Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
(GEL 0102)

ACARA II
PENGENALAN DATA SPASIAL UNTUK KAJIAN GEOMORFOLOGI

Disusun oleh:
Nama : Raden Rara Fabiola Anggita Larasati
NIM : 21/478758/GE/09638
Hari, tanggal : Selasa, 1 Maret 2022
Pukul : 11.15 WIB
Asisten : Andria Puspa
Kiesha Arundya

LABORATORIUM GEOMORFOLOGI LINGKUNGAN DAN MITIGASI BENCANA


DEPARTEMEN GEOGRAFI LINGKUNGAN
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
Nama : Raden Rara Fabiola Anggita Larasati Nilai
NIM : 21/478758/GE/09638
Asisten : 1. Andria Puspa 2. Kiesha Arundya
Hari Praktikum : Selasa, jam 11.15 WIB

ACARA 2
PENGENALAN DATA SPASIAL UNTUK KAJIAN GEOMORFOLOGI

Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui sumber-sumber data spasial untuk kajian geomorfologi.
2. Mahasiswa mampu mengenali informasi yang terkandung dalam setiap sumber data
spasial untuk kajian geomorfologi.

Cara Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam Praktikum Acara 1 ditunjukkan dalam diagram alir
di bawah ini

: Input : Proses : Output

Alat tulis (kertas, pensil, pulpen, pensil warna, spidol, penggaris, penghapus)

Citra Penginderaan Peta RBI Skala 1: 25.000 Peta Peta


Jauh dan Skala 1: 50.000 Geologi Geomorfologi

Pengidentifikasian Pengidentifikasian Pengidenti- Pengidentifi-


unsur-unsur perbandingan fikasian kasian
interpretasi citra kenampakan pada peta informasi informasi
RBI dengan skala yang kenampakan kenampakan
berbeda geologi bentuklahan
Penggambaran geomorfologi
manual sketsa
kenampakan citra Tabel hasil Penggambaran
penginderaan pengamaatan manual sketsa Penggambaran
jauh perbedaan kenampakan manual sketsa
kenampakan pada geologi kenampakan
Peta RBI skala bentuklahan
Tabel hasil 1: 50.000 dan geomorfologi
pengamatan citra skala 1:25.000 Tabel hasil
penginderaan jauh pengamatan
Tabel hasil
peta geologi
pengamatan peta
geomorfologi
Hasil & Pembahasan
Hasil
1. Tabel hasil pengamatan citra penginderaan jauh (terlampir)
2. Tabel hasil pengamaatan perbedaan kenampakan pada Peta RBI skala 1: 50.000 dan
skala 1:25.000 (terlampir)
3. Tabel hasil pengamatan peta geologi (terlampir)
4. Tabel hasil pengamatan peta geomorfologi (terlampir)

Pembahasan

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari lanskap bentangalam alamiah yang


kemudian dideskripsikan dan ditafsirkan bentuk-bentuknya berdasar tiga faktor kajian, yaitu
struktur, proses, dan stadia (Lobeck, 1939). Dalam setiap penelitian geomofologi diperlukan
sumber data agar proses penelitian dapat terlaksana. Sumber data sendiri terdiri dari sumber
data primer dan sumber data sekunder (Purhantara, 2010). Ada banyak sumber data dalam
kajian geomorfologi, di antaranya ada citra penginderaan jauh, peta topografi, peta geologi, dan
peta geomorfologi. Sumber data dalam kajian geomorfologi sangatlah penting karena sumber
data tersebut berkaitan dengan kualitas dan kredibilitas suatu hasil kajian atau penelitian.

Hasil praktikum yang pertama menggunakan sumber data berupa citra penginderaan
jauh. Citra dalam penginderaan jauh dapat diartikan sebagai gambaran rekaman suatu objek
(biasanya berupa suatu gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, elektro optik, optik
mekanik, atau elektronik (Simonett, 1983). Diperlukan kemampuan untuk mengidentifikasi
pada objek untuk mengenali informasi pada citra atau yang disebut intrepetasi citra. Sutanto,
(1986) menyatakan sembilan unsur – unsur interpretasi citra, yaitu rona atau warna, bentuk,
ukuran, tinggi, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi. Pada hasil praktikum pertama ini
menggunakan citra Gunung Lewatobi, citra Delta Mahakam, dan citra Barchan Dunes. Citra
Gunung Lewotobi memiliki unsur warna yang didominasi warna hijau dan coklat, tetapi lebih
dominan warna hijau, berbentuk strato atau kerucut, bertekstur kasar, memiliki pola radial,
terdapat bayangan berwarna hitam pada beberapa sisi lereng gunung yang menunjukkan lereng
terjal, situsnya terletak berdekatan dengan wilayah perairan (laut), dan berasosiasi dengan
pemukiman di kaki gunung dan pantai pada sisi kanan gunung. Citra Delta Mahakam memiliki
unsur warna hijau tua dengan bercak-bercak putih, bentuk delya yang elongate/lobben (bird
foot), bertekstur kasar, memiliki pola berkelok -kelok pada pinggiran delta, situsnya terletak di
muara sungai dengan keadaan laut tenang, dan berasosiasi dengan sungai, pantai, dan vegetasi.
Citra Barchan Dunes memiliki unsur warna kuning keemasan, berbentuk seperti bulan sabit
dengan kedua ujung seperti tanduk, bertekstur menonjol dan kasar, pola yang menyebar dan
tidak teratur, terdapat bayangan di sekitar memberi kesan menonjol/timbul, dan situsnya
terletak di kawasan gurun. Ketiga kenampakan citra yang sudah diidentifikasi menunjukkan
bahwa tidak seluruhnya unsur – unsur interpretasi citra terdapat pada satu citra. Hanya dengan
beberapa unsur interpretasi citra yang dapat diidentifikasi sudah cukup menjelaskan informasi
dari objek pada citra tersebut.

Hasil praktikum yang kedua menggunakan sumber data berupa peta topografi. Peta
Topografi adalah peta yang menggambarkan kenampakan permukaan bumi baik kenampakan
alam maupun kenampakan buatan manusia (Noor, 2010). Skala pada peta topografi akan
mempengaruhi pada kenampakan alam yang digambarkan pada peta tersebut. Pada hasil
praktikum yang kedua, diidentifikasi danau/telaga, kawasan permukiman, dan pelabuhan
sebagai objek yang diidentifikasi perbedaannya pada skala peta yang berbeda. Kenampakan
pertama yaitu bentuklahan Danau Tampusu di Manado pada peta skala 1:50.000 berbentuk
lingkaran dengan ukuran yang kecil, detail pinggiran danau terlihat halus tanpa terlihat detail
sudutnya, sedangkan bentuklahan Telaga Menjer di Wonosobo pada peta skala 1:25.000
ukurannya lebih besar, bentuknya tidak lingkaran sempurna karena detail pinggiran telaga
sudah lebih terlihat lebih jelas, terlihat dari garis pinggir telaga yang kasar karena terlihat sudut-
sudutnya. Kenampakan kedua yaitu kawasan permukiman di Kalinda pada peta skala 1:50.000
terlihat lebih sederhana disimbolkan dengan kumpulan persegi panjang, sedangkan kawasan
permukiman di Surakarta pada peta skala 1:25.000 terlihat lebih padat dan detailnya terlihat
lebih jelas. Kenampakan yang terakhir yaitu kawasan pelabuhan di Ujungpandang pada peta
skala 1:50.000 memiliki detail yang lebih sederhana hanya terlihat simbol persegi dan jalan
besar, sedangkan kawasan pelabuhan di Semarang pada peta skala 1:25.000 memiliki detail
yang lebih kompleks terlihat dari adanya kenampakan sungai, jalan besar dan jalan kecil serta
simbol-simbol persegi yang lebih padat dan banyak. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya
aspek generalisasi peta yang bertujuan untuk menunjukan kenampakan yang lebih penting pada
peta.

Hasil praktikum yang ketiga menggunakan sumber data berupa peta geologi. Pada Peta
Geologi Bersistem Jawa Lembar Yogyakarta 1408-2 dan 1407-5 Skala 1:100:000 terdapat
kenampakan Gunung Gendol yang berada di wilayah endapan gunung api merapi tua dengan
material yang terdiri dari breksi, aglomerat dan leleran lava, termasuk andesit dan basal
mengandung olivine yang terbentuk pada Zaman Kuarter. Pada peta yang sama juga terdapat
bentuklahan perbukitan lipatan di daerah Gotakan yang ditunjukan dengan simbol tanda anak
panah saling bertemu diantara garis lurus yang merepresentasikan kenampakan siklin,
sedangkan simbol anak panah saling menjauhi diantara garis lurus merepresentasikan
kenampakan antiklin. Lipatan tersebut terletak di Formasi Sentolo dengan material endapan
permukaan berupa batu gamping dan batu pasir napalan yang terbentuk pada Kala Pliosen.
Selain itu, pada Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar Surakarta 1408-3 dan Giritontro
1407-6 Skala 1: 100.000 terdapat kenampakan bentanglahan Sesar di kawasan Gunung Payung
yang ditunjukkan dengan simbol huruf D yang merepresentasikan pergerakan sesar turun dan
simbol huruf U yang merepresentasikan pergerakan sesar naik. Sesar tersebut terletak di
Formasi Semilir dengan material berupa Tuf, breksi batuapung dasitan, batupasir tufan, dan
serpih yang terbentuk Kala Miosen Awal sampai Kala Miosen Tengah. Pada ketiga
kenampakan tersebut yang sudah teridentifikasi secara rinci meunjukkan bahwa peta geologi
dapat digunakan sebagai sumber data valid pada kajian geomorfologi.

Hasil praktikum yang keempat menggunakan sumber data berupa peta geomorfologi.
Pada hasil praktikum yang terakhir, diidentifikasi Gunung Merapi, Kali Progo, dan Pegunungan
Seribu (Gunung Sewu). Bentuklahan Gunung Merapi yang merupakan bentuklahan asal proses
vulkanik memiliki morfografi kerucut/strato, morfometri ±2.930 mdpl, morfostruktur aktif
vulkanisme, morfostruktur pasif endapan, morfodinamik gerak massa, morfokronologi pada
masa Kuarter, morfoaransemen di kawasan pegunungan, dan material berupa abu, breksi,
aglomerat, dan lelehan lava. Bentuklahan Kali Progo yang merupakan bentuklahan asal proses
fluvial memiliki morfografi landai, morfometri panjang sungai 140 km, morfostruktur aktif
tektonisme, morfostruktur pasif endapan, morfodinamik erosi, morfokronologi pada masa
Kuarter, dan material berupa aluvium, kerakal, pasir, lanau dan lempung. Bentuklahan
Pegunungan Seribu (Gunung Sewu) yang merupakan bentuklahan asal proses solusional
memiliki morfografi perbukitan karst berbentuk kerucut dengan morfometri kemiringan lereng
antara 16-20º (Budiyanto, 2014), morfostruktur aktif tektonisme, morfostruktur pasif pelarutan,
pengikisan, dan pengendapan, morfodinamik erosi dan aktivitas air, morfokronologi pada masa
Tersier, morofaransemen di antara lembah, dan material berupa batu gamping. Berdasarkan
identifkasi yang sudah dilakukan pada ketiga unit bentuklahan, aspek geomorfologi yang paling
umum pada peta geomoroflogi tersebut adalah aspek morfografi, sedangkan untuk aspek
geomorfologi lainnya tetap membutuhkan sumber lain untuk melengkapi.
Kesimpulan
1. Terdapat berbagai sumber data spasial yang dapat digunakan untuk kajian
geomorfologi di antaranya ada citra penginderaan jauh, peta topografi/peta RBI, peta
geologi, dan peta geomorfologi. Citra penginderaan jauh merupakan gambar
kenampakan alam yang diperoleh melalui tangkapan optik. Peta topografi/RBI
merupakan peta yang merepresentasikan sebagian kenampakan permukaan bumi. Peta
geologi adalah peta yang menggambarkan kenampakan unit geologi suatu wilayah.
Peta geomorfologi adalah peta yang menggambarkan kenampakan unit bentuklahan
geomorfologi suatu wilayah. Identifikasi informasi pada keempat sumber data spasial
tersebut memiliki keunggulan tersendiri dan tingkat kesulitan yang berbeda tergantung
pada penggunaan dan disesuaikan pada kebutuhan yang diperlukan.

2. Informasi yang terkandung dalam setiap sumber data spasial untuk kajian geomorfologi
memiliki karateristiknya masing -masing. Informasi pada citra penginderaan jauh dapat
diketahui melalui unsur-unsur interpretasi citra, yaitu rona atau warna, bentuk, tekstur,
ukuran, tinggi, bayangan, pola, asosiasi, dan situs. Informasi pada peta topografi dapat
diketahui melalui kenampakan permukaan bumi yang terlihat sesuai dengan skala.
Informasi pada peta geologi dapat diketahui melalui material penyusun, proses
tektonik, sumberdaya mineral, dan stratigrafi/umur. Informasi pada peta geomorfologi
dapat diketahui melalui unit bentuklahan genetik utama, morfologi, litologi, serta
proses asal pembentukan kenampakan geomorfologi tersebut.

Daftar Pustaka
Budiyanto, E. (2014). Karakteristik Morfologi Cekungan Karst Gunungsewu Melalui Data
Gdem Aster. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Diakses pada 07 Maret 2021
melalui http://researchgate.net/publication
Lobeck, A., K. (1939). Geomorphology: An Introduction to the Study of Landscape. New
Yorkand London: Mc Graw-Hill Book Company. Inc.
Noor, D. (2010). Geomorfologi. Bogor: Universitas Pakuan.

Purhantara, W. (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Diakses pada 07 Maret 2021 melalui http://opac.perpusnas.go.id

Simonett, D., S. (1983). Theory, Instruments, and techniques - Volume 1 of the Manual of
Remote Sensing. Falls Church, Virginia: American Society of Photogrammetry.

Sutanto. (1986). Penginderaan Jauh I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


LAMPIRAN
HP 1: Hasil Pengamatan Citra Penginderaan Jauh
No Nama Kenampakan dan Sketsa Keterangan
.
1 Sketsa Citra Gunung Lewatobi a. Warna:
(bentanglahan volkanik dan marine) ➢ Area gunung didominasi
warna hijau dan coklat,
tetapi lebih dominan
warna hijau
➢ Warna coklat-putih pada
tengah gunung
menunjukkan kawah
➢ Warna hijau yang
menunjukkan daerah
vegetasi dari dekat
kawah hingga ke bawah
semakin dominan
➢ Warna biru
Gunung Lewatobi menunjukkan daerah
lautan
b. Bentuk: strato/kerucut
c. Tekstur:
➢ Permukaan pada area
gunung terlihat kasar
menunjukkan daerah
kawah dan lereng pada
gunung
➢ Permukaan pada area
lautan terlihat halus
d. Pola: radial/melingkar
pada gunung, pola
garis-garis yang
Citra Gunung Lewatobi memusat pada kawah
menunjukkan lereng
gunung
e. Bayangan: bayangan
berwarna hitam pada
beberapa sisi lereng
gunung menunjukkan
lereng yang terjal
f. Situs: terletak
berdekatan dengan
wilayah perairan (laut)
g. Asosiasi: berkaitan
dengan pemukiman di
kaki gunung dan pantai
pada sisi kanan gunung

2. Sketsa Delta Mahakam a. Warna: delta berwarna


hijau tua dengan
bercak-bercak putih
b. Bentuk: kipas alluvial,
delta berbentuk
elongate/lobben (bird
foot)
c. Tekstur: tekstur delta
terlihat kasar
d. Pola: sisi pinggir delta
berkelok-kelok
e. Situs: terletak di muara
sungai dengan keadaan
Delta Mahakam laut tenang
f. Asosiasi: berasosiasi
dengan sungai, pantai,
dan vegetasi

Citra Samarinda
3. Sketsa Barchan Dunes a. Warna: kuning
keemasan
b. Bentuk: seperti bulan
sabit dengan kedua
ujung seperti tanduk
c. Tekstur: menonjol dan
kasar
d. Pola: menyebar/tidak
teratur
e. Bayangan: bayangan di
sekitar memberi kesan
menonjol/timbul
f. Situs: terletak di
Barchan Dunes kawasan gurun

Citra Satelit Sebagian Daerah Gurun Western Egypt


HP 2: Tabel Perbedaan Kenampakan pada Peta Skala 1:50.000 dan Skala 1:25.000
No Nama Skala 1:50.000 Skala 1:25.000 Keterangan
. Kenampakan
1. Danau dan Sketsa Danau Tampusu Sketsa Telaga Menjer Bentuklahan
telaga pada Peta RBI Manado pada Peta RBI Wonosobo Danau Tampusu
Lembar 2147-23 Skala Lembar 1408-424 Skala di Manado pada
1:50.000 1:25.000 peta skala
1:50.000
berbentuk
lingkaran dengan
ukuran yang
kecil, detail
pinggiran danau
terlihat halus
tanpa terlihat
detail sudutnya,
sedangkan
bentuklahan
Telaga Menjer di
Danau Tampusu pada Telaga Menjer pada Peta Wonosobo pada
Peta RBI Manado RBI Wonosobo Lembar peta skala
Lembar 2147-23 Skala 1408-424 Skala 1:25.000 1:25.000
1:50.000 ukurannya lebih
besar, bentuknya
tidak lingkaran
sempurna karena
detail pinggiran
telaga sudah
lebih terlihat
lebih jelas,
terlihat dari garis
pinggir telaga
yang kasar
karena terlihat
Peta RBI Manado Peta RBI Wonosobo sudut-sudutnya.
Lembar 2147-23 Skala Lembar 1408-424 Skala
1:50.000 1:25.000
2. Kawasan Sketsa kawasan Sketsa kawasan Kawasan
permukiman permukiman pada Peta permukiman pada Peta permukiman di
RBI Lembar Kalinda RBI Surakarta 1 Lembar Kalinda pada
Skala 1:50.000 1408 – 343 Skala peta skala
1:25.000 1:50.000 terlihat
lebih sederhana
disimbolkan
dengan
kumpulan
persegi panjang,
sedangkan
kawasan
permukiman di
Surakarta pada
peta skala
1:25.000 terlihat
Kawasan permukiman Kawasan permukiman lebih padat dan
pada Peta RBI Lembar pada Peta RBI Surakarta detailnya terlihat
Kalinda Skala 1:50.000 1 Lembar 1408 – 343 lebih jelas.
Skala 1:25.000

Peta RBI Lembar Peta RBI Surakarta 1


Kalinda Skala 1:50.000 Lembar 1408 – 343 Skala
1:25.000
3. Kawasan Sketsa kawasan Sketsa kawasan Kawasan
pelabuhan pelabuhan pada Peta RBI pelabuhan pada Peta RBI pelabuhan di
Ujungpandang Skala Semarang 1 Lembar 1409 Ujungpandang
1:50.000 – 222 Skala 1:25.000 pada peta skala
1:50.000
memiliki
detail yang lebih
sederhana hanya
terlihat simbol
persegi dan jalan
besar, sedangkan
kawasan
pelabuhan di
Semarang pada
Kawasan pelabuhan pada Kawasan pelabuhan pada peta skala
Peta RBI Peta RBI Semarang 1 1:25.000
Ujungpandang Skala Lembar 1409 – 222 Skala memiliki detail
1:50.000 1:25.000 yang lebih
kompleks terlihat
dari adanya
kenampakan
sungai, jalan
besar dan jalan
kecil serta
simbol-simbol
persegi yang
lebih padat dan
banyak.
Peta RBI Peta RBI Semarang 1
Ujungpandang Skala Lembar 1409 – 222 Skala
1:50.000 1:25.000
HP 3: Tabel Pengamatan Peta Geologi
No Nama Kenampakan Gambar Keterangan
.
1. Gunung Gendol Sketsa Gunung Gendol pada a. Gunung Gendol terletak
Peta Geologi Yogyakarta di wilayah endapan
Bersistem Jawa Lembar 1408-2 Gunung Api Merapi
dan 1407-5 Skala 1: 100:000 Tua
b. Di dalamnya
terkandung material
berupa lelehan lava,
breksi, aglomerat,
termasuk andesit dan
basal yang mengandung
olivine
c. Stratigrafi terjadi pada
masa Kenozoikum,
zaman Kuarter

Gunung Gendol pada Peta


Geologi Yogyakarta Bersistem
Jawa Lembar 1408-2 dan
1407-5 Skala 1: 100:000

Peta Geologi Yogyakarta


Bersistem Jawa Lembar 1408-2
dan 1407-5 Skala 1: 100:000
2. Perbukitan Lipatan Sketsa Perbukitan Lipatan di a. Tanda anak panah
di Gotakan Gotakan pada Peta Geologi saling bertemu di
Bersistem Jawa Lembar antara garis
Yogyakarta 1408-2 dan 1407-5 menunjukan
Skala 1:100:000 kenampakan Sinklin
Tanda anak panah
saling menjauhi
diantara garis lurus
menunjukan
kenampakan
Antiklin
b. Terletak di
Formasi Sentolo
c. Material endapan
permukaan berupa
batu gamping dan
Perbukitan Lipatan di Gotakan batu pasir napalan
pada Peta Geologi Bersistem d. Stratigrafi terjadi pada
Jawa Lembar Yogyakarta masa Kenozoikum,
1408-2 dan 1407-5 Skala zaman Tersier, kala
1:100:000 Pliosen

Peta Geologi Bersistem Jawa


Lembar Yogyakarta 1408-2 dan
1407-5 Skala 1:100:000
3. Kawasan Sesar Sketsa Kawasan Sesar Gunung a. Simbol sesar D
Gunung Payung Payung pada Peta Geologi menandakan bagian
Bersistem Indonesia Lembar pergerakan yang turun
Surakarta 1408-3 dan Simbol sesar U
Giritontro 1407-6 Skala menandakan bagian
1:100.000 pergerakan yang naik
(gambar di halaman b. Terletak di Formasi
selanjutnya) Semilir
c. Material berupa Tuf,
breksi batuapung
dasitan, batupasir
tufan,dan serpih
d. Stratigrafi terjadi pada
zaman Tersier, kala
Miosen Awal sampai
Miosen Tengah

Kawasan Sesar Gunung


Payung pada Peta Geologi
Bersistem Indonesia Lembar
Surakarta 1408-3 dan
Giritontro 1407-6 Skala
1:100.000

Peta Geologi Bersistem


Indonesia Lembar Surakarta
1408-3 dan Giritontro 1407-6
Skala 1:100.000
HP 4: Tabel Pengamatan Peta Geomorfologi
No Unit Bentuklahan Proses Geomorfologi Keterangan
.
1. Sketsa Gunung Merapi pada Bentuklahan a. Morfografi:
Geomorphologic Map asal proses gunung berbentuk
Yogyakarta Province, Indonesia Vulkanik strato/kerucut
dengan lereng yang
Proses geomorfologi: curam
Gunung api terbentuk b. Morfometri:
di sepanjang batas ketinggian ±2.930
lempeng tektonik mdpl
bumi. Ketika lempeng c. Morfostruktur
tektonik bertabrakan, aktif: vulkanisme
lempeng yang satu d. Morfostruktur
jatuh akan melesat ke pasif: endapan
dalam bumi dan yang e. Morfodinamik:
lain diam di tempat gerak massa
Gunung Merapi pada (zona subduksi). batuan, erosi
Geomorphologic Map Lempeng yang jatuh f. Morfokronologi:
Yogyakarta Province, Indonesia perlahan-lahan kuarter
meleleh karena suhu g. Morfoaransemen:
bawah lempeng bumi berada di kawasan
yang sangat tinggi. pegunungan
Lelehan ini kemudian h. Material: abu,
menjadi magma. breksi, aglomerat,
dan lelehan lava

Geomorphologic Map
Yogyakarta Province, Indonesia
2. Sketsa Kali Progo pada Bentuklahan asal a. Morfografi: landai
Geomorphologic Map proses Fluvial b. Morfometri:
Yogyakarta Province, Indonesia panjang sungai
Proses geomorfologi: 140km
Kali Progo terbentuk c. Morfostruktur
didominasi oleh aktif: tektonisme
proses fluvio-vulkanik d. Morfostruktur
yang disertai proses pasif: pengendapan
pesisir pada bagian e. Morfodinamik:
hilir sungai sehingga vulkanisme, erosi,
terbentuklah aliran air dan aktivitas air
yang disebut Kali f. Morfokronologi:
Progo. kuarter
g. Morfoaransemen:
di antara lembah
h. Material: aluvium,
Kali Progo pada kerakal, pasir,
Geomorphologic Map lanau dan lempung
Yogyakarta Province, Indonesia

Geomorphologic Map
Yogyakarta Province, Indonesia
3. Sketsa Pegunungan Seribu Bentuklahan a. Morfografi:
(Gunung Sewu) pada Peta asal proses perbukitan karst
Geomorfologi Kabupaten Solusional berbentuk kerucut
Gunung Kidul b. Morfometri:
Proses geomorfologi: kemiringan lereng
proses pembentukan antara 16 - 20°
kawasan di Gunung c. Morfostruktur
Sewu dikendalikan aktif: tektonisme
oleh struktur biologi, d. Morfostruktur
seperti patahan dan pasif: pelarutan,
retakan yang pengikisan, dan
memfasilitasi pengendapan
masuknya air hujan ke e. Morfodinamik:
dalam lapisan batu erosi dan aktivitas
Pegunungan Seribu (Gunung gamping yang lebih air
Sewu) pada Peta Geomorfologi dalam. f. Morfokronologi:
Kabupaten Gunung Kidul Pengangkatan batuan tersier
gamping ini ke atas g. Morfoaransemen:
permukaan air laut ini di antara lembah
membuat batu h. Material: batu
gamping mengalami gamping
proses pelarutan oleh
air membentuk
bentang alam karst.
Peta Geomorfologi Kabupaten
Gunung Kidul

Anda mungkin juga menyukai