Anda di halaman 1dari 9

TKD 3503.

Proyeksi Peta  Rochmad M


Materi: Teori Distorsi

A. Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan kaitan antara bidang datum dan
bidang proyeksi (teori distorsi), pengertian Tissot Indicatrix dan cara menyajikan
Tissot Indicatrix menggunakan perangkat lunak standar.

B. Kompetensi yang diharapkan :


Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan teori distorsi (distorsi jarak, sudut, dan luas) kaitannya dengan
bidang datum dan bidang proyeksi.
2. Menjelaskan arti Tissot Indicatrix.
3. Menyajikan Tissot Indicatrix menggunakan perangkat lunak ArcGIS.

C. Teori :
a. Besaran Dasar Gauss pada Bidang Proyeksi
=k y
 + d y + dy

 + d x + dx
d

dS1 = ........

ds dS
 A
ds1 =

P ds2 = G d =k P' dS2 = ........ x

Bidang datum Bidang proyeksi


Gambar 1. Paralelogram pada bidang datum dan bidang proyeksi

Dari gambar di atas, perhatikan besaran jarak (dS) pada bidang proyeksi yang
merupakan hasil proyeksi besaran jarak (ds) pada bidang datum, beserta proyeksi
komponen jaraknya, dS1 dan dS2, serta proyeksi azimuth geodetis pada bidang
datum () menjadi azimuth di atas bidang proyeksi (A).
Posisi sebuah titik pada bidang datum dinyatakan dalam koordinat (, ),
sedangkan dalam bidang proyeksi dinyatakan dalam koordinat kartesian 2D (x, y),
berdasarkan hubungan fungsi:
x = f(, )  = f-1(x, y)
y = f(, )  = f-1(x, y)

Jarak antara 2 buah titik pada bidang proyeksi:


dS2 = dx2 + dy2

Program Studi Teknik Geodesi Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 1


TKD 3503. Proyeksi Peta  Rochmad M

dx = ........... d + ........... d

dy = ........... d + ........... d

dx2 = ..........................................................................................................................

dy2 = ..........................................................................................................................

dS2 = .........................................................................................................................

dS2 = E’ d2 + 2F’ d d + G’ d2

E’ = ............................................................................................................................

F’ = ............................................................................................................................

G' = ............................................................................................................................

E’, F’, dan G’ adalah Besaran-besaran Dasar Gaus untuk bidang proyeksi, dimana
pada bidang proyeksi juga harus diketemukan sepasang garis parameter yang
saling tegak lurus sebagai sumbu-sumbu utama (sumbu x dan y) bidang proyeksi
(sistem ortogonal)  F’ = 0.

ds2 = E’ d2 + G’ d2

Komponen jarak dS pada bidang proyeksi adalah:

dS1 = ........................................................................

dS2 = ........................................................................

b. Kondisi ortogonal pada bidang datum dan bidang proyeksi


Permasalahan yang muncul adalah kapan atau bilamana kondisi ortogonal
pada bidang datum (F = 0) juga akan terjadi pada bidang proyeksi (F’ = 0),
mengingat adanya distorsi sudut. Dengan kata lain, jika terdapat sepasang garis
parameter pada bidang datum sedemikian sehingga membentuk sistem
rektangular/kartesian (F = 0), maka proyeksi sepasang garis parameter tersebut
pada bidang proyeksi belum tentu membentuk sistem rektangular (F’  0).
Namun demikian Tissot telah membuktikan bahwa “pada setiap titik di atas
permukaan datum akan terdapat sepasang garis parameter yang saling tegak
lurus dengan karakteristik yang sama pula pada bidang proyeksi”. Sepasang garis
parameter ini dinamakan garis parameter utama (principal parametric curves).
Pembuktian yang dilakukan oleh Tissot, diilustrasikan seperti pada gambar 2
berikut:

Program Studi Teknik Geodesi Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 2


TKD 3503. Proyeksi Peta  Rochmad M

B
II II’ B’

I I’
 A’

O A
C O’

C’

D D’

Bidang datum Bidang proyeksi


Gambar 2. Sumbu utama bidang datum dan bidang proyeksi

Di titik O pada bidang datum bisa terdapat banyak sekali sepasang garis
parameter yang membentuk sistem ortogonal (saling tegak lurus), sebagai contoh
pada gambar di atas adalah garis parameter AOC yang tegak lurus dengan garis
parameter BOD. Namun demikian pada bidang proyeksi, proyeksi dari kedua garis
parameter tersebut (A’O’C’ dan B’O’D’) akan saling berpotongan dengan
membentuk sudut sebesar  di titik O’. Ketika dilakukan rotasi sebesar 90o, pada
bidang datum, titik A akan menempati titik B, dan titik B akan menempati titik C,
dst., dimana sepasang garis parameter tersebut tetap saling tegak lurus. Namun
kondisi tersebut tidak akan terjadi pada bidang proyeksi. Setelah dirotasi sebesar
90o, pada bidang proyeksi, titik A’ akan menempati titik B’, dan titik B’ akan
menempati titik C’, dimana besarnya sudut perpotongan proyeksi sepasang garis
parameter tersebut di titik O’ akan berubah dari  menjadi  yang mana besarnya
perubahan yang terjadi tersebut telah melebihi dari 90o. Hal inilah yang menjadi
dasar pembuktian Tissot, bahwa diantara rotasi dari 0 – 90o, pada bidang datum
pasti terdapat sepasang garis parameter yang saling tegak lurus (ortogonal) yang
proyeksinya pada bidang proyeksi juga akan membentuk sistem ortogonal (F’ = 0).
Dalam hal ini, sepasang garis parameter pada bidang proyeksi tersebut adalah
garis parameter I’ dan II’ yang juga dinamakan sepasang sumbu utama bidang
proyeksi yang nantinya juga menyatakan arah distorsi skala maksimum dan
minimum.

c. Tissot Indicatrix
Tissot indicatrix atau indikator Tissot, pertama kali dikemukakan oleh seorang
ahli matematika Perancis yang bernama Nicolas Auguste Tissot pada tahun 1859
sebagai suatu cara untuk menunjukkan adanya distorsi yang disebabkan karena
penyajian bidang bumi yang merupakan bidang lengkung menjadi bidang peta
yang merupakan bidang datar (yaitu, proyeksi peta).
Teori Tissot tentang distorsi berbunyi (Richardus, P., and Adler, R.K., 1972): “A
circle on the datum surface with a centre P and a radius ds may be assumed to be
a plane figure within its infinitely small area. This area will remain infinitely small
and plane on the projection surface. Hence the rules of the projective Euclidean
geometry apply. Generally the circle will be portrayed as an ellipse. Only in the

Program Studi Teknik Geodesi Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 3


TKD 3503. Proyeksi Peta  Rochmad M
particular case that both datum and projection planes are parallel the circle will
remain a circle, though at a different scale. The elements of the ellipse are related
to those of the circle by the formulae of an affine transformation”.

Bidang datum Bidang proyeksi


Gambar 3. Lingkaran pada bidang datum dan indikator Tissot pada bidang
proyeksi (Sumber: Laskowski, P.H., 1989)

Beberapa aspek penting yang dapat diambil dari bunyi teori Tissot di atas
adalah bahwa:
 Pada bidang datum, suatu daerah yang sangat sempit dapat diperlakukan
sebagai bidang datar. Dan daerah ini tetap sempit dan datar pada bidang
proyeksi.
 Keterkaitan daerah sempit yang terdapat pada bidang datum dengan
bidang proyeksi dihubungkan dalam bentuk transformasi affine, sehingga
aturan geometri dari proyeksi Euclidean berlaku.
 Bentuk geometri lingkaran pada bidang datum dengan jari-jari ds = 1 unit
diproyeksikan menjadi suatu elips dengan setengah sumbu panjang elips
(a) dan setengah sumbu pendek elips (b). Elips ini dinamakan indikator
Tissot.
 Dimensi a dan b dari indikator tersebut beserta arah dari sumbu-sumbu
elips sebagai arah-arah utama secara unik ditentukan oleh jenis proyeksi
peta yang digunakan.
 Indikator Tissot digunakan untuk menunjukkan jenis distorsi peta yang
terjadi meliputi distorsi jarak, sudut dan luas.

d. Distorsi jarak
Persamaan dasar Gauss pada bidang datum adalah:

ds2 = ...............................................................................

Persamaan dasar Gauss pada bidang proyeksi adalah:

dS2 = ...............................................................................

Program Studi Teknik Geodesi Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 4


TKD 3503. Proyeksi Peta  Rochmad M
Persamaan dasar Gauss pada kedua bidang di atas juga menunjukkan
besaran jarak antara 2 buah titik pada permukaan bidang datum (ds) dan pada
permukaan bidang proyeksi (dS). Perbandingan antara dS dengan ds dinamakan
faktor skala (m) atau distorsi skala (scale distortion):

dS2 ...............................................................................
2
m  2 
ds ...............................................................................

2
 d  d
E'    2 F'  G'
 dλ  dλ
 2
 d  d
E   2F G
 dλ  dλ

Dari rumus di atas, terlihat bahwa nilai faktor skala (m) tergantung pada arah
d/d dari garis singgung busur PP’ (lihat gambar paralelogram pada bidang
datum) dan besarnya berbeda untuk setiap arah.
Karena kedua bidang datum dan bidang proyeksi bersifat ortogonal, maka F =
F’ = 0, sehingga rumus faktor skala di atas dapat ditulis:

dS2 ...............................................................................
2
m  2  (1)
ds ...............................................................................

Besaran faktor skala (m) ini juga terdiri atas 2 komponen sesuai kondisi
sepasang garis parameternya, yaitu:
 Faktor skala sepanjang busur meridian (d = 0)
mo2 = h2 = ........................  mo = h = .................... (2)

 Faktor skala sepanjang busur paralel (d = 0)


m902 = k2 = .......................  m90 = k = ................... (3)

Dari gambar paralelogram pada bidang datum di atas dan dari materi ”Besaran
Dasar Gauss” sebelumnya, dengan F = 0:

cos 1 = ……………… (4) dan sin 1 = ……………… (5)

Dari persamaan 2) dan 3), dapat ditulis:

E’ = ............................. dan G’ = ..........................

maka persamaan 1) menjadi:

E d  2 h 2  G dλ 2 k 2
m2 
ds 2

Program Studi Teknik Geodesi Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 5


TKD 3503. Proyeksi Peta  Rochmad M
atau dengan memasukkan persamaan 4) dan 5), dapat ditulis menjadi:

m2 = h2 cos2  + k2 sin2 

Besarnya nilai faktor skala maksimum dan minimum dapat diperoleh dengan
menghitung dm/d = 0.

d(m 2 )
 ..............................................................................................

= ..............................................................................................

d(m2)/d = 0, jika ........................................., yang berarti  = ......................

Untuk  = 0o, maka akan diperoleh nilai ekstrim dari m, yaitu mekst = ......................

dan untuk  = 90o, maka akan diperoleh nilai ekstrim dari m, yaitu mekst = ..............

Kondisi nilai ekstrim dari faktor skala (m) sangat penting, karena hal tersebut
memiliki indikasi bahwa arah distorsi skala maksimum dan minimum adalah
identik dengan arah dari sepasang garis parameter d dan d, dan oleh
karenanya bersifat ortogonal.

e. Distorsi sudut dan luas


Pembahasan tentang distorsi sudut dan luas akan diberikan pada materi
selanjutnya, yaitu tentang kondisi atau syarat konform, ekuidistan, dan ekuivalen.

f. Visualisasi Tissot Indicatrix


Telah disebutkan di atas, bahwa indikator Tissot yang berbentuk elips dapat
digunakan untuk mengetahui dan melihat jenis distorsi yang terjadi baik pada
bentuk, ukuran maupun orientasi dari elips tersebut. Teori Tissot tentang distorsi
telah menyebutkan bahwa sebuah lingkaran yang diproyeksikan pada suatu
permukaan bidang datar melalui proses proyeksi peta akan menghasilkan bentuk
berupa sebuah elips yang sumbu panjang dan pendeknya merupakan arah-arah
sumbu utama bidang proyeksi yang nantinya juga menyatakan besarnya distorsi
skala maksimum dan minimum di titik tersebut pada peta.
Sebagai suatu indikator (“indicatrix”), sebuah elips akan mengilustrasikan
besarnya distorsi yang terjadi pada titik pusat elips tersebut. Karena besarnya
distorsi skala di setiap lokasi pada peta berbeda-beda, maka umumnya indikator-
indikator Tissot tersebut akan divisualisasikan di seluruh bagian peta berdasarkan
interval-interval yang teratur untuk menunjukkan pola spasial dari distorsi yang
terjadi. Pada umumnya indikator-indikator Tissot akan diletakkan pada
perpotongan antara busur paralel dengan busur meridian.
Gambar 4 – Gambar 7 menunjukkan beberapa contoh visualisasi indikator
Tissot pada beberapa jenis proyeksi peta yang berbeda (Sumber: https://
blogs.esri.com/esri/arcgis/2011/03/24/tissot-s-indicatrix-helps-illustrate-map-
projection-distortion/).

Program Studi Teknik Geodesi Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 6


TKD 3503. Proyeksi Peta  Rochmad M

Gambar 4. Indikator Tissot pada Proyeksi Geografis WGS84 (Plate Carree)

Gambar 5. Indikator Tissot pada Proyeksi Mercator

Program Studi Teknik Geodesi Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 7


TKD 3503. Proyeksi Peta  Rochmad M

Gambar 6. Indikator Tissot pada Proyeksi Mollweide

Gambar 7. Indikator Tissot pada Proyeksi Winkel Tripel

D. Tugas
Dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS, buatlah visualisasi dari
indikator Tissot untuk beberapa jenis proyeksi peta, misalnya seperti: proyeksi
Mercator, proyeksi Robinson, proyeksi Polyconic, proyeksi Sinusoidal, proyeksi
Stereographic, dll. Gunakan sebagai bahan berupa minimal 2 buah file shapefile
(*.shp) untuk wilayah yang berbeda (misal seluruh dunia, wilayah Amerika Serikat,
wilayah Afrika, wilayah Indonesia, dsb.).
Jelaskan secara urut, langkah-langkah yang harus dilakukan dengan ArcGIS
untuk memvisualisasikan indikator Tissot pada beberapa jenis proyeksi peta
tersebut dan tampilkan hasilnya.
Selanjutnya jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, berdasarkan

Program Studi Teknik Geodesi Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 8


TKD 3503. Proyeksi Peta  Rochmad M
pengamatan anda terhadap hasil visualisasi indikator Tissot pada beberapa jenis
proyeksi tersebut.
a. Untuk setiap jenis proyeksi peta yang anda pilih, jelaskan sifat yang
dipertahankan dari proyeksi tersebut (konform, ekuidistan, atau ekuivalen).
b. Berdasarkan konsep apakah ArcGIS dalam membuat indikator Tissot?
Kenapa hal tersebut dapat dilakukan?
c. Untuk jenis proyeksi peta yang bersifat konform, jelaskan pola spasial dari
indikator Tissot yang terjadi (baik bentuk, ukuran, maupun orientasinya).
d. Untuk jenis proyeksi peta yang bersifat ekuivalen, jelaskan pola spasial dari
indikator Tissot yang terjadi (baik bentuk, ukuran, maupun orientasinya).
e. Berikan komentar atau kesimpulan anda terhadap hasil tugas ini.

E. Daftar Pustaka
Buckley, A., 2011, “Tissot's indicatrix helps illustrate map projection distortion”,
ArcGIS Blog, https://blogs.esri.com/esri/arcgis/2011/03/24/tissot-s-indicatrix-
helps-illustrate-map-projection-distortion/, diakses 25 Agustus 2017.

Laskowski, P.H., 1989, “The Traditional and Modern Look at Tissot’s Indicatrix”,
The American Cartographer, Vol. 16, No. 2, pp. 123-133.

Richardus, P., and Adler, R.K., 1972, “Map Projections For Geodesists,
Cartographers and Geographers”, North-Holland ISBN: 0 7204 5007 1, North-
Holland Publishing Company – Amsterdam.

Snyder, J.P., 1987, “Map Projections – A Working Manual”, U.S. Geological


Survey Professional Paper 1395, Supersedes USGS Bulletin 1532, United
States Government Printing Office, Washington.

Dosen Pengampu
Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc

Program Studi Teknik Geodesi Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 9

Anda mungkin juga menyukai