Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Geometri transformasi

Penggolongan geometri

Kelompok 1

Irna meriyana daora (19504067)

Putri dwi hardini (19504114)

Chinta prameswari (19504028)

Alfa ridel tumembow (15504045)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Geometri berasal dari kata Latin “Geometria”. Kata geo memiliki arti
tanah dan metria memiliki arti pengukuran. Berdasarkan sejarah, Geometri
tumbuh jauh sebelum Masehi karena keperluan pengukuran tanah di sekitar
kawasan sungai Nil setelah terjadi banjir. Dalam bahasa Indonesia Geometri
dapat diartikan sebagai Ilmu Ukur. Geometri juga didefinisikan sebagai cabang
matematika yang mempelajari titik, garis, dan bidang serta benda-benda ruang
beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungan satu sama lain (Moeharti
Hadiwidjojo, 1986: 1.2).
Geometri dapat dipandang sebagai sistem deduktif, suatu sistem yang
harus ada pengertian-pengertian pangkal, yaitu unsur-unsur dan relasi-relasi yang
tidak didefinisikan, kemudian definisi, selain definisi juga harus ada relasi-relasi
lain yang dapat dibuktikan dengan menggunakan definisi atau postulat-postulat itu

yang disebut dalil atau teorema. Proses untuk mendapatkan atau menurunkan
suatu dalil dari himpunan pangkal, definisi, dan postulat inilah yang disebut
deduksi. Dalam Geometri sebagai suatu sistem deduktif himpunan postulat itu
dapat dipandang sebagai aturan permainan (Moeharti Hadiwidjojo, 1986: 1.3–
1.4).
Geometri yang pertama-tama muncul sebagai suatu sistem deduktif
adalah Geometri dari Euclid. Sekitar tahun 330 SM, Euclid menulis buku
sebanyak 13 buah dengan mengumpulkan materi dari berbagai sumber. Buku
(naskah) tersebut mengalami beberapa kali transliterasi. Naskah tersebut
kemudian dikenal sebagai The Elements atau Euclid’s Elements. Salah satu
ilmuan yang memiliki andil dalam menganalisis dan menulis kembali The
Elements adalah ahli sejarah J.L Hiberg. Dalam bukunya yang pertama Euclid
menjelaskan mengenai definisi, postulat, aksioma (common notions) dan
dalil.Euclid melalui bukunya telah menjelaskan beberapa definisi dan lima
kebenaran “nyata” yang dinamakan postulat. Menurut J.L Heiberg (2008:7),
Postulat Kelima Euclid adalah “Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus
(lainnya) dan membuat sudut-sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku-siku
(kurang dari ), kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertem dipihak
tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sudut siku (dan tidak bertemu
disisi lainnya).”Postulat Kelima Euclid menyebabkan perbedaan pendapat di
kalangan ilmuwan matematika mengenai kebenaran postulat tersebut. Selama dua
ribu tahun, para ilmuwan matematika berusaha membuktikan bahwa Postulat
Kelima Euclid atau Postulat Kesejajaran Euclid tidaklah benar. Beberapa ilmuwan
berusaha membuktikannya, sebagian hanya mengulang Postulat Kesejajaran
Euclid dalam bentuk baru seperti yang dikemukakan oleh John Playfair. Menurut
Marvin J. Greenberg (1994:19), Postulat Kelima Euclid atau postulat Playfair
adalah “Untuk setiap garis dan untuk setiap titik yang tidak terletak pada
ada paling banyak sebuah garis m yang melalui dan sejajar dengan .”
Beberapa ilmuwan telah gagal dalam membuktikan bahwa Postulat
Kesejajaran Euclid merupakan sesuatu yang salah, namun usaha pembuktian ini
menyadarkan matematikawan lain bahwa postulat tersebut tidaklah pasti dan
memungkinkan adanya teori yang lain dari geometri yang dibangun dari Postulat
Kesejajaran Euclid. Carl Friedrich Gauss (1777-1855), Janos Bolyai (1802-1860),
dan Nikolai Ivanovich Lobachevsky (1792-1856) secara terpisah menemukan
gagasan yang benar-benar baru dan berlawanan dengan Postulat Kesejajaran
Euclid (Venema, 2012: 132).Lobachevsky mengatakan bahwa “untuk setiap garis
dan untuk setiap titik P yang tidak terletak pada , ada paling sedikit dua garis m
dan n sehingga P terletak pada m dan n dan m dan n sejajar dengan (Venema,
2012: 21). Postulat menurut Lobachevsky ini dikenal dengan Kesejajaran
Hiperbolik. Postulat Kesejajaran Hiperbolik sepadan dengan ingkaran dari
Postulat Kesejajaran Euclid (Venema, 2012: 105). Gagasan baru yang merupakan
ingkaran dari Postulat Kesejajaran Euclid tersebut menjadi dasar dari Geometri
Hiperbolik. Postulat Kesejajaran Hiperbolik mempengaruhi teorema yang lainnya,
sehingga beberapa sifat yang ada pada Geometri Euclid bisa saja berbeda dalam
Geometri Hiperbolik. Postulat Kesejajaran Hiperbolik menjadi dasar dari sifat-
sifat mengenai ketegaklurusan, kesejajaran dan segitiga (segitiga asimptotik)
pada Geometri Hiperbolik. Sifat-sifat tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan
dengan sifat yang terdapat pada Geometri Euclid yang telah terlebih dahulu
dikenal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. jelaskan penggolongan geometri dari segi ruang lingkup

b. jelaskan penggolongan geometri dari segi bahasa

c. jelaskan penggolongan geometri dari segi system aksioma

1.3 TUJUAN

a. mampu menjelaskan penggolongan geometri dari segi ruang lingkup

b. mampu menjelaskan penggolongan geometri dari segi bahasa

c. mampu menjelaskan penggolongan geometri dari segi system aksioma


BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Geometri

Geometri (dari bahasa Yunani “Geometrein”; geo = bumi, metria =


pengukuran) secar harafiah berarti pengukuran tentang bumi, adalah cabang
dari matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang. Dari
pengalaman, atau mungkin secara intuitif, orang dapat mengetahui ruang dari
ciri dasarnya, yang diistilahkan sebagai aksioma dalam geometri.

Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika


menengah, karena banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya. Dari
sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari
pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan
pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri menyediakan
pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar,
diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi. Geometri juga merupakan
lingkungan untuk mempelajari struktur matematika.

Usiskin mengemukakan bahwa

1. geometri adalah cabang matematika yang mempelajari pola-pola visual,

2. geometri adalah cabang matematika yang menghubungkan matematika


dengan dunia fisik atau dunia nyata,

3. geometri adalah suatu cara penyajian fenomena yang tidak tampak atau
tidak bersifat fisik, dan

4. geometri adalah suatu contoh sistem matematika


B. Penggolongan Geometri

1. Penggolongan Geometri Menurut Ruang Lingkup, Bahasa dan Aksioma


 Menurut Ruang Lingkup
 Geometri Bidang ( dimensi 2)
Geometri Bidang (G Datar atau G Dimensi
D u a ) membicarakan bangun-bangun datar; Yang dibahas dalam
Geometri Dimensi Dua adalah, sudut, serta keliling dan luas
permukaaan bangun datar.

 Geometri Ruang (dimensi 3)


Geometri Dimensi Tiga, yang meliputi
b a n g u n r u a n g d a n unsur-unsurnya, luas permukaan bangun
ruang, volume bangun ruang dan menentukan hubungan antara
unsur-unsur suatu bangun ruang.

Sebuah bangun ruang, dalam konteks geometri


ruang, adalah himpunan semua titik, garis, dan bidang
dalam ruang berdimensi tiga yang terletak dalam bagian
tertutup beserta seluruh permukaan yang membatasinya
lebih jauh, yang dimaksud dengan bangun ruang dengan sisi
datar adalah bangun ruang yang dibatasi oleh bidang datar.

Bangun ruang dengan sisi datar disebut juga sebagai


bidang banyak atau polihedron yang berasal dari bahasa
Yunani polys yang berarti b a n y a k d a n hedron y a n g b e r a r t i
permukaan. Bidang-bidang d a t a r   pembatas bangun
ruang dinamakan sebagai bidang sisi. Ruas garis yang
terbentuk oleh perpotongan antara dua bidang sisi bangun ruang
disebut rusuk. Ujung-ujung dari rusuk ini dinamakan sebagai titik
sudut.
 Geometri Dimensi n yaitu geometri yang tidak bisa
digambarkan diruang.
 Geometri Bola
Geometri bola adalah geometri dua dimensi dari
permukaan bola. Pada geometri bola, titik
d i d e f i n i s i k a n s e p e r t i p a d a g e o m e t r i atar, tetapi "garis
lurus" didefinisikan sebagai "lintasan terpendek  antara dua
titik" yang disebut geodesik. Pada permukaan bola, geodesik
adalah bagian dari sebuah lingkaran besar sehingga
dengan demikian sebuah sudut dibentuk oleh dua buah lingkaran
besar.

Geometri bola melahirkan sebuah konsep


trigonometri baru yang disebut sebagai trigonometri bola yang
berbeda dari trigonometri b i a s a ( s e b a g a i c o n t o h , d a l a m
s e b u a h s e g i t i g a b o l a , j u m l a h s e m u a sudutnya lebih dari
1800).

Ilmu geometri bola banyak digunakan dalam


n a v i g a s i d a n astronomi bola. Penentuan arah kiblat misalnya,
banyak menggunakan konsep-konsep geometri bola.

 Menurut Bahasa
a. Geometri Murni ( dengan bahasa geometri / gambar )
Gambar geometri sederhana salah satunya adalah
garis (garislurus). Garis berdimensi satu, yaitu: panjang. Garis
mempunyai p a n j a n g y a n g t a k b e r h i n g g a . Y a n g k i t a
pikirkan dalam geometri sesungguhnya hanya
‘penggal garis’ bukan garis yang sesungghnya (dengan
panjang tak berhingga). Karena itu, sejumlah matematikawan
berpendapat bahwa lukisan dalam geometri itu tidak perlu
digambarkan, tetapi secara logis dapat dibayangkan
(dikonstruksi). Sebagai catatan kita perlu mebedakan
antara: garis, sinar garis, dan penggal garis.

b. Geometri Analitik ( dengan bahasa aljabar )


Pada awalnya, geometri analitik juga disebut geometri
analitis, geometri koordinat atau geometri Kartesius. Belakangan,
geometri ini disebut juga sebagai geometri aljabar.
Geometri analitik adalah telaah bangun-bangun geometri
dengan menggunakan prinsip-prinsip aljabar. Bangun-bangun itu
dinyatakan dalam bentuk bilangan vector. Bangun-bangun dasar
dari geometri analitik adalah titik, garis, dan bidang. Geometri
analitik sudah dikembangkan sejak jaman Apolloneus dari
Vega. Ia mengembangkan geometri berdimensi satu, yaitu
yang berhubungan dengan garis-garis. Misalnya, mencari sebuah
titik yang berada pada sebuah garis kalau
p e r b a n d i n g a n j a r a k n y a kepada dua titik lain yang juga
terletak pada garis yang sama diketahui.

 Menurut Sytem Aksioma


Aksioma yaitu pendapat yang dijadikan pedoman dasar dan
merupakan Dalil Pemula, sehingga kebenarannya tidak perlu
dibuktikan lagi, atau suatu pernyataan yang diterima sebagai kebenaran
dan bersifat umum, tanpa memerlukan pembuktian.

a. Geometri Euclides, Postulat sejajar Euclid dapat


dinyatakan sebagai berikut :
“Jika dua garis dipotong oleh garis transversal
s e d e m i k i a n h i n g g a jumlah dua sudut interiornya (sudut
dalam) pada satu sisi transversal adalah kurang dari 180°.
Garis tersebut akan bertemu pada satu sisi transversal
tersebut”.
b. Geometri Non Euclides, adalah geometri yang tidak lagi
mendasarkan diri pada postulat kesejajaran. Teori geometri non
Euclid dapat kontradiksi dengan postulat kesejajaran Euclid.
Seiring dengan kepercayaan ahli matematika bahwa geometri non
Euclid hanya memungkinkan untuk teori ruang dan yang
menjelaskan segala sesuatunya secara fisik.
c. G e o m e t r i P r o y e k s i , a d a l a h c a b a n g m a t e m a t i k a y a n g
t e r k a i t d e n g a n bentuk-bentuk geometrikal yang tidak
akan berubah ketika bentuk- bentuk itu diproyeksikan ke
bidang yang berbeda.

C. Metode dalam Geometri


Metode yang digunakan dalam ilmu geometri, yang digunakan untuk
membahas hal-hal yang dibicarakan (termasuk objek-objek geometri) adalah
metode deduktif aksiomatris yang sering disingkat dengan istilah metode
aksiomatris saja. Metode deduktif aksiomatris adalah metode pembahasan
yang menggunakan cara berpikir deduktif, yang diawali dengan adanya
beberapa konsep yang tidak didefinisikan (disebut konsep- konsep pangkal
atau pengertian-pengertian pangkal) dan sejumlah pernyataan yang
diasumsikan sebagai pernyataan yang benar tetapi tanpa dibuktikan
(pernyataan semacam ini disebut dengan pernyataan-pernyataan pangkal atau
aksioma-aksioma atau bisa disebut juga postulat-postulat).

Berpikir aksiomatis adalah suatu pernyataan yang dibuat mesti


berlandaskan pada pernyataan sebelumnya, pernyataan sebelumnya harus
berlandaskan pernyataan sebelumnya lagi dan seterusnya, sehingga sampai
pada pernyataan yang paling awal diajukan. Pernyataan yang paling awal
diajukan dianggap benar dan jelas dengan sendirinya. Penyataan awal tersebut
disebut aksioma atau postulat. Dengan aksioma kita tidak perlu lagi
membuktikan kebenarannya, dan kebenaran tersebut kita terima begitu saja
karena sudah jelas dengan sendirinya.
Pada hakikatnya, landasan berpikir matematis itu merupakan
kesepakatan-kesepakatan yang disebut dengan aksioma. Dengan aksioma-
aksioma inilah matematika berkembang menjadi banyak cabang matematika.
Karena landasanya adalah aksioma, maka matematika merupakan sistem
aksiomatik. Dalam sistem yang aksiomatik inilah kumpulan-kumpulan
aksioma-aksioma itu memiliki sifat taat asas (consistent), dengan hubungan
antar aksioma adalah saling bebas (adjoint).

Agar berpikir aksiomatis ini sah dan benar, maka ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan, yaitu:

 Harus ada konssistensi antara pernyataan yang satu dengan pernyataan


yang lain. Tidak boleh ada pernyataan yang kontradiktif. Dalam hal ini
berlaku dalil : jika P=Q, dan Q=R maka P=Q.
 Setiap pernyataan yang disusun harus dapat menghasilkan  satu atau lebih
pernyataan yang lain. Misalnya pernyataan : Setiap orang perlu makan.
Apakah dari pernyataan ini ada pernyataan lain yang dapat diturunkan?
Orang perlu makan untuk bertahan hidup,  orang perlu bertahan hidup
untuk beribadah, dan seterusnya.
 Setiap aksioma yang ditetapkan harus bebas dari aksioma yang lain.
Selama masih terkait dengan pernyataan yang lain, maka pernyataan itu
belum disebut aksioma. Euclids menyajikan sejumlah aksioma,
diantaranya:
o Jika A=B maka berlaku B=A
o Jika A=B dan C=D maka berlaku A+C=B+D
o Jika A=B dan C=D maka berlaku A-C=B-D
o Keseluruhan lebih besar dari sebagian
o Hanya dapat dibuat sebuah garis dari sebuah titik ke sebuah titik
yang lain.
o Semua sudut siku-siku selalu sama dengan sudut siku-siku yang
lain.
Adanya objek geometri yang berupa benda-benda pikiran bersama
dengan metode yang bersifat deduktif aksiomatris merupakan hasil
pengembangan dari ilmu geometri tahap terakhir. Sebelum perkembangan
tahap terakhir ini dicapai, objek dan metode dari ilmu geometri masih bersifat
sederhana daripada objek dan metode ilmu geometri pada tahap terakhir
tersebut.

D. Geometri Euclid

Euclid adalah seorang murid Sekolah Plato. Sekitar tahun 300 sebelum
masehi, ia menghasilkan perawatan geometri dan teori bilangan secara terbatas
pada Edisi–13 Elements.

Geometri Euklides adalah sebuah geometri klasik, terdiri atas 5 postulat,


yang dinisbahkan terhadap matematikawan Yunani Kuno Euklides.

Geometri Euklides merupakan sistem aksiomatik, di mana semua


teorema ("pernyataan yang benar") diturunkan dari bilangan aksioma yang
terbatas. Mendekati buku awalnya Elemen, Euklid memberikan 5 postulat:

 Setiap 2 titik dapat digabungkan oleh 1 garis lurus.


 Setiap garis lurus dapat diperpanjang sampai tak terhingga dengan garis
lurus.
 Diberikan setiap segmen garis lurus, sebuah lingkaran dapat digambar
memiliki segmen ini sebagai jari-jari dan 1 titik ujung sebagai pusat.
 Semua sudut di kanan itu kongruen.
 Postulat paralel. Jika 2 garis bertemu di sepertiga jalan di mana jumlah
sudut dalam di 1 sisi kurang dari 2 sudut yang di kanan, kedua garis itu
harus bertemu satu sama lain di sisi itu jika diperpanjang lebih jauh lagi.
Postulat yang ke-5 membuka jalan bagi geometri yang sama seperti
pernyataan berikut, dikenal sebagai aksioma Playfair, yang terjadi di bidang
datar:

"Melalui sebuah titik yang bukan pada garis lurus yang diberikan, hanya
satu garis saja yang dapat ditarik dan tak pernah bertemu garis yang
diberikan."

Himpunan berbentuk beserta sistem aksioma yang melibatkan 5 aksioma


disebut Struktur Geometri Euclid, dengan unsur-unsur dari himpunan masing-
masing disebut dengan titik-titik, garis-garis dan bidang-bidang. Lima (5)
aksioma tsb adalah:

a. Aksioma insidensi

b. Aksioma keantaraan (tanpa memperhatikan letak) dan urutan


(memperhatikan letak)

c. Aksioma kekongruenan

d. Aksioma kekontinyuan (archimedes)

e. Aksioma kesejajaran euclid

 Geometri Insidensi

 Jika ada dua titik berbeda, akan ada tepat satu garis yang memuat dua
titik tersebut
 Jika ada tiga titik berbeda dan tidak segaris, maka ada tepat satu bidang
yang memuat ketiga titik tersebut.
 Jika ada dua titik berbeda terletak pada suatu bidang, maka garis yang
memuat kedua titik tersebut terletak pada bidang.
 Jika dua bidang berpotongan, maka perpotongannya adalah suatu garis.
 Setiap garis memuat sedikitnya dua titik, setiap bidang memuat
sedikitnya 3 titik yang tidak segaris dan setiap ruang memuat sedikitnya
empat titik yang tidak sebidang.

Unsur-unsur tak terdefinisi pada sebuah geometri terdiri dari titik,


garis, dan bidang. Ketiga unsur dikaitkan satu sama lain dengan sebuah
aksioma yaitu sistem aksioma insidensi.

Ada 6 buah aksioma yaitu:

1. Garis adalah himpunan dari titik-titik, yang mengandung paling sedikit


dua buah titik.
2. Dua titik yang berbeda terdapat dalam satu dan hanya satu garis.
3. Bidang adalah himpunan titik-titik, yang mengandung paling sedikit tiga
titik, dimana ketiga titik tersebut tidak terletak pada garis yang sama.
4. Tiga titik yang berbeda, yang tidak segaris terletak dalam satu dan hanya
satu bidang.
5. Apabila sebuah bidang memuat dua titik yang berbeda dari suatu garis,
bidang tersebut akan memuat semua titik pada garis tersebut.

6. Apabila dua buah bidang bersekutu pada satu titik, maka kedua bidang
akan bersekutu pada titik kedua yang merupakan titik perpotongan
lainnya.
Definisi :

Sebuah himpunan titik-titik bersama dengan himpunan bagian seperti garis dan
bidang yang memenuhi aksioma 1 sampai 6 disebut geometri insidensi

 Aksioma urutan
1 . Jika A dan B dua titik, maka
 Terdapat sedikitnya satu titik C sehingga
C diantara A dan B
 Terdapat sedikitnya satu titik D sehingga B
( diantara A dan D.
 Terdapat sedikitnya satu titik E sehingga
A diantara B dan E
2. Jika A, B dan C suatu titik sehingga B diantara A dan C, maka
A, B,dan C berbeda & terletak pada satu garis (kolinear).
3. J i k a A , B d a n C s u a t u t i t i k s e h i n g g a B d i a n t a r a A
d a n C , m a k a B diantara C dan A.
4. Jika A, B dan C tiga titik kolinear, maka tepat satu dari tiga
keadaan ini benar:
a. B diantara A dan C
b. C diantara A dan B
c. A diantara B dan C

 A k s i o m a Kongruensi
a. Diketahui suatu ruas garis AB dan suatu titik P pada garis g,
maka setiap sinar di g yang berpangkal di P terdapat tepat satu
titik Q yang memenuhi PQ ¿ AB.

b. AB≃AB

c. Jika AB≃A ' B' maka A ' B ' ¿ AB

d. Jika AB≃A ' B' dan A ' B ' ¿ A} } B rSup { size 8{' maka AB≃A } } B rSup { size 8{
e. Diketahui sudut (h, k) yang bukan sudut lurus, dan diketahui sinar h’
pada garis g, maka pada setiap sisi g terdapat tepat satu sinar k’
sedemikian hingga ∠ (h’, k’) ¿ ∠ (h,k) suatu sudut lurus hanya

akan kongruen dengan sudut lurus juga.


f. ∠ (h,k) ¿ ∠ (h’,k’)

g. Jika ∠ (h,k) ¿ ∠ (h’,k’) maka ∠ (h’,k’) ¿ ∠ (h,k)

h. Jika ∠ (h,k) ¿ ∠ (h’,k’) dan ∠ (h’,k’) ¿ ∠ (h”,k”) maka

∠ (h,k) ¿ ∠ (h”,k”)
i. Jika dalam segitiga-segitiga ABC dan A’B’C’ diketahui bahwa

AB≃A ' B' dan AC ¿ A ' C' dan ∠ A ¿ ∠ A’ maka

∠ B ¿ ∠ B’.

 Aksioma Kesejajaran
Dua garis dikatakan sejajar bila kedua garis itu tidak berserikat satu
titikpun. A k s i o m a k e s e j a j a r a n : M e l a l u i s u a t u t i t i k d i l u a r
s e b u a h g a r i s terdapat tepat satu garis yang sejajar dengan garis yang
diketahui.

 Aksioma kontinuitas dan kelengkapan


1. D i k e t a h u i t i t i k A d a n B d a n A 1 s e h i n g g a A - A 1 - B ,
k e m u d i a n a m b i l A2, A3, . . . dst. Sehingga A-A1-A2, A1-A2-
A3, dst. Dengan AA1 =A1A2 =A2A3 = . . . , maka terdapatlah
bilangan positif n sedemikian sehingga A- B – An.
2. T i d a k ada titik atau garis yang dapat ditambahkan
k e p a d a s i s t e m d i atas tanpa melanggar salah satu aksioma di atas.
 Struktur Geometri Bidang Euclid

Postulat sejajar Euclid dapat dinyatakan sebagai berikut :

“ Jika dua garis dipotong oleh garis transversal sedemikian hingga


jumlah dua sudut interiornya (sudut dalam) pada satu sisi
transversal adalah kurang dari 180°. Garis tersebut akan bertemu
pada satu sisi transversal tersebut”

Sejumlah asumsi/postulat untuk geometri bidang Euclid , yaitu :

1. Sesuatu akan sama dengan sesuatu atau sesuatu yang sama akan sama
satu sama yang lainnya
2. Jika kesamaan di tambahkan dengan kesamaan maka jumlahnya akan
sama
3. Jika kesamaan di kurangi dengan kesamaan maka selisihnya akan sama
4. Keseluruhan akan lebih besar dari bagiannya
5. Bangun geometric dapat dipindahkan tanpa mengubah ukuran atau
bentuknya
6. Setiap sudut memiliki bisector ( garis bagi )
7. Setiap segmen memiliki titik tengah
8. Dua titik hanya berada pada satu-satunya garis
9. Sembarang segmen dapat diperluas oleh suatu segmen yang sama
dengan segmen yang diberikan
10. Lingkaran dapat di gambarkan dengan sembarang titik pusat dan radius
yang diketahui
11. Semua sudut siku-siku sama besar
Dari postulat-postulat ini, dapat di deduksi sejumlah teorema dasar
diantaranya :

Sudut bertolak belakang sama besar

Bukti 1 :

1.Lukis garis l dan m sejajar


P lO
2.Garis transversal h memotong 1

tegak lurus l dan m di P dan Q 2 Q mO


h
3. P= Q (postulat ke 11)

4. P= 1 (postulat ke 11)

5. P dan 1 dua sudut bertolak


belakang, jadi sudut bertolak
belakang sama besar (terbukti)

Bukti 2 :
1. Ada B sehingga B € g g

2. Ada C sehingga C € g E B

3. Analog untuk D dan E € l A

4. BAD + BAE = 180° (Postulat


garis pelurus) C D

CAE + BAE = 180° l

5. ( BAD + BAE ) – ( CAE +


BAE ) =180° - 180° (postulat 3)

BAD - CAE = 0

BAD = CAE

(terbukti sudut bertolak belakang sama


besar)

2. Sifat kongruensi segitiga (SAS, ASA, SSS)


Bukti : Sifat kongruensi segitiga (ASA )

C R

1. Lukis ΔABC dan ΔPQR sehingga A= P

B= Q dan AB = PQ
A B P Q
2. Pindahkan Δ ABC pada Δ PQR sehingga A P

berimpit dengan P, B berimpit Q dan


AB berimpit pada PQ maka C berimpit
pada R

dan C= R ( postulat 5)
3. Teorema kesamaan sudut alas segitiga sama kaki dan konversinya
Bukti :

Diberikan Δ ABC dgn AC = BC, akdib


C
A= B
1 2
1.Lukis garis bagi C (aksioma 6)

2.Perpanjang garis bagi tersebut hingga


A D B
memotong AB di D (aksioma 9)

3.Dalam Δ ACD dan Δ BCD, AC=BC,


1= 2 (aksioma 6), CD=CD
(berimpit), sehingga Δ ACD kongruen
dengan Δ BCD (S-A-S)

4.Jadi A = B (sudut yang


berkoresponden sama besar) (terbukti
)

Dan sebaliknya jika diberikan Δ ABC dengan A= B maka AC = BC

Bukti :

1. Lukis garis bagi C sehingga 1= 2 (aksioma 6)

2. Karena A= B dan 1= 2 maka ADC = BDC

3. Δ ADC kongruen dengan Δ BDC sehingga AC = BC (terbukti)

4. Eksistensi garis yang tegak lurus pada garis pada titik dari garis tersebut
5. Eksistensi garis yang tegak lurus pada garis yang melalui titik eksternal
6. Pembentukan suatu sudut yang sama, dengan sudut, dengan titik sudut dan
sisi yang telah diberikan sebelumnya
7. Pembentukan segitiga yang kongruen dengan segitiga dengan sisi yang sama
pada sisi segitiga yang di ketahui

TEOREMA 1 : Teorema Sudut Eksterior (luar)

Sudut eksterior segitiga akan lebih besar daripada sudut interior (dalam)
terpencil (berjauhan) manapun.

Bukti :

ABC = Segitiga sembarang C F

D = Perpanjangan AB melalui E

Akdib : ACB < CBD A B D

Bukti :

1. E pada BC sehingga BE =
EC

( aksioma 7 )

2. F pada perpanjangan AE shg


AE = EF (aksioma 7)

3. AEC = FEB (bertolak


belakang) ( postulat 1 )

Jadi Δ AEC kongruen dengan Δ


FEB
( SAS )

ACE = FBE

FBE < EBD

ACE < EBD

Jadi ACB < CBD


terbukti

TEOREMA 2 :

Jika dua garis dipotong oleh garis transversal sehingga membentuk pasangan
sudut interior dalam berseberangan maka garis tersebut sejajar.

BUKTI :

1. Diberikan garis l dan m


h
2. Garis transversal h
memotong l dan m di A dan A l
1
B sehingga membentuk C
2
pasangan sudut interior m
B
dalam berseberangan yaitu
1 dan 2 yang sama besar

3. Misal l dan m tidak sejajar berarti akan bertemu di C dan terbentuk Δ ABC
(hipotesis)
4. C terletak di depan sisi AB
5. 1< 2 (menurut teorema 1)
6. Hal ini kontradiksi dengan
1= 2

7. Jadi garis l dan m sejajar (terbukti)

Corollary 1 : Dua garis tegak lurus terhadap garis yang sama pasti sejajar

Bukti :

Akdib bahwa jika l tegak lurus m l


dan l tegak lurus n maka m sejajar n 1l m
2
Bukti : 3
n
4
1. l tegak lurus m → 1= 2

( keduanya sudut siku-siku )

2. l tegak lurus n → 3= 4

3. 2= 3 (keduanya siku-siku)

3. Karena 2 dan 3 dua sudut


berseberangan maka m dan n‌
‌sejajar (teorema 2) (terbukti)

Corollary 2 : Hanya ada satu garis yang tegak lurus terhadap garis melalui
titik eksternal

Bukti :

Akdib bahwa ada tepat satu l sehingga l tegak lurus g , A € l , A € g

Bukti :
1. Anggap ada l ≠ m sehingga l tegak lurus
A
g , m tegak lurus g , A € l dan A €
Q m
R
p
g 2. Ada tepat satu P sehingga P = ( l , g )
m l

Ada tepat satu Q sehingga Q = ( m , g )

3. Terbentuk Δ APQ

4. Padahal : APR > AQP

5. APR = AQP (Aksioma 11, sudut


siku-siku sama besar)

6. Jadi l = m

Kesimpulan : Ada tepat satu l sehingga l tegak lurus g , A € l , A € g


( terbukti ).

Corollary 3 : ( Eksistensi garis sejajar )

Jika titik P tidak berada pada garis l maka akan ada setidaknya
satu garis yang melalui P yang sejajar dengan l

Bukti :

1. Lukis garis l
2. Titik P di luar garis l
3. Lukis garis dari P yang tegak lurus l dan memotong l di Q
4. Melalui titik P lukis garis m yang tegak lurus PQ
5. m sejajar l ( corollary 1 )
P
m

l
Q

TEOREMA 3

Jumlah dua sudut pada segitiga kurang dari 180°

BUKTI :

ABC = segitiga sembarang


C
Akdib : B + C < 180°

Perpanjang AB melalui B hingga


D maka sdt CBD = sdt eksterior Δ
B D
A ABC

CBD > ACB (teorema 1)


CBD > ACB dan CBD = 180° - CBA

180° - CBA > ACB

180° > CBA + ACB

Atau 180° > B+ C

B + C < 180 ° ( TERBUKTI)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Geometri (dari bahasa Yunani “Geometrein”; geo = bumi, metria =


pengukuran) secar harafiah berarti pengukuran tentang bumi, adalah cabang
dari matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang.

Metode yang digunakan dalam ilmu geometri, yang digunakan untuk


membahas hal-hal yang dibicarakan (termasuk objek-objek geometri) adalah
metode deduktif aksiomatris yang sering disingkat dengan istilah metode
aksiomatris saja. Metode deduktif aksiomatris adalah metode pembahasan
yang menggunakan cara berpikir deduktif, yang diawali dengan adanya
beberapa konsep yang tidak didefinisikan (disebut konsep- konsep pangkal
atau pengertian-pengertian pangkal) dan sejumlah pernyataan yang
diasumsikan sebagai pernyataan yang benar tetapi tanpa dibuktikan
(pernyataan semacam ini disebut dengan pernyataan-pernyataan pangkal atau
aksioma-aksioma atau bisa disebut juga postulat-postulat).

Geometri Euklides merupakan sistem aksiomatik, di mana semua


teorema ("pernyataan yang benar") diturunkan dari bilangan aksioma yang
terbatas. Mendekati buku awalnya Elemen, Euklid memberikan 5 postulat:
 Setiap 2 titik dapat digabungkan oleh 1 garis lurus.
 Setiap garis lurus dapat diperpanjang sampai tak terhingga dengan garis
lurus.
 Diberikan setiap segmen garis lurus, sebuah lingkaran dapat digambar
memiliki segmen ini sebagai jari-jari dan 1 titik ujung sebagai pusat.
 Semua sudut di kanan itu kongruen.
 Postulat paralel. Jika 2 garis bertemu di sepertiga jalan di mana jumlah
sudut dalam di 1 sisi kurang dari 2 sudut yang di kanan, kedua garis itu
harus bertemu satu sama lain di sisi itu jika diperpanjang lebih jauh lagi.

B. Saran

Dalam makalah ini mungkin masih banyak hal – hal dalam geometri
yang belum tercantum, oleh karena itu bagi penulis selanjutnya, kami
menyarankan agar lebih mendalami dan mengulas lebih banyak lagi mengenai
geometri itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

Anda mungkin juga menyukai