Anda di halaman 1dari 18

PROYEKSI PETA DAN DISTORSINYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kartografi

Dosen : Dra. Esti Sarjanti, MSi.

Disusun Oleh :

SAIFULLAH YUSUF (1701010004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


ISI

A. Hari tanggal : Kamis, 11 September 2017


Waktu : Pukul 13.00-selesai
Tempat : Laboratorium Geografi

B. Tema : Proyeksi Peta

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami pengertian proyeksi peta.
2. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami syarat proyeksi peta
3. Mahasiswa mampu menggambarkan macam-macam proyeksi peta.
4. Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis proyeksi peta.
5. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengertian distorsi.
6. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami cara mengatasi distorsi.
7. Mahasiswa dapat memasukkan kenampakan permukaan bumi ke dalam
jaring-jaring peta secara tepat dan benar.

D. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Kertas HVS ukuran A4
b. Pensil
c. Penghapus
d. Penggaris
e. Jangka
f. Busur derajat
g. Rautan
h. Pulpen
2. Bahan :
a. Globe
b. Buku Kartografi
c. Kalkulator
d. Internet
e. Laptop

E. Cara Kerja
1. Proyeksi Silinder StereografikNormal
a. Membuat lingkaran dengan jari-jari 3cm dengan menggunakan
jangka.
b. Membagi dua bagian lingkaran dengan sudut 180o
c. Membuat sudut pada lingkaran dengan masing-masing sudut 15º
dengan sinar datang pada salah satu ujung lingkaran (ujung kiri).
d. Memberikan bidang proyeksipada bagian samping lingkaran (ujung
kanan).
e. Menarik garis putus-putus dari titik pusat sampai pada bidang
proyeksi.
f. Menarik garis lurus dari garis putus-putus secara horizontal.
g. Membuat sudut 15o secara vertikal dan digaris.
2. Proyeksi Silinder Gnomonis
a. Membuat lingkaran dengan jari-jari 2,5cm dengan menggunakan
jangka.
b. Membagi dua bagian lingkaran dengan sudut 180o (vertikal).
c. Salah satu bagian dibagi lagi dengandengan sudut 90o
d. Membuat sudut pada lingkaran dengan masing-masing sudut 15º
dengan sinar datang pada pusat tengah lingkaran.
e. Memberikan bidang proyeksipada bagian samping lingkaran (ujung
kanan).
f. Menarik garis putus-putus dari titik pusat sampai pada bidang
proyeksi yang sesuai dengan sudutnya.
g. Menarik garis putus-putus dari titik pusat sampai pada bidang
proyeksi.
h. Menarik garis lurus dari garis putus-putus secara horizontal.
i. Membuat sudut 15o secara vertikal dan digaris.

3. Proyeksi Azhimutal Gnomonis


a. Membuat lingkaran dengan jari-jari 2cm dengan menggunakan
jangka.
b. Membagi dua bagian lingkaran dengan sudut 180o(vertikal).
c. Salah satu bagian dibagi lagi dengandengan sudut 90o
d. Membuat sudut pada lingkaran dengan masing-masing sudut 15º
dengan sinar datang pada pusat tengah lingkaran.
e. Memberikan bidang proyeksipada bagian samping lingkaran (ujung
kanan).
f. Menarik garis putus-putus dari titik pusat sampai pada bidang
proyeksi yang sesuai dengan sudutnya.
g. Membuat lingkaran pada setiap garis yang mempunyai sudut sama.
h. Memberikan sudut pada lingkaran dengan 15º setiap sudutnya.
i. Menarik garis untuk menghubungkan setiap sudut.
F. Kajian Pustaka
1. Pengertian Proyeksi
a. Proyeksi adalah untuk memindahkan bidang lengkung ke bidang datar
tidak mungkin dilakukan tanpa kesalahan. Berdasarkan hal ini maka
dicari cara-cara untuk memindahkan bidang lengkung tersebut ke
bidang datar dengan kesalahan yang sekecil-kecilnya. Cara-cara inilah
yang disebut dengan proyeksi peta.
b. Menurut Erwin Raisz, proyeksi peta adalah sistimpararel dan
meredian untuk menggambarkan peta.
c. Menurut Steers, proyeksi peta adalah cara menggambarkan garis-garis
pararel dan meredian dari globe ke kertas datar. Walaupun sangat
sukar untuk membuat peta yang tepat dari bagian bola dunia, tetapi
bukan berarti sukar untuk menentukan kualitas dari proyeksi yang
digunakan
Jadi proyeksi peta dapat didefinisikan cara lain bagaimana cara
memasukkan sistem paralel dan meredian suatu tempat ke dalam suatu
bidang datar dengan memperoleh kesalahan sekecil mungkin. Karena
biasanya letak suatu tempat di permukaan bumi dinyatakan dengan
koordinat-koordinat paralel dan meredian maka sebagai jaring-jaring
pemetaan biasanya dipakai pola sistem paralel dan meredian.

2. Syarat Proyeksi Peta


a. Bentuk yang diubah harus tetap, letak obyek di permukaan bumi tidak
berubah.
b. Luas permukaan yang diubah harus tetap.
c. Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan yang diubah
harus tetap.
d. Pemindahan lokasi obyek di permukaan bumi tidak mengalami
penyimpangan arah.
3. Klasifikasi Proyeksi Peta
Proyeksi peta dapat digolongkan atas dasar :
a. Bidang proyeksi.
Berdasarkan bidang proyeksi, dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Proyeksi azimut/ zenithal

Proyeksi azimut/ zenithal adalah bidang proyeksi yang


menyinggung bola pada kutub. proyeksi azimuth normal adalah
proyeksi menyinggung bola bumi bagian kutub apabila
menyinggung bola bumi diantara equator dan kutub proyeksi
disebut proyeksi oblique. Dan yang menyinggung bola bumi
bagian equator disebut proyeksi azimut transversal.
b) Proyeksi sillinder

Proyeksi sillinder adalah bidang proyeksi yang menyinggung


bola bumi pada lingkaran tertentu.proyeksi sillinder transversal
adalahsillindernya menyinggung bola bumi dikutub apabila
sillindernya menyinggung bola bumi diantara ekuator dan
kutubdisebut proyeksi oblique. Jika sillindernya menyinggung
bola bumi ekuator disebut proyeksi normal.
c) Proyeksi kerucut

Proyeksi kerucut adalah kerucut yang menyinggung


lingkaran paralel.Proyeksi kerucut normal adalah sumbu kerucut
berimpit dengan sumbu bumi apabila sumbu kerucut tegak lurus
dengan sumbu bumi disebut proyeksi kerucut transversal. dan
proyeksi kerucut oblique jika menyinggung bola bumi antara
kutub dan equator.
b. Posisi terhadap garis karakteristik.
Berdasarkan garis karakteristik, dibedakan adanya 3 macam proyeksi
yaitu :
a) Proyeksi normal, dimana garis karakteristik berimpit dengan
sumbu bumi.
b) Proyeksi transversal yaitu garis karakteristik tegak lurus pada
sumbu bumi.
c) Proyeksi oblique (miring) yaitu garis karakteristik membentuk
sudut lancip dengan sumbu bumi.
c. Sifat-sifat yang dipertahankan
Dengan mengabaikan unsur-unsur lainnya kita dapat mempertahankan
kebenaran dari salah satu segi, dalam hal ini dibedakan :
a) Proyeksi equivalent, luasnya tetap benar, artinya luas bagian-
bagian dari peta itu sama dengan luas bagian-bagian tersebut pada
globe dengan skala yang sama.
b) Proyeksi equidistant, proyeksi yang jaraknya tetap, artinya pada
jarak dengan arah tertentu pada peta sama dengan jarak itu pada
globe dengan skala yang sama.
c) Proyeksi conform, proyeksi yang bentuknya tetap artinya bentuk
pada peta sama dengan bentuknya di globe dengan skala yang
sama. Tetapi harus diingat bahwa bentuk yang tetap ini hanya
mungkin untuk luas yang terbatas saja.
Syarat-syaratnya ialah :
 Paralel dan meredian saling tegak lurus.
 Skala ke segala arah pada setiap titik harus sama, tetapi skala
dari titik yang satu ke titik yang lain boleh berbeda.
 Perbandingan unsur parallel dan meredian tetap.
d. Sumber-sumber sinar yang digunakan.
Pembagian ini akan lebih tegas kalau kita ikuti dapat STEERS,
dimana globe dianggap tembus cahaya dan kita adakan penyinaran
dari salah satu titik, maka dibedakan menjadi :
a) Proyeksi Gnomonis

b) Proyeksi Stereografis

Proyeksi stereografis yaitu pusat penyinaran berasal dari


salah satu ujung diameter globe.
c) Proyeksi Orthografis

Proyeksi orthografis yaitu sinar datang dari jarak yang tak


terhingga.
e. Konstruksi
Berdasarkan kontruksinya, proyeksi peta dapat dibedakan
menjadi:
a) Proyeksi Perspektif atau Proyeksi Geometris
Proyeksi perspektif atau proyeksi geometris yaitu proyeksi
yang kontruksinya memang bersifat matematis, jadi sama dengan
proyeksi pada umumnya, proyeksi yang dengan penyinaran dapat
langsung diperoleh gambarnya.
b) Proyeksi Nonperspektif
Proyeksi nonperspektif yaitu proyeksi yang tidak dapat
langsung diperoleh dari penyinaran, tetapi harus dengan
perubahan atau perhitungan lebih lanjut, atau merupakan
modifikasi dari proyeksi perspektif dan biasanya dibuat
praktisnya saja.
f. Persetujuan Bersama (Konvensional)
Golongan proyeksi ini tidak berdasarkan kesalahannya bidang
proyeksinya maupun kontruksinya, tetapi berdasarkan persetujuan
Internasional. Kebanyakan terdiri dari proyeksi-proyeksi yang
terkenal yang terutama dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh
dunia. Dari proyeksi-proyeksi yang telah kita bicarakan, yang
termasuk proyeksi konvensional yaitu :
a) Proyeksi Mollweide
b) Proyeksi Stereografis Gall
c) Proyeksi Polyeder
d) Proyeksi Sinussoidal
e) Proyeksi Van der Grinten
g. Pemotongan garis/ bidang proyeksi terhadap globe.
a) Jika bidang proyeksi memotong globe, maka proyeksinya
diperbesar dengan secan.
b) Jika bidang proyeksinya hanya menyinggung bidang globe, maka
proyeksinya diperbesar dengan tangennya.
4. Memilih Proyeksi
Ciri pokok persoalan dalam proyeksi ini adalah menggambarkan
permukaan bumi dengan suatu cara yang kesalahannya sekecil-kecilnya,
dari bidang permukaan bumi yang lengkung ke dalam peta yang datar.
Hal ini berarti bahwa setiap proyeksi itu pasti ada kesalahannya, misal
dapat berupa bentuknya, luasnya, jaraknya, dsb.
Ada juga proyeksi yang dapat mempertahankan kebenaran salah
satu segi, meskipun dengan akibat kesalahan pada segi lain diperbesar.
Oleh karena itu kita dapat memilih salah satu proyeksi yang kita anggap
sesuai dengan tujuan.
Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan :
1) Maksud pemetaan
Untuk menggambarkan peta diagram yang sederhana lebih
baik digunakan proyeksi peta dengan parallel dan meredian yang
lurus (horizontal dan vertical), karena :
a. Lettering tidak perlu membengkok
b. Parallel dan meredian dapat dihapuskan, hanya dipinggirnya
saja diberi angka pembagian derajat.
Untuk peta yang menunjukkan hubungan antar jumlah dan
penyebaran sesuatu dengan luas daerah, lebih baik kita gunakan
proyeksi equill area. Ini misalnya saja peta rapat penduduk, hasil
bumi, peta iklim dan sebagainya.
2) Besar atau luasnya daerah
Besar atau luas suatu daerah juga mempengaruhi pemilihan
proyeksi peta ini. Untuk daerah yang sempit, banyak proyeksi yang
dapat digunakan, karena penggambarannya yang tak akan banyak
kesalahan. Untuk peta yang skala dunia biasanya digunakan
proyeksi konvesional.
3) Bentuk daerah
Bentuk daerah yang membujur misalnya (arah timur barat
sebaiknya digunakan proyeksi yang kesalahannya terutama ke arah
utara selatan. Misalnya proyeksi silinder, kerucut. Untuk daerah
yang membujur dengan arah utara selatan maka digunakan
proyeksi peta dengan kesalahannya terutama ke arah timur dan
barat. Misalnya proyeksi sinusoidal.
4) Letak daerah
Letak daerah yang dipetakan juga menjadi salah satu
pertimbangan untuk memilih proyeksi peta yang digunakan. Pada
garis besaranya dapat dikatakan bahwa :
a. Proyeksi silinder sesuai untuk daerah equator.
b. Proyeksi kerucut sesuai untuk daerah lintang tengah.
c. Proyeksi azimunthal sesuai untuk daerah kutub. Tapi karena
berpusat, maka sering digunakan.
5) Mudah penggambarannya
Misalnya kita akan menggambarkan daerah equator. Karena
terletak di daerah lintang rendah dimana paralel dan meredian
tegak lurus, dapat digunakan proyeksi silinder atau proyeksi
azimuthal daripada menggunakan proyeksi yang lainnya. Untuk
daerah Inggris yang terletak di lintang tengahan, maka dapat
digunakan proyeksi kerucut atau azimuthal yang oblique dengan
Inggris sebagai pusatnya. Akan tetapi karena penggambaran
dengan proyeksi kerucut lebih mudah, maka lebih baik digunakan
proyeksi kerucut.
6) Sifat-sifat yang dipertahankan
Untuk menggambarkan jarak yang benar maka sebaiknya
digunakan proyeksi equidistan.
Untuk menggambarkan luas yang benar, sebaiknya gunakan
proyeksi equal area atau equivalent.
Untuk mempertahankan bentuk dan arah yang benar maka
sebaiknya menggunakan proyeksi conform.

5. Distorsi
Distorsi yaitu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi pada saat
mengubah globe menjadi peta. Kesalahan peta dapat dilihat dari bentuk,
luas, jarak, dan arah. Untuk mengurangi atau memperkecil distorsi pada
saat penggambaran dapat dilakukan hal sebagai berikut :
a. Bentuknya harus sama (tetap).
b. Luas permukaan tetap.
c. Jarak antar titik tetap.
d. Pemindahan lokasi tidak mengalami penyimpangan arah.

6. Cara Mengatasi Distorsi


a. Pada Proyeksi Azimuth
a) Membuat distorsi seminimal mungkin dengan cara membagi
daerah yang dipetakan menjadi bagian yang tidak begitu luas.
b) Menggunakan bidang perantara yang dapat didatarkan, untuk
azimuth yaitu bidang datar karena digunakan untuk
memproyeksikan wilayah kutub. Selain itu menggambar peta
sesuai dengan cocok atau tidaknya proyeksi ini dengan objek
yang akan digambar.
b. Pada Proyeksi Silinder/ Tabung
a) Membuat distorsi seminimal mungkin dengan cara membagi
daerah yang dipetakan menjadi bagian yang tidak sama.
b) Menggunakan perantara yang dapat didasarkan, untuk silinder
bidang datarnya adalah bidang silinder karena digunakan untuk
memproyeksikan wilayah equator/ khatulistiwa.
G. Hasil
H. Pembahasan
1. Pengertian Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke
bentuk bidang datar, dengan ketentuan bentuk dan arah yang diubah
harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu
titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.
Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk
menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi
(berbentuk bola) ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi
sesedikit mungkin. Pada praktikum ini terdapat 6 macam kontruksi
proyeksi yang digambarkan yaitu kontruksiazimuthal strereografis
normal, kontruksi azimuthal gnomonis normal, kontruksiazimuthal
orthografis normal, kontruksi silinder strereografis normal, kontruksi
silinder gnomonis normal, dan kontruksi silinder orthografis normal.

2. Perbedaan Masing-Masing Proyeksi


a. Pada proyeksi azimuthal gnomonis polar, menggunakan bidang datar
sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung garis bumi
dan berpusat pada satu titik lingkaran paralel. Ekuator tergambar
hingga tak terbatas sehingga tidak dapat digambarkan. Pada daerah
lintang 45° akan mengalami pembesaran 3 kali. Sehingga proyeksi
ini lebih tepat digunakan untuk menggambarkan daerah kutub.
b. Pada proyeksi azimuthal stereografis polar, menggunakan bidang
datar sebagai bidang proyeksinya, dan menggunakan arah kutub
berlawanan dengan titik singgung proyeksi. Akibatnya jarak
antarlingkaran paralel semakin membesar ke arah luar. Garis lintang
berbentuk melingkar dan meridian berupa bidang proyeksi yang
berpusat di kutub. Proyeksi ini dapat memproyeksikan permukaan
bumi dengan wilayah yang luas dan ukuran proyeksi yang kecil.
c. Proyeksi azimuthal orthografis polar, pada proyeksi ini juga
menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Titik
sumber proyeksinya menggunakan titik yang letaknya tak terhingga.
Akibatnya sinar proyeksinya sejajar dengan sumbu bumi. Lingkaran
paralel akan diproyeksikan dengan keliling yang benar (ekuidistan).
Jarak antara lingkaran garis lintang akan semakin mengecil bila
semakin jauh dari pusat.
d. Proyeksi silinder normal merupakan proyeksi yang menggunakan
bidang proyeksi berupa silinder yang menyinggung permukaan
bumi. Proyeksi ini lebih tepat digunakan untuk menggambarkna
wilayah ekuator atau wilayah yang luas dengan lintang rendah.
Contoh wilayah yang tepat menggunakan proyeksi ini adalah
Indonesia. Dalam penggambarannya, proyeksi ini dapat dengan
mudah terselesaikan yaitu dengan adanya garis x dan y sebagai garis
bantu proyeksi.
3. Distorsi Masing-Masing Proyeksi
4. Cara Mengatasi Distorsi

I. Kesimpulan dan Saran


Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Proyeksi merupakan cara pemindahan garis paralel dan meridian pada
globe atau bidang lengkung ke bidang datar. Dalam pengubahan
tersebut akan terjadi kesalahan (distorsi) berupa luas, jarak, bentuk
dan arah.
2. Proyeksi peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang
digunakan (azimuthal, kerucut, dan silinder), posisi sumbu simetri
bidang proyeksi (normal/polar, miring, dan tranversal), kedudukan
bidang proyeksi terhadap bumi (tangent dan secant), dan ketentuan
geometrik yang dipenuhi (ekuidistan, konform, dan ekuivalen).
3. Proyeksi menurut cara memproyeksikannya meliputi geometris,
matematis, dan semi geometris. Jenis proyeksi geometris yaitu
gnomonik, stereografik, dan orthografik.
4. Proyeksi azimuthal lebih tepat digunakan untuk memproyeksikan
daerah kutub, dan berpusat pada satu titik.
5. Proyeksi kerucut lebih tepat digunakan untuk memproyeksikan daerah
lintang tengah (menggunakan bidang proyeksi berupa kerucut yang
menyinggung garis bumi).
6. Proyeksi silinder lebih tepat digunakan untuk memproyeksikan daerah
yang berada di kawasan ekuator (menggunakan bidang proyeksi
berupa silinder yang menyinggung garis bumi).
7. Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan berdasarkan pada ciri-ciri
tertentu atau asli yang ingin dipertahankan sesuai dengan tujuan
pembuatan / pemakaian peta, ukuran dan bentuk daerah yang akan
dipetakan, serta letak daerah yang akan dipetakan.
J. Daftar Pustaka
Sarjanti, Esti, 1996. Kartografi I. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai