Anda di halaman 1dari 23

INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL

SKENARIO PENERAPAN STANDAR DAN TEKNOLOGI IDS UNTUK TUKARGUNA


DATA GEOSPASIAL DALAM PENENTUAN TINGKAT KERAWANAN LONGSOR

Dosen Pengampu : Trias Aditya Kurniawan M, ST,M.Sc,Ph.D

Disusun oleh :
Joko Eddy Sukoco 19/449595/PTK/12854
Leni Suspidayanti 19/449596/PTK/12855
Luhur Moekti Prayogo 19/449597/PTK/12856
Muh. Apriansyah 19/449598/PTK/12857

MAGISTER TEKNIK GEOMATIKA


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
SKENARIO PENERAPAN STANDAR DAN TEKNOLOGI IDS UNTUK TUKARGUNA
DATA GEOSPASIAL DALAM PENENTUAN TINGKAT KERAWANAN LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Longsor merupakan suatu peristiwa alam yang dapat menimbulkan korban maupun
kerugian harta benda. Faktor utama penyebab longsor yaitu ketahanan batuan yang
menurun tajam melebihi tekanan geser dan terjadi seiring meningkatnya tekanan air akibat
pembasahan atau peningkatan kadar air serta peningkatan muka air tanah.
Tukar guna data spasial perlu dilakukan untuk mengintegrasikan data dan analisis
spasial dari berbagai instansi. Manajemen risiko bencana memerlukan data dan informasi
spasial dari berbagai instansi untuk menanggulangi dampak dari bencana longsor tersebut.
Analisis tingkat kerawanan bencana bertujuan untuk mengetahui daerah yang berpotensi
mengalami longsor sehingga dapat dilakukan rencana dalam melakukan evakuasi terhadap
para korban bencana ke tempat yang aman dari dampak longsor.
Skenario penerapan IDS ini merupakan salah satu bentuk geoportal yang di dalamnya
memuat data dan informasi dari berbagai instansi yang terkait dengan bencana longsor
seperti BMKG, Dinas PU, BPBD dan instansi lain yang memuat data bencana longsor.

I.2 Tujuan dan Manfaat


I.2.1 Tujuan :
a. Memberikan informasi tingkat bahaya longsor di Kota Batam
b. Menerapkan infrastruktur data spasial untuk tukar guna data geospasial dari
berbagai instansi
I.2.2 Manfaat : mendukung dalam manajemen bencana untuk menanggulangi dampak dari
bencana longsor

I.3 Skema Sistem


Skenario sistem tukarguna data dalam penentuan tingkat kerawanan longsor di Kota Batam
adalah sebagai berikut :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Infrastruktur data spasial nasional (IDSN) merupakan suatu cara untuk memudahkan
pengguna data spasial mengakses data spasial secara konsisten, sesuai dengan kebutuhan.
IDSN bukan untuk membangun pusat database tetapi sebagai jaringan distribusi database
yang dikelola oleh pemerintah dan industri kustodian. IDSN digunakan untuk memperoleh
dan menyebarluaskan informasi spasial kepada semua pengguna (Bakosurtanal, 2004).
Infrastruktur Data Spasial (IDS) merupakan suatu konsep yang mengintegrasikan
semua pemangku kepentingan (stakeholder) agar dapat bekerja sama satu dengan yang
lain. Teknologi menjadi salah satu alat yang digunakan dalam IDS untuk mencapai tujuan
berbeda dari masing-masing pemangku kepentingan (Williamson, dkk., 2003).
Pembangunan IDS tidak terlepas dari dukungan beberapa komponen IDS yang saling
terkait, yaitu kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan, data utama, teknologi, dan
Sumber Daya Manusia (SDM) (BIG, 2003).
Salah satu elemen kunci dari IDS adalah geoportal, atau dikenal sebagai portal
geospasial. Portal ini menyediakan akses ke konten spasial bersama dengan metadata,
sehingga pengguna dapat dengan mudah menemukan data spasial yang dibutuhkan. Konten
berupa data offline atau layanan web seperti WMS, WFS, dan WCS. Salah satu fitur utama
geoportal adalah kemampuan untuk mendukung pertukaran dan berbagi data antar lembaga
melalui internet. Oleh karena itu, redundansi data dapat dicegah dan koordinasi data dapat
ditingkatkan (Putra et al., 2011).
Implementasi IDS memerlukan infrastruktur sebagai interkoneksi sistem database
tersebar (distributed database) dengan memanfaatkan informasi, komputer, dan teknologi
serrta didukung oleh kebijakan dan manajemen, sumberdaya manusia, agar data spasial
dapat diakses dengan mudah. Infrastruktur ini dapat dibandingkan dengan pelayanan
umum seperti jalan, kereta api, jaringan listrik (ASDI, 2003).

BAB III PELAKSANAAN

III.1 Bahan
Tukarguna data dalam penentuan tingkat kerawanan longsor di Kota Batam memerlukan
data sebagai berikut :
1. Batas Administrasi dari Sekretariat Daerah Kota Batam
2. Jaringan Jalan dari Dinas PU Kota Batam
3. Danau dari Dinas PU Kota Batam
4. Curah Hujan dari BMKG Provinsi Kepulauan Riau
5. Tutupan Lahan dari Bappeda Kota Batam
6. Kemiringan Lereng dari Bappeda Kota Batam
7. Geologi dari BPBD Kota Batam
8. Jenis Tanah dari BPBD Kota Batam
III.2 Software
Sofware yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Geoserver
2. ArcGIS Online
3. QGIS

III.3 Tahapan
Tahapan dalam pembuatan skenario penerapan standar dan teknologi IDS dalam penentuan
tingkat kerawanan longsor adalah sebagai berikut :
1. Instalasi software Opengeosuite (geoserver), QGIS
2. Pengaturan data pada geoserver
3. Pemanggilan data ke dalam QGIS
4. Analisis spasial
5. Publikasi dengan ArcGIS Online

III.4 Cara Pekerjaan


Proses pada Geoserver
1. Membuka aplikasi Geoserver yang dapat diakses pada http://localhost:8080/Geoserver.
Tampilanya adalah sebagai berikut:
2. Melakukan input instansi penyedia data spasial yang meliputi instansi BMKG, DINAS
PU, BAPPEDA, BPBD dan SEKRETARIAT DAERAH kota Batam dengan memasukan
alamat URL https://batam.go.id/

3. Hasil masukan instansi penyedia data spasial instansi BMKG, DINAS PU, BAPPEDA,
BPBD dan SEKRETARIAT DAERAH Kota Batam seperti dibawah ini.

4. Untuk memasukkan data spasial pada masing-masing workspase yang sebelumnya telah
dibuat caranya klik Stores. Muncul jendela antar muka Store lalu klik Add new Store.
5. Memilih sumber data vektor karena data masukkan pada geoserver berupa data vektor
dengan format SHP. Caranya memilih Shapefile-ESRI (tim) Shapefile (*.shp).

6. Selanjutnya memasukkan data format shp yang ingin dimasukkan. klik Save dan akan
muncul tampilan antar muka New Layer  klik publish.
7. Melakukan editing sistem proyek untuk data shp masukkan. Sistem proyeksi yang
digunakan adalah WGS_1984_UTM_ZONE_48N. lalu klik compute from data  klik
compute from native bounds.Klik Save

8. Untuk melihat hasil input data geospasial klik Layer Preview


9. Untuk melihat hasil input data geospasial klik Layer Preview dan memilih Open layer.
Berikut contoh tampilan layer tutupan lahan. Untuk membuka layer yang lain dapat
dilakukan dengan langkah tersebut :

Pemanggilan Data ke QGIS


1. Pemanggilan data dari geoserver ke QGIS bertujuan untuk melakukan analisis spasial.
WFS (Web Feature Service) digunakan untuk menampilkan data berupa fitur atau
shapefile, WMS (Web Map Service) untuk menampilkan peta berupa gambar tanpa
dilakukan analisis, dan WCS (Web Coverage Service) untuk menampilkan data raster
separti DEM atau SRTM
2. Mengunduh data dan menampilkan WFS pada QGIS
a) Menambahkan layer WFS

b) Membuat koneksi WFS pada QGIS dengan menambahkan URL yang


diperoleh dari open layer di geoserver. Contoh : Tutupan Lahan

c) Dihubungkan sehingga tampilan pada layar QGIS sebagai berikut :


d) Melaksanakan langkah yang sama untuk semua layer. Tampilan hasilnya dapat
dilihat pada gambar berikut:

3. Mengunduh dan menampilkan WMS.


a) Melakukan pemanggilan data raster melalui layer WMS
b) Menentukan format foto (image encoding) yaitu PNG

Hasil sebagai berikut :


Analisis Spasial
1. Analisis spasial ini bertujuan untuk mendapatkan peta tingkat kerawanan longsor di
ota Batam. Semua data spasial berada dalam sistem datum yang sama yaitu datum
WGS 1984 Zona 48 N.
2. Tahapan pekerjaan sesuai diagram berikut :
Tabel bobot parameter :
Parameter Persentase bobot
Curah Hujan 30%
Geologi atau Jenis Batuan 20%
Jenis Tanah 20%
Tutupan Lahan 15%
Kemiringan Lereng 15%
Skor untuk setiap parameter yang digunakan dalam analisis longsor adalah sebagai
berikut :
 Curah Hujan
Curah Hujan Skor Kategori
100 s.d 200 mm/bulan 1 Sangat Kering
200 s.d 300 mm/bulan 2 Kering
300 s.d 400 mm/bulan 3 Cukup Basah
400 s.d 500 mm/bulan 4 Basah
> 500 mm/bulan 5 Sangat Basah

 Geologi atau Jenis Batuan


Geologi atau Jenis Batuan Skor
Tefra Berbutir Halus
Tefra Berbutir Kasar
Konglomerat
Batu Lumpur
1
Andesit
Basalt
Riolit
Granit
Batu Pasir
Batu Serpih
2
Batu Karang
Endapan Laut Muda
Tefra Berbutir Halus
Batu Gamping
Batu Lumpur
3
Batu Karang
Batu Lanau
Alluvium
 Jenis Tanah
Jenis Tanah Skor Kategori
Alluvial, Tanah Glei, Planosol,
1 Tidak Peka
Hidromorf, Kelabu, Laterit Air Tanah
Latosol (Oxisol) 2 Kurang Peka
Mediteran (Alfisol), Non-Calcic
3 Agak Peka
Brown, Brown Foret Soil (Inceptisol)
Andosol, Grumusol, Laterit,
4 Peka
Podsol, Podsolik
Litosol, Organosol, Renzina, Regosol 5 Sangat Peka

 Tutupan Lahan
Tutupan Lahan Skor
Semak Belukar
1
Hutan
Tegalan 2
Perkebunan 3
Persawahan 4
Permukiman 5

 Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng Skor Kategori
0 s.d 8% 1 Datar
8 s.d 15% 2 Landai
15 s.d 25% 3 Agak Curam
25 s.d 40% 4 Curam
> 40% 5 Sangat Curam
Tabel Klasifikasi Longsor Kota Batam
Range Klasifikasi
1 s.d 4 Sangat Rendah
5 s.d 8 Rendah
9 s.d 12 Sedang
13 s.d 16 Tinggi
17 s.d 20 Sangat Tinggi

3. Hasil union semua data spasial

4. Menjumlahkan skor dari semua data sehingga diperoleh skor total untuk klasifikasi
tingkat kerawanan longsor Kota Batam
Publikasi Hasil Analisis dengan ArcGIS Online
1. Melakukan Registrasi atau Log in dengan akun Google atau Facebook

2. Membuat peta baru dengan menambahkan data dari hasil analisis yang telah dilakukan,
beberapa format yang didukung antara lain : SHP dalam bentuk arsip ZIP, CSV atau
TXT, GPX dan GeoJSON.
3. Setelah data berhasil diunggah, maka dilakukan custom terhadap tampilan peta

4. Simpan project jika sudah sudah selesai melakukan custom dan melakukan publikasi
5. Pada akhir proses akan diberikan link url webgis yang telah diolah yaitu
https://arcg.is/OnmaO, untuk mempermudah link url dapat di-custom menggunakan
website bit.ly, sehingga diubah menjadi http://bit.ly/longsorbatam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil skenario penerapan standar dan teknologi IDS dalam penentuan tingkat
kerawanan longsor melibatkan data dari lima instansi yaitu Bappeda, PU, BMKG,
Sekretariat Daerah, dan BPBD. Data geospasial tersebut diunggah dengan perangkat lunak
opensource sehingga dapat diakses oleh pengguna untuk dilakukan analisis yang
menghasilkan peta kerawanan longsor di Kota Batam. Informasi geospasial berperan
penting dalam manajemen risiko bencana longsor. Berikut adalah hasil dari penerapan
standar dan teknologi IDS.
 Hasil input data pada Geosever

 Pemanggilan Data pada QGIS

 Hasil Analisis Kerawanan Longsor


 Hasil Publikasi

Penerapan standar dan teknologi IDS sebagai media komunikasi dan pertukaran
informasi mengurangi permasalahan yang timbul karena terbatasnya akses data dan
informasi. Metadata spasial dapat dilihat saat proses unduh data seperti WFS, WCS, atau
WMS.
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil skenario penerapan standar dan teknologi IDS dapat disimpulkan
bahwa :
1. Penerapan standar dan teknologi IDS mempermudah dalam melakukan pertukaran
dan akses data geospasial dari berbagai instansi.
2. Perangkat lunak open source seperti Geoserver, QGIS, dan ArcGIS online dapat
mendukung dalam proses pengumpulan sampai analisis data yang dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam penyediaan dan penggunaan data
geospasial.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Informasi Geospasial (BIG). 2003. Pedoman Pembangunan Clearinghouse Data
Spatial (Versi I ed.). Cibinong : Pusat Sistem Jaringan dan Standarisasi Data Spasial,
Deputi Bidang Infrastruktur Data Spasial Nasional.

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 2004. Pedoman Penyelengaraan Infrastruktur
Data Spasial Nasional (IDSN) Versi 1. Cibinong : Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional.

Putra, T.Y.D., Adiyta, T., and Vries, W. D. 2011. A local Spatial Data Infrastructure to Support
the Merapai Volcanic Risk Management : A Case Study at Sleman Regency, Indonesia,
Journal Geography Vol. 43, No. 1 ISSN 0024-9521.

Rajabifard, A., Feeney, M. F., & Williamson, I. 2003. Spatial Data Infrastructures: Concept,
Nature and SDI hierarchy. In I. Williamson, A. Rajabifard & M. F. Feeney (Eds.),
Developing Spatial Data Infrastructures: From Concept to Reality (pp. 17-40): CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai