingga

mempertahankan sudut dan mendekati bentuk tetapi selalu mendistrosi jarak


dan daerah. UTM melibatkan non-linear scaling di kedua Easting dan Northing
untuk memastikan peta proyeksi eliipsoid adalah konformal.
Zona UTM
System UTM membagi permukaan bumi antara 80oS dan 84oLU menjadi 60
zona, masing-masing 6o bujur lebar dan berpusat diatas meridian bujur. Zona
1 adalah dibatasi oleh bujur 180o sampai 174oB dan berpusat pada 177

barat meridian. Zona penomoran meningkatkan kea rah timur. Masingmasing dari 60 zona bujur dalam system UTM didasarkan pada Mercator
Melintang proyeksi. Pemetaan wilayah besar utara-selatan dengan batas
jumlah rendah distori, dengan menggunakan zona sempit dari 6o bujur
sampai 800 km lebarnya dan mengurangi skala factor sepanjang meridian
sentral denga hanya 0,0004 0,9996 (pengurangan 1:2500), jumlah distori
diselenggarakan dibawah 1 bagian di 1.000 dalam setiap zona. Distorsi skala
meningkat menjadi 1,00010 pada batas luar zona sepanjang khatulistiwa.
Pada setiap zona factor skala meridian sentral mengurangi diameter silinder
melintang untuk menghasilkan proyeksi garis potong dengan dua garis
standar, atau garis-garis skala sebenarnya terletak disekitar 180 km dikedua
sisi, dan kira-kiran sejajar, pusat meridian (ARccOs 0,9996 = 1,62o pada
khatulistiwa). Faktor skala kurang dari 1 dalam baris-baris dan lebih besar
dari 1 luar dari garis-garis, tetapi keseluruhan distorsi skala di dalam zona
seluruh diminimalkan.
Peta UTM

Sistem UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan system koordinat WGS


84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan
silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya
tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis
singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis
bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal
dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform
yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi
dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi
oleh dua meridian sebesar 6 dan memiliki meridian tengah sendiri.
Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180 BB hingga 174 BB, zone 2 di mulai
dari 174 BB hingga 168 BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang
dimulai dari 174 BT sampai 180 BT. Batas lintang dalam system koordinat
ini adalah 80 LS hingga 84 LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang
pembagiannya dimulai dari 80 LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah
(LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak
digunakan). Jadi bagian derajat 80 LS hingga 72 LS diberi notasi C, 72 LS
hingga 64 LS diberi notasi D, 64 LS hingga 56 LS diberi notasi E, dan
seterusnya.
SISTEM KOORDINAT
Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana
koordinat-koordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. At uran
ini biasanya mendefinisikan titik asal (origin) beserta beberapa sumbu-sumbu
koordinat untuk mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan koordinat.
System koordinat dapat dikelompokan menurut:
a) Lokasi titik awal ditempatkan (geocentric, topocentric, heliocentric, dll)

b) Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi (bidang datar, bola,


ellipsoid)
c) Arah sumbu-sumbunya (horizontal dan equatorial)
Sistem Koordinat Dasar
Sistem koordinat bidang datar
a) sistem koordinat kartesian

b) system koordinat polar

Sistem koordinat tiga dimensi


a) system koordinat kartesian

b) Sistem koordinat polar

Sistem Koordinat Global


Bujur, lintang, dan ketinggian
System koordinat yang paling umum digunakan pada saat ini adalah system
lintang (), bujur ( ), dan ketinggian (h- tinggi diatas ellipsoid). Pada system
ini meridian utama dan ekuator merupakan bidang-bidang referens i yang
digunakan untuk mendefinisikan koordinat lintang ( ) dan bujur ( ). Lintang
geodetic ( ) suatu titik adalah sudut yang dibentuk oleh bidang ekuator
(=0), dengan garis normal terhadap ellipsoid referensi. Bujur geodetic ( )
suatu titik adalah sudut yang dibentuk oleh bidang referensi (meridian
utama, =0) dengan bidang meridian yang melalui titik ybs. Tinggi geodetic
(h) adalah jarak titik yang bersangkutan dari ellipsoid referensi dalam arah
garis normal terhadap ellipsoid referensi. Dengan demikian system koordinat
global dapat dinyatakan dengan koordinat geodetic P(r, , ).

Sistem koordinat global dapat dinyatakan dengan system koordinat kartesian


ECEF (earth centered, earth fixed) x,y,z. Sumbu Z bernilai positif dari pusat
bumi kea rah kutub utara Sumbu X adalah garis berpotongan antara bidang
meridian utama dan bidang ekuator, Sumbu Y adalah garis berpotongan
antara bidang ekuator dengan bidang meridian yang berjarak 90 o ke timur
dari bidang meridian utama.

Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM


Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur.
Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat
dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya
zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667
kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang
masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang
dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang
terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan
dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM
adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis
lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M,
Kabupaten Jember terletak di zona 49M.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM
Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM :

Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar

bujur 6 .
Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan

rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.


Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan

70 cm/ 1000m.
Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU84 LU memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).

DAFTAR PUSTAKA
Bossler, J. D. (2002) Coordinates and Coordinates Systems. Manual of
Geospatial Science and Technology. Ed. J.D. Bossler. Taylor and Francis,
London
Jean Meeus: Astronomical Algorithm, Willmann-Bell, Virginia, 1991.
Purworahardjo, U. (1986) Ilmu Ukur Tanah Seri C Pengukuran
Topografi. Jurusan Teknik Geodesi FTSP ITB, Bandung
Pruworahardjo, U. (2000) Hitung dan Proyeksi Geodesi. Jurusan Teknik
Geodesi FTSP ITB, Bandung
Rian.2012.http://geoenviron.blogspot.co.id/2014/05/sistem-koordinatdan-proyeksi-peta.html diakses pada tanggal 5 September 2015 pukul 15.00

Anda mungkin juga menyukai