Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SEJARAH GEOMETRI EUCLID

DISUSUN OLEH :
MASYITA PUTRI FIRDAUSY (16030174056)
RIONALDY ARIANSYAH (16030174063)

KELAS 2016 U

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca,
untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar dapat
menjadi lebih baik lagi.

Selepas dari itu semua, kami menyadari bahwa kami masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.

Surabaya, 13 September 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I (Pendahuluan)
1.1 Latar Belakang 3
Bab II (Pembahasan)
2.1 Euclid 5
2.2 The Elements 5
2.2.1 Empat Bagian The Elements 6
2.2.2 Tiga Belas Jilid The Elements 13
2.2.3 Beberapa Pembuktian Dalil 16
Bab III (Penutup)
3.1 Kesimpulan 25
3.2 Saran 25
Daftar Pustaka 26

2
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Geometri adalah salah satu cabang ilmu matematika tertua di dunia. Geometri atau
Geometrein dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu, geo yang artinya bumi dan metrein
yang artinya mengukur. Secara sederhana geometri dapat diartikan sebagai ilmu pengukuran
tanah (bumi).

Dalam matematika, geometri merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara titik, garis,
sudut, bidang, serta bangun datar dan bangun ruang. Berbeda dengan cabang ilmu matematika
lainnya yang menitik beratkan pada perhitungan bilangan, geometri lebih menitik beratkan pada
sistem matematika yang menggunakan penalaran deduktif berdasarkan fakta yang ada.

Salah satu teorema yang tertua adalah teorema Pythagoras. Pythagoras dilahirkan di sebuah
pulau bernama Samos, sebuah pulau di Yunani pada tahun 570 SM. Pythagoras dikenal sebagai
orang yang menemukan teorema ini. Namun jauh sebelum Pythagoras lahir, ternyata peradaban
Babilonia, Mesir, India, bahkan Cina kuno ternyata sudah memiliki pemahaman tentang relasi
antar sisi-sisi pada segitiga siku-siku. Salah satu buktinya terdapat pada tablet milik peradaban
Babilonia.

Pythagoras mendapat penghargaan atas teorema ini karena dianggap sebagai orang yang
membawa pengetahuan tersebut ke Yunani yang selanjutnya menjadi pusat peradaban di
zamannya. Pythagoras juga menjadi orang pertama yang berhasil mendokumentasikan dan
membuktikan teorema ini secara sistematis. Oleh karena itu, teorema ini dinamakan dengan
teorema Pythagoras.

Pythagoras menyatakan bahwa dalam suatu segitiga siku-siku, jumlah luas dari masing-
masing persegi yang terbentuk dari sisi-sisi yang saling tegak lurus sama dengan luas dari persegi

3
yang terbentuk dari sisi miringnya. Namun, sebagaimana teorema Pythagoras yang kita gunakan
saat ini, teorema Pythagoras merupakan relasi antar panjang dari sisi-sisi segitiga siku-siku. Relasi
yang kita ketahui ini pertamakali dicetuskan oleh Euclid, seorang metematikawan kuno Yunani.
Euclid melihat teorema Pythagoras sebagai relasi antar luas dari persegi yang terbentuk disetiap
sisi-sisi segitiga siku-siku.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Euclid (325 – 265 SM)

Pada awalnya geometri hanya menitikberatkan pada jarak, luas, dan volume. Tetapi pada
300 tahun SM, geometri telah diletakkan dalam aksioma Euclid yang disebut Geometri Euclid.
Geometri Euclid selalu dikaitkan dengan seorang matematikawan yang bernama Euclid (325-265
SM) dari Alexandria, Mesir. Euclid diangkat sebagai kepala pusat studi Matematika pertama
Museum. Konon, perpustakaan di museum ini mempunyai koleksi ratusan ribu gulungan papirus
(berfungsi sebagai buku pada zaman sekarang).

Sepanjang karirnya, ia menulis beberapa buku tentang optik, musik, astronomi, dan
matematika. Namun, bukunya yang paling terkenal adalah “The Elements”, yang terdiri dari 13
jilid yang membahas tentang Geometri dan dasar-dasar Teori Bilangan. Dari buku “The Elements”
inilah kita dapat mengetahui tentang karya-karya Pythagoras, Hippasus, Archytas, Antiphon,
Hippocrates, Eudoxus, Theaetetus. Euclid menulis dan menyusun karya-karya terdahulu secara
logis dan sistematis, serta mengoreksi kesalahan-kesalahan kecil yang dibuat oleh para
pendahulunya. Setiap dalil ia buktikan dengan cermat, dimulai dari definisi dan hipotesis. Berkat
jasanya, Euclid disebut sebagai Bapak Geometri.

2.2 The Elements

The Elements karya Euclid merupakan salah satu buku matematika yang terkenal pada masa
Yunani Kuno dan bahkan mungkin sepanjang masa. Buku ini telah diterjemahkan ke berbagai
Bahasa dan telah dicetak ulang diberbagai Negara. Buku ini memberikan model bagaimana
caranya “Matematika Murni” harus ditulis, dengan aksioma yang dipikirkan dengan baik, definisi
yang tepat, teorema yang disebutkan dengan hati-hati, dan bukti logis yang koheren. Meski ada
versi yang lebih awal dari “The Elements” milik Euclid, tetapi hanya buku karya Euclid yang tetap
dipakai hingga saat ini, mungkin karena “The Elements” merupakan buku yang ditulis setelah

5
kedua dasar teori proporsional dan teori irasional dikembangan. “The Elements” terdiri dari 13
Jilid dan 4 Bagian.

2.2.1 Empat Bagian The Elements

Empat bagian dari buku The Elements adalah sebagai berikut:

1. Definitions (Definisi)

Definisi adalah pernyataan yang mendeskripsikan bangun-bangun dan sifat-sifat


tertentu. Pada buku “The Elements” terdapat 23 hal yang didefinisikan oleh Euclid.

 Definisi 1
Titik adalah sesuatu yang tidak punya bagian atau tidak punya dimensi (undefined term).
 Definisi 2
Garis adalah sesuatu yang punya panjang tetapi tidak punya lebar (undefined term).
 Definisi 3
Ujung-ujung suatu garis adalah titik (undefined term).
 Definisi 4
Garis lurus adalah garis yang terletak secara rata dengan titik-titik pada dirinya.
 Definisi 5
Bidang adalah sesuatu yang hanya mempunyai panjang dan lebar.
 Definisi 6
Sisi-sisi dari bidang berupa garis.
 Definisi 7
Bidang datar adalah bidang yang terletak secara rata dengan garis-garis lurus pada dirinya.
 Definisi 8
Sudut bidang terbentuk dari dua garis pada bidang yang bertemu pada sebuah titik dan dua
garis tersebut tidak terletak dalam sebuah garis lurus.
 Definisi 9
Ketika garis-garis membentuk sudut lurus, sudut tersebut disebut rectilinear.

6
 Definisi 10
Ketika garis lurus berdiri pada sebuah garis lurus dan membentuk sudut berdekatan yang
besarnya sama, masing-masing sudut tersebut adalah sudut siku-siku, dan garis yang berdiri
dikatakan tegak lurus dengan garis kurus tempatnya berdiri.
 Definisi 11
Sudut tumpul adalah sudut yang lebih besar dari sudut siku-siku.
 Definisi 12
Sudut lancip adalah sudut yang lebih kecil dari sudut siku-siku.
 Definisi 13
Batas adalah sesuatu yang merupakan ujung dari apapun.
 Definisi 14
Bangun adalah sesuatu yang dibentuk oleh batas atau batas-batas.
 Definisi 15
Lingkaran adalah bangun datar yang dibentuk oleh satu garis sedemikian hingga semua garis
lurus yang jatuh pada bangun tersebut dari sebuah titik di dalam bangun tersebut pada
bangun tersebut panjangnya sama.
 Definisi 16
Dan titik tersebut disebut pusat lingkaran.
 Definisi 17
Diameter lingkaran adalah suatu garis lurus yang digambar melalui pusat lingkaran dan
berakhir di dua arah keliling lingkaran.
 Definisi 18
Setengah lingkaran adalah bangun yang dibangun oleh diameter dan keliling lingkaran yang
dipotong oleh diameter.
 Definisi 19
Bangun-bangun rectilinear adalah bangun-bangun yang dibentuk oleh garis lurus. Bangun
segitiga adalah bangun yang dibentuk oleh tiga garis lurus, bangun segiempat adalah bangun
yang dibentuk oleh empat garis lurus, bangun segibanyak adalah bangun yang dibentuk oleh
lebih dari empat garis lurus.
7
 Definisi 20
Dari bangun segitiga, segitiga sama sisi adalah segitiga yang memiliki tiga sisi yang sama,
segitiga sama kaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi yang sama, segitiga sembarang
(segitiga tak sama panjang) adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak ada yang sama.
 Definisi 21
Selanjutnya, pada bangun segitiga, segitiga siku-siku adalah segitiga yang memiliki sudut siku-
siku, segitiga tumpul adalah segitiga yang memiliki sudut tumpul, segitiga lancip adalah
segitiga yang memiliki sudut lancip.
 Definisi 22
Pada bangun segiempat, persegi adalah bangun yang semua sisinya memiliki panjang yang
sama dan memiliki sudut siku-siku, persegi panjang adalah bangun yang memilik sudut siku-
siku tetapi tidak memiliki dua pasang sisi yang panjangnya sama, belah ketupat adlah bangun
yang semua panjang sisinya sama tetapi tidak memiliki sudut suku-siku.
 Definisi 23
Garis-garis lurus sejajar adalah garis lurus yang berada pada bidang datar yang sama, dan jika
diperpanjang secara terus menerus pada kedua arah tidak akan berpotongan di arah
manapun.

2. Postulates (Postulat)

Postulat adalah pernyataan yang diasumsikan benar tanpa perlu dibuktikan. Pada
buku “The Elements” terdapat 5 postulat yang ditulis oleh Euclid.

 Postulat 1
Melalui dua titik sebarang dapat dibuat garis lurus.
 Postulat 2
Ruas garis dapat diperpanjang secara kontinu menjadi garis lurus.
 Postulat 3
Melalui sebarang titik dan sebarang jarak dapat dilukis lingkaran.

8
 Postulat 4
Semua sudut siku-siku memiliki besar sudut yang sama.
 Postulat 5
Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus dan membuat sudut-sudut dalam sepihak
kurang dari dua sudut siku-siku, kedua garis tersebut jika diperpanjang tak terbatas, akan
bertemu dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku-siku.

3. Common Notions (Aksioma)

Common Nations atau yang sekarag lebih dikenal dengan aksioma. Pada beberapa buku
geometri yang banyak beredar menyatakan bahawa postulat dan aksoma adalah sama. Namun,
diceritakan bahwa Euclid membedakan postulat dengan aksioma. Apakah postulat dan aksioma
adalah dua istilah yang berbada atau sama?

Berdasarkan ilmu logika, aksioma dan postulat menyatakan suatu pernyataan yang
kebenarannya tidak terbantahkan (kebenarannya tidak perlu dibuktikan kembali). Dalam kasus ini,
aksioma dan postulat adalah sama. Namun, pada masa Yunani Kuno, aksioma dan postulat adalah
dua konsep yang berbeda.

Aksioma bersifat lebih umum, sehingga dapat diberlakukan di bidang ilmu lainnya. Sedangkan
postulat bersifat lebih khusus. Aksioma tidak dapat digunakan untuk membangun aksioma lainnya.
Namun, aksioma dapat digunakan untuk membangun suatu postulat.

 Aksioma 1
Hal-hal yang sama adalah sama dengan suatu yang lain.
 Aksioma 2
Jika sesuatu yang sama ditambah dengan sesuatu yang sama, jumlahnya sama.
A=B, C=D maka A+C=B+D
 Aksioma 3
Jika sesuatu yang sama dikurangi dengan sesuatu yang sama, sisanya sama.

9
 Aksioma 4
Hal-hal yang berimpit satu sama lain, hal-hal tersebut sama.
 Aksioma 5
Keseluruhan lebih besar dari pada sebagian.

4. Propositions (Dalil)

Proporsisi/dalil atau yang lebih dikenal dengan teorema adalah suatu pernyataan
yang kebenarannya perlu dibuktikan berdasarkan definisi, postulat (aksioma), atau teorema
lainnya yang sebelumnya telah dibuktikan. Pada “The Elements” terdapat 441 dalil yang
dibuktikan oleh Euclid.

 Proposisi 1
Jika diberikan garis lurus dengan panjang terbatas, maka dapat dibuat segitiga sama sisi.
 Proposisi 2
Jika diberikan sebuah garis lurus dan sebuah titik di luar garis, maka melalui titik tersebut
dapat dibuat garis lurus yang panjangnya sama dengan garis lurus yang diberikan.
 Proposisi 3
Jika diberikan dua garis lurus dengan panjang berbeda, maka garis lurus yang lebih panjang
dapat dipotong sehingga panjangnya sama dengan garis lurus yang lebih pendek.
 Proposisi 4
Jika dua buah segitiga memiliki dua sisi bersesuaian yang panjangnya sama dan sudut-sudut
yang dibentuk oleh kedua sisi tersebut besarnya juga sama, maka panjang sisi dan besar
sudut yang bersesuaian lainnya juga sama.
 Proposisi 5
Dalam segitiga sama kaki, sudut-sudut alas besarnya sama dan jika kedua kaki diperparjang
maka sudut-sudut di bawah alas juga sama besar.
 Proposisi 6
Jika dua sudut dalam sebuah segitiga besarnya sama, maka sisi-sisi yang berhadapan dengan
sudut tersebut panjangnya juga sama.

10
 Proposisi 7
Jika alas dua buah segitiga berimpit, dan sisi-sisi yang bersesuaian pada dalam segitiga-
segitiga tersebut sama panjang dan searah, maka titik potong sisi-sisi yang bersesuaian dalam
setiap segitiga berimpit.
 Proposisi 8
Jika sisi-sisi yang bersesuaian dalam setiap segitiga panjangnya sama, maka sudut-sudut yang
bersesauaian besarnya juga sama.
 Proposisi 9
Sudut rectilinear dapat dibagi menjadi dua sama besar.
 Proposisi 10
Garis lurus terbatas dapat dibagi menjadi dua bagian yang sama panjang
 Proposisi 11
Jika diberikan sebuah garis lurus dan sebuah titik pada garis lurus tersebut, maka melalui titik
tersebut dapat dibuat garis lurus yang tegak lurus pada garis lurus yang diberikan.
 Proposisi 12
Jika diberikan sebuah garis lurus dan sebuah titik di luar garis lurus tersebut, maka melalui
titik tersebut dapat dibuat garis lurus yang tegak lurus pada garis lurus yang di berikan.
 Proposisi 13
Jika sebuah garis lurus berdiri pada sebuah garis lurus, maka akan membentuk dua sudut
siku-siku atau sudut yang jumlahnya sama dengan dua sudut siku siku.
 Proposisi 14
Diberikan sebuah garis lurus dan sebuah titik pada garis tersebut, jika dua daris lurus melalui
titik tersebut dan membentuk sudut yang besarnya sama dengan dua kali sudut siku-siku,
maka kedua garis lurus tersebut segaris.
 Proposisi 15
Jika dua buah garis lurus berpotongan, maka akan terbentuk dua sudut bertolak belakang
yang besarnya sama.

11
 Proposisi 16
Jika salah satu sisi dalam segitiga diperpanjang, maka sudut eksteriornya lebih besar dari
pada sudut interior yang tidak bersisian.
 Proposisi 17
Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari dua sudut siku-siku.
 Proposisi 18
Dalam segitiga, sudut dihadapan sisi yang lebih panjang juga lebih besar.
 Proposisi 19
Dalam segitiga, sisi dihadapan sudut yang lebih besar juga lebih panjang.
 Proposisi 20
Jumlah dua sisi dalam segitiga lebih besar dari sisi yang lainnya.
 Proposisi 21
Jika dari ujung-ujung salah satu sisi segitiga dibuat dua garis lurus sedemikian hingga
membentuk segitiga baru, maka jumlah kedua sisi (yang tidak berimpit) segitiga baru lebih
kecil daripada jumlah kedua sisi (yang tidak berimpit) segitiga awal, tetapi besar sudut yang
dibentuk lebih besar.
 Proposisi 22
Jika diberikan tiga garis lurus maka dari garis lurus, maka dapat dibentuk sebuah segitiga.
 Proposisi 23
Jika diberikan sebuah sudut dan sebuah garis lurus, maka melalui garis lurus tersebut dapat
dibuat sudut yang besarnya sama dengan yang diberikan.
 Proposisi 24
Jika dua buah segitiga memiliki dua sisi yang bersesuaian, tetapi sudut yang dibentuk oleh
sisi-sisi tersebut pada segitiga pertama lebih besar, maka alas segitiga pertama lebih panjang.
 Proposisi 25
Jika dua buah segitiga memiliki dua bersesuaian sisi yang sama besar, tetapi sisi lainnya pada
segitiga pertama lebih besar daripada yang di segitiga yang ke dua, maka sudut yang
berhadapan dengan sisi yang lebih besar pada segitiga pertama juga lebih besar daripada
yang di segitiga ke dua.
12
 Proposisi 26
Jika dua buah segitiga memiliki dua sudut bersesuaian sama besar dan sisi yang terkait
dengan sudut-sudut tersebut sama panjang, maka sudut dan sisi yang bersesuaian lainnya
juga sama besar.
 Proposisi 27
Jika sebuah garis lurus memotong dua garis lurus dan membentuk sudut dalam
berseberangan yang sama besar, maka kedua garis lurus yang dipotong btersebut sejajar.
 Proposisi 28
Jika sebuah garis lurus memotong dua garis lurus dan membentuk sudut eksterior sama
dengan sudut interior yang tidak bersisian (sehadap), atau jumlah sudut interiornya sama
dengan dua sudut siku-siku, maka kedua garis lurus yang dipotong tersebut sejajar.
 Proposisi 29
Jika sebuah garis lurus memotong dua garis lurus yang sejajar dan membentuk sudut dalam
berseberangan yang sama besar, maka sudut eksterior sama dengan sudut interior yang tidak
bersisian (sehadap), dan jumlah sudut interiornya sama dengan dua sudut siku-siku.
 Proposisi 30
Jika dua buah garis lurus sejajar dengan sebuah garis lurus, maka kedua garis lurus tersebut
sejajar satu sama lain.

2.2.2 Tiga Belas Jilid The Elements

Tiga belas jilid dari buku “The Elements” adalah sebagai berikut:

1. Jilid 1

Buku “Elemen” Jilid I membahas dasar-dasar geometri, dimulai dari definisi titik,
garis, permukaan, sudut, dan seterusnya, yang kemudian diikuti dengan lima postulat dan
lima konsep umum, serta sejumlah proposisi. Jilid I memberitahu kita bagaimana caranya
membuat segitiga sama-sisi dan memeriksa kesebangunan dua segitiga.

13
2. Jilid 2

Jilid II mengupas hubungan antara persegi panjang dan persegi. Sifat aljabar
seperti hukum distributif (P + Q) x L = PL + QL dijelaskan secara geometris. Persegi panjang
yang panjangnya P + Q dan lebarnya L mempunyai luas (P + Q) x L. Namun, persegi panjang
ini terdiri dari dua persegi panjang: yang pertama panjangnya P dan lebarnya L, sehingga
luasnya PL; sementara yang kedua panjangnya Q dan lebarnya L, sehingga luasnya QL. Jadi
luas persegi panjang tersebut sama dengan PL + QL. Karena itu (P + Q) x L = PL + QL.
Pythagoras dan para muridnya merupakan tokoh utama di balik buku “Elemen” Jilid I dan
II.

3. Jilid 3

Buku Jilid III membahas sifat-sifat lingkaran. Bagi orang Yunani Kuno, lingkaran
merupakan bangun datar yang paling sempurna. Salah satu sifat lingkaran yang diulas
dalam Jilid III adalah bahwa garis singgung pada lingkaran di suatu titik P akan tegak lurus
pada jari-jari lingkaran OP.

4. Jilid 4

Jilid IV menjelaskan cara membuat persegi, segi-lima, segi-enam, dan segi-15


beraturan di dalam lingkaran. Segi-15 dibuat dengan terlebih dahulu membuat segitiga
dan segi-lima beraturan di dalam lingkaran, dengan salah satu titik sudut yang berimpit
(P). Menggunakan fakta bahwa 2/5 – 1/3 = 1/15, panjang busur AB mestilah sama dengan
1/15 keliling lingkaran. Dengan menggunakan jangka, titik-titik sudut lainnya dari segi-15
beraturan tersebut dapat diperoleh. Matematikawan yang bertanggungjawab di balik Jilid
III dan IV adalah Hippocrates.

5. Jilid 5

Buku “Elemen” Jilid V membahas konsep rasio atau perbandingan senilai, yang
dikembangkan oleh Eudoxus (408 – 355 SM). Eudoxus membuat kontribusi penting pada
teori proporsi, dimana ia membuat definisi yang memungkinkan panjang irasional
14
dibandingkan dengan cara yang serupa dengan metode perkalian silang yang digunakan
saat ini. Metode ini membandingkan dua panjang x dan y dengan menemukan panjang t,
maka x = m . t dan y = n . t dengan m dan n adalah bilangan real.

6. Jilid 6

Jilid VI mengulas konsep kesebangunan dua bangun datar, yang telah di-ketahui
oleh Pythagoras dan para muridnya.

7. Jilid 7

Dalam Jilid VII dibahas Algoritma Euclid untuk menghampiri bilangan irasional
seperti √3.

8. Jilid 8

Dalam Jilid VIII dibahas barisan geometrik.

9. Jilid 9

Jilid IX dibuktikan bahwa bilangan prima itu tak terhingga banyaknya, dan
dijelaskan bagaimana caranya menemukan bilangan sempurna.

10. Jilid 10

Jilid X merupakan bagian tersulit dari buku “Elemen”, yang diyakini merupakan
kontribusi Theaetetus. Dalam Jilid X ini bentuk aljabar seperti akar dari 1 + 2√3 dipelajari.

11. Jilid 11

Jilid XI menjelaskan cara mengkonstruksi sejumlah bangun ruang, yang telah


diketahui oleh Pythagoras dan para penerusnya.

15
12. Jilid 12

Jilid XII membahas metode penghampiran yang digagas oleh Antiphon dan
Eudoxus. Dalam Jilid XII dijelaskan bagaimana Eudoxus menghitung volume piramida,
kerucut, dan bola, tanpa bantuan Kalkulus Integral yang kita kenal sekarang.

13. Jilid 13

Jilid XIII menjelaskan cara mengkonstruksi lima polihedron beraturan. Dalam Jilid
XIII juga dibuktikan bahwa tidak ada polihedron beraturan selain kelima polihedron yang
telah diketahui oleh Pythagoras dan para penerusnya (termasuk Hippasus). Sang jenius di
balik Jilid XIII adalah Theaetetus.

2.2.3 Beberapa Pembuktian Dalil

Proposisi 1 Book 1

Melalui dua garis dengan panjang yang terbatas, dapat dibuat segitiga sama sisi.

Diberikan ruas garis AB. Melalui ruas garis AB, dapat dibuat lingkaran D dengan pusat A dan
jari-jari AB dan lingkaran E dengan pusat B dan jari-jari AB [Post. 3]. Lingkaran D dan E
berpotongan di titik C. Dapat dibuat ruas garis AC dan ruas garis CB. AC merupakan jari-jari
lingkaran D dan BC merupakan jari-jari lingkaran E, maka AB = BC = CA. Sehingga segitiga ABC
sama sisi.

16
Proposisi 16 Book 1

Jika salah satu sisi segitiga diperpanjang, maka sudut eksteriornya lebih besar daripada sudut
interior yang tidak bersisian.

Terdapat segitiga ABC. BC diperpanjang hingga titik D. Maka sudut FCD lebih besar daripada
sudut ABC atau sudut BAC.

Sisi AC dipotong menjadi dua bagian dititik E [Prop. 1.10] sehingga AE kongruen dengan EC.
Buat ruas garis melalui titik B dan E hingga terbentuk ruas BE dan diperpanjang sampai ke
titik F sehingga BE kongruen dengan EF. Sudut AEB kongruen dengan sudut FEC karena
bertolakbelakang. Sehingga berdasarkan postulat S-Sd-S maka segitiga ABE kongruen dengan
segitiga FEC. Akibat kongruensi dua segitiga maka sudut BAE kongruen dengan sudut FCE.
Sudut FCE merupakan bagian dari sudut ECD sehingga sudut ECD lebih besar dari sudut FCE.
Karena sudut FCE kongruen dengan sudut BAE maka sudut ECD lebuh besar dari sudut BAE,
sehingga ACD lebih besar dari sudut BAC. Melalui cara yang sama, dapat dibuktikan sudut
ACD lebih besar dari sudut ABC

17
Proposisi 1 Book 2

Jika ada dua garis lurus, dan salah satu diantaranya dipotong menjadi beberapa bagian,
lalu persegi panjang yang terdiri dari dua garis lurus tersebut sama besar dengan jumlah
dari persegi panjang yang terdiri dari garis lurus yang tidak terpotong dan potongan-
potongannya.

Terdapat garis A dan BC sebagai dua garis lurus, dan biarkan BC terpotong, bebas, pada
titik D dan E. Dikatakan bahwa persegi panjang yang terdiri dari A dan BC sama besar
dengan persegi yang terdiri dari A dan BD, A dan DE, serta A dan EC.

BF digambarkan dari titik B tegak lurus dengan BC, dan BG dibuat sama beesar dengan A,
dan GH digambarkan melalui titik G sejajajr dengan BC, serta DK, EL, dan CH digambarkan
melalui titik D, E, dan C, masing-masing sejajar dengan BG.

Maka, persegi panjang DH sama besar dengan persegi panjang BK, DL, dan EH. Dan BH
adalah persegi panjang yang terdiri dari A dan BC. Untuk persegi panjang terdiri dari GB
dan BC, BG sama besar dengan A. Dan BK adalah persegi panjang yang terdiri dari A dan
BD. Untuk persegi panjang yang terdiri dari GB dan BD, dan BG sama besar dengan A. Dan
DL adalah persegi panjang yang terdiri dari A dan DE. Untuk DK, dikatakan bahwa BG sama
besar dengan A. Dengan cara serupa, EH juga merupakan persegi panjang yang terdiri dari
A dan EC. Maka, persegi panjang yang terdiri dari A dan BC sama besar dengan persegi
panjang yang terdiri dari A dan BD, A dan DE, serta A dan EC.

18
Proposisi 3 book 3

Dalam sebuah lingkaran, jika ada garis lurus yang mewati pusat lingkaran memotong
sebuah garis lurus yang tidak melalui pusat lingkaran menjadi dua sama besar, maka kedua
garis tersebut tegak lurus (membentuk sudut siku-siku). Begitupula sebaliknya, bila kedua
garis tersebut tegak lurus (membentuk sudut siku-siku), maka garis yang mewati pusat
lingkaran membagi dua garis lainnya menjadi dua sama besar.

Titik ABC terletak pada lingkaran, dan didalamnya terdapat garis lurus yang melewati titik
pusat, yaitu CD, membagi dua garis lainnya yang tidak melwati pusat lingkaran, yaitu AB,
pada titik F. Titik E sebagai pusat lingkaran, lalu menghubungkan EA dan EB.

Karena AF sama besar dengan FB, dan FE adalah sisi persekutuan kedua segitiga (EF pada
segitiga AFE sama besar denfan EF segitiga BFE). Dan jari-jari EA sama besar dengan jari-
jari EB. Maka sudut-sudut yang bersesuain pada segitiga AFE sama besar dengan sudut-
sudut yang bersesuaian pada segitiga BFE. Ketika ada garis lurus yang saling berhimpit
dengan garis lurus lainnyadan membuat sudut yang berdekatan dan sama besar sudut
yang terbentuk adalah sudut siku-siku. Sehingga, segitiga AFE dan segitiga BFE, keduanya
adalah segitiga siku-siku.

Sebaliknya, bila CD memotong AB tegak lurus (membentuk sudut siku-siku), maka AF akan
sama besar dengan BF.

Buktinya, dengan konstruksi yang serupa, karena EA sama besar dengan EB, sudut EAF
juga akan sama besar dengan sudut EBF. Dan sudut siku-siku AFE juga sama besar dengan

19
sudut siku-siku BFE. Makan, segitiga AFE dan segitiga BFE adalah dua segitiga yang
mempunya dua pasang sudut yang sama besar dan sepasang sisi yang sama besar. Maka,
segitiga-segitiga tersebut juga akan memiliki sisi-sisi yang bersesuaian saling sama besar.
Sehingga AF dan FB sama besar.

Proposisi 4 Book 4

Melukis lingkaran didalam segitiga yang diberikan

Tersedia segitiga ABC. Akan dibuat lingkaran didalam segitiga ABC/

Membagi sudut ABC dan ACB menjadi dua sama besar dengan garis lurus BD dan CD
(masing-masing) dan garis BD dan CD bertemu dititik D, lalu DE, DF, dan DG digambar
melalui titik D, tegak lurus dengan garis AB, BC, dan CA.

Karena sudut ABD sama besar dengan sudut CBD, dan sudut siku-siku BED juga sama besar
dengan sudut siku-siku BFD, EBD dan FBD adalah dua segitiga yang memiliki dua pasang
sudut yang sama besar dan sepasang sisi yang sama besar, yaitu sisi persekutuab kedua
segitiga, BD. Maka, kedua segitiga tersebut akan memiliki panjang sisi yang saling
bersesuaian sama besar. Maka, DE sama besar dengan DF. Dengan alasan yang sama, DG
juga sama besar dengan DF. Maka, ketiga garis tersebut, DE< DF, dan DG adalah sama
besar. Maka, lingkaran yang digambar dengan titik pusat D dan jari-jari salah satu dari E,
F, atau G, juga akan melalui titik lainnya, dan akan menyentuh sisi AB, BC, dan CA.

20
Proposisi 1 Book 8

Jika ada bilangan proporsional terus menerus apapun dengan banyak tak tebatas, dan
bilangan paling luar dari bilangan ini adalah prima terhadap satu sama lain, maka bilangan
yang paling kecil memiliki rasio yang sama dengan bilangan tersebut

Jika A,B,C, dan D adalah bilangan proporsional terus menerus apapun dengan besar tak
terbatas. A dan D adalah bilangan paling luar dari bilangan-bilangan tersebut dan prima
terhadap satu sama lain. A,B,C, dan D memiliki rasio yang sama.

Asumsikan E,F,G, dan H kurang dari A,B,C, dan D dangan rasio yang sama. Maka multitude
(bilangan dengan banyak tak terbatas) dari A sampai D sama dengan multitude dari E
sampai H [Prop. 7.14]. A dan D adalah bilangan prima satu sama lain. Dan bilangan prima
juga bilangan terkecil memiliki rasio yang sama dengan mereka [Prop. 7.21]. Dan bilangan
paling kecil dari bilangan-bilangan tersebut memiliki nilai yang sama dengan rasio dari
bilangan tersebut, bilangan yang lebih besar memiliki nilai yang sama dengan bilangan
yang lebih besar, bilangan yang lebih kecil memiliki nilai yang sama dengan bilangan yang
lebih kecil, bilangan pertama memiliki nilai yang sama dengan bilangan pertama, dan
bilangan selanjutnya memiliki nilai yang sama dengan bilangan selanjutnya. A memiliki
nilai yang sama dengan E, maka asumsi salah karena diketahui E lebih kecil dari A.

21
Proposisi 2 Book 11

Jika dua garis lurus berpotongan satu sama lain dalam satu bidang, maka setiap segitiga
yang terbentuk dari segmen kedua garis itu juga berada dalam satu bidang

Terdapat dua garis lurus AB dan CD berpotongan dititik E. AB dan CD terletak dalam satu
bidang, maka tiap segitiga yang terbentuk

Ambil titik E dan F pada EC dan EB. Buat garis melalui dua titik, titik C dan B (CB) dan titik
F dan G (FG), dan FH dan GK dilukis melalui dua garis tersebut (CB dan FG). Segitiga ECB
berada dalam satu bidang. Untuk bagian dari segitiga ECB, yaitu segitiga FHC atau GBK
berada pada bidang yang sama dan sisanya berada pada bidang yang berbeda, maka garis
lurus EC dan EB berada dalam bidang yang sama dan bidang yang berbeda. Jika bagian
dari segitiga ECB yaitu FCBG berada pada bidang yang sama, dan sisanya berada pada
bidang yang berbeda, maka garis EC dan EB berada pada bidang yang sama dan berbeda.
Pernyataan ini menimbulkan kontradiksi. ECB berada dalam satu bidang yang sama
dengan garis EC dan EB. Dalam bidang tersebut juga terdapat garis AB dan CD, sehingga
garis AB dan CD terletak dalam satu bidang dan segitiga yang terbentuk dari segmen kedua
garis tersebut terletak dalam bidang yang sama

22
Proposisi 7 Book 13

Jika tiga sudut dari segilima sama sisi memiliki besar yang sama, maka segilima tersebut
merupakan segilima sama sudut

Untuk tiga sudut dari segilima sama sisi yaitu sudut A,B, dan C memiliki besar yang sama
satu sama lain. Maka segilima tersebut sama sudut

Lukis garis AC,BE, dan FD. Garis CB dan BA memiliki panjang yang sama dengan garis BA
dan AE, sudut CBA memiliki besar yang sama dengan sudut BAE, garis AC sama dengan
garis BE, sehingga segitiga ABC kongruen dengan segitiga ABE maka sudut-sudut dalam
segitiga ABC dan ABE sama besar [Prop. 1.4]. Sudut BCA kongruen dengan sudut AEB,
sudut ABE kongruen dengan sudut CAB. Sehingga AF kongruen dengan BF [Prop. 1.6].
Garis AC kongruen dengan garis BE, sehingga FC kongruen dengan FE. Sisi CD juga
kongruen dengan sisi DE. Jadi dua sisi FC dan CD kongruen dengan FE dan ED, sehingga
FCD kongruen dengan FED [Prop. 1.8]. Sudut BCA kongruen dengan sudut AEB, maka sudut
ACD kongruen dengan sudut AED. Sudut BCD diasumsikan sama dengan sudut A dan B,
maka sudut AED juga sama dengan sudut A dan B. Dengan cara yang sama dapat
ditunjukkan sudut CDE sama dengan sudut A dan B. Maka segilima ABCDE sama sudut.

23
Buku “The Elements” merupakan salah satu karya masterpiece dalam bidang Matematika
yang terus digunakan dan akan terus dikembangkan untuk kemajuan ilmu Pendidikan. Buku “The
Elements” sendiri telah dicetak ulang secara masif dan termasuk buku yang sangat popular pada
masanya.

Berkat Euclid dan karyanya, kita bisa menikmati ilmu geometri yang lebih mudah
dipelajari. Pendekatannya ke geometri telah mendominasi pengajaran pokok materi selama lebih
dari 2000 tahun. Maka dari itu tidak heran bila Euclid disematkan gelar “Bapak Geometri”.

24
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Ilmu geometri merupakan salah satu ilmu matematika tertua. Pertamakali
dikembangkan sejak ditemukannya teorema Pythagoras sekitar tahun 2000 SM. Euclid
yang menemukan perbedaan pengertian teorema Pythagoras yang dikembangkan oleh
Pythagoras kemudian ikut mengembankan teorema Pythagoras sampai akhirnya teorema
Pythagoras menjadi seperti yang sekarang kita kenal.
Euclid menerbitkan “The Elements” yang merupakan buku dasar geometri yang masih
digunakan hingga saat ini. “The Elements” terdiri dari 4 bagian yaitu, definisi, postulat,
aksioma, dan dalil yang terbagi ke dalam 13 jilid. Jilid 1-2 berisi tentang segitiga,
jajargenjang, segiempat dan persegi. Jilid 3 berisi tentang lingkaran. Jilid 4 berisi tentang
masalah yang berkaitan dengan lingkaran salah satunya membuat segi-n beraturan di
dalam lingkaran. Jilid 5 membahas teori yang dikemukakan oleh Eudoxus. Jilid 6 berisi
tentang aplikasi dari teori pada jilid 5. Jilid 7-9 berisi tentang teori bilangan. Jilid 10
membahas tentang teori bilangan irasional dan membahas teori yang dikemukakan oleh
Theaetetus. Dan terakhir jilid 11-13 membahas tentang dimensi 3.
3.2 Saran
Diperlukan waktu yang cukup lama untuk bisa mengerti dan memahami isi dari buku
“The Elements”, sehingga penulis masih belum mengerti sepenuhnya akan materi dan
pembahasan di dalam buku “The Elements”. Diperlukan sumber- sumber yang jelas dan
lengkap sebagai penunjang pemahaman tentang buku ini. Juga diperlukan pengetahuan
pengantar dari dosen agar penulis dapat lebih mengerti.

25
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, M.Fajar.2012.Geometri Euclid.https://mfajareffendy.files.wordpress.com/

Euclid.2008. Euclid’s Elements of Geometry.Diterjemahkan oleh Richard Fitzpatrick

Gunawan, Hendra.n.d.”Gara-gara hantu lingkaran”

n.n. www.geom.uiuc.edu/group3/hist.html. Diakses pada 6 September 2017

O’Connor,J.J., E.F. Robertson. Euclid of Alexandria. www-groups.dcs.st-


and.ac.uk/history/Biographies/Euclid.html. Diakses pada 5 September 2017.

O’Connor,J.J., E.F. Robertson. Eudoxus of Cnidus. www-groups.dcs.st-


and.ac.uk/history/Biographies/Eudoxus.html. Diakses pada 5 September 2017.

26

Anda mungkin juga menyukai