Anda di halaman 1dari 4

Nama: Akhmad Hafidz Irfandi NRP : 3508100024

PENGENALAN GEODESI
1.1 Definisi dan Klasifikasi Geodesi Definisi Geodesi menurut F.R. Helmert adalah ilmu pengukuran dan pemetaan permukaan
bumi. Geodesi awalnya mencakup tentang penentuan besaran garvitasi bumi, variasi temporal bumi, medan gravitasi, dan untuk survei rekayasa. Melalui perkembangannya, geodesi mulai melakukan kerjasama dengan ilmu-ilmu lainnya, misalnya untuk penentuan posisi benda langit (selenodesy dan planetary geodesy(Bills and Synnot 1987)). Oleh karena itu geodesi dibagi ke dalam 3 bidang yaitu Geodesi Global, Geodesi Nasional, dan Plane Surveying. Geodesi global meliputi penentuan bentuk bumi dan medan gravitasi bumi, yang menjadi pedoman yang akan digunakan secara global dan bertujuan untuk menetapkan dasar penentuan permukaan dan medan gravitasi suatu negara, hal ini diwujudkan dalam suatu koordinat serta nilai-nilai titik kontrol. Sedangkan untuk plane Survey digunakan untuk mendapatkan rincian suatu dataran dalam skala lokal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa survei di dalamnya seperti Survei Topografi, Survey Kadastral, serta teknik survey lainnya. Namun seiring berjalannya waktu,konsep geodesy hanya sebatas mencakup Geodesy Global dan Plane Geodesy.Kedua hal ini saling berkaitan dalam pengukuran dan pemetaan permukaan bumi.

1.2 Permasalahan dalam Geodesi


Permasalahan geodesi dapat digambarkan sebagai berikut Masalah Geodesi adalah untuk menentukan angka dan medan gravitasi eksternal bumi dan benda lainnya sebagai fungsi waktu serta untuk menenukan rata-rata ellipsoid bumi dari parameter yang diamati dan eksterior ke permukaan bumi( FR Helmert). Masalah ini berhubungan dengan bentuk fisik bumi (medan garvitasi) serta bentuk geometris ( rupa bumi). Ini dikarenakan bentuk fisik bumi yang berupa massa padat, cair serta atmosfir. Bentuk fisik bumi yang tidak teratur tidak bisa hanya dirumuskan dalm hitungan matematika biasa, akan tetapi dengan menggunakan koordinat dari titik kontrol. Oleh karena itu, maka dibuatlah suatu sistem referensi yang digunakan untuk menggambarkan gerak bumi serta permukaan geometri dan medan gravitasi bumi(sistem terestrial). Sistem ini dapat memnjadi referensi suatu survey dalam ilmu geodesi dan dapat memecahkan masalah yang ada. Sistem ini menampilkan dua buah jenis referensi yang menyerupai bentuk bumi,yaitu geoid dan ellipsoid. Geoid sendiri digunakan sebagai referensi ketinggian permukaan, sedangkan untuk ellipsoid sendiri merupaka model matematis permukaan bumi. Kedua referensi inilah yang diharapkan dapat mempermudah dalam mengetahui bentuk fisik bumi dan bentuk geometris bumi itu sendiri.

1.3 Sejarah Perkrmbangan Geodesi 1. Model bumi spheroid


Pendapat bahwa bentuk bumi bulat sudah berlaku di masa lalu. Gagasan tersebut dinyatakan oleh beberapa ilmuwan seperti Aristoteles(384-322SM) yang menyatakan bahwa bumi berbentuk bulat. Salah satu ilmuwan terkenal dalam abad tersebut yaitu Eratosthenes (276-195)yang berasumsi bahwa bumi bulat dideduksi dari pengukuran radius untuk bumi. Prinsip yang dia gunakan tetap dipakai hingga zaman modern,yaitu bumi dalam bentuk spheroid didaptkan dari pengukuran jari-jari bumi. Prinsip ini berasal dari metode pengukuran busur yang dikembangkan sendiri. Dari pengukuran

geodetik tersebut,panjang dari busur meridian dapat ditentukan dengan pengamatan astronomi dengan dihubugkan pada sudut pusat. R=

Solusi dalam menentukan sudut pusat, pada prinsipnya berbeda dengan sebelumnya, yaitu berbanding terbalik dengan sudut zenith, aplikasi ini ditemukan di Italia tahun 1645 oleh Grimaldi dan Riccioli (gambar 3). Sudut, memungkinkan dihitung dari sudut zenith Z1 dan Z2 yang diamati dari P1 dan P2, sehingga menjadi

2. Model bumi Elipsoid Pada abad XVI dan XVII, pengamatan baru dan ide-ide dari astronomi dan fisika secara tegas mempengaruhi sosok bumi dan posisinya dalam ruang angkasa. N.Copernicus (1573-1543) memulai transisi dari alam semesta yang Geosentris Ptolomeus ke sisitem Heliosentris yang dilanjutkan dengan Galileo Galilei dengan mengembangkan mekanika modern (hukum benda jatuh dan gerak pendulum). Selanjutnya perkembangan ilmu pengetahuan tentang bentuk bumi berjalan dengan cepat. Dan akhirnya Ilmuwan Isaac Newton mengembangkan model bumi di kutub dan dikembangkan pada prinsip-prinsip fisika. Beliau juga memperoleh rotasi ellipsoid sebagai ekuilibrium angka untuk suatu homogen. Bumi berputar berdasarkan validitas dari hukum gravitasi universal,dengan perataan.

Dimana: f=penggepengan a=sumbu panjang b=sumbu pendek, parameter ellipsoid a, b atau a f dapat dihitung dari dua pengukuran busur. 3. Pengukuran Sudut Setelah ellipsoid yang berotasi dinyatakan sebagai model bumi, banyak dari pengkuran busur dilakukan sampai dengan pertengahan abad ke 19 untuk menentukan dimensi dari ellipsoid bumi. Panjang busur selalu diperoleh dari triangulasi. Kita membedaka diantara pengukuran busur sekitar meridian ellipsoid (pengukuran busur lintang), sekitar parallel (pengukuran busur bujur) dengan pengukuran miring ke meridian.

Untuk perhitungan dalam pengukuran busur lintang (gambar 4). Sudut adalah bentuk pengamatan lintang geogrfis busur meridian dan diperoleh dari jaringan triangulasi. Untuk satu busur pendek dapat diganti dengan elips meridian dari pendekatan lingkaran yang ada pada radius meridian lengkungan M, dimana M juga merupakan fungsi dari parameter ellipsoid a, f. Dari berbagai macam pengukuran bujurmengingatkan kita pada abad ke-19 dan abad ke-20 yang lalu, dimana sebuah dasar dari survey geodesi membawakan kita pada masa lalu tentang sejarah penting busur oleh Gauss (pengukuran busur antara Gottingen dan Altona 1821-1825, menggunakan metode perataan kuadrat terkecil) dan dari Bessel dengan Baeyer (pengukuran busur miring meridian di sebelah timur Prussia tahun 1831-1838).

1.4 Geoid dan Ellipsoid


P.S Laplace (1802), C. F Gauss (1828), F.W Bessel (1837) dan yang lainnya mengakui, asumsi bahwa model ellipsoid bumi, tidak dapat dipertahankan apabila dilakukan pengamatan dengan akurasi yang tinggi, karena salah satu sebabnya, kita tidak dapat mengabaikan adanya deviasi (pembelokan secara vertical) dari plumb line (garis tegak lurus) fisik dimana pengukuran dilakukan dari normal ellipsoid. Dengan perataan dari beberapa pengukuran busur untuk menentukan parameter ellipsoid a dan f, akan kontradiksi dengan akurasi pengamatan. Gauss adalah yang pertama menyelesaikan jarring triangulasi (didalam dan diluar Brunswick, 18031807) dengan metode kuadrat terkecil (Gerardy 1977). Meskipun ada beberapa ketidaksesuaian, dengan banyaknya perataan hal tersebut diatas tetap dilaksanakan sampai dengan pertengahan abad ke-19 untuk menentukan dimensi dari ellipsoid. Dimana pembelokan vertical bersifat fisika karena memiliki karakteristik yang sitematis, dimana dilakukan kesalahan pengamatan acak. F.R Helmert (1843-1917) yang merupakan salah satu pakar geodesi yang cukup berbeda dengan yang lain pada eranya, merupakan professor geodesi pada universitas teknik di Aachen dan sebagai direktur institute geodesi Prussia di Postdam, membuat transisi konsep terkini dari bentuk bumi. Pembelokkan vertical memberikan pengaruh pada parameter ellipsoid. Penentuan geoid sudah sejak 70 tahun yang lalu (1880-1950) yang pada prinsipnya merupakan implementasi dari ilmu geodesi. Kemudian mengalami kemunduran setelah tahun 1945 dengan adanya perkembangan metode derivasi langsung dari permukaan fisik bumi.

1.5 Organisasi Geodesi


Organisasi geodesi dibentuk agar dapat menetapkan dasar penentuan permukaan dan medan gravitasi suatu negaraengan negara lainnya. Hal ini diwujudkan dalam suatu koordinat serta nilai-nilai titik kontrol. Apabila organisasi geodesi di suatu negara dapat berkoordinasi dengan baik dengan organisasi di negara lain maka berbagai masalah dalam geodesi dapat diatasi. Hal ini yang menjadi alasan betapa pentingnya dibentuk suatu organisasi geodesi baik yang ada di setiap negara maupun secara global.

Anda mungkin juga menyukai