Anda di halaman 1dari 79

UNIVERSITAS INDONESIA

WILAYAH RENTAN HIV/AIDS DI DKI JAKARTA

SKRIPSI

WINE HASIANNA
0606071891

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


DEPARTEMEN GEOGRAFI
DEPOK
2010

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


UNIVERSITAS INDONESIA

WILAYAH RENTAN HIV/AIDS DI DKI JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains

WINE HASIANNA
0606071891

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


DEPARTEMEN GEOGRAFI
DEPOK
2010

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama NPM : Wine Hasianna


Tanda tangan : 0606071891
:

Tanggal : 9 Juli 2010

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Sains Departemen Geografi pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1). Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat, perlindungan serta
hikmat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesikan skripsi ini dengan baik.
(2). Kepada keluarga terkasih, Papa dan Mamaku tersayang Nelson Herman
Siagian dan Resmala Dewi Martanegara, Opungku tersayang Toga Siagian
dan Rosmini T. Pasaribu, kedua adikku tercinta David Gihon Siagian dan
Yosia Melkisedek Siagian, Uda-udaku tersayang Uda Tony, Uda Budi, dan
Uda Alex, Inang udaku terkasih Titin dan Noni, serta sepupu-sepupuku yang
lucu Billy, Nina, Michael dan Andreas yang senantiasa memberikan
perhatian, dukungan, kepercayaan dan kebebasan kepada penulis untuk
menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa agar dapat memberikan yang
terbaik kepada keluarga. Tanpa kalian penulis tidak berarti apa-apa.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan melimpahkan berkat kepada
kalian, Amin..
(3). Bapak Dr. rer. nat. Eko Kusratmoko, M.S selaku Ketua Departemen
Geografi.
(4). Ibu Dra. M. H. Dewi Susilowati, MS, selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.
Mangapul P. Tambunan, MS, selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan waktu dan perhatian untuk membimbing penulis.
(5). Bapak Drs. Taqyuddin, M.Hum selaku Penguji I dan Bapak Drs. Cholifah
Bahaudin, MA, selaku Penguji II serta
(6). Bapak Tjiong Giok Pin, S.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademik.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


(7). Segenap karyawan dan staf dosen Departemen Geografi yang sudah banyak
memberikan ilmu kepada penulis hingga saat ini.
(8). Bapak Maksudi selaku Sie. Surveilans Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang
telah memberikan banyak pengetahuan baru serta memberikan data yang
diperlukan.
(9). Bapak Budiharjo selaku Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta yang telah
memberikan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
(10). Bapak John dan Mas Fahmi dari Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi
DKI Jakarta yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi serta
memberikan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
(11). Para sahabatku tersayang TATU’ers, Lasma, Harmia, Venny Getruida
Pattinaya, dan Yanian Ade Kristi yang selalu mengisi hari-hari penulis baik
dalam suka maupun duka. Terima kasih untuk semua dukungan dan kritik
yang diberikan, untuk setiap perjuangan yang kita lalui bersama selama 4
tahun ini terutama masa-masa akhir di Wisma Ayunda A8 yang takkan
terlupakan. Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberkati tiap langkah hidup
kita, Amin.
(12). Sahabat-sahabat karibku Meliyani, Maretha, dan Karina Dindastari yang
selalu memberikan dukungan dan inspirasi.
(13). Nala Hutasoit yang senatiasa membantu penulis selama masa perkuliahan
hingga sampai saat ini, terima kasih untuk setiap waktu dan tenaga yang
telah diluangkan. Serta Ka’ Uma yang telah membantu penulis dalam proses
pengerjaan penelitian ini.
(14). Teman-teman Geografi angkatan 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
(15). Jefri Putra yang telah memberikan perhatian, dukungan dan waktunya
selama ini. Serta untuk setiap kesempatan yang telah dilalui baik yang
menyenangkan maupun tidak.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan senatiasa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010
ABSTRAK

Nama : Wine Hasianna


Program Studi : Geografi
Judul : Wilayah Rentan HIV/AIDS di DKI Jakarta.

DKI Jakarta merupakan provinsi yang penduduknya paling beresiko


tertular HIV. Penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta sebagian besar berasal dari
dalam kota Jakarta dan hanya sebagian kecil penderita HIV/AIDS yang berasal
dari luar. Perilaku seks bebas dan penggunaan narkotika suntik yang semakin
marak menjadi penyebab semakin bertambahnya kasus HIV/AIDS. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah rentan penyakit HIV/AIDS dan
persebaran penderita HIV/AIDS per rumah sakit berdasarkan wilayah rentan.
Analisa data yang digunakan analisa spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
DKI Jakarta di dominasi wilayah dengan tingkat kerentanan yang tinggi dan
persebaran penderita HIV/AIDS dengan klasifikasi tinggi mendominasi wilayah
dengan tingkat kerentanan yang tinggi.

Kata Kunci : wilayah rentan HIV/AIDS, penderita HIV/AIDS, persebaran


vii+83 halaman : 19 tabel, 8 peta
Daftar Pustaka : 29 (1982-2010)

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


ABSTRACT

Name : Wine Hasianna


Field of Study : Geography
Title : Vulnerable Area HIV / AIDS in Jakarta.

DKI Jakarta is a province where the population most at risk of spread HIV.
HIV / AIDS patients in DKI Jakarta mostly come from the city and only a small
proportion of people with HIV / AIDS who come from outside. Free sex and
injecting drug use are increasingly prevalent cause of the increasing number of
cases of HIV / AIDS. The purpose of this study is to determine vulnerable areas of
HIV / AIDS and the spread of HIV / AIDS patients per hospital based on
vulnerable areas. Analysis of spatial data are used in the study. The results
showed that the domination of Jakarta area with high levels of vulnerability and
the spread of HIV / AIDS patients with high classification dominates the region
with a high level of vulnerability.

Kata Kunci : areas vulnerable to HIV / AIDS, people with HIV / AIDS,
spread
vii+83 page : 19 table, 8 maps
Bibliography : 29 (1982-2010)

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR PETA .......................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.4 Batasan Penelitian ........................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6


2.1 Teori Lokasi .................................................................................... 6
2.2 Pusat Pelayanan Kesehatan ............................................................ 6
2.3 Klasifikasi Rumah Sakit .................................................................. 7
2.4 Status Rumah Sakit ......................................................................... 8
2.5 Human Immuno Deficiency Virus (HIV) dan
Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS).......................... 9
2.5.1 Pengertian Human Immuno Deficiency Virus (HIV) .......... 9
2.5.2 Pengertian Acquired Immuno Deficiency
Syndrom (AIDS) .................................................................. 10
2.5.3 Epidemiologi AIDS ............................................................. 11
2.5.3.1 Agent……………………………………………... 11
2.5.3.2 Host………………………………………………. 11
2.5.3.3 Environment.............................................................. 11
2.5.4 Penularan HIV/AIDS ........................................................... 12
2.5.4.1 Secara Kontak Seksual ............................................. 12
2.5.4.2 Secara Non Seksual .................................................. 12

III. METODE PENELITIAN ................................................................. 14


3.1 Kerangka Penelitian ....................................................................... 14
3.2 Variabel Penelitian ......................................................................... 15
3.3 Pengumpulan Data ......................................................................... 15
3.4 Pengolahan Data ............................................................................. 16
3.5 Analisis ........................................................................................... 19

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .......................... 20


4.1 Letak Daerah Khusus Ibukota Jakarta ........................................... 20
4.2 Topografi ........................................................................................ 20
4.3 Kependudukan ................................................................................ 20

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


4.4 Pelayanan Kesehatan..........................................................................22
4.5 Tuna Susila.........................................................................................23
4.6 Pengguna Narkotika Suntik................................................................25
4.7 Titik Rawan Tuna Susila.....................................................................26

V. WILAYAH RENTAN HIV/AIDS DAN PERSEBARAN PENDERITA


HIV/AIDS PER RUMAH SAKIT DI JAKARTA..................................27
5.1 Sumber Resiko Penularan Penyakit HIV/AIDS di DKI Jakarta..........27
5.1.1 Tuna Susila.................................................................................28
5.1.2 Pengguna Narkotika Suntik (Penasun).......................................29
5.1.3 Penduduk Miskin........................................................................30
5.1.4 Wilayah rawan Tuna Susila........................................................31
5.2 Wilayah Rentan Penyakit HIV/AIDS di DKI Jakarta.........................32
5.3 Status Rumah Sakit Penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta...................35
5.4 Persebaran Penderita HIV/AIDS per Unit Rumah Sakit di DKI
Jakarta.................................................................................................37
VI. KESIMPULAN........................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA
(lanjutan)

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Matriks Wilayah Rentan HIV/AIDS


Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga (KK), Kepadatan
Penduduk, Rukun Tangga dan Rukun Warga di Provinsi
DKI Jakarta tahun 2009
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Miskin di DKI Jakarta tahun 2009
Tabel 4.3 Jumlah Rumah Sakit di DKI Jakarta tahun 2009
Tabel 4.4 Jumlah Tuna Susila di DKI Jakarta tahun 2009
Tabel 4.5 Jumlah Pengguna Narkotika Suntik DKI Jakarta tahun
2009
Tabel 4.6 Titik Rawan Tuna Susila di DKI Jakarta tahun 2009
Tabel 5.1 Tuna Susila di DKI Jakarta tahun 2009
Tabel 5.2 Pengguna Narkotika Suntik di DKI Jakarta tahun 2009
Tabel 5.3 Penduduk Miskin DKI Jakarta tahun 2009
Tabel 5.4 Jumlah Penderita HIV/AIDS Menurut Unit Pelapor Tahun
2009
Tabel 5.5 Alamat Rumah Sakit Penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta
tahun 2009
Tabel 5.6 Nama, Jenis dan Tipe Rumah Sakit Penderita HIV/AIDS
Tabel 5.7 Jumlah Penderita HIV/AIDS tahun 2009
Tabel 5.8 Jumlah Penderita Menurut Wilayah Tahun 2009
Tabel 5.9 Jumlah Penderita HIV/AIDS dari tahun 1987 – 2009

DAFTAR PETA

Peta 1 Administrasi
Peta 2 Persebaran Penderita HIV/AIDS Status Rumah Sakit
Peta 3 Wilayah Rawan Tuna Susila
Peta 4 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tuna Susila Pengguna Narkotika Suntik
Peta 5 Penduduk Miskin
Peta 6 Wilayah Rentan HIV/AIDS
Peta 7
Peta 8

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penemuan kasus penyakit HIV/AIDS di Indonesia diawali pertama kali
pada tahun 1987 di Bali. Penyakit ini terus berkembang dan menjadi
epidemik, pada tahun 2004 kasus AIDS hanya ditemukan di 16 provinsi dan
pada tahun 2007 penyakit AIDS terdapat di 33 provinsi. Peningkatan tajam
penyakit HIV/AIDS terjadi antara tahun 2004-2008. Pada tahun 2004 terdapat
5000 kasus dan menjadi 16.110 kasus di tahun 2008. Jumlah kasus HIV/AIDS
selalu meningkat dari tahun ke tahunnya (Dinas Kesehatan DKI Jakarta,
2010).
Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta tahun 2009 jumlah penderita
HIV/AIDS adalah 1380 orang. Jumlahnya meningkat dibandingkan tahun
2008 sebanyak 593 orang. Penderita HIV/AIDS umumnya merupakan
penduduk yang berada pada rentang usia produktif 25-44 tahun. DKI Jakarta
merupakan provinsi dengan jumlah kelompok paling beresiko tertular HIV
tertinggi. Penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta sebagian besar berasal dari
dalam kota Jakarta sendiri, hanya 18,5 % penderita HIV/AIDS yang berasal
dari luar DKI Jakarta.
Perilaku seks bebas dan penggunaan narkotika suntik yang semakin
marak terjadi di Jakarta menjadi penyebab semakin bertambahnya kasus
HIV/AIDS. Kondisi ekonomi penduduk yang berada pada garis kemiskinan
erat hubungannya dengan pengetahuan rendah mereka sehingga kurang akses
pada pendidikan dan informasi. Hal ini ikut melatarbelakangi ketidaktahuan
mereka akan bahaya dari perilaku seks bebas dan penggunaan narkotika
khususnya narkotika suntik. Penyebaran HIV/AIDS melalui hubungan seks
dan jarum suntik merupakan jalur penyebaran yang tingkat penemuan
kasusnya cukup tinggi tidak hanya di Jakarta, termasuk di Indonesia
(Menkokesra, 2008).
Bagi penderita HIV/AIDS yang masih hidup, selain merasakan
penderitaan secara fisik karena serangan penyakit tersebut juga menderita

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


secara psikis akibat mendapat perlakuan negatif dari masyarakat sekitar
berupa sikap tidak peduli, prasangka buruk, dan pemberian stigma bahkan
sikap penolakan ataupun tindakan pengucilan. Sikap ataupun perlakuan
negatif dari masyarakat lebih lanjut mengakibatkan penderita AIDS cenderung
merahasiakan penyakit yang diderita. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika
orang dengan HIV/AIDS merupakan penyandang permasalahan kesejahteraan
sosial tersendiri, yang perlu diantisipasi dengan berbagai upaya pencegahan
dan penanggulangan.
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit
HIV/AIDS, di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan
juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara
dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Usaha penemuan penderita
dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap donor darah, pemantauan
pada kelompok beresiko penderita Penyakit Seksual (PMS), seperti tuna
susila, pengguna narkotika suntik (penasun), penghuni lembaga
pemasyarakatan (Lapas) atau kelompok beresiko rendah seperti ibu rumah
tangga dan sebagainya.
Tekad pemerintah dalam program pembangunan kesehatan bertujuan
agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan,
khususnya para penderita HIV/AIDS. Diharapkan setiap penderita HIV/AIDS
tanpa kecuali dapat memperoleh pengobatan dan perawatan. Upaya
penanggulangan penyakit HIV/AIDS pemerintah merujuk beberapa unit
pelayanan kesehatan yakni rumah sakit untuk melayani penderita HIV/AIDS.
Pada tahun 2009 jumlah rumah sakit di Jakarta ada 121 unit yang terdiri atas
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus tapi rumah sakit yang menjadi
rujukan bagi penderita HIV/AIDS hanya 53 unit.
Jumlah penderita dari masing-masing unit pelayanan rumah sakit di
DKI Jakarta berbeda-beda. Contoh pada unit pelayanan rumah sakit
Persahabatan jumlah penderitanya paling tinggi diantara berbagai unit
pelayanan rumah sakit lainnya yakni 236 orang. Rumah sakit seperti RSUD
Cengkareng jumlah penderitanya hanya 39 orang, begitu juga dengan rumah
sakit UKI Cawang yang penderita HIV/AIDSnya hanya berjumlah 17 orang.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Perbedaan jumlah penderita HIV/AIDS dari masing-masing unit
pelayanan rumah sakit HIV/AIDS disebabkan karena perbedaan tipe unit
pelayanan rumah sakit dan perbedaan tingkat kerentanan wilayah penyakit
HIV/AIDS. Tingkat kerentanan wilayah penyakit HIV/AIDS dapat dilihat dari
persentase sumber resiko penularan penyakit itu sendiri seperti tuna susila,
pengguna narkotika suntik, penduduk miskin dan titik lokasi rentan tuna
susila. Semakin tinggi persentase sumber resiko penularan HIV/AIDS, maka
semakin tinggi pula tingkat kerentanan wilayahnya.
Penderita HIV/AIDS di sekitar rumah sakit umum dan rumah sakit
swasta, termasuk penderita di sekitar wilayah Jakarta memilih rumah sakit
tersebut sebagai tempat pelayanan kesehatan. Begitu juga dengan penduduk
yang tinggal di wilayah beresiko tinggi yakni wilayah dengan jumlah tuna
susila, pengguna narkotika suntik, dan penduduk miskin yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk
mengetahui dimana saja wilayah rentan penyakit HIV/AIDS dan persebaran
penderita HIV/AIDS per rumah sakit berdasarkan wilayah rentan HIV/AIDS
di DKI Jakarta tahun 2009.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Dimana wilayah rentan penyakit HIV/AIDS di DKI Jakarta tahun
2009?
2. Bagaimana persebaran penderita HIV/AIDS per rumah sakit
berdasarkan wilayah rentan?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimana saja wilayah rentan
penyakit HIV/AIDS di DKI Jakarta dan persebaran penderita HIV/AIDS per
rumah sakit di DKI Jakarta tahun 2009 berdasarkan wilayah rentan.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


1.4 Batasan Penelitian
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus yang
berperan sebagai agent penyakit AIDS yang menyerang salah satu
jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi
sehingga sistem kekebalan tubuh terganggu (Depkes RI, 1999).
2. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrom) adalah kumpulan gejala
penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh virus perusak sistem kekebalan tubuh (Trubus, 2000:
244).
3. Sarana pelayanan rumah sakit yang diteliti berupa rumah sakit umum
baik swasta maupun pemerintah yang melayani kebutuhan penderita
HIV/AIDS menurut unit pelapor tahun 2009.
4. Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat,
pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.
5. Rumah sakit pemerintah adalah unit pelayanan kesehatan yang
didirikan oleh pihak pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan
medis umum dan spesialis, pelayanan penunjang medis, pelayanan
instalasi dan pelayanan rawat jalan dan inap.
6. Rumah sakit swasta adalah unit pelayanan kesehatan yang didirikan
oleh pihak non pemerintah (individu ataupun lembaga) yang
menyelenggarakan pelayanan medis dan spesialis, pelayanan
penunjang medis, pelayanan instalasi dan pelayanan rawat jalan dan
inap.
7. Penderita HIV/AIDS adalah penderita HIV/AIDS yang ada di rumah
sakit berdasarkan unit pelaporan di DKI Jakarta pada tahun 2009.
Dalam penelitian ini, asal penderita diasumsikan berasal dari dalam
kota Jakarta didasarkan pada data Dinkes DKI Jakarta dimana 82 %
penderita berasal dari DKI Jakarta.
8. Tuna susila yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang
melakukan hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenis dengan
tujuan mendapatkan imbalan uang, materi, jasa dan kepuasan.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


9. Pengguna narkotika suntik (penasun) adalah para pengguna narkotika
yang pemakaiannya melalui jarum suntik.
10. Penduduk miskin adalah penduduk yang berada pada garis kemiskinan
memiliki pendapatan kurang dari Rp.166.000 per bulan/kapita (BPS,
2008).
11. Titik rawan tuna susila yang dimaksud dalam penelitian ini adalah titik

lokasi dimana biasanya ditemui aktivitas para tuna susila.


12. Wilayah rentan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wilayah
yang mempunyai kecenderungan jumlah tuna susila, pengguna
narkotika suntik dan penduduk miskin yang berada pada klasifikasi
tinggi serta adanya titik rawan tuna susila di wilayah tersebut.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Lokasi


Lokasi di permukaan bumi dapat ditentukan secara absolut dan relatif.
Lokasi absolut ditentukan berdasarkan posisi geografis di permukaan bumi, yaitu
posisi berkenaan dengan garis lintang dan garis bujur, sedangkan lokasi relatif
suatu tempat atau wilayah mempunyai keterkaitan dengan faktor alam/budaya
yang ada disekitarnya. Lokasi relatif ini dapat mengungkapkan dinamika wilayah
yang bersangkutan (Djunijanto, 2009).
Lokasi relatif suatu tempat memberikan gambaran tentang
keterbelakangan, perkembangan, dan kemajuan wilayah yang bersangkutan bila
dibandingkan dengan wilayah sekitarnya, dan dapat mengungkapkan pula
mengapa demikian.

2.2 Pusat Pelayanan Kesehatan


Usaha meningkatkan kesehatan masyarakat, pemerintah telah menyusun
Undang-Undang tentang Pokok –Pokok Kesehatan (UU No.9 tahun 1960) dan
Sistem Kesehatan Nasional/ SKN (Depkes RI, 1992).
Kompleksitas pelayanan kesehatan yang terdapat di masyarakat, secara
umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni:
(1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar. Pelayanan
dilakukan bersama masyarakat dan ditulang punggungi oleh tenaga
medis, yakni dokter atau paramedik dengan sifat pelayanan berobat
jalan (ambulatory service).
(2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua yaitu pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan pelayanan spesialis dan bahkan kadang-kadang
pelayanan sub-spesialis tetapi masih terbatas. Pelayanan jenis ini
dilakukan oleh dokter spesialis dan atau sub-spesialis terbatas serta
sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat (inpatient
service).

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


(3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga yaitu pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan pelayanan spesialis serta subspesialis luas serta
sifatnya merupakan jalan atau rawat (Ernawati, 1996).
Dari ketiga macam pelayanan kesehatan tersebut, pelayanan kesehatan
tingkat pertama ialah yang terpenting sifatnya, terutama bagi negara-negara
berkembang contohnya Indonesia. Pelayanan kesehatan tingkat pertama di
Indonesia ditulang punggungi Puskesmas yang oleh Pemerintah telah didirikan
hampir di setiap pelosok tanah air. Selain puskesmas dan puskesmas pembantu,
pemerintah juga menyediakan sarana kesehatan yang lebih lengkap yaitu rumah
sakit.
Berdasarkan bentuk pelayanannya , rumah sakit dapat dibedakan menjadi
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. tempat pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan medis umum dan spesialis, pelayanan penunjang
medis, pelayanan instalasi dan pelayanan rawat jalan dan inap. Sedangkan rumah
sakit khusus adalah tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan medis spesialis, rawat jalan dan tinggal untuk satu bidang spesialis.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan
berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas
tempat tidur dan fasilitas pelayanan, dan afiliasi pendidikan (Farmasi ISTN,2008).
a. Berdasarkan jenis pelayanannya rumah sakit dapat digolongkan menjadi :
(1).Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik.
Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan
berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk
berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik,
psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya.
(2).Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi
primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non bedah, misal :
Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah
Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.
b. Berdasarkan Kepemilikan, berdasarkan kepemilikan, rumah sakit dibagi
atas :
(1).Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik
pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan
Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara. Rumah sakit umum
pemerintah dapat dibedakan berdasarkan unsur pelayanan, tenaga
kerja, fasilitas dan peralatan menjadi empat kelas yaitu rumah sakit
umum Kelas A, B, C, dan D.
(2).Rumah Sakit Umum Swasta, terdiri atas :
a) Rumah Sakit Umum Swasta Pratama (Pr), yaitu rumah sakit umum
swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum setara
dengan rumah sakit pemerintah kelas D.
b) Rumah Sakit Umum Swasta Madya (Ma), yaitu rumah sakit umum
swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan
spesialistik dalam 4 cabang setara dengan rumah sakit pemerintah
kelas C.
c) Rumah Sakit Umum Swasta Utama (Ut), yaitu rumah sakit umum
swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum,
spesialistik dan subspesialistik setara dengan rumah sakit
pemerintah kelas B.

2.4 Status Rumah Sakit


Berdasarkan bentuk pelayanannya rumah sakit dapat dibedakan menjadi
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum merupakan unit
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan yang bersifat dasar, spesialistik
dan subspesialistik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai
penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi
untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik,

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


ibu hamil, dan sebagainya. Sedangkan rumah sakit khusus adalah tempat
pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi primer, memberikan diagnosis dan
pengobatan untuk penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah
atau non bedah, misal : Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit
Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.
Rumah sakit juga dapat dibedakan berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanannya, rumah sakit umum dapat dikelompokkan ke dalam:
(1). Rumah sakit kelas A, mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medis spesialis luas dan sub spesialis luas dengan kapasitas lebih dari
1000 tempat tidur.
(2). Rumah sakit kelas B II atau B+, mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis spesialis dan sub spesialis luas terbatas dengan kapasitas
500-1000 tempat tidur.
(3).Rumah sakit kelas B I atau B, mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medis spesialis sekurang-kurangnya sebelas jenis spesialis
dengan 300-500 tempat tidur.
(4).Rumah sakit kelas C, mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medis spesialis sekurang-kurangnya empat jenis spesialis dasar lengkap
dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.
(5).Rumah sakit kelas D, mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-
kurangnya pelayanan medis dasar (umum dan kesehatan gigi) dengan
kapasitas 25-100 tempat tidur.

2.5 Human Immuno deficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno


Deficiency Syndrom (AIDS)

2.5.1 Pengertian Human Immuno Deficiency Virus (HIV)

Human Immuno deficiency Virus adalah virus yang dapat menyebabkan


berkurangnya kekebalan tubuh atau AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
dengan kode CD4 yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada
akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun penyakit yang
ringan sekalipun (Johnson, 1995:30-31).

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat untuk
berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Dampak yang ditimbulkan oleh virus ini tidak langsung terlihat, seseorang yang
tertular HIV bisa saja tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun.
Oleh sebab itu, orang yang tertular virus HIV itupun tidak langsung menyadari
kondisinya sehingga dapat saja mereka menularkan virus tersebut pada orang lain
melalui hubungan seks yang tidak aman, transfusi darah atau pemakaian jarum
suntik secara bergantian.
Virus HIV termasuk ke dalam retrovirus, yang membuat virus ini lebih
sulit ditangani daripada virus lain karena virus ini menjadi bagian dari struktur
genetik sel yang ditulari, dan tidak ada cara untuk melepaskan diri dari virus ini.
Ini berarti bahwa orang yang terinfeksi virus ini mungkin terinfeksi seumur
hidupnya. Selain itu dapat berarti bahwa orang yang mengidap HIV dapat
menulari sepanjang hidup.

2.5.2 Pengertian Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS)

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala-


gejala penyakit yang dikarenakan atau didapat akibat hilangnya kekebalan tubuh
terhadap berbagai penyakit. AIDS disebabkan oleh masuknya virus yang bernama
Human Immuno deficiency Virus (HIV) ke dalam tubuh manusia. Virus tersebut
melumpuhkan sistem kekebalan tubuh, setelah sitem kekebalan tubuh lumpuh,
seseorang penderita AIDS biasanya akan meninggal karena suatu penyakit yang
biasanya akan dapat dibasmi oleh tubuh seandainya sistem kekebalan itu masih
baik.
Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS perlu
waktu yang lama bagi seseorang yang mengidap HIV positif untuk menjadi AIDS
yuang mematikan. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus
merusak sistem imun akibatnya virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak
berbahaya menjadi sangat berbahaya.
AIDS juga merupakan penyakit yang oleh masyarakat umum dipandang
sebagai suatu ancaman yang membahayakan dan sangat menakutkan. AIDS

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


dipandang menakutkan,karena apabila seseorang terserang penyakit tersebut
merupakan isyarat atau vonis kematian.

2.5.3 Epidemiologi AIDS


2.5.3.1 Agent
Virus HIV termasuk retrovirus yang sangat mudah mengalami mutasi
sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh virus tersebut. Daya
penularan pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus yang ada di dalam
darahnya, semakin tinggi virus dalam darah semakin tinggi daya penularannya
sehingga penyakitnya juga semakin parah. Virus HIV sebagaimana virus lainnya
sebenarnya sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati bila
dipanaskan sampai temperatur 60º selama 30 menit dan lebih cepat dengan
mendidihkan air. Seperti kebanyakan virus lain, virus AIDS ini dapat dihancurkan
dengan detergen yang dikonsentrasikan dan dapat dinonaktifkan dengan radiasi
yang digunakan untuk mensterilkan peralatan medis atau peralatan lain.

2.5.3.2 Host
Distribusi penderita AIDS berada pada kelompok umur 25-44 tahun. Hal
ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik homoseksual maupun
heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat masa inkubasi AIDS
yang berkisar dari 5 tahun ke atas maka infeksi terbesar terjadi pada kelompok
umur muda/ seksual paling aktif.

2.5.3.3 Environment
Lingkungan biologis, sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat
menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwayat ulkus
genitalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for Sypphilis) yang positif akan
meningkatkan pravalensi HIV karena luka-luka ini menjadi tempat masuknya
HIV. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB dimana kelompok yang
menggunakan obat KB mempunyai pravalensi HIV lebih tinggi.Faktor sosial,
ekonomi, budaya dan agama secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sangat
berpengaruh terhadap perilaku seksual masyarakat (Zulfikli, 2004).

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


2.5.4 Penularan HIV/AIDS
Penularan AIDS dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
2.5.4.1 Secara Kontak Seksual
1. Ano-Genital
Cara hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan
resiko tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi kaum mitra seksual
yang pasif menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.
2. Ora-Genital
Cara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, termasuk
menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV.
3. Genito-Genital / Heteroseksual
Penularan secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan
ketiga, hubungan suami istri yang mengidap HIV, resiko penularannya,
berbeda-beda antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.

2.5.4.2 Secara Non Seksual


Penularan secara non seksual ini dapat terjadi melalui :
1. Transmisi Parental
Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tatto) yang telah
terkontaminasi, terutama pada penyalahgunaan narkotik dengan
mempergunakan jarum suntik yang telah tercemar secara bersama-sama.
Penularan parental lainnya, melalui transfusi darah atau pemakai produk
dari donor dengan HIV positif, mengandung resiko yang sangat tinggi
(Zulfikli, 2004).
2. Transmisi Transplasental
Transmisi ini adalah penularan dari ibu yang mengandung HIV
positif ke anak, mempunyai resiko sebesar 50%. Disamping cara
penularan yang telah disebutkan di atas ada transmisi yang belum terbukti,
antara lain:
1. ASI
2. Saliva/Air liur
3. Air mata

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


4. Hubungan sosial dengan orang serumah
5. Gigitan serangga
Perlu diketahui AIDS tidak menular karena :
1. Hidup serumah dengan penderita AIDS (asal tidak mengadakan
hubungan seksual).
2. Bersentuhan dengan penderita.

3. Berjabat tangan.
4. Penderita AIDS bersin atau balik di dekat kita.
5. Bersentuhan dengan pakaian atau barang lain dari bekas
penderita.
6. Berciuman pipi dengan penderita.
7. Melalui alat makan dan minum.
8. Gigitan nyamuk dan serangga lainnya.
9. Bersama-sama berenang di kolam.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian


Kerangka penelitian di bawah ini mencoba menjelaskan tentang variabel-
variabel yang dipakai dalam penelitian ini. Di DKI Jakarta akan dikaji mengenai
rumah sakit bagi penderita HIV/AIDS yang meliputi jumlah penderita HIV/AIDS
per rumah sakit, status rumah sakit, titik rawan tuna susila, tuna susila, pengguna narkotika suntik (penasu

DKI Jakarta

Rumah Sakit -Titik rawan tuna susila


HIV/AIDS -Tuna susila
- Penasun
-Penduduk Miskin

Penderita perStatus
Rumah SakitRumah Sakit
Wilayah Rentan HIV/AIDS

Persebaran Penderita HIV/AIDS Berdasarkan


Wilayah Rentan HIV/AIDS

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

Jumlah kasus HIV/AIDS akan digambarkan melalui persebaran jumlah


penderita berdasarkan titik lokasi rumah sakit yang ada di DKI Jakarta pada
tahun 2009 dan untuk menentukan pola persebarannya digunakan Nearest
Neighbour Analysis. Status rumah sakit digambarkan melalui data status rumah

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


sakit per titik lokasi rumah sakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
HIV/AIDS, yaitu jumlah tuna susila, penduduk miskin, pengguna narkotika suntik
(penasun) dan titik rawan tuna susila. Keempatnya akan digunakan sebagai
variabel untuk menentukan wilayah rentan penyakit HIV/AIDS.
Setelah mengetahui persebaran penderita per rumah sakit, status rumah
sakit dan wilayah rentan penyakit HIV/AIDS akan dilihat persebaran penderita
HIV/AIDS berdasarkan wilayah rentan. Apakah di wilayah yang tingkat
kerentannya tinggi persebaran jumlah penderita HIV/AIDS berada pada
klasifikasi yang tinggi yang nantinya akan menjawab pertanyaan mengenai
persebaran penderita HIV/AIDS per rumah sakit berdasarkan wilayah rentan
HIV/AIDS di DKI Jakarta tahun 2009.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
(1). Persebaran Jumlah Penderita per Rumah Sakit.
(2). Status Rumah Sakit.
(3). Tuna susila.
(4). Titik rawan tuna susila.
(5). Pengguna narkotika suntik.
(6). Penduduk miskin.

3.3 Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini digunakan data sekunder. Data sekunder yang
dibutuhkan, yaitu:
(1). Peta Administrasi Provinsi DKI Jakarta skala 1:15.000, Bappeda DKI
Jakarta.
(2). Data alamat rumah sakit HIV/AIDS Provinsi DKI Jakarta tahun 2009
yang diperoleh dari Departemen Kesehatan RI.
(3). Data jumlah penderita HIV/AIDS menurut unit pelapor tahun 2009
yang diperoleh dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
(4). Data status rumah sakit HIV/AIDS menurut unit pelapor tahun 2009
yang diperoleh dari Departemen Kesehatan RI.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


(5).Data jumlah tuna susila Provinsi DKI Jakarta tahun 2009 yang
diperoleh dari Dinas Sosial DKI Jakarta.
(6). Data jumlah pengguna narkotika suntik Provinsi DKI Jakarta tahun
2009 yang diperoleh dari Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta.
(7). Data jumlah penduduk miskin Provinsi DKI Jakarta tahun 2009 yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
(8). Data titik rawan tuna susila yang ada di Provinsi DKI Jakarta tahun
2009 yang diperoleh dari Dinas Sosial DKI Jakarta.

3.4 Pengolahan Data


Data yang terkumpul kemudian diolah dan diproses dengan menggunakan
software Arc view 3.3 dan Microsoft Excel. Semua data tersebut akan
divisualisasikan melalui peta yang memiliki informasi database spasial. Dalam
pengolahan data akan digunakan analisa spasial dengan teknik overlay yang akan
digunakan sebagai indikator untuk menjawab pertanyaan penelitian serta analisis
deskriptif untuk menerangkan isi dan korelasi antar peta.
Pada penelitian ini jumlah penderita HIV/AIDS di rumah sakit, tuna susila,
jumlah penduduk miskin dan pengguna narkotika suntik diklasifikasikan atau
dikelompokkan ke dalam 3 kelas yakni tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan
distribusi dan jumlah data maka penentuan interval menggunakan rumus sebagai
berikut:
n

Dimana: n adalah jumlah data.


3 adalah klasifikasi interval yang dipakai.
Berikut ini merupakan beberapa tahapan pengolahan data yang akan
dilakukan:
(1). Membuat peta administrasi Provinsi DKI Jakarta.
(2). Untuk variabel jumlah penderita HIV/AIDS diklasifikasikan menjadi tiga
kelas yakni tinggi, sedang dan rendah. Hasilnya dibuat dalam bentuk Peta
Persebaran Penderita HIV/AIDS.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


(3).Untuk variabel status rumah sakit diklasifikasikan menjadi empat yakni rumah
sakit dengan status A, B, B+, C dan D. Hasilnya dibuat dalam bentuk Peta
Status Rumah Sakit.
(4).Memplotkan titik rawan tuna susila yang ada di Jakarta kemudian di buffer
dengan interval jarak 2000 m dari titik rawan tuna susila sehingga wilayah
rawan tuna susila memiliki diameter 4000 m. Wilayah yang berada pada
radius 2000 m dari titik rawan tuna susila termasuk dalam wilayah dengan
tingkat kerawanan tinggi,untuk wilayah yang berada pada radius 4000 m dari
titik rawan tuna susila diklasifikasikan dengan tingkat kerawanan sedang dan
untuk wilayah yang berada pada radius lebih dari 4000 m diklasifikasikan ke
dalam wilayah dengan tingkat kerawanan rendah. Hasilnya dibuat dalam
bentuk Peta Wilayah Rawan Tuna Susila.
(5).Mengelompokkan data jumlah tuna susila yang kemudian diklasifikasikan
menjadi 3 kelas yakni tinggi, sedang dan rendah. Lalu ditampilkan dalam
bentuk Peta Peyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tuna Susila.
(6). Mengelompokkan data jumlah penduduk miskin kemudian diklasifikasikan
menjadi 3 kelas yakni tinggi, sedang dan rendah. Lalu ditampilkan dalam
bentuk Peta Penduduk Miskin.
(7). Mengelompokkan data jumlah penasun kemudian diklasifikasikan menjadi 3
kelas yakni tinggi, sedang dan rendah. Lalu ditampilkan dalam bentuk Peta
Pengguna Narkotika Suntik.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Tabel 3.1 Klasifikasi Variabel

No Variabel Klasifikasi Keterangan


1 Jumlah penderita >15 orang Tinggi
HIV/AIDS 5-15 orang Sedang
< 5 orang Rendah
2 Status Rumah Sakit Status A
Status B
Status B+ -
Status C
Status D
3 Tuna susila > 160 orang Tinggi
80-160 orang Sedang
< 80 orang Rendah
4 Pengguna narkotika > 2300 orang Tinggi
suntik 1500-2300 orang Sedang
< 1500 orang Rendah
5 Penduduk Miskin > 5000 orang Tinggi
2200-5000 orang Sedang
< 2200 orang Rendah
Sumber: Pengolahan Data, 2010

(10). Melakukan scoring pada variabel tuna susila, pengguna narkotika suntik (penasun) dan penduduk mi
Peta Wilayah Rentan Penyakit HIV/AIDS.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


3.5 Analisis
Dalam penelitian ini analisa yang digunakan adalah analisa spasial .
Analisa dilakukan dengan melakukan overlay antara persebaran penderita per
rumah sakit, status rumah sakit, tuna susila, pengguna narkotika suntik (penasun),
titik rawan tuna susila dan penduduk miskin untuk mendeskripsikan wilayah
rentan HIV/AIDS di DKI Jakarta dan persebaran rumah sakit yang melayani
penderita HIV/AIDS.

3.6 Kendala
Kendala utama yang dihadapi pada penelitian ini adalah tidak
didapatnya data alamat penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta sehingga
cukup sulit untuk mengambil asumsi bahwa penderita yang berobat ke
rumah sakit berasal dari wilayah di sekitar rumah sakit tersebut. Apabila
asumsi tersebut dipakai maka dapat menimbulkan bias bahwa ada
hubungan sebab akibat antara rumah sakit yang berlokasi pada wilayah
dengan tingkat kerentanan yang tinggi dengan jumlah penderita per rumah
sakit. Oleh sebab itu, penelitian ini hanya melihat persebaran penderita
HIV/AIDS berdasarkan wilayah rentan tanpa melihat adanya hubungan
antar keduanya.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak Daerah Khusus Ibukota Jakarta


Daerah Khusus Ibukota Jakarta terletak antara 106º22’42” BT sampai 106
º58’18”BT dan 5 º19’12”LS sampai 6 º23’54”LS.Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta mempunyai luas wilayah ±650 km2 yang secara geografis terbagi
menjadi 5 kota administratif, 42 kecamatan dan 261 kelurahan.
Secara administratif Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut:
a) Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
b) Sebelah timur berbatasan dengan Kota Bekasi.
c) Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok.
d) Sebelah barat berbatasan dengan Kota Tangerang.

4.2 Topografi
Keadaan topografi DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah datar dan
landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0
sampai 10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok sedangkan
dari banjir kanal sampai batas paling selatan dari wilayah DKI antara 5 m sampai
50 m di atas permukaan laut.
Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang
air pada musim hujan. Di daerah bagian selatan banjir kanal terdapat perbukitan
rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m. Ada 14 sungai yang mengalir
di DKI Jakarta antara lain: sungai Grogol, Ci Lincing, Ci Pinang, sungai Krukut,
sungai Angke, sungai Pesanggrahan dan sungai Sunter.

4.3 Kependudukan
Kependudukan erat hubungannya dengan interaksi manusia dalam ruang,
jumlah penduduk di kota besar seperti Jakarta cenderung bertambah dari tahun ke
tahun. Meningkatnya jumlah penduduk pun berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan penduduknya.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Penduduk DKI Jakarta tahun 2009 berjumlah 8.523.836 jiwa, yang terdiri
dari 8.520.463 WNI dan 2.374 WNA, terdapat 2.237.242 kepala keluarga dengan
kepadatan penduduk 134.204 jiwa/hektar. Berdasarkan jenis kelaminnya
penduduk Jakarta terdiri dari 4.651.475 jiwa penduduk laki-laki dan 3.871.361
jiwa penduduk perempuan.

2.624.831

1.894.583
1.635.201
1.422.505

923.871

21.845

Sumber: Pengolahan Data, 2010


Gambar 4.1 Diagram Jumlah Penduduk di DKI Jakarta tahun 2009

Dari Grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak


terdapat di kota Jakarta Timur jumlah penduduknya mencapai 2.624.831 jiwa atau
sekitar 30,8 % dari total penduduk di DKI Jakarta yang kemudian disusul oleh
kota Jakarta Selatan yang penduduknya berjumlah 1.894.583 jiwa (22,23 %),
sedangkan jumlah penduduk terendah ada di Kepulaun Seribu dimana jumlah
penduduknya hanya sekitar 21.845 jiwa (0,26%).
Selain jumlah penduduk yang dilihat dari kependudukan DKI Jakarta
adalah jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta dari
tahun ke tahun cenderung menurun, pada tahun 2008 penduduk miskin di Jakarta
adalah sebanyak 372,6 ribu jiwa (4,28 %) sedangkan untuk tahun 2009 jumlah
penduduk miskin di DKI Jakarta adalah sebanyak 180.660 jiwa. Walaupun begitu,
garis kemiskinan selalu menunjukkan peningkatan tiap tahunnya terkait dengan

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


angka inflasi dan pola konsumsi masyarakat. Garis kemiskinan atau rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan pada tahun 2009 mencapai Rp 316.936,-
mengalami peningkatan dari tahun 2008 yang sebesar Rp 290.268,-.

54.827
50.856

37.194
26.531

10.061

651

Sumber: Pengolahan Data, 2010


Gambar 4.2 Diagram Penduduk Miskin di DKI Jakarta tahun 2009

Berdasarkan Grafik di atas dapat dilihat bahwa kota Jakarta Utara


merupakan kota dengan jumlah penduduk miskin terbanyak jika dibandingkan
dengan kota- kota administrasi lainnya di DKI Jakarta. Jumlah penduduk miskin
di Jakarta Utara mencapai 30,05% dari keseluruhan penduduk miskin yang ada di
DKI Jakarta. Berturut- turut jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta adalah
Jakarta Timur 28,15%, Jakarta Barat 20,59%, Jakarta Pusat 14,69%, Jakarta
Selatan 5,57% dan Kepulaun Seribu 0,36%. Angka kemiskinan ini berdasarkan
pada hasil survey PPLS Badan Pusat Statistik DKI Jakarta tahun 2009.

4.4 Pelayanan Kesehatan


Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ruang lingkup pembangunan
kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di dalamnya juga terdapat

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan
pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan
rehabilitatif . Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan
rujukan.
Di wilayah DKI Jakarta ada sekitar 121 rumah sakit baik rumah sakit
pemerintah maupun swasta. Unit pelayanan rumah sakit paling banyak terdapat di
Jakarta Pusat yakni sekitar 31 unit sedangkan paling sedikit ada di Jakarta Utara
yakni 17 unit. Untuk wilayah Jakarta lainnya jumlahnya berkisar antar 18 hingga 28 unit, hanya di Kepul

Sumber: Pengolahan Data, 2010


Gambar 4.3 Diagram Jumlah Rumah Sakit di DKI Jakarta tahun 2009

4.5 Tuna Susila


Jumlah tuna susila dari tahun ke tahun cenderung mengalami

peningkatan, kebutuhan ekonomi menjadi salah satu faktor pendorong


meningkatnya jumlah tuna susila. Berbagai hal telah dilakukan oleh pemerintah
guna menekan jumlah tuna susila, namun sampai dengan saat ini usaha tersebut
belum memberikan dampak yang berarti.
Keberadaan tuna susila menjadi salah satu bentuk komoditi ekonomi,
dimana keberadaan tuna susila ada karena dorongan permintaan dari sejumlah

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


konsumen “pengguna tuna susila” sehingga sangat sulit untuk menghilangkan
keberadaan tuna susila dari masyarakat.
Berdasarkan data yang ada di Dinas Sosial DKI Jakarta, pada tahun 2009
jumlah tuna susila di DKI Jakarta mencapai 5458 orang. Jumlah tuna susila yang
ada di lapangan pada faktanya melebihi hasil pendataan Dinas Sosial. Hal ini
dikarenakan pendataan tuna susila yang ada di Dinas Sosial didasarkan pada hasil
razia pada kawasan-kawasan tertentu. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa tuna susila tidak hanya terda
tempat hiburan yang ramai.

Sumber: Pengolahan Data, 2010


Gambar 4.4 Diagram Jumlah Tuna Susila di DKI Jakarta tahun 2009

Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa jumlah tuna susila tertinggi ada di
kota Jakarta Pusat dengan jumlah 1497 jiwa sekitar 27,43% disusul kota Jakarta

Timur dengan 1435 jiwa (26,29%). Jumlah tuna susila terendah yakni di kota
Jakarta Selatan dengan jumlah 346 jiwa (6,34%) sedangkan untuk wilayah
Kepulauan Seribu belum ada data yang tersedia.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


4.6 Pengguna Narkotika Suntik
Kasus narkotika dan obat-obat terlarang kian marak terjadi di DKI Jakarta,
sebagian besar berupa pengguna narkotika suntik (penasun). Dari sekitar 42
kecamatan di DKI Jakarta tidak ada wilayah yang luput dari penyebaran narkotika
dan obat-obat terlarang.

Sumber: Pengolahan Data, 2010


Gambar 4.5 Diagram Pengguna Narkotika Suntik di DKI Jakarta tahun 2009

Berdasarkan Grafik 4.5 di atas didapat bahwa Jakarta Timur sebagai wilayah dengan jumlah pengguna narko
memungkinkan adanya peningkatan penyebaran HIV/AIDS yang semakin meluas

mengingat penularan HIV/AIDS melalui penggunaan jarum suntik yang tidak


steril atau aman secara bergantian.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


4.7 Titik Rawan Tuna Susila
Titik rawan tuna susila adalah tempat atau lokasi dimana secara terbuka
maupun tertutup terjadinya beberapa aktivitas dari mulai perekrutan, distribusi
dan konsumsi tuna susila berlangsung. Titik rawan tuna susila ini dapat diketahui
berdasarkan hasil razia dari pihak Dinas Sosial. Berdasarkan data Dinas Sosial
pada tahun 2009 terdapat 51 titik rawan tuna susila yang tersebar di wilayah DKI
Jakarta. Dari lampiran 8 tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah titik rawan tuna susila paling banyak ada di kota

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


BAB V
WILAYAH RENTAN HIV/AIDS DAN PERSEBARAN PENDERITA
HIV/AIDS PER RUMAH SAKIT DI DKI JAKARTA

5.1 Sumber Resiko Penularan Penyakit HIV/AIDS di DKI Jakarta


Jumlah penderita yang terdaftar di Dinas Kesehatan DKI Jakarta masih
jauh dari kenyataan yang ada di lapangan, karena penderita HIV/AIDS yang
sebenarnya ada di masyarakat jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang
diketahui oleh pemerintah. Pada tahun 2007 jumlah penderita HIV/AIDS
meningkat menjadi 3884 orang dan terus meningkat hingga pada tahun 2009
jumlah penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta menjadi 5857 orang. Peningkatan
jumlah penderita yang paling signifikan terjadi pada tahun 2009 dimana jumlah
penderita HIV/AIDS bertambah 1380 orang, dua kali lipat dibandingkan tahun
sebelumnya.
Penyakit HIV/AIDS dapat ditularkan dari hubungan seksual yang tidak
terlindungi dengan salah seorang pengidap HIV/AIDS, penggunaan jarum suntik
secara bergantian dengan salah seorang pengidap, transfusi darah atau
pencangkokkan organ dengan salah seorang pengidap, penularan dari ibu yang
terkena virus HIV atau menderita penyakit AIDS kepada anak yang
dikandungnya. Penularan penyakit HIV/AIDS tidak memandang jenis kelamin
maupun golongan tertentu.
Berdasarkan grafik dibawah dapat dilihat bahwa penularan HIV/AIDS
paling besar disebabkan oleh adanya aktivitas seksual dalam hal ini heteroseksual
dan penggunaan jarum suntik. Sedangkan untuk faktor lainnya yakni
homoseksual, biseksual, perinatal,dan transfusi darah tidak memberikan pengaruh
yang berarti dalam penularan HIV/AIDS. Penularan HIV/AIDS pada penduduk
di DKI Jakarta berdasarkan data diatas adalah 40,36% dan penularan melalui
pengguna narkotika suntik adalah 55,07% sedangkan sisanya ditularkan melalui
faktor-faktor resiko lainnya.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Sumber: Pengolahan Data, 2010
Gambar 5.1Grafik Jumlah Penderita Menurut Faktor Resiko tahun 2009

5.1.1Tuna Susila
Tuna susila merupakan salah satu peyandang masalah kesejahteraan sosial yang sampai dengan saat ini ke
Tuna susila kerap kali dalam beberapa penelitian sebelumnya menjadi kaum yang
paling rentan akan penyakit HIV/AIDS yang diakibatkan dari pola aktivitas seks

mereka yang tidak aman . Namun tuna susila juga menjadi host dalam penyebaran
penyakit HIV/AIDS . Oleh sebab itu, dianalogikan bahwa semakin tinggi jumlah
tuna susila di suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat kerentanan akan
penyakit HIV/AIDS di suatu wilayah.
Di setiap kecamatan di DKI Jakarta kini terdapat tuna susila, hanya
jumlahnya saja yang bervariasi, untuk itu maka dilakukan klasifikasi berdasarkan

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


rentang data jumlah tuna susila pada tahun 2009. Data jumlah tuna susila dibagi
menjadi tiga kelas yakni <80 orang diklasifikasikan rendah, 80-160 orang
diklasifikasikan sebagai sedang dan >160 orang diklasifikasikan tinggi.
Menurut data Dinas Sosial DKI Jakarta pada tahun 2009 jumlah tuna
susila di Jakarta ada sebanyak 5458 orang yang tersebar di 42 kecamatan, jumlah
tuna susila tertinggi ada di kecamatan Jatinegara sedangkan terendah ada di
kecamatan Cilandak.
Jumlah tuna susila dengan klasifikasi tinggi di Jakarta pada tahun 2009
ada di beberapa kecamatan di Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan sebagian kecil
wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Kecamatan dengan klasifikasi jumlah
tuna susila tinggi terdapat di kecamatan Pasa Rebo, Koja, Taman Sari, Kramat
Jati, Cakung, Ciracas, Duren Sawit, Menteng, Grogol Petamburan, Sawah Besar,
Tanah Abang, Tanjung Priok, Jatinegara, Tambora, Kemayoran dan Pulo gadung.
Di Jakarta Selatan dapat dilihat pada Peta 5 bahwa rata-rata jumlah tuna
susilanya tergolong dalam klasifikasi rendah. Sebaran wilayah tuna susila yang
tinggi dan sedang cenderung mengelompok di 4 kota yakni Jakarta Barat, Jakarta
Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur.
Jumlah tuna susila dengan klasifikasi sedang yakni antara 80-160 berada
di kecamatan Kalideres, Johar Baru, Kembangan, Pademangan, Kebayoran Baru,
Kelapa Gading, Cengkareng, Penjaringan, Makasar, Cilincing, Kebon Jeruk,
Cipayung, Matraman, Cempaka Putih, Palmerah, Gambir dan Senen.
Wilayah di pinggiran Jakarta tepatnya di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan
jumlah tuna susilanya tergolong rendah jika dibandingkan dengan wilayah
pinggiran di Jakarta Timur dan Jakarta Utara (lihat Peta 5).

5.1.2 Pengguna Narkotika Suntik (Penasun)


Berdasarkan hasil pengolahan data, jumlah pengguna narkotika suntik
atau penasun diklasifikasikan menjadi 3 kelas yakni tinggi, sedang dan rendah
yaitu jumlah pengguna narkotika suntik rendah dengan interval < 1500 orang,
jumlah pengguna narkotika suntik sedang dengan interval 1500-2300 orang dan
jumlah pengguna narkotika suntik tinggi dengan interval > 2300 orang.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Semakin tinggi angka jumlah pengguna narkotika suntik maka semakin
tinggi pula tingkat penyebaran penyakit HIV/AIDS. Hal ini didasarkan pada
penelitian sebelumnya dimana angka penularan HIV/AIDS 70 % disebabkan dari
penggunaan narkotika suntik (Zani, 2004). Dimana virus HIV berpindah dari satu
orang ke orang lainnya karena penggunaan jarum suntik yang telah terinfeksi
sebelumnya oleh virus HIV.
Dari pengolahan data yang dilakukan wilayah dengan klasifikasi pengguna
narkotika suntik tinggi terdapat di beberapa kecamatan seperti kecamatan Cakung,
Kebun Jeruk, Jagakarsa, Kebayoran Lama, Koja, Cilincing, Cakung, Tebet, Pasar
Minggu, Kaliders, Jatinegara, Pulo gadung, Cengkareng, Tanjung Priok, Duren
Sawit.
Wilayah dengan klasifikasi jumlah pengguna narkotika suntik (penasun)
sedang terdapat di kecamatan Cilandak, Ciracas, Grogol Petamburan, Kebayoran
baru, Kemayoran, Kembangan, Kramat Jati, Makasar, Matraman, Palmerah, Pasar
Rebo, Penjaringan, Pesanggrahan dan Tambora.
Klasifikasi pengguna narkotika suntik rendah ada di beberapa kecamatan
seperti kecamatan Cempaka Putih, Johar baru, Sawah Besar, Pancoran, Setia
Budi, Mampang Prapatan, Kelapa gading, Pademangan dan Pancoran.
Dapat dilihat pada Peta 6 bahwa sebaran jumlah pengguna narkotika
suntik di Jakarta Utara dan Jakarta Timur cenderung tinggi jika dibandingkan
dengan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan (lihat Peta 6).

5.1.3 Penduduk Miskin


Berdasarkan hasil pengolahan data, penduduk miskin diklasifikasikan
menjadi 3 kelas yaitu rendah dengan interval < 2200 orang, klasifikasi sedang
dengan interval 2200-5000 orang, dan tinggi dengan interval > 5000 orang.
Semakin meningkat jumlah penduduk miskin maka semakin meningkat
pula tingkat kerentanan masyarakat di suatu wilayah untuk dapat tertular penyakit
HIV/AIDS. Asumsi ini didasarkan dari penelitian sebelumnya dimana penduduk
miskin merupakan salah satu objek yang paling rentan terhadap penyebaran
penyakit HIV/AIDS, dikarenakan ketidaktahuan mereka akan bahaya dari
perilaku seks bebas dan penggunaan narkotika khususnya narkotika suntik.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Wilayah dengan jumlah penduduk miskin > 5000 orang paling banyak
terdapat di Jakarta Utara dan beberapa kecamatan di Jakarta Timur dan Jakarta
Barat seperti kecamatan Grogol Petamburan, Kemayoran, Pademangan, Taman
Sari, Kalideres, Tambora, Cengkareng, Tanjung Priok, Pulo Gadung, Jatinegara,
Cakung, Penjaringan, Koja dan Cilincing.
Wilayah dengan jumlah penduduk miskin kurang dari 2200 orang atau
wilayah dengan klasifikasi penduduk miskin rendah mendominasi daerah Jakarta
Selatan dan beberapa kecamatan lainnya seperti kecamatan Pancoran, Cilandak,
Setia Budi, Kebayoran Baru, Pesanggrahan, Jagakarsa, Kebayoran Lama,
kembangan, Kelapa Gading, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Cempaka Putih
dan Pasar Rebo.
Penduduk miskin dengan klasifikasi sedang menyebar di 15 kecamatan
yakni kecamatan Menteng, Gambir, Kramat Jati, Ciracas, Palmerah, Tebet, Senen,
Tanah Abang, Sawah Besar, Makasar, Matraman, kebon Jeruk, Cipayung, Johar
Baru dan Duren Sawit.
Sebaran penduduk miskin di DKI Jakarta cenderung mengelompok,
dimana antar wilayah yang klasifikasi tinggi mengelompok dengan wilayah yang
memiliki klasifikasi tinggi pula demikian juga dengan klasifikasi lainnya (lihat
Peta 7).

5.1.4 Wilayah rawan tuna susila


Pekerja seks komunal (communal sex workers) adalah sebuah kelompok
pekerja seks yang beroperasi di daerah tertentu yang pengaturannya didasarkan
kepada sebuah sistem manajemen tertentu. Titik rawan tuna susila merupakan
gambaran wilayah rentan penyakit HIV/AIDS. Dimana penduduk yang berada di
wilayah titik rawan tuna susila lebih rentan terhadap penyakit HIV/AIDS, yang
berpengaruh pada jumlah penderita HIV/AIDS per rumah sakit di suatu wilayah.
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hasil bahwa titik rawan
tuna susila menyebar di daerah pusat kota. Ada 51 titik titik rawan tuna susila
yang tersebar di wilayah DKI Jakarta, paling banyak terdapat di wilayah Jakarta
Timur di wilayah Pulogadung, Mataraman, Jatinegara dan Duren Sawit untuk
lebih lengkapnya dapat dilhat pada Peta 4 .

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Jarak antara satu titik rawan tuna susila dengan titik rawan tuna susila
lainnya cenderung berdekatan dan berada di tempat-tempat yang menjadi pusat
kegiatan masyarakat seperti terminal, pusat industri, pusat perbelanjaan (mal), dan
jalan-jalan besar atau utama (lihat Peta 4).
Dari titik rawan tuna susila tersebut kemudian dibuat wilayah rawan tuna
susila dengan jangkauan 2000 m dari titik rawan tuna susila diklasifikasikan ke
dalam wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi, jangkauan 4000 m dari titik
rawan tuna susila diklasifikasikan ke dalam wilayah dengan tingkat kerawanan
sedang sedangkan wilayah dengan jangkauan lebih dari 4000 m diklasifikasikan
ke dalam wilayah dengan tingkat kerawanan rendah. Pada Peta 4 dapat dilihat
bahwa wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi mendominasi daerah di sekitar
Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Wilayah dengan tingkat kerawanan
rendah berada di sekitar pinggiran DKI Jakarta.

5.2 Wilayah Rentan Penyakit HIV/AIDS di DKI Jakarta


Wilayah rentan penyakit HIV/AIDS di DKI Jakarta didasarkan pada hasil
pengolahan data antar variabel tuna susila, pengguna narkotika suntik (penasun),
penduduk miskin, dan wilayah rawan tuna susila.Untuk mendapatkan wilayah
rentan HIV/AIDS maka pertama digunakan metode skoring dari variabel tuna
susila, pengguna narkotika suntik (penasun) dan penduduk miskin, lebih
lengkapnya adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Hasil Skoring Wilayah Rentan HIV/AIDS

Pend_miskin Penasun Tuna Susila


Kecamatan Jml Ket
Klas Skor Klas Skor Klas Skor
Cakung T 3 T 3 T 3 9 T
Cempaka Putih R 1 R 1 S 2 4 R
Cengkareng T 3 T 3 S 2 8 T
Cilandak R 1 S 2 R 1 4 R
Cilincing T 3 T 3 S 2 8 T
Cipayung S 2 R 1 S 2 5 S
Ciracas S 2 S 2 T 3 7 T
Duren Sawit S 2 T 3 T 3 8 T
Gambir S 2 R 1 S 2 5 S

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Grogol Petamburan T 3 S 2 T 3 8 T
Jagakarsa R 1 T 3 R 1 5 S
Jatinegara T 3 T 3 T 3 9 T
Johar Baru S 2 R 1 R 1 4 R
Kalideres T 3 T 3 R 1 7 T
Kebayoran Baru R 1 S 2 R 1 4 R
Kebayoran Lama R 1 T 3 R 1 5 S
Kebon Jeruk S 2 T 3 S 2 7 T
Kelapa Gading R 1 R 1 S 2 4 R
Kemayoran T 3 S 2 T 3 8 T
Kembangan R 1 S 2 R 1 4 R
Koja T 3 T 3 S 2 9 T
Kramat Jati S 2 S 2 T 3 7 T
Makasar S 2 S 2 S 2 6 S
Mampang Prapatan R 1 R 1 R 1 3 R
Matraman S 2 S 2 S 2 6 S
Menteng R 1 R 1 T 3 6 S
Pademangan T 3 R 1 R 1 5 S
Palmerah S 2 S 2 S 2 6 S
Pancoran R 1 R 1 R 1 3 R
Pasar Minggu R 1 T 3 R 1 5 S
Pasar Rebo R 1 S 2 S 2 5 S
Penjaringan T 3 S 2 S 2 7 T
Pesanggrahan R 1 S 2 R 1 4 R
Pulo Gadung T 3 T 3 T 3 9 T
Sawah Besar S 2 R 1 T 3 5 S
Senen S 2 R 1 S 2 5 S
Setia Budi R 1 R 1 R 1 3 R
Taman Sari T 3 R 1 T 3 7 T
Tambora T 3 S 2 T 3 8 T
Tanah Abang S 2 R 1 T 3 6 S
Tanjung Priok T 3 T 3 T 3 9 T
Tebet S 2 T 3 R 1 6 S
Sumber: Pengolahan Data, 2010
Keterangan: R= Rendah, S= Sedang, T= Tinggi
Berdasarkan hasil skoring didapat hasil bahwa daerah dengan jumlah tuna
susila, pengguna narkotika suntik dan penduduk miskin yang tinggi merupakan
daerah dengan sumber resiko penularan yang tinggi pula. Semakin tinggi sumber
resiko penularan maka penyebaran penyakit HIV/AIDS di daerah tersebut akan
semakin tinggi. Daerah dengan sumber resiko penularan yang tinggi dari hasil

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


skoring diatas ada 39 % sumber resiko penularan tinggi, 37 % sumber resiko
penularan sedang dan 24 % sumber resiko penularan rendah.
Selain dari hasil skoring diatas untuk mendapatkan wilayah rentan
HIV/AIDS maka digunakan teknik overlay antara hasil skoring variabel tuna
susila, pengguna narkotika suntik dan penduduk miskin dengan hasil buffer titik
rawan tuna susila yang divisualisasikan dalam bentuk wilayah rawan tuna susila.
Dengan asumsi bahwa wilayah yang berada pada jarak terdekat dengan titik
rawan tuna susila termasuk pada wilayah dengan tingkat kerentanan yang tinggi.
Dari tahapan tersebut di dapat hasil bahwa sebagian besar wilayah di
Jakarta termasuk ke dalam wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi dan sedang,
hanya beberapa wilayah saja yang termasuk dalam tingkat kerentanan rendah.
Dari hasil pengolahan data maka diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan wilayah
rentan penyakit HIV/AIDS yakni:
 Tingkat kerentanan rendah meliputi sebagian kecamatan Mampang
Prapatan, Pademangan, Kembangan, Kelapa gading, Pancoran, Pasar
Minggu, Kebayoran Baru, Makasar, Jagakarsa, Pesanggrahan dan
Cipayung.
 Tingkat kerentanan sedang meliputi sebagian kecamatan Ciracas,
Pesanggrahan, Cipayung, Gambir, Sawah Besar, Penjaringan, Jagakarsa,
Cilincing, Kalideres, Pasar Rebo, Cilandak, Setia Budi, Kebayoran Baru,
Kebayoran Lama, Pasar Minggu, Tanah Abang, Pancoran, Tanjung Priok,
Kembangan, Cakung, Tebet, Mampang Prapatan, Johar Baru dan Makasar.
 Tingkat kerentanan tinggi meliputi sebagian kecamatan Makasar, Kramat
Jati, Matraman, Menteng, Koja, Kemayoran, Pademangan, Kebon Jeruk,
Palmerah, Kebayoran Lama, Pasar Minggu, Kalideres, Pasar Rebo,
Jagakarsa, Grogol Petamburan, Penjaringan, Gambir, Ciracas, Pulo
Gadung, Cilincing, Sawah Besar, Senen, Cengkareng, Cakung, Tanjung
Priok, Tebet, Duren Sawit dan Jatinegara.
Wilayah rentan tidak terbatas pada batas administrasi, dapat dilihat bahwa
pada satu kecamatan dapat terbagi menjadi 2 wilayah rentan dengan tingkatan
yang berbeda. Wilayah rentan HIV/AIDS di DKI Jakarta dominan termasuk ke
dalam wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi, sesudah wilayah rentan tinggi

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


adalah wilayah dengan tingkat kerentanan sedang semakin jauh dari pusat kota
tingkat kerentanan semakin berkurang.
Wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi dominan ada di bagian utara,
barat dan timur Jakarta sedangkan untuk tingkat kerentanan rendah dominan ada
di bagian selatan Jakarta terutama di pinggir kota Jakarta. Dari Peta 8 dapat
disimpulkan bahwa wilayah di bagian utara, barat dan timur kota Jakarta lebih
rentan terhadap penyebaran penyakit HIV/AIDS dibandingkan dengan wilayah
bagian selatan kota Jakarta.
Keberadaan titik rawan tuna susila memberikan pengaruh terhadap tingkat
kerentanan suatu wilayah, dimana sebagian besar wilayah yang terdapat titik
rawan tuna susila merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan yang tinggi dan
hanya sebagian kecil yang termasuk dalam wilayah dengan tingkat kerentanan
sedang. Namun ada atau tidaknya titik rawan tuna susila tidak menjadi ukuran
mutlak untuk mengukur tingkat kerentanan suatu wilayah, masih ada beberapa
variabel lain seperti pengguna narkotika suntik, tuna susila dan penduduk miskin
yang menjadi tolok ukur kerentanan suatu wilayah (lihat Peta 8).

5.3 Status Rumah Sakit Penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta


Di Jakarta ada 121 rumah sakit namun tidak semua rumah sakit yang ada
di Jakarta menangani dan melayani penderita HIV/AIDS. Ada rumah sakit-
rumah sakit tertentu yang menjadi tempat pelayanan dan perawatan penderita
HIV/AIDS. Rumah sakit yang melayani penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta ada
sebanyak 54 unit yang terdiri dari rumah sakit pemerintah dan swasta
Berdasarkan hasil pengolahan data rumah sakit yang melayani penderita
HIV/AIDS di DKI Jakarta pada tahun 2009 tersebar secara merata di seluruh
daerah di DKI Jakarta. Persebaran rumah sakit mendominasi beberapa kecamatan
di Jakarta Timur seperti kecamatan Pulo gadung, Cakung, Matraman, Kelapa
Gading, Makasar, Duren Sawit, Pasar Rebo, Makasar dan Jatinegara. Rumah sakit
di wilayah ini ada sebanyak 15 unit atau 27,78 % dari keseluruhan jumlah rumah
sakit di DKI Jakarta yang melayani penderita HIV/AIDS, paling banyak
jumlahnya jika dibandingkan dengan wilayah Jakarta lainnya.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Jumlah pelayanan rumah sakit yang melayani penderita HIV/AIDS
terbanyak kedua ada di Jakarta Pusat, jumlahnya mencapai 12 unit atau 22,22 %
yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Menteng, Gambir, Cempaka Putih,
Tanah Abang dan Kemayoran. Jarak antar lokasi rumah sakit penderita
HIV/AIDS di Jakarta Pusat tersebut saling berdekatan satu dengan yang lainnya
yakni kurang lebih 2000-3000 m. Sedangkan untuk daerah lainnya di DKI
Jakarta, jarak lokasi rumah sakit yang melayani penderita HIV/AIDS kurang lebih
4000-6000 m.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Analisis
Tetangga Terdekat persebaran rumah sakit penderita HIV/AIDS di setiap
kotamadya membentuk pola mengelompok atau cluster. Oleh sebab itu, Analisis
Tetangga Terdekat pada penelitian ini tidak digunakan sebagai dasar analisis
karena tidak ditemui perbedaannya dalam ruang.
Sebagian besar penderita lebih memilih rumah sakit milik pemerintah baik
rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus dibandingkan dengan rumah sakit
swasta. Hal ini terlihat dari banyaknya rumah sakit pemerintah yang melaporkan
jumlah pasien penderita HIV/AIDS pada tahun 2009 dimana rumah sakit
pemerintah yang menangani penderita HIV/AIDS mencapai 79,62 % sedangkan
sisanya adalah rumah sakit swasta.
Jenis dan status rumah sakit mempengaruhi banyaknya penderita yang
datang berobat. Rumah sakit pemerintah baik rumah sakit umum atau rumah sakit
khusus memiliki jumlah penderita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
rumah sakit swasta, rumah sakit pemerintah dengan tipe B, B+, C dan Ma yakni
rumah sakit swasta yang setara dengan rumah sakit pemerintah yang berstatus C
memiki jumlah penderita yang tinggi sedangkan untuk rumah sakit swasta lainnya
hanya beberapa rumah sakit dengan tipe B yang memiliki jumlah pasien
HIV/AIDS tinggi. Kesiapan rumah sakit pemerintah menangani penderita
HIV/AIDS dan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit pemerintah dilansir
oleh beberapa sumber sebagai penyebab mengapa penderita HIV/AIDS memiliki
kecenderungan memilih rumah sakit pemerintah.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


5.4 Persebaran Penderita HIV/AIDS per Unit Rumah Sakit di Jakarta
Penyakit HIV/AIDS mulai menginfeksi penduduk di DKI Jakarta pada
tahun 1987 penderita HIV/AIDS mulanya hanya 3 orang, namun jumlah
penderita HIV/AIDS terus meningkat dalam jangka waktu 10 tahun yakni pada
tahun 1997 jumlah penderitanya menjadi 182 orang. Pada tahun 2007 jumlah
penderita HIV/AIDS meningkat menjadi 3884 orang dan terus meningkat, tahun
2009 jumlah penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta menjadi 5857 orang. Di tahun 2009 jumlah penderita HIV/AI

Sumber: Pengolahan Data, 2010


Gambar 5.2 Grafik Jumlah Penderita HIV/AIDS tahun 2009

Jumlah penderita yang terdaftar di Dinas Kesehatan DKI Jakarta masih


jauh dari kenyataan yang ada di lapangan, karena penderita HIV/AIDS yang
sebenarnya ada di masyarakat jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


diketahui oleh pemerintah. Jumlah penderita HIV/AIDS yang tercatat di Dinas
Kesehatan berdasarkan pada kasus pelaporan yang ada di beberapa rumah sakit
yang telah dirujuk bagi penderita HIV/AIDS. Pada penelitian ini jumlah penderita
< 5 orang diklasifikasikan rendah, 5-15orang diklasifikasikan sedang dan > 15
orang diklasifikasikan tinggi. Dari 54 rumah sakit baik rumah sakit umum
maupun khusus milik pemerintah dan swasta yang melapor ke Dinas Kesehatan
hanya ada 15 unit rumah sakit atau 27,7 % dari keseluruhan unit yang
penderitanya berada pada klasifikasi rendah. Persebaran lokasi rumah sakit
dengan jumlah penderita dengan klasifikasi tinggi cenderung mengelompok di
daerah Jakarta Pusat hanya ada beberapa rumah sakit yang berlokasi di pinggir
kota seperti rumah sakit Cengkareng dan rumah sakit Fatmawati, berbeda dengan
rumah sakit yang jumlah penderitanya berada pada klasifikasi rendah. Rumah
sakit tersebut menyebar merata hampir di setiap daerah, ada yang berlokasi di
pusat kota dan ada pula yang berlokasi menuju pinggir kota.
Berdasarkan pada hasil pengolahan data diperoleh hasil bahwa dari 54
rumah sakit di DKI Jakarta yang melayani penderita HIV/AIDS ada 20 unit
rumah sakit atau 37,37 % yang memiliki jumlah penderita dengan klasifikasi
tinggi yakni lebih dari 15 orang. Rumah sakit yang memiliki klasifikasi tinggi di
DKI Jakarta antara lain rumah sakit Tebet, Harapan Kita, PGI Cikini, UKI
Cawang, Mitra Internasional, Gading Pluit, Islam Jakpus, Husada, Pasar Rebo,
Prof Sulianti Saroso, Sumber Waras, RSUD Cengkareng, Fatmawati, Sint
Carolus, Mintoharjo, Tarakan, Koja,Dharmais, Gatot Subroto dan Persahabatan.
Rumah sakit Persahabatan merupakan rumah sakit dengan jumlah
penderita AIDS tertinggi yakni 236 orang atau 17,1 % dari keseluruhan jumlah
penderita yang tersebar di 54 unit rumah sakit di DKI Jakarta. Rata-rata rumah
sakit yang masuk ke dalam klasifikasi dengan jumlah penderita tinggi adalah
rumah sakit umum milik pemerintah. Ada 14 unit rumah sakit umum pemerintah
dari 20 unit rumah sakit yang memiliki klasifikasi tinggi di DKI Jakarta.
Persebaran rumah sakit dengan klasifikasi jumlah penderita tinggi ini
mendominasi daerah Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Barat yang tersebar
di 16 kecamatan yakni kecamatan Grogol Petamburan, Palmerah, Tanah Abang,

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Gambir, Menteng, Cempaka Putih, Kemayoran, Jatinegara, Setia Budi, Pancoran,
Pulo Gadung, Cengkareng, Cilandak, Koja, Tanjung Priok dan Penjaringan.
Rumah sakit dengan klasifikasi jumlah penderita sedang yakni klasifikasi
dengan jumlah penderita antara 6-15 orang terdapat di 19 rumah sakit antara lain
rumah sakit Jakarta MC, MMC, Manuella, Mediros, Pondok Indah, Dharma
Nugraha, HALIM AU, Pluit, Prikasih, Budhi Asih, Kesdam Cijantung, Agung,
Pusat Pertamina, PUSDIKKES, Mitra Kelapa Gading, Kramat, Setia Mitra dan
Atmajaya.
Persebaran rumah sakit dengan klasifikasi jumlah penderita sedang
tersebar di 16 kecamatan yakni kecamatan Penjaringan, Koja, Grogol Petamburan,
Kemayoran, Pulo Gadung, Cempaka Putih, Menteng, Setia Budi, Kramat Jati,
Makasar, Cakung, Kebayoran Baru, Pasar Minggu, Mampang Prapatan dan
Pesanggrahan.
Pada rumah sakit dengan klasifikasi rendah yakni kurang dari 5 orang ada
15 unit rumah sakit di DKI Jakarta dari 15 unit rumah sakit dengan klasifikasi
jumlah penderita rendah semuanya termasuk kedalam jenis rumah sakit umum
milik pemerintah hanya ada 1 unit rumah sakit yang tergolong dalam jenis rumah
sakit khusus.
Pada wilayah dengan tingkat kerentanan yang tinggi jumlah penderita
cenderung berada pada klasifikasi yang tinggi, ada sekitar79 % rumah sakit
dengan jumlah penderita yang tinggi berada pada wilayah dengan tingkat
kerentanan yang tinggi pula. Pada wilayah dengan tingkat kerentanan yang sedang
ada sekitar 55% rumah sakit dengan klasifikasi jumlah penderita sedang yakni
jumlah penderita 5-15 orang, sedangkan untuk wilayah dengan tingkat kerentanan
yang rendah tidak terdapat persebaran penderita HIV/AIDS.
Data mengenai jumlah penderita HIV/AIDS dapat diketahui berdasarkan
jumlah pelaporan masing-masing rumah sakit yang menangani penderita. Rumah
sakit yang melayani penderita HIV/AIDS tersebut masing-masing memiliki jenis
dan status yang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat menjadi salah satu indikator
internal adanya perbedaan jumlah penderita HIV/AIDS di masing-masing rumah
sakit. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai di suatu rumah sakit dapat
dilihat juga melalui status rumah sakit tersebut.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


BAB VI
KESIMPULAN

Wilayah rentan HIV/AIDS dengan tingkat kerentanan tinggi terdapat di


pusat kota Jakarta dimana jumlah tuna susila, penduduk miskin,pengguna
narkotika suntik (penasun) dan wilayah rawan tuna susila termasuk dalam
klasifikasi tinggi hingga sedang, sedangkan makin jauh dari pusat kota tingkat kerentanan makin berkurang. Per

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. (2005). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Kompas:


Jakarta.
Badan Pusat Statistik. (2008). Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Tahun 2008.
Jakarta: BPS.
Badan Pusat Statistik. (2009). Jakarta Barat Dalam Angka 2009. Jakarta: BPS.
Badan Pusat Statistik. (2009). Jakarta Pusat Dalam Angka 2009. Jakarta: BPS.
Badan Pusat Statistik. (2009). Jakarta Selatan Dalam Angka 2009. Jakarta: BPS.
Badan Pusat Statistik. (2009). Jakarta Timur Dalam Angka 2009. Jakarta: BPS.
Badan Pusat Statistik. (2009). Jakarta Selatan Dalam Angka 2009. Jakarta: BPS.
Badan Pusat Statistik. (2009). Kepulauan Seribu Dalam Angka 2009. Jakarta:
BPS.
De Blij, Harm J. (1993). Human Geography: Culture, Society and Space 4th.
United States of America: John Wiley & Sons Inc.
Depkes RI. (1992). Standar Pelayanan Rumah Sakit. Dirjen Yanmed, Depkes RI:
Jakarta.
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. (1999).Rencana Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia HIV/AIDS. Efektif digunakan untuk
meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penanggulangan masalah
HIV/AIDS.Departemen Kesehatan RI:Jakarta
.(2001).Kajian dan Masalah HIV/AIDS di Indonesia tahun 1997-
2000:Jakarta
Depkes RI, (2001). Data Kasus HIV/AIDS di Indonesia.Asian Harm Reduction
Network Indonesia: 29 hlm
Depkes RI. (2004). Uji coba Pola Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Penanggulangan Masalah AIDS. Indonesia:150 hlm.
Djunijanto. Teori Lokasi. http:// Djunijanto.wordpress.com/2009/03/20/teori-
urban-desain/. Diunduh pada 20 April 2010 Pukul 10:20.
Ernawati, Liliek. (1996).Skripsi: Wilayah Pelayanan RS di Kotamadya Tegal
terhadap Daerah Sekitarnya. Departemen Geografi, FMIPA UI:Depok.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Farmasi ISTN. (2008). Klasifikasi Rumah Sakit. http://farmasi-
istn.blogspot.com/2008/01/klasifikasi-rumah-sakit.html. Diunduh pada
22 April 2010 11:54.
Hermawan, Irwan. (2009). Geografi Sebuah Pengantar. Private Publishing.
Bandung:150 hlm.
Johnson, Earvin. (1995). Cara-cara Menghindari AIDS (Terjemahan). Penerbit
Arcan. Jakarta:145 hlm.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2008, 29 Juli). Pengidap
HIV/AIDS di Jakarta Naik 10%. Februari 3, 2010.
http://www.mwnkokesra.go.id/content/view/12026/39. Diunduh pada
tanggal 22 April 2010 Pukul 12:15.
LDFE-UI.AIDS suatu Masalah Ekonomi yang Mendesak.dalam Warta Demografi
.Jakarta:LDFE-UI,1993:,3(3)
Pabundu. H.Moh Tika, M.M. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Pertemuan Nasional I.(1996). Pencegahan dan Penatalaksanaan
HIV/AIDS.Jakarta:346 hlm
Penyakit & Pengobatannya.Penyakit AIDS.Februari 17 2010.
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-aids.html.Semiloka .
Diunduh pada tanggal 22 April 2010 Pukul 13:45
Puslitkes-UI.(1996). Analisis Situasi HIV/AIDS dan Dampaknya Terhadap Anak-
Anak, Wanita, dan Keluarga di Indonesia.Jakarta:Pusat Penelitian
Kesehatan,Universitas Indonesia.
Rosenberg, Mark W. (1998).Research Review 5 Medical or Health Geography?
Populations, Peoples and Places. Departement of Geography, Queen’s
University, Kingston, Ontario. International Journal of Population
Geography.
Sujudi.(1996). Epidemiologi AIDS dan Permasalahannya di Indonesia.Paper
presented at Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan
AIDS.Jakarta,10-11 Oktober 1995a.
Surdia, Reza. Definisi Jalan. http://tanimart.wordpress.com/infrastructures/jalan-
definisi/. Diunduh pada Diunduh Rabu,23 Juni 2010, Pukul 23.18.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Trubus.(2000).Tesis: ODHA Jaringan Sosial Sebagai Strategi Adaptasi Penderita
HIV/AIDS Pada Sanggar Kerja Yayasan “X” Di Jakarta. Jakarta:
Bidang Ilmu Sosial, Program Studi Antropologi, Pascasarjana
Universitas Indonesia.

UNAIDS/WHO.(2006).Report on The Global AIDS Epidemic.


Utami,Dwi Retno Wilujeng Wahyu. (2007). Tesis: Determinan Perilaku Beresiko

HIV/AIDS Pada Karyawan Laki-Laki di Perusahaan


Besar.Depok:Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Program
Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Zani,Andri Yan Prima. (2004). Tesis: Potensi Penyebaran HIV Dari Pengguna
NAPZA Suntik Ke Masyarakat Umum di Jakarta Tahun
2000.Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana
UI:Depok
Zulfikli. (2004).Skripsi:Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Program
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana USU.

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


LAMPIRAN

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


LAMPIRAN TABEL

Lampiran 1
Tabel 3.2 Matriks Wilayah Rentan HIV/AIDS

Kecamatan Penduduk Miskin Penasun Tuna Susila Keterangan


Mampang Prapatan Rendah Rendah Rendah Rendah
Pancoran Rendah Rendah Rendah Rendah
Setia Budi Rendah Rendah Rendah Rendah
Johar Baru Sedang Rendah Rendah Sedang
Pademangan Tinggi Rendah Rendah Sedang
Cilandak Rendah Sedang Rendah Sedang
Kembangan Rendah Sedang Rendah Sedang
Pesanggrahan Rendah Sedang Rendah Sedang
Jagakarsa Rendah Tinggi Rendah Sedang
Pasar Minggu Rendah Tinggi Rendah Sedang
Cempaka Putih Rendah Rendah Sedang Sedang
Kelapa Gading Rendah Rendah Sedang Sedang
Cipayung Sedang Rendah Sedang Sedang
Senen Sedang Rendah Sedang Sedang
Pasar Rebo Rendah Sedang Sedang Sedang
Palmerah Sedang Sedang Sedang Sedang
Kebayoran Baru Rendah Sedang Rendah Tinggi
Kebayoran Lama Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Tebet Sedang Tinggi Rendah Tinggi
Kalideres Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
Gambir Sedang Rendah Sedang Tinggi
Makasar Sedang Sedang Sedang Tinggi
Matraman Sedang Sedang Sedang Tinggi
Penjaringan Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Kebon Jeruk Sedang Tinggi Sedang Tinggi
Cengkareng Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Cilincing Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Koja Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Menteng Rendah Rendah Tinggi Tinggi
Sawah Besar Sedang Rendah Tinggi Tinggi
Tanah Abang Sedang Rendah Tinggi Tinggi
Taman Sari Tinggi Rendah Tinggi Tinggi
Ciracas Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Kramat Jati Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Grogol Petamburan Tinggi Sedang Tinggi Tinggi

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Kemayoran Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Kecamatan Penduduk Miskin Penasun Tuna Susila Keterangan
Tambora Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Duren Sawit Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
Cakung Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Jatinegara Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Pulo Gadung Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tanjung Priok Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Sumber: Pengolahan Data, 2010

Lampiran 2
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga (KK), Kepadatan Penduduk, Rukun Tangga dan Rukun Wa

Wilayah Jumlah Jumlah Kepadatan Rukun Rukun


Penduduk KK Penduduk Tangga Warga
(jiwa) (jiwa/km2)
Jakarta 923.871 259.241 19.598 4.669 394
Pusat
Jakarta 1.422.505 374.218 72.216 4.914 427
Utara
Jakarta 1.635.201 465.754 13.055 6.388 580
Barat
Jakarta 1.894.583 450.697 13.000 6.122 575
Selatan
Jakarta 2.624.831 681.723 13.822 7.849 700
Timur
Kep.Seribu 21.845 5.609 2.510 119 24
Total 8.522.836 2.237.242 134.204 30.061 2.700
Sumber: Badan Pusat Statistik,2009Tabel 2 Jumlah Penderita HIV/AIDS tahun
2009

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 3
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Miskin di DKI Jakarta tahun 2009

Wilayah Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)


Jakarta Pusat 26.531
Jakarta Utara 54.827
Jakarta Barat 37.194
Jakarta Selatan 10.601
Jakarta Timur 50.856
Kepulauan Seribu 651
Total 180.660

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009

Lampiran 4
Tabel 4.3 Jumlah Rumah Sakit di DKI Jakarta tahun 2009

Wilayah Jumlah rumah sakit (unit)


Jakarta Pusat 31
Jakarta Utara 17
Jakarta Barat 18
Jakarta Selatan 27
Jakarta Timur 28
Kepulauan Seribu 0
Total 121

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2009

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 5
Tabel 4.4 Jumlah Tuna Susila di DKI Jakarta tahun 2009

Wilayah Tuna Susila (orang)


Jakarta Pusat 1497
Jakarta Utara 735
Jakarta Barat 1096
Jakarta Selatan 346
Jakarta Timur 1435
Kepulauan Seribu 0
Total 5458

Sumber: Badan Pusat Statistik , 2009

Lampiran 6
Tabel 4.5 Jumlah Pengguna Narkotika Suntik DKI Jakarta tahun 2009

Wilayah Jumlah Penasun (orang)


Jakarta Pusat 8.550
Jakarta Utara 12.579
Jakarta Barat 17.181
Jakarta Selatan 18.356
Jakarta Timur 23.051
Kepulauan Seribu 0
Total 79.717

Sumber: Badan Pusat Statistik , 2009

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 7
Tabel 4.6 Titik rawan tuna susila di DKI Jakarta tahun 2009

Wilayah Lokasi Total


Jakarta Barat Kalideres, Jembatan Besi, TB
Angke, Stasiun Angke, Indosiar,
Kapuk Cengkareng, Mal Taman 9
Anggrek, Gajah Mada/Hayam
Wuruk, Terminal grogol

Jakarta Pusat Bongkaran Tanah Abang,


Latuharhari/Tm.Lawang,
Kemayoran, Sekitar Monas, 10
Sekitar Lapangan Banteng, Gajah
Mada/Hayam Wuruk, Cempaka
Putih, Sekitar Bioskop Grand,
Sekitar Sarinah, JL.Jaksa.
Jakarta Utara Rawa Malang, Rawa Bebek,
Kalijodo, Pela-pela, Terminal 9
Barang, Pos8/Pos9, Cakung
Drain, Mencos, Pelabuhan
Tj.Priok
Jakarta Timur Perumpung, Stasiun Jatinegara, 12
Gn.Antang, Pulomas,
Arion/Pemuda, Kws.Industri Pulo
Gadung, Perempatan
Garuda/TMII, Eks.Boker, Bambu
Kuning Cipayung, Pondok
Rangon, Buaran, Pemancingan
Pulo Gebang.
Jakarta Selatan Mahakam, Melawai, Falatehan, 11
Panglima Polim, Bulungan,
Saharjo, MT.Haryono, Mal
Kalibata, Manggarai,
TB.Simatupang, Bioskop Pasar
Minggu
Total 51
Sumber: Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, 2009

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 8
Tabel 5.1 Tuna Susila di DKI Jakarta tahun 2009

WILAYAH KECAMATAN TUNA SUSILA


JAKARTA BARAT KALIDERES 56
KEMBANGAN 69
CENGKARENG 89
KEBON JERUK 113
PALMERAH 123
TAMAN SARI 169
GROGOL PETAMBURAN 190
TAMBORA 287
JAKARTA PUSAT JOHAR BARU 59
CEMPAKA PUTIH 123
GAMBIR 124
SENEN 156
MENTENG 189
SAWAH BESAR 190
KEMAYORAN 269
TANAH ABANG 387
JAKARTA SELATAN CILANDAK 10
PANCORAN 14
TEBET 19
PASAR MINGGU 32
SETIA BUDI 33
JAGAKARSA 35
PESANGGRAHAN 40
KEBAYORAN LAMA 41
MAMPANG PRAPATAN 46
KEBAYORAN BARU 76
JAKARTA TIMUR MAKASAR 107
CIPAYUNG 119
MATRAMAN 121
PASAR REBO 164
KRAMAT JATI 172
CAKUNG 183
CIRACAS 185
DUREN SAWIT 187
PULO GADUNG 215
JATINEGARA 331
JAKARTA UTARA PADEMANGAN 75
KELAPA GADING 88
PENJARINGAN 97
CILINCING 108
TANJUNG PRIOK 199
KOJA 168
Sumber: Dinas Sosial DKI Jakarta, 20

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 9
Tabel 5.2 Pengguna Narkotika Suntik di DKI Jakarta tahun 2009
WILAYAH KECAMATAN PENASUN
JAKARTA BARAT TAMAN SARI 1249
KEMBANGAN 1692
PALMERAH 1841
GROGOL PETAMBURAN 1925
TAMBORA 2269
KEBON JERUK 2372
KALIDERS 2633
CENGKARENG 3200
JAKARTA PUSAT CEMPAKA PUTIH 682
MENTENG 825
GAMBIR 875
SENEN 977
JOHAR BARU 1063
TANAH ABANG 1077
SAWAH BESAR 1079
KEMAYORAN 1972
JAKARTA SELATAN MAMPANG PRAPATAN 1105
SETIA BUDI 1256
PANCORAN 1298
KEBAYORAN BARU 1502
CILANDAK 1616
PESANGGRAHAN 1641
JAGAKARSA 2384
KEBAYORAN LAMA 2416
TEBET 2531
PASAR MINGGU 2607
JAKARTA TIMUR CIPAYUNG 1441
PASAR REBO 1730
MAKASAR 1916
MATRAMAN 2034
CIRACAS 2143
KRAMAT JATI 2204
CAKUNG 2490
JATINEGARA 2776
PULO GADUNG 2936
DUREN SAWIT 3381
JAKARTA UTARA KELAPA GADING 1129
PADEMANGAN 1274
PENJARINGAN 1938
KOJA 2444
CILINCING 2514
TANJUNG PRIOK 3280
Sumber: Badan Narkotika Provinsi DKI Jakarta, 2009

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 10
Tabel 5.3 Penduduk Miskin DKI Jakarta tahun 2009

WILAYAH KECAMATAN PENDUDUK


MISKIN
JAKARTA BARAT KEMBANGAN 1082
PALMERAH 3162
KEBON JERUK 3920
GROGOL PETAMBURAN 5103
TAMAN SARI 5634
KALIDERES 5643
TAMBORA 6310
CENGKARENG 6340
JAKARTA PUSAT CEMPAKA PUTIH 1795
MENTENG 2253
GAMBIR 2269
SENEN 3353
TANAH ABANG 3389
SAWAH BESAR 3697
JOHAR BARU 4484
KEMAYORAN 5291
JAKARTA SELATAN PANCORAN 344
CILANDAK 409
SETIA BUDI 519
KEBAYORAN BARU 614
PESANGGRAHAN 697
JAGAKARSA 946
KEBAYORAN LAMA 998
MAMPANG PRAPATAN 1330
PASAR MINGGU 1418
TEBET 3326
JAKARTA TIMUR PASAR REBO 2076
KRAMAT JATI 2398
CIRACAS 3093
MAKASAR 3817
MATRAMAN 3824
CIPAYUNG 4221
DUREN SAWIT 4805
PULO GADUNG 7588
JATINEGARA 8777
CAKUNG 9957
JAKARTA UTARA KELAPA GADING 1232
PADEMANGAN 5627
TANJUNG PRIOK 6502
PENJARINGAN 10889
KOJA 11399
CILINCING 19178

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Sumber: Badan Pusat Statistik, 2
Lampiran 11
Tabel 5.4 Jumlah Penderita HIV/AIDS Menurut Unit Pelapor Tahun 2009

Rumah Sakit HIV AIDS JUMLAH


Abdi waluyo 2 1 3
Agung 9 0 9
Atmajaya 6 7 13
Budhi asih 8 0 8
Dharma nugraha 6 1 7
Dharmais 122 5 127
Fatmawati 14 34 48
Gading pluit 11 8 19
Gatot subroto 64 67 131
Graha medika 2 0 2
Haji 1 3 4
HALIM AU 7 0 7
Harapan bunda 2 3 5
Harapan jayakarta 0 5 5
Harapan kita 17 0 17
Harum 4 0 4
Husada 12 13 25
Islam jakpus 24 0 24
Islam jakut 2 0 2
Jakarta MC 4 2 6
Kesdam cijantung 3 5 8
Koja 66 35 101
Kramat 10 2 12
Lain-lain 0 1 1
M ridwan m 0 1 1
Manuella 6 0 6
Medika permata 1 0 1
hijau
Mediros 1 5 6
Mh thamrin 1 0 1
Mintoharjo 56 31 87
Mitra internasional 3 15 18
Mitra kelapa gading 7 4 11
Mitra kemayoran 11 0 11
MMC 4 2 6

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Ongkomulyo 1 2 3
Pasar rebo 27 0 27
Rumah Sakit HIV AIDS JUMLAH
Patria IKKT 2 0 2
Persahabatan 46 190 236
Pertamina jaya 4 0 4
PGI cikini 13 4 17
Pluit 1 6 7
Pondok indah 4 3 7
Prikasih 3 4 7
Prof sulianti saroso 21 13 34
Pusat pertamina 10 0 10
PUSDIKKES 9 1 10
RSUD cengkareng 6 33 39
Setia mitra 5 8 13
Sint carolus 19 44 63
Sukmul 1 1 2
Sumber waras 24 13 37
Tarakan 93 0 93
Tebet 0 17 17
UKI cawang 2 15 17
Sumber: Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2009

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 12
Tabel 5.5 Alamat Rumah Sakit Penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta tahun 2009
Unit Pelayanan Kesehatan Alamat
Abdi Waluyo Jl Hos Cokroaminoto No.31-33 Jakpus
Agung Jl Sultan Agung No 67 Jaksel
Atmajaya Jl. Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440
Budhi Asih Jl Dewi Sartika Cawang III/200 Jaktim
Dharma Nugraha Jl Balai Pustaka Baru 9 Jaktim
Dharmais Jl S Parman Kav.84-86 Slipi Jakarta Barat
Fatmawati Jl Fatmawati Cilandak Jaksel
Gading Pluit Jl. Boulevard Timur Raya - Jakarta Utara
Gatot Subroto Jl Dr A Rahman Saleh No 24. Jakarta Pusat
Graha Medika Jl. Raya Pejuangan Kav.8 Jakbar
Haji Jl Raya Pondok Gede Jaktim
HALIM AU Lanud Halim P Kusuma Jaktim
Harapan Bunda Jl Raya Bogor Km22 No44 Jaktim
Harapan Jayakarta Jl Bekasi Timur No 6 Jaktim
Harapan Kita Jl S Parman Kav 87 Jakbar
Harum Jl Inspeksi Saluran Jaktim
Husada Jl Raya Mangga Besar. No.137/139 Jakpus
Islam Jakpus Jl Cempaka Putih Tgh I Jakpus
Islam Jakut Jl Tipar Cakung No 5 Jakut
Jakarta MC Jl Jend Sudirman Kav 49 Jaksel
Kesdam Cijantung Jl Mahoni Cijantung II Jaktim
Koja Jl Deli No 4 Tg Priok Jakut
Kramat Jl Kramat Raya 128 Jakpus
M.Ridwan M Jl Kramat Raya No. 174 Jakarta Pusat
Manuella Jl Mangga Besar VIII/23 Jakbar
Medika Permata Hijau Jl Kebayoran Lama No 64 Jakbar
Mediros Jl P Kemerdekaan 149 Jaktim
MH Thamrin Jl Salemba Tengah 26-28 Jakpus
Mintoharjo Jl Bendungan Hilir 17 Jakpus
Mitra Internasional Jl Jatinegara Timur 87 JakTim
Mitra Kemayoran Jl Landas Pacu Timur Kemayoran
Mitra Kelapa Gading Jl Bukit Gading Raya 2 Jakut
MMC Jl HR Rasuna Said No 21 Jaksel
Ongkomulyo Jl Pulo Mas Barat VI Jaktim
Pasar Rebo Jl Letjen TB Simatupang Jaktim
Patria IKKT Jl Cendrawasih 1 Slipi Jakbar
Persahabatan Jl Raya Persahabatan Rawamangun Jaktim
Pertamina Jaya Jl A Yani No 2 Jakarta Pusat
PGI Cikini Jl Raden Saleh No. 40 Jakpus
Pluit Jl Pluit Raya Selatan 2 Jakut
Pondok Indah Jl Metro Duta Pd Indah Jaksel
Prikasih Jl RS Fatmawati Raya 74 Ja
Prof Sulianti Saroso Jl Sunter Permai Raya Jakarta Utara
Pusat Pertamina Jl Kyai Maja Jakarta Selatan
PUSDIKKES Jl Raya Bogor Jakarta Timur

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


RSUD Cengkareng Perumnas Bumi Cengkareng Indah
Unit Pelayanan Kesehatan Alamat
Setia Mitra Jl Fatmawati No 80-82 Jaksel
Unit Pelayanan Alamat
Sint Carolus Jl Salemba Raya 41 Jakpus
Sukmul Jl Tawes 18 Jakarta Utara
Sumber Waras Jl Kiyai Tapa Grogol Jakbar
Tarakan Jl Kiyai Caringin No.7 Jakarta Pusat
Tebet Jl Haryono Mt No 8 Jaksel
UKI Cawang Jl May.Jen Soetoyo Cawang Jakarta Timur
Sumber: Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2009

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 13
Tabel 5.6 Nama, Jenis dan Tipe Rumah Sakit Penderita HIV/AIDS

Nama RS Jenis Status RSUD Cengkareng RSUD B


Abdi Waluyo RSU D Nama RS Jenis Status
Agung RS Pr Setia Mitra RS Ut
Atmajaya RSU B Sint Carolus RSU B
Budhi Asih RSU C Sukmul RSU C
Dharma Nugraha RSU Ma Sumber Waras RSU B
Dharmais RSK B Tarakan RSU B
Fatmawati RSU B Tebet RS C
Gading Pluit RS B UKI Cawang RSU C
Gatot Subroto RSU A Sumber: Dinas Kesehatan DKI
Graha Medika RSK Ma Jakarta, 2010
Haji RSU C
HALIM AU RSU C
Harapan Bunda RSU C
Harapan Jayakarta RSU C Keterangan:
Harapan Kita RSK B
Harum RSU C
Husada RSU B+ Pr: Rumah sakit swasta yang memiliki status D.
Islam Jakpus RSU B+
Islam Jakut RSU B+
Jakarta MC RS C
Ma:Rumah sakit swasta yang memiliki status C.
Kesdam Cijantung RSU D
Koja RSU B Ut: Rumah sakit swasta yang memiliki status B.
Kramat RSU Pr
M.Ridwan M RSU Ma
Manuella RSU C
Medika Permata Hijau RSU B
Mediros RSU A
MH Thamrin RSU B
Mintoharjo RSU Ma
Mitra Kemayoran RSU C
Mitra Internasional RS B
Mitra Kelapa Gading RSU C
MMC RS B
Ongkomulyo RSU Ma
Pasar Rebo RSU B
Patria IKKT RSU D
Persahabatan RSU B
Pertamina Jaya RSU C
PGI Cikini RSU Ma
Pluit RSU Ma
Pondok Indah RS Ut
Prikasih RSU C
Prof Sulianti Saroso RSU C
Pusat Pertamina RS B
PUSDIKKES RSU D

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 14
Tabel 5.7 Jumlah Penderita Penderita HIV/AIDS Tahun 2009

No Kasus Baru HIV AIDS Total


1 HIV/AIDS 777 603 1380
2 Mati 73 93 166
Total 777 603 1380

Sumber: Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2009

Lampiran 15
Tabel 5.8 Jumlah Penderita Menurut Wilayah Tahun 2009

No Wilayah HIV AIDS Total


1 Jakarta Pusat 145 84 229
2 Jakarta Utara 134 75 209
3 Jakarta Barat 111 77 188
4 Jakarta Selatan 62 46 108
5 Jakarta Timur 107 182 289
6 Luar DKI Jakarta 156 99 255
7 Tidak Diketahui 62 40 102
Total 777 603 1380
Sumber: Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2009

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Lampiran 16
Tabel 5.9 Jumlah Penderita HIV/AIDS dari tahun 1987 - 2009

BARU KUMULATIF
TAHUN MATI TOTAL
AIDS HIV AIDS HIV
1987 1 2 1 2 0 3
1988 1 2 2 4 0 6
1989 1 2 3 6 0 9
1990 4 3 7 9 0 16
1991 6 2 13 11 0 24
1992 8 10 21 21 0 42
1993 10 13 31 34 0 65
1994 9 18 40 52 0 92
1995 10 23 50 75 0 125
1996 11 24 61 99 36 160
1997 9 13 70 112 1 182
1998 23 39 93 151 7 244
1999 15 64 108 215 4 323
2000 84 225 192 440 31 632
2001 76 224 268 664 7 932
2002 51 119 319 783 11 1102
2003 21 0 340 783 2 1123
2004 264 164 604 947 74 1551
2005 420 258 1024 1205 123 2229
2006 429 387 1453 1592 122 3045
2007 583 256 2036 1848 109 3884
2008 369 224 2405 2072 70 4477
2009 603 777 3008 2849 164 5857
Sumber: Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2009

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


LAMPIRAN PETA

Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010


Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010
Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010
Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010
Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010
Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010
Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010
Wilayah rentan..., Wine Hasianna, FMIPA UI, 2010

Anda mungkin juga menyukai