A. Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan kaitan antara bidang datum dan
bidang proyeksi (teori distorsi), pengertian Tissot Indicatrix dan cara menyajikan
Tissot Indicatrix menggunakan perangkat lunak standar.
C. Teori :
a. Besaran Dasar Gauss pada Bidang Proyeksi
=k y
+ d y + dy
+ d x + dx
d
dS1 = ........
ds dS
A
ds1 =
Dari gambar di atas, perhatikan besaran jarak (dS) pada bidang proyeksi yang
merupakan hasil proyeksi besaran jarak (ds) pada bidang datum, beserta proyeksi
komponen jaraknya, dS1 dan dS2, serta proyeksi azimuth geodetis pada bidang
datum () menjadi azimuth di atas bidang proyeksi (A).
Posisi sebuah titik pada bidang datum dinyatakan dalam koordinat (, ),
sedangkan dalam bidang proyeksi dinyatakan dalam koordinat kartesian 2D (x, y),
berdasarkan hubungan fungsi:
x = f(, ) = f-1(x, y)
y = f(, ) = f-1(x, y)
dx = ........... d + ........... d
dy = ........... d + ........... d
dx2 = ..........................................................................................................................
dy2 = ..........................................................................................................................
dS2 = .........................................................................................................................
E’ = ............................................................................................................................
F’ = ............................................................................................................................
G' = ............................................................................................................................
E’, F’, dan G’ adalah Besaran-besaran Dasar Gaus untuk bidang proyeksi, dimana
pada bidang proyeksi juga harus diketemukan sepasang garis parameter yang
saling tegak lurus sebagai sumbu-sumbu utama (sumbu x dan y) bidang proyeksi
(sistem ortogonal) F’ = 0.
dS1 = ........................................................................
dS2 = ........................................................................
B
II II’ B’
I I’
A’
O A
C O’
C’
D D’
Di titik O pada bidang datum bisa terdapat banyak sekali sepasang garis
parameter yang membentuk sistem ortogonal (saling tegak lurus), sebagai contoh
pada gambar di atas adalah garis parameter AOC yang tegak lurus dengan garis
parameter BOD. Namun demikian pada bidang proyeksi, proyeksi dari kedua garis
parameter tersebut (A’O’C’ dan B’O’D’) akan saling berpotongan dengan
membentuk sudut sebesar di titik O’. Ketika dilakukan rotasi sebesar 90o, pada
bidang datum, titik A akan menempati titik B, dan titik B akan menempati titik C,
dst., dimana sepasang garis parameter tersebut tetap saling tegak lurus. Namun
kondisi tersebut tidak akan terjadi pada bidang proyeksi. Setelah dirotasi sebesar
90o, pada bidang proyeksi, titik A’ akan menempati titik B’, dan titik B’ akan
menempati titik C’, dimana besarnya sudut perpotongan proyeksi sepasang garis
parameter tersebut di titik O’ akan berubah dari menjadi yang mana besarnya
perubahan yang terjadi tersebut telah melebihi dari 90o. Hal inilah yang menjadi
dasar pembuktian Tissot, bahwa diantara rotasi dari 0 – 90o, pada bidang datum
pasti terdapat sepasang garis parameter yang saling tegak lurus (ortogonal) yang
proyeksinya pada bidang proyeksi juga akan membentuk sistem ortogonal (F’ = 0).
Dalam hal ini, sepasang garis parameter pada bidang proyeksi tersebut adalah
garis parameter I’ dan II’ yang juga dinamakan sepasang sumbu utama bidang
proyeksi yang nantinya juga menyatakan arah distorsi skala maksimum dan
minimum.
c. Tissot Indicatrix
Tissot indicatrix atau indikator Tissot, pertama kali dikemukakan oleh seorang
ahli matematika Perancis yang bernama Nicolas Auguste Tissot pada tahun 1859
sebagai suatu cara untuk menunjukkan adanya distorsi yang disebabkan karena
penyajian bidang bumi yang merupakan bidang lengkung menjadi bidang peta
yang merupakan bidang datar (yaitu, proyeksi peta).
Teori Tissot tentang distorsi berbunyi (Richardus, P., and Adler, R.K., 1972): “A
circle on the datum surface with a centre P and a radius ds may be assumed to be
a plane figure within its infinitely small area. This area will remain infinitely small
and plane on the projection surface. Hence the rules of the projective Euclidean
geometry apply. Generally the circle will be portrayed as an ellipse. Only in the
Beberapa aspek penting yang dapat diambil dari bunyi teori Tissot di atas
adalah bahwa:
Pada bidang datum, suatu daerah yang sangat sempit dapat diperlakukan
sebagai bidang datar. Dan daerah ini tetap sempit dan datar pada bidang
proyeksi.
Keterkaitan daerah sempit yang terdapat pada bidang datum dengan
bidang proyeksi dihubungkan dalam bentuk transformasi affine, sehingga
aturan geometri dari proyeksi Euclidean berlaku.
Bentuk geometri lingkaran pada bidang datum dengan jari-jari ds = 1 unit
diproyeksikan menjadi suatu elips dengan setengah sumbu panjang elips
(a) dan setengah sumbu pendek elips (b). Elips ini dinamakan indikator
Tissot.
Dimensi a dan b dari indikator tersebut beserta arah dari sumbu-sumbu
elips sebagai arah-arah utama secara unik ditentukan oleh jenis proyeksi
peta yang digunakan.
Indikator Tissot digunakan untuk menunjukkan jenis distorsi peta yang
terjadi meliputi distorsi jarak, sudut dan luas.
d. Distorsi jarak
Persamaan dasar Gauss pada bidang datum adalah:
ds2 = ...............................................................................
dS2 = ...............................................................................
dS2 ...............................................................................
2
m 2
ds ...............................................................................
2
d d
E' 2 F' G'
dλ dλ
2
d d
E 2F G
dλ dλ
Dari rumus di atas, terlihat bahwa nilai faktor skala (m) tergantung pada arah
d/d dari garis singgung busur PP’ (lihat gambar paralelogram pada bidang
datum) dan besarnya berbeda untuk setiap arah.
Karena kedua bidang datum dan bidang proyeksi bersifat ortogonal, maka F =
F’ = 0, sehingga rumus faktor skala di atas dapat ditulis:
dS2 ...............................................................................
2
m 2 (1)
ds ...............................................................................
Besaran faktor skala (m) ini juga terdiri atas 2 komponen sesuai kondisi
sepasang garis parameternya, yaitu:
Faktor skala sepanjang busur meridian (d = 0)
mo2 = h2 = ........................ mo = h = .................... (2)
Dari gambar paralelogram pada bidang datum di atas dan dari materi ”Besaran
Dasar Gauss” sebelumnya, dengan F = 0:
E d 2 h 2 G dλ 2 k 2
m2
ds 2
m2 = h2 cos2 + k2 sin2
Besarnya nilai faktor skala maksimum dan minimum dapat diperoleh dengan
menghitung dm/d = 0.
d(m 2 )
..............................................................................................
dα
= ..............................................................................................
Untuk = 0o, maka akan diperoleh nilai ekstrim dari m, yaitu mekst = ......................
dan untuk = 90o, maka akan diperoleh nilai ekstrim dari m, yaitu mekst = ..............
Kondisi nilai ekstrim dari faktor skala (m) sangat penting, karena hal tersebut
memiliki indikasi bahwa arah distorsi skala maksimum dan minimum adalah
identik dengan arah dari sepasang garis parameter d dan d, dan oleh
karenanya bersifat ortogonal.
D. Tugas
Dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS, buatlah visualisasi dari
indikator Tissot untuk beberapa jenis proyeksi peta, misalnya seperti: proyeksi
Mercator, proyeksi Robinson, proyeksi Polyconic, proyeksi Sinusoidal, proyeksi
Stereographic, dll. Gunakan sebagai bahan berupa minimal 2 buah file shapefile
(*.shp) untuk wilayah yang berbeda (misal seluruh dunia, wilayah Amerika Serikat,
wilayah Afrika, wilayah Indonesia, dsb.).
Jelaskan secara urut, langkah-langkah yang harus dilakukan dengan ArcGIS
untuk memvisualisasikan indikator Tissot pada beberapa jenis proyeksi peta
tersebut dan tampilkan hasilnya.
Selanjutnya jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, berdasarkan
E. Daftar Pustaka
Buckley, A., 2011, “Tissot's indicatrix helps illustrate map projection distortion”,
ArcGIS Blog, https://blogs.esri.com/esri/arcgis/2011/03/24/tissot-s-indicatrix-
helps-illustrate-map-projection-distortion/, diakses 25 Agustus 2017.
Laskowski, P.H., 1989, “The Traditional and Modern Look at Tissot’s Indicatrix”,
The American Cartographer, Vol. 16, No. 2, pp. 123-133.
Richardus, P., and Adler, R.K., 1972, “Map Projections For Geodesists,
Cartographers and Geographers”, North-Holland ISBN: 0 7204 5007 1, North-
Holland Publishing Company – Amsterdam.
Dosen Pengampu
Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc