Anda di halaman 1dari 56

Fotogrametri 2

OLEH:
HARINTAKA
JURUSAN TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Februari 2011
1

Ketentuan

• Sopan (prilaku, pakaian,dll)


• Kehadiran (absensi) ikut menentukan nilai
• Tugas/PR/Nilai Mid/Praktikum harus lengkap
• Tugas individu (al. Kuis, Mid, Ujian Akhir)
harus dikerjakan sendiri, jika curang
(bekerjasama, nyontek) akan ada pinalti.
• harintaka@ugm.ac.id/harintaka@yahoo.com

FT-UGM 2
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

1
Identitas Matakuliah

• Nama matakuliah: Fotogrametri 2


• Kode/SKS/Sifat : TGD 252/2+1 SKS/W
• Prasyarat : Fotogrametri 1
Deskripsi matakuliah Fotogrametri 2 melanjutkan
mengajarkan ilmu dan teknologi survei dan
pemetaan menggunakan foto udara dan citra satelit
Tujuan Pembelajaran adalah memberikan
pengetahuan dan pemahaman, ketrampilan
intelektual, keterampilan praktis, dan keterampilan
manegerial ttg survei dan pemetaan menggunakan
foto udara dan citra satelit.

FT-UGM 3
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Silabus

Minggu Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan

1 Perencanaan dan a. Unsur-unsur proyek


pelaksanaan proyek b. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
fotogrametri perencanaan proyek
2-4 Perencanaan Terbang a. Pertampalan (overlap)
(Flight Planning) b. B/H rasio
c. Skala foto, tinggi terbang
d. Pertimbangan alat pemroses (stereo
plotter)
e. Ground coverage
f. Image Motion
g. Cuaca/musim
h. Flight map
i. Spesifikasi pemotretan
j. Otomatisasi pemotretan (flight
management system)

FT-UGM 4
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

2
Silabus

Minggu Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan

5 Perencanaan Titik Kontrol a. Perencanaan TK planimetri (X,Y) dan


(TK) tinggi (Z)
b. Targeting Premark dan postmark

6-7 Pengantar Triangulasi a. TU cara analog


Udara (TU) b. TU semi analitik
c. TU analitik penuh
8 Mid Term

9 Estimasi biaya dan waktu a. Estimasi biaya pemotretan


pemotretan b. Ground Control Survey
c. TU
d. Proses stereo
e. Field completion
f. Editing dan drafting
g. Estimasi waktu

FT-UGM 5
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Silabus
Minggu Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan

10-12 Pemetaan a. Konsep strip fotografi dan pencitraan satelit


dengan citra b. Kondisi kolinier/koplanar pada strip fotografi /citra
satelit satelit
13-14 Pengolahan citra a. Pengolahan citra satelit tunggal
satelit b. Pengolahan citra stereo (misal Aster)

15 Pemetaan Geometri foto panoramik dan orientasinya


dengan foto
panoramik
(video)
16 Fotogrametri a. Optika bawah air
bawah air b. Pemotretan bawah air
c. Pengolahan dan aplikasinya

FT-UGM 6
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

3
Referensi

• Graham, R, 2002, Digital Aerial Survey Theory


and Practice, Whitles Publ, CRC Press, London
• Gosh, S. K., 1979, Anaytical Photogrammetry,
Pergamon Press, London
• Wolf, P.R., 1983, Element of Photogrammetry,
Mc Graw Hill, London
• Panduan Akademik 2006 Jurusan Teknik Geodesi
dan Geomatika FT-UGM, 2006
• Mater kuliah di: www.harintaka.staff.ugm.ac.id

FT-UGM 7
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Perencanaan Pemotretan
(Flight Planning)

4
Pemotretan udara unt Pemetaan Fotogrametri

• Pemotretan dilakukan dengan pertampalan arah jalur terbang dan


antar jalur terbang, sehingga liputan foto mencakup seluruh kawasan
proyek; pertampalan dimaksudkan untuk mendapatkan satu bagian
daerah yang dipotret dari dua kedudukan kamera agar bisa di-olah
kemudian. Syarat pertampalan tergantung kondisi medan topografi dan
persyaratan pemetaan (misalnya 60% dan 30% )

1 2 3 n Pemotretan ke-

H : Tinggi terbang

Permukaan Topopgrafi

FT-UGM 9
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Pemotretan udara unt Pemetaan Fotogrametri

Pertampalan
ke depan
Jalur terbang ke-1

Pertampalan Q = Jarak antar jalur


ke samping
Jalur terbang ke-2
(belok arah)

Gambar pertampalan ke muka dan kesamping

FT-UGM 10
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

5
Pemotretan udara unt Pemetaan Fotogrametri

• Keberhasilan pemotretan udara sebagai awal kegiatan pemetaan


sangat tergantung penentuan skala foto (terkait dengan sasaran hasil
akhir peta) serta pembuatan rencana jalur pemotretan sebagai syarat
mutlak untuk pemotretan dan perijinan (Security Clearance dari pihak
departemen Hankam R.I ); pembuatan FP = Flight Plan pada peta
topografi atau peta perencana yang memenuhi syarat koordinat.
• Posisi tiap bukaan foto atau “exposure station” harus ditetapkan
berdasar peta FP sehingga dapat diketahui jumlah foto dan arah
navigasi pemotretan udara; faktor jumlah foto dan jumlah jalur terbang
akan mempengaruhi biaya, waktu operasional ( eksekusi pemotretan )
dan batas perijinan yang dimintakan
• Sementara kendala utama ( non teknis ) biasanya pada kondisi cuaca
selama operasi penerbangan ( syarat mutlak untuk memperoleh
kualitas foto udara baik adalah cuaca tak berawan dan persyaratan
jalur dan pertampalan)
• Peta FP jelas disusun berdasarkan parameter perencana, antara lain :
skala foto, pertampalan, jenis kamera, pesawat dan kondisi logistik
setempat.

FT-UGM 11
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Pemotretan udara unt Pemetaan Fotogrametri

• Perencanaan FP memakai ketentuan pokok bahwa liputan batas tepi


wilayah proyek ( perimeter ) harus masuk pertampalan.
• Pada tepi arah jalur dibuat u – 50% ( u = pertampalan arah jalur) dan
untuk tepi tegak lurus jalur (pada tepi perimeter) 50% dari lebar
bukaan. Misalkan pertampalan ditetapkan u = 60% dan q = 30%
(q = pertampalan antar jalur). Maka batas koreksi pada FP dilihat
apakah arah jalur = 60% - 50% = 10% dari panjang foto, serta 50%
panjang tegak lurus dari arah jalur. Dapat digambarkan posisi koreksi
untuk penelitian awal sebelum peta FP disampaikan kepada pelaksana
pemotretan ( air crew atau tim udara yang akan memotret); lihat
gambar berikut:

10 % 50 %

Arah jalur terbang


Foto 1
Batas liputan pada ujung jalur Foto 2
FT-UGM 12
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

6
Hitungan Jumlah Foto pd Pemetaan Fotogrametri

• Untuk menghitung jumlah perkiraan foto (jumlah negatif hasil


exposure) didasarkan pada hitungan pembagian luas daerah dan luas
liputan per pasangan pertampalan (atau model foto berpasangan).
Karena kamera standar 23 cm, maka panjang liputan di lapangan 23 x
skala. Bila ditetapkan skala foto 1 : 10.000, maka panjang garis A = a
x angka skala ( a = panjang negatif atau 23 cm). Hitungan sbb:
– Besaran liputan a di lapangan = a x skala = 23 x 10.000 cm =
2.300 meter
– Basis udara, B = ( 1 – u ) A = ( 1 – 60% ) 2.300 m = 920 m
(jarak interval bukaan)
– Jarak antar jalur, Q = ( 1- q) A = ( 1 – 30% ) 2.300 m = 1.610 m
– Maka luas per liputan model, Fn = B X Q = ( 1- 60%)A x (1-q)A =
148,21 Ha
– Jumlah foto, n = F / Fn, ( F = luas wilayah proyek); untuk
hitungan +10% karena ada unsur pendekatan hitungan/ kesalahan
perencanaan; maka jumlah foto = ( kalau F dikatakan = 14.345
Ha) hitungan pembulatan selalu ke-atas !
– Jadi, n = (14.345 Ha / 148,21 Ha) + 10% (F/Fn) = 96,847 +
9,684 = 106,53 = 107 lembar

FT-UGM 13
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Hitungan Jumlah Foto pd Pemetaan Fotogrametri

• Tiap perencana ( meskipun pada satu perencanaan yang sama) akan


memiliki angka kesalahan atau “personal error” yang dipakai sebagai
indikator kecermatannya (Prijono, 2001).
• Angka kesalahan E = N-n / N x 100% (N = angka emperik hasil
hitungan cacah dari peta FP yang dipakai).
• Misalkan perencana memperoleh N = 110 ( hasil nyata hitungan
emperik pada FP ) maka bila n = 107, dia akan memiliki E = (110-
107)/110 x 100% = 3/110 = 2,73 % ( batas personal error max
10%)

FT-UGM 14
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

7
Pengantar: Diagram Alir Pemetaan Fotogrametri

Aerial Photography
Project Planning
1. Flight Height Design
Penentuan peta yang 2. Flying Photography 1. Photo indices
diperlukan dan 2. Enlargement
3. Film Processing
ketersediaan material
4. Inspection 3. Mosaics
1. Official Mapping limit
5. Contact Printing 4. Orthophotos
2. Scale of Map
6. Diapositif
3. Contour Interval
4. Specification Aerial Triangulation
Ground Control
5. Equipment required 1. Triangulation plan
6. Methodology 1. Research Existing Control
2. Layout
7. Schedule 2. Targetting
3. Supplement Point Marking
8. Deliverables 3. Ground Control Survey
4. Measurement and Recording
4. Computation and Adjustment
5. Computation
5. Control Report
6. Adjustment

A B
FT-UGM 15
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Pengantar: Diagram Alir Pemetaan Fotogrametri


A B
Stereo Compilation
1. Model layout
2. Manuscrip preparation
Quality Control 3. Model set up
4. Planimetric compilation
1. Photography inspection 5. Topographic compilation
2. Survey Computation Review 6. Edge Ties
3. Review Bridging Result 7. Edit and Correction
4. Stereocompilation Edit
5. Final Drafting Edit Field Completion
6. Map Content Review
1. Field Classification Prior to
7. Acuracy Test Compilation
2. Field Completion of
obscured Areas
3. Map Testing

C
FT-UGM 16
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

8
Pengantar: Diagram Alir Pemetaan Fotogrametri
C

Drafting
1. Sheet Layout
2. Sheet Format
3. Photographic scale change
if required
4. Scribing or inking
5. Edit and final correction

FT-UGM 17
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Otomatisasi Pemotretan
(Flight Management System)

case study: Track on Air

Harintaka - Teknik Geodesi FT-


FT-UGM 18

9
FMS: Track on Air  System Flow Chart
snapXYZ snapLIM
Converts text files Digitizing of
containing projects area or
coordinates of photo runs with a
project limits or digitizing tablet.
runs into graphics.

snapPLAN
Automated snapSHOT
planning system.
Parallel runs, GPS based aerial
single strips, survey photography
pinpoint photos, support software.
single photos. Recording of photo
positions with TECI
interface. Automatic
snapBASE
camera triggering. .
Mission preparation.
Project
management. Data snapPLOT
export/import
to/from TRACKER Reports printing. Scaled
format. Film flight plans and photo
reports, progress indices plotting.
reports.
FT-UGM 19
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

FMS: Track on Air  Operation

1. The limit of an area is


digitized with snapLIM or
its coordinates are typed in
snapXYZ .

2. The limit is loaded in


snapPLAN and the flight
plan is automatically created.

3. The flight plan is loaded in


snapSHOT and the photo
flight is carried out.

FT-UGM 20
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

10
FMS: Track on Air  Operation

4. The photo flight data is


loaded in snapBASE and
added to the project in the
database.

5. The project is loaded in


snapPLOT and printed or
plotted.

FT-UGM 21
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

FMS: Track on Air  Airborne System Overview

snapSHOT

The snapSHOT software is the survey navigation and camera


control module. It works in association with the TRACKER
External Camera Interface (TECI-2) electronic equipment
provided with the system.

FT-UGM 22
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

11
FMS: Track on Air Airborne System Overview

• Runs on normal commercial laptop PC’s.


• Provides the crew with a moving map graphic display
showing the airplane in relation to the actual flight plan.
• Displays useful background cartographic details (restricted
airspace, borders, etc.).
• Shows a complete graphic overview of the project to
assist the crew in taking the best course of action.
• Stores the photo positions in real time in the system
database.
• Can flags individual photos or series of photos (turbulent,
smoke, etc.). These are used later to analyze problems or
to prepare re-flight.
• Includes a flight simulator which can be used by the crew
to become familiar with the system. Realistic photo
missions can be simulated and used to produce photo
indices and reports.

FT-UGM 23
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

FMS: Track on Air

• Supports all coordinate systems.


• Can be operated either with an auxiliary LCD display for
the pilot or with two laptop computers linked together via
the TECI interface.
• snapSHOT can print the mission information as well as
the camera position on the film margin.

FT-UGM 24
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

12
FMS: Track on Air  TECI interface

• Interfaces the GPS receiver, camera and laptop together.


• Automatically sends the coordinates and time of each
photograph to the laptop.
• Automatically triggers the camera at predetermined locations.
• If required, can be connected to the MEP mid-exposure pulse
generator easily installable in most older camera types. With
an accuracy better than 50 micro-seconds, this pulse can be
used for photo control.

FT-UGM 25
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

FMS: Track on Air  Air Plane Installation

FT-UGM 26
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

13
FMS: Calgary (Habib, 2006)

FT-UGM 27
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

FMS: Calgary (Habib, 2006)

FT-UGM 28
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

14
FMS: Calgary (Habib, 2006)  MMS on Land

FT-UGM 29
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

FMS: Calgary (Habib, 2006)  MMS on Land

FT-UGM 30
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

15
FMS: Calgary (Habib, 2006)  MMS on Land

FT-UGM 31
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

FMS: Calgary (Habib, 2006)  MMS on Land

FT-UGM 32
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

16
Spesifikasi untuk Pemotretan Udara

Harintaka - Teknik Geodesi FT-


FT-UGM 33

Spesifikasi Pemotretan Udara dari Bakosurtanal

BAB I – Umum
1. Lokasi/Area
2. Skala Foto
3. Panjang Fokus
4. Jenis Film
5. Foto Udara
6. Security Clearance
7. Sinyalisasi Titik Kontrol Tanah (Premark)
8. Hasil Akhir yang Harus Diserahkan
9. Penyimpanan Negatif Film

BAB II Kamera Udara dan Peralatan Pendukung


1. Kamera Udara
2. Kalibrasi Kamera
3. GPS Kinematik

FT-UGM 34
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

17
Spesifikasi Pemotretan Udara dari Bakosurtanal

4. Pesawat Udara
5. Klasifikasi Kru Penerbangan/Pemotretan

Bab III. Negatif dan Positif Film


1. Bahan Film
• Jenis Film
• Ketebalan film
2. Kualitas Film
• Kontras
• Proses pencucian dan cetak film
• Bebas noda dan goresan
• Panel instrumen dan tanda fidusial
• Cakupan awan
• Penyinaran/exposure pemotretan
• Uji Fotogrametri (Test Model Stereo)

FT-UGM 35
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

Spesifikasi Pemotretan Udara dari Bakosurtanal

Bab IV. Cakupan dan Perekaman Fotografi


1. Cakupan Fotografi
• Daerah Pemotretan
• Jalur Terbang
• Tinggi Terbang
• Crab
• Tilt
2. Pemotretan/Penerbangan
• Solar altitude
• Koreksi arah pesawat terbang
• Kondisi udara/cuaca

FT-UGM 36
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

18
Spesifikasi Pemotretan Udara dari Bakosurtanal

Bab V. Hasil Akhir


1. Negatif Film Hasil Pemotretan
2. Foto Udara Positif
• Bahan kertas foto
• Kualitas cetak foto
3. Diapositif
4. Peta Indeks Jalur Terbang (Flight Index)
5. Cetak Navigasi (Navigation Print)

Bab VI. Anotasi dan Dokumentasi


1. Anotasi
• Penulisan anotasi
• Informasi anotasi
• Contoh anotasi pada awal dan akhir foto dalam satu jalur
• Contoh anotasi foto selain bagian awal dan akhir jalur

FT-UGM 37
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

Spesifikasi Pemotretan Udara dari Bakosurtanal

2. Dokumentasi
• Laporan pemotretan
• Label Film
• Laporan hasil kontrol kualitas

Lampiran
1. Jenis Film Yang Umum Digunakan Untuk Keperluan
Pemotretan Udara
2. Perencanaan Survei Pemotretan Udara Untuk Pemetaan
Fotogrametri
3. Konfigurasi Skala Foto Dan Skala Orthofoto
4. Formula Dasar Pemotretan Udara Vertikal
5. Formulir Hasil Pemeriksaan Akhir
6. Uji Fotogrametri
7. Kontrol Kualitas

FT-UGM 38
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

19
Spesifikasi Pemotretan Udara dari British Air Survey Assoc.

Section 1 – Summary of Requirements and Material To be


delivered
1. Area
2. Scale and Type of Camera
3. Type of Photography
4. Material to be delivered
5. Film negatives

Section 2 – Camera and Associated Equipment


1. Camera
2. Calibration
3. Filters
4. Camera Windows
5. Camera Mounting

FT-UGM 39
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

Spesifikasi Pemotretan Udara dari British Air Survey Assoc.

Section 3 – Flying and Photographic Cover


1. Flight Altitude and Direction
2. Photographic Cover
3. Conditions of Photographic Flying

Section 4 – Aerial Film and Negative Quality


1. Aerial Film
2. Exposure
3. Filter
4. Processing
5. Quality of Negatives

FT-UGM 40
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

20
Spesifikasi Pemotretan Udara dari British Air Survey Assoc.

Section 5- Documentation and Anotation


• Film Anotation
• Negative Numbering and Annotation
• Processed Film
• Film Report

FT-UGM 41
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

Titik Kontrol dalam Fotogrametri

(Adopted from Habib, 2007)

Harintaka - Teknik Geodesi FT-


FT-UGM 42

21
Klasifikasi Titik

Dalam fotogrametri, Titik diklasifikasikan berdasarkan:

1. Kenampakannya dalam foto


a. Target alam
b. Target tertandai (titik premark)
c. Titik buatan
2. Perananya dalam hitungan (adjustment)
a. Titik kontrol (CP, Control Point)
b. Titik Cek (ICP, Independent Check Point)
c. Titik Ikat (TP, Tie Point)

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 43

Fidusial Mark

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 44

22
Fidusial Mark

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 45

Target Alam (Natural Target)

Sudut Bangunan Ujung segmen jalan

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 46

23
Target Tertandai (Signalized Target)

Target tertandai dalam foto dan proses pengadaanya

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 47

Target Tertandai (pada Foto Udara)

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 48

24
Target Tertandai (dalam Close Range Photogrammetry)

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 49

Titik Buatan (Artificial Points)

Titik Buatan dibuat dengan


menggunakan alat Point Transfer
Devices.
Titik Buatan termasuk dalam ketegori
Postmarking Point

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 50

25
Klasifikasi Titik

1. Titik Kontrol (Control Point)


 Titik yang memiliki koordinat tanah (peta), yang
diukur dengan peralatan geodetik, misal GPS
 Titik jenis ini dipergunakan untuk mendefinisikan
datum (referensi) dalam proses bundle adjustement
atau orientasi absolut
2. Titik Ikat (Tie Point)
 Berfungsi untuk ‘mengikat’ foto yang saling
bertampalan
 Titik ini harus dapat ditentukan secara tepat pada
foto
 Nilai koordinatnya dihitung pada saat perataan
fotogrametri

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 51

Tie Points

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 52

26
Titik Cek (ICP)

Titik cek
1. Titik yang memiliki koordinat tanah (peta), yang
diukur menggunakan peralatan geodetik
2. Dalam perataan fotogrametri digunakan sebagai
titik ikat (tie point)
3. Sebagai parameter kualitas perataan fotogrametri,
yaitu dengan membandingkan nilai koordinat
hitungan (photogrametric coordinate) dengan hasil
pengukuran geodetis (misal dengan GPS)

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 53

Perencanaan Titik Kontrol

1. Dalam proyek pemotretan


udara, untuk keperluan
efisiensi biaya dan
mempercepat proses,
dipergunakan jumlah titik
kontrol tanah (TKT)
seminimum mungkin
2. Umumnya TKT ditempatkan
pada setiap interval 4-6
basis foto (Koneckny, 2003)
Letak Tie Point
3. Apakah konfigurasi TP pd
gambar disamping dpt
dipenuhi? Bgm jika tdk dpt
dipenuhi?

Harintaka 2011 - Teknik Geodesi FT-


FT-UGM 54

27
Perencanaan Titik Kontrol

1. Untuk perapatan TKT


tersebut dipergunakan
Triangulasi Udara (TU).
2. Perapatan TKT ini
menggunakan titik sekutu
(umumnya berjumlah 6
buah) antar foto yang
bertampalan, yang
disebut sebagai tie point
(TP) atau titik von Gruber
3. Apakah titik Von Gruber Distribusi Titik Kontrol Tanah
harus berjumlah 6 ?

Harintaka 2011 - Teknik Geodesi FT-


FT-UGM 55

Perencanaan Titik Kontrol Konvensional (FGDC, 2002)

Konfigurasi dan distribusi TKT dalam 1 blok pemotretan dari udara


Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-
FT-UGM 56

28
Konfigurasi Titik Kontrol Foto Kovensional dan Triangulasi Udara
(FGDC, 2002)

Mengapa letak TKT Horizontal dan vertikal (dapat) dipisah?

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 57

Desain Titik Kontrol: Bentuk dan Ukuran (FGDC, 2002)

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 58

29
Standar Ketelitian KKH dan KKV (FGDC, 2002)

Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-


FT-UGM 59

PENGANTAR TRIANGULASI UDARA


(AERIAL TRIANGULATION)

FT-UGM 60
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

30
Pengantar Triangulasi Udara: PRASYARAT

Prasyarat, mahasiswa diasumsikan sudah menguasai


konsep tentang (lihat silabus 2006 mk Fotogrametri 1).
Materi/Topik Kata kunci

1 Sistem koordinat Foto Untuk apa?


2 Sistem koordinat Model Untuk apa?
3 Sistem koordinat Peta/Tanah Untuk apa?
4 Matrik Rotasi 2D (rotasi dlm sumbu Dipakai dimana?
XY)
5 Matrik Rotasi 3D (rotasi dlm sumbu Dipakai dimana?
XYZ)
6 Pembentukan dan arti persamaan Mengapa dan dipakai
kolinier dimana?
7 Model matematik Orientasi Dalam, Mengapa dan dipakai
termasuk kalibrasi kamera dimana?
8 Model matematik Orientasi Luar Mengapa dan dipakai dimana
– Orientasi Relatif
– Orientasi absolut
61

Sistem Koord Foto (Habib, 2007)

FT-UGM 62
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

31
Sistem koordinat foto dan Sis Koord Komparator (Habib, 2007)

FT-UGM 63
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Sistem Koord Citra dan Sistem Koordinat Foto (Habib, 2007)

FT-UGM 64
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

32
Prinsip Orientasi relatif: Dependent Model (Habib, 2007)

FT-UGM 65
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Prinsip Orientasi relatif: Independent (Habib, 2007)

FT-UGM 66
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

33
Prinsip Orientasi Absolut (Habib, 2007)

FT-UGM 67
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Sistem koord Tanah/Peta (Habib, 2007)

FT-UGM 68
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

34
Sistem koord Foto – Sistem Koord Tanah (Habib, 2007)

FT-UGM 69
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Tansformasi dalam Bidang (Transformasi 2D) (Habib, 2007)

FT-UGM 70
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

35
Tansformasi dalam Bidang (Transformasi 2D) (Habib, 2007)

FT-UGM 71
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Tansformasi dalam Bidang (Transformasi 2D) (Habib, 2007)

FT-UGM 72
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

36
Tansformasi dalam Bidang (Transformasi 2D) (Habib, 2007)

FT-UGM 73
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 74
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

37
Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 75
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 76
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

38
Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 77
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 78
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

39
Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 79
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 80
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

40
Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 81
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 82
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

41
Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 83
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 84
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

42
Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 85
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 86
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

43
Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 87
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

Transformasi dlm Ruang (Transformasi 3D) (Habib, 2007)

FT-UGM 88
Harintaka 2007 - Teknik Geodesi & Geomatika FT-

44
Tahapan Pembuatan Peta RBI
dengan Pemotretan udara, Quality
Control, dan Uji Kualitas

Harintaka - Teknik Geodesi FT-


FT-UGM 89

Spesifikasi & Kontrol Kualitas


Spesifikasi Peta Topografi Bakos(Sumarto, 1997)
1. Posisi Harizontal: RMSE (root mean square error) posisi
horizontal semua titik cek harus lebih kecil atau sama
dengan 0,3 mm x angka skala peta
2. Posisi Vertikal: Sembilan puluh persen (90%) titik
ketinggian yang diplot harus berada pada 0,25 x interval
kontur

Content Peta Topografi Digital Bakosurtanal (Amhar, 1998):


Pada peta digital, unsur-unsur permukaan bumi disimpan dalam 7
kelas utama, yaitu: pemukiman, jaringan infrasruktur,
relief/kontur, batas administrasi, vegetasi/land use, hidrografi, dan
nama tempat. Masing-masing kelas utama tersebut masih dirinci
lagi kedalam kelas-kelas, sehingga total terdapat lebih dari seratus
kelas. Setiap jenis unsur diberi kode tersendiri dan disimpan dalam
satu layer tersendiri pula

FT-UGM 90
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

45
Spesifikasi & Kontrol Kualitas

Tahap Pembuatan Peta Topografi Bakosurtanal (Amhar, 1998):


♠ Tahap pembuatan peta Topografi melalui 3 tahap Database
(DB), dari DB0, DB1, DB2, dan DB3.
♠ DB0 adalah initial database hasil stereoplotting fotogrametri.
♠ DB1 adalah DB0 yang telah diedit dengan perapihan dan
pengalamatan obyek
♠ DB2 adalah database geografis yang merupakan gabungan
antara DB1 dengan hasil cek lapangan.
♠ DB3 adalah DB2 yang telah diolah dengan mengikuti kaidah
kartografi. Hasil akhirnya berupa peta digital dalam separasi
6 warna yang siap untuk dibuat film positif dan dicetak
offset.

FT-UGM 91
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

Kontrol Kualitas

NON TEKNIS TEKNIS

Security clearence pemotretan, Security Film: masa kadaluwarsa, Kamera udara: Kalibrasi
clearence pencetakan, Sertifi kelayakan pesawat kamera, Proses: manual/automatik

Operasi pemotretan udara

ditolak ditolak
Proses film

Kualitas negative Uji fotogrametri


(Kontras, ketajaman, scratch,
info tepi, tanda fidusial)

Navigasi
overlap, sidelap, crab, skala
foto, cakupan, liputan awan

Anotasi film

Jalur terbang Duplikasi

FT-UGM 92
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

46
Kontrol Kualitas

Pemotretan Udara
Kegiatan yang memerlukan biaya besar,
dan tergantung bbrp beberapa faktor, al:
• depresiasi alat
• kualitas peralatan
• efisiensi pada saat pelaksanaan
• skala foto
• lokasi, dll

Pemberi Pekerjaan Pelaksana Pekerjaan


• Hasil terbaik (teliti) • Efisien
• Harga murah Spesifikasi • Hasil sesuai pesanan
• Cepat selesai Teknis dan
TOR

FT-UGM 93
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

Quality Control Procedure for Photogrammetric Digital Mapping


(Ackermann & A Eslami R, 1996):

♠ Quality Control (QC) didefinisikan sebagai teknik operasional


dan aktivitas yang digunakan untuk memenuhi persyaratan
kualitas. Pada data spasial didefinisikan 6 elemen kualitas:
kualitas asal garis, akurasi presisi, akurasi atribut, kelengkapan,
konsistensi yang logis, dan akurasi temporal.
♠ Kualitas asal garis menjelaskan asal (sumber) dan metoda yg
dipakai unt mendapatkan data spasial.
♠ Akurasi presisi diperoleh dg membandingkan data yang
dievaluasi dengan data independen atau yang memiliki
ketelitian lebih baik, kesalahan yang bisa muncul pada tahap ini
berupa kesalahan kasar, sistematis, dan random.
♠ Akurasi klasifikasi didesain untuk menilai apakah proporsi
datayang tidak terklasifikasi dapat diterima atau tidak
♠ Kelengkapan digunakan untuk mengetahui obyek yang hilang
karena keteledoran operator atau karena ketidakjelasan obyek
♠ Konsistensi yang logis dapat dicek dengan perangkat lunak
CAD. Apa maksudnya?
♠ Terakhir, Akurasi temporal menunjukkan kemutakhiran data
terhadap keadaan sebenarnya

FT-UGM 94
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

47
Quality Control Procedure for Photogrammetric Digital Mapping
(Ackermann & Eslami R A, 1996):

Kontrol kualitas pada penyadapan obyek (garis) pada fotogrametri


harus memenuhi kaidah sistem kualitas yang mencakup bagian
proses, prosedur, sumber daya, dan teknik dengan tujuan untuk
meyakinkan kualitasnya. Prosedur ini mencakup:
♠ Kontrol kualitas dalam produksi garis
♠ Prosedur mengontrol proses
♠ Proses dan hasil pada ekstrasi obyek secara fotogrametri
♠ Parameter dan standar kualitas, diturunkan dari perambatan
kesalahan pada setiap proses. Total kualitas akhir merupakan
presentasi dari masing-masing kesalahan terhadap keseluruhan

FT-UGM 95
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

Quality Control Procedure for Photogrammetric Digital Mapping


(Ackermann & A Eslami R, 1996):

Metodologi yang dapat digunakan untuk mengontrol data sebelum


diproses, yang mencakup:
♠ Akurasi presisi, dihitung RMSE planimetris dan ketinggian pada
obyek di peta dengan di lapangan
♠ Akurasi klasifikasi, dengan menggunakan foto udara skala yang
lebih besar.
♠ Kelengkapan, Dengan melakukan superimpose pada data yang
sama

Pada tahap pelaporan kualitas garis pada peta harus pula


diperhatikan bagaimana penyimpanan dan penyajian hasilnya

FT-UGM 96
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

48
Mapping from Space

Harintaka - Teknik Geodesi FT-


FT-UGM 97

Pengantar: Mapping from Space


• Proses penggunaan citra satelit untuk pembuatan atau pembaharuan
peta topografi pada dasarnya dapat dikategorikan dalam 3 bagian
besar, yaitu: penurunan informasi spasial horizontal, ketinggian, dan
penyadapan informasi tematik
• Penurunan informasi horizontal dan ketinggian dilakukan dengan
mempergunakan citra yang saling bertampalan. Bila informasi
planimetrik saja yang diperlukan maka dapat diperoleh dengan
mempergunakan satu citra tunggal (Shahrabi dan Ghazanfari, 1993)
• Informasi tematik dapat diperoleh dengan melakukan klasifikasi dari
satu jenis citra satelit atau dengan penggabungan data dari 2 jenis
citra satelit yang berbeda resolusi spasial dan spektralnya (Shahrabi
dan Ghazanfari, 1993; Jensen, 1996).
• Citra satelit diharapkan dapat dipergunakan untuk meningkatkan
kualitas informasi peta dasar topografi. Hal ini disebabkan citra
satelit tidak saja mampu menyajikan informasi spasial terbaru dan
dalam bentuk digital dan cukup murah, tetapi juga dapat diperoleh
pada kondisi multitemporal, multi spektral, multi resolusi spasial, dan
mempunyai cakupan yang cukup luas (Wiradisastra, et al., 1995).

FT-UGM 98
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

49
Pengantar: Mapping from Space
• Di Indonesia peta satelit didefinisikan sebagai peta dengan latar
belakang fotografis citra, dilengkapi dengan garis kontur,
bergeoreferensi, menggunakan sistem proyeksi UTM dan datum
WGS 84 (Atmadilaga dan Wiradisastra, 1996).
• Peta satelit mulai dibuat sejak tahun 1995 di BAKOSURTANAL dan
sangat potensial dipakai sebagai pengganti peta rupabumi skala 1:
50.000, terutama untuk daerah yang belum memiliki peta topografi
seperti di daerah Kawasan Timur Indonesia (Atmadilaga dan
Wiradisastra, 1996).
• Hal ini sesuai dengan tujuan pembuatan peta satelit adalah
melengkapi peta dasar skala 1: 50.000. Peta satelit dipilih sebagai
alternatif lain dari peta rupabumi atau topografi disebabkan oleh
pertimbangan biaya produksi lebih murah dan proses pembuatannya
lebih cepat dibandingan dengan peta topografi
• Pada tahun anggaran 1995/1996, pusat Pemetaan BAKOSURTANAL
telah membuat peta satelit sebanyak 5 lembar yang mencakup
daerah Manado-Tondano, Sulawesi Utara dan DAS Membramo, Irian
Jaya. Peta satelit tersebut sesuai dengan format peta rupabumi skala
1: 50.000 dan menggunakan citra satelit SPOT XS tahun 1992 dan
1994 serta ERS-1 (Atmadilaga dan Wiradisastra, 1996).

FT-UGM 99
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

Pengantar: Mapping from Space


• Sejak tahun 1997 proyek peta satelit dilanjutkan dengan proyek
SATTIN, dimana proyek ini merupakan kerjasama antara
BAKOSURTANAL, BPPT, dan SPOT Image-Perancis (Sukmayadi dan
Cunin, 1999). Diharapkan proyek SATTIN akan menghasilkan 243
peta satelit skala 1: 50.000 yang mencakup daerah Maluku dan Irian
Jaya dengan menggunakan citra satelit SPOT XS (Sukmayadi dan
Cunin, 1999).
• Proses pembuatan peta satelit secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam 3 bagian besar, yaitu: proses koreksi
geometrik citra, penajaman citra, dan proses layout kartografis
(Sukmayadi dan Cunin, 1999).
• Proses koreksi geometrik dilakukan secara orthorectification
menggunakan data DTM (untuk daerah yang mempunyai variasi
ketinggian beragam) atau tanpa data DTM (daerah datar) sehingga
diperoleh orthoimage.
• Proses penajaman citra bertujuan membuat citra lebih mudah
diinterpretasi dan mendekati kondisi sebenarnya di permukaan bumi.
Tahap akhir adalah menambahkan unsur-unsur spasial yang sesuai
dengan spesifikasi BAKOSURTANAL dan penyajian secara kartografis
(Sukmayadi dan Cunin, 1999).

FT-UGM100
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

50
Pengantar: Mapping from Space
• Ketelitian planimetrik peta satelit skala 1:50.000 dipersyaratkan tidak
lebih dari 20 m. Umumnya untuk daerah yang datar dan tersedia
data DTM yang baik, ketelitian ini dapat dicapai, kecuali untuk
daerah pegunungan. Jika sudut pencitraan sensor cukup miring
maka akan diperoleh ketelitian diatas 60 m (Sukmayadi dan Cunin,
1999). Proses identifikasi obyek di citra dibantu dengan prosedur
peningkatan kualitas citra dengan penajaman citra dan membuat
pseudotrue color sehingga obyek memiliki warna aslinya. Proses
penajaman tepi (edge enhancement) dilakukan untuk membantu
interpretasi unsur linier, seperti jalan raya dan sungai.

FT-UGM101
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

Pengantar: Mapping from Space


• Persamaan kolinier menyatakan bahwa titik obyek di permukaan
tanah, bayangannya di citra, dan pusat proyeksi terletak pada satu
garis lurus (Wolf, 1983; Östman, 1986; Sunendar, 1990).
• Pada citra satelit SPOT, persamaan kolinier merupakan fungsi dari
waktu atau baris penyiaman, seperti ditunjukkan pada Gambar
berikut

FT-UGM102
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

51
Pengantar: Mapping from Space
• Adapun rumus persamaan kolinier pada citra satelit SPOT adalah
(Chen dan Lee, 1993; JARS, 1993):

( r11 t ( X i − X tc ) + r12 t ( Y i − Y t c ) + r13 t ( Z i − Z tc )


xi = − f
( r31 t ( X i − X tc ) + r32 t ( Y i − Y t c ) + r33 t ( Z i − Z tc )

( r21 t ( X i − X tc ) + r22 t ( Y t − Y t c ) + r23 t ( Z i − Z tc )


yi = − f
( r31 t ( X i − X tc ) + r32 t ( Y t − Y t c ) + r33 t ( Z i − Z tc )

• Jika akan dicari koordinat dalam sistem peta maka persamaan tsb
harus diinvers
( r11 t x i + r 21 t y i − r 31 t f ) c c
X i = (Z i − Z t ) + X t
( r13 t x i + r 23 t y i − r 33 t f )

( r11 t x i + r 22 t y i + r 32 t f ) c
Yi = (Z i − Z t ) + Ytc
( r13 t x i + r 23 t y i + r 33 t f )

FT-UGM103
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

Pengantar: Mapping from Space

• Pada citra satelit SPOT, persamaan kolinier atau inversinya berlaku


untuk satu baris citra saja, sehingga parameter orbit dan orientasi
citra pada baris lainnya dihitung dengan persamaan polinomial. JARS
(1993) menyatakan dapat digunakan polinomial orde 3 dengan
fungsi waktu penyiaman atau baris citra, Chen dan Lee (1993)
menyatakan cukup menggunakan polinomial orde 2, sedangkan Pohl
(1996) menyatakan dapat digunakan persamaan linier. Persamaan
linier cocok dipergunakan jika rekaman data ephemeris satelit sangat
terbatas dan akan menghemat waktu komputasi. Bentuk persamaan
linier untuk setiap parameter orientasi luar sensor sebagai fungsi
waktu atau baris dirumuskan pada persamaan (3-14)

FT-UGM104
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

52
Pengantar: Mapping from Space
• Bentuk persamaan linier untuk setiap parameter orientasi luar sensor
sebagai fungsi waktu atau baris dirumuskan pada persamaan (3-14):

• Pada persamaan (3-14) pada setiap baris akan dicari 2 buah parameter,
sehingga pada setiap baris persamaan diperlukan minimal 2 buah titik
ikat. Pada persamaan (3-14) terdapat 6 baris persamaan sehingga jika
diselesaikan secara serempak diperlukan minimal 12 titik ikat. Jika jumlah
titik ikat pada setiap baris lebih dari 2 maka dipergunakan perataan
kuadrat terkecil untuk mengestimasi parameter yang dicari
FT-UGM105
Harintaka 2005 - Teknik Geodesi FT-

Orthophoto: Latar Belakang & Prinsip


Latar Belakang
♠ Umumnya diproduksi pada skala 1:10.000
♠ Diproses secara digital
♠ Digunakan unt revisi peta topografi (1:25.000,
1:50.000)

Prinsip
♠ Trans sis proyeksi projective sentral ke orthogonal
♠ Diperlukan: Citra/foto digital, parameter orientasi
dalam (interior) dan luar (exterior)
♠ Model Permukaan Bumi (mis: DTM). Asal?
♠ Foto digital dari scanning: Tipe Pankromatik, RGB,
Size citra digital.
♠ Interior dan exterior parameter diperoleh dr mana?

FT-UGM 106
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

53
Orthophoto: Prinsip Dasar

← Posisi dan Pusat Kamera

← Foto Udara

← Model Permukaan Bumi


(DTM)

← Struktur Data DTM


← Orthophoto

FT-UGM 107
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

Orthophoto (Mayr & Heipke, 199-)


Prinsip rektifikasinya:
♠ Top-down/direct, proyeksi secara langsung setiap
piksel citra ke object coordinate plane menggunakan
pers kolinier.
♠ Bottom-up, akan dijelaskan sbb:

Bottom Up Aproach:
 Setiap piksel pada citra di scaling dan di-rotate pada
plane object coordinate XY (sesuai dg DTM)
 Ketinggian Z diinterpolasi dari data DTM, Z=f(X,Y)
(m)
 Obyek titik P (XYZ) diproyeksikan pd citra
menggunakan pers kolinier

FT-UGM 108
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

54
Orthophoto: Bottom Up (Mayr & Heipke, 199-)

( r11 ( X i − Xo ) + r21 (Yi − Yo ) + r31 ( Z i − Zo )


xi = xo − f
( r13 ( X i − Xo ) + r23 (Yi − Yo ) + r33 ( Z i − Zo )
( r12 ( X i − Xo ) + r21 ( Y i − Yo ) + r31 ( Z i − Zo )
yi = yo − f
( r13 ( X i − Xo ) + r23 ( Y i − Yo ) + r33 ( Z i − Zo )

Xo, Yo = image coordinate of principal point (mm)


f = focal length (mm)
Xo,Yo,Zo =coordinate of camera station (m)
rij, i,j=1,2,3 = function of ω, ϕ, κ

FT-UGM 109
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

Orthophoto: Bottom Up (Mayr & Heipke, 199-)


 Koordinat citra di-koreksi dg: radial distortion, earth
curvature, dan refraction. Bagaimana rumus dan
tanda koreksinya?

x ' = x − dx ; ( mm )
y ' = y − dy ; ( mm )
 Koordinat citra (x’,y’) ditransformasi ke sistem
koordinat citra baru menggunakan Affine dg Fiducial
Mark sebagai Titik sekutu. Koordinat pusat
otthophoto:

colDI = ao + a1 x '+ a2 y ' ; ( piksel )


rowDI = bo + b1 x'+b2 y ' ; ( piksel )
FT-UGM 110
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

55
Orthophoto: Bottom Up (Mayr & Heipke, 199-)
 Transf Affine dpt dilihat sebagai usaha untuk koreksi
penyusutan (shrinkage) film dan ketidakseragaman
faktor skala saat scanning. Apa maknanya?
 Density value (BV) diperoleh dengan cara
resampling. Metode interpolasi yg umum dipakai:
nearest, bilinier, dan bicubic. Bagaimana formula dan
efeknya pada citra baru?
 Mosaiking, jika diinginkan cakupan daerah yang luas
atau untuk keperluan mapping
Dapat ditambahkan Proses kartografis, misal
penambahan layer jalan, batas administratif, sungai,
dll sehinga lebih intepretable.

FT-UGM 111
Harintaka 2002 - Teknik Geodesi FT-

56

Anda mungkin juga menyukai