Anda di halaman 1dari 63

SKRIPSI

PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI PARASIT Anisakis sp. PADA


IKAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei) DAN IKAN TONGKOL KRAI
(Auxis thazard) DI PERAIRAN KOTA ENDE

OLEH:
VENANSIUS JESMARYO LABHU
1709010053

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
SKRIPSI
PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI PARASIT Anisakis sp. PADA
IKAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei) DAN IKAN TONGKOL KRAI
(Auxis thazard) DI PERAIRAN KOTA ENDE

Untuk memenuhi persyaratan mencapai


derajat Serjana Kedokteran Hewan (S.KH)

OLEH:
VENANSIUS JESMARYO LABHU
1709010053

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022

i
PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI PARASIT Anisakis sp. PADA
IKAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei) DAN IKAN TONGKOL KRAI
(Auxis thazard) DI PERAIRAN KOTA ENDE

Disiapkan dan disusun oleh:

Venansius Jesmaryo Labhu


NIM. 1709010053

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal:
Ketua Penguji :

drh. Julianty Almet, M.Si


NIP. 19820731 200912 2 006

Anggota I/Pembimbing I :

drh. Aji Winarso, M. Si


NIP. 19850101 201012 1 009

Anggota II/Pembimbing II :

drh. Diana A. Wuri, M.Si


NIP. 19771212 200501 2 002

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Sarjana
Tanggal

Mengesahkan

Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Program Studi Kedokteran Hewan


Hewan
Universitas Nusa Cendana Ketua
Dekan

Dr. dr. Christina Olly Lada M.Gizi drh. Elisabet Tangkonda, M.Sc.,Ph.D
NIP. 197804082 005001 2 002 NIP. 19830920 200912 2 001

ii
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Kupang, Maret 2022

Venansius Jesmaryo Labhu


NIM. 1709010053

iii
PERSEMBAHAN

“Sebab rancanga-Ku bukanlah rangcanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku”

(Yesaya 55: 8)

Skripsi ini saya persembahkan bagi:

1. Kemuliaan Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus.

2. Orang tuaku tercinta: Alm. Bapak, Mama, Kakak dan Adik.

3. Segenap keluarga dan teman – temanku terkasih.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat anugerah, kasih serta bimbingan-Nya yang berlimpah, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Prevalensi dan

Derajat Infeksi Parasit Anisakis sp. pada Ikan Tongkol Lisong (Auxis Rochei)

dan Ikan Tongkol Krai (Auxis Thazard) di Perairan Kota Ende.” Skripsi ini

merupakan bagian dari penelitian dosen yang diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperolah gelar Serjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran dan

Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana Kupang.

Selama melaksanakan penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam

ada begitu banyak dukungan, motivasi, kritik dan saran yang selalu diberikan oleh

berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena

itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Christina Olly Lada M.Gizi selaku dekan Fakultas Fakultas Kedokteran

dan Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana.

2. drh. Elisabet Tangkonda, M.Sc.,Ph.D selaku Ketua Program Studi Kedokteran

Hewan Universitas Nusa Cendana.

3. drh. Aji Winarso, M.Si selaku pembimbing utama yang dengan segala

kesabaran telah membimbing, mengarahkan, dan membantu penulis selama

proses penelitian dan penulisan skripsi.

v
4. drh. Diana A. Wuri, M.Si sebagai dosen sebagai dosen pembimbing

pendamping yang dengan segala kesabaran telah membimbing, mengarahkan,

dan membantu penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. drh. Juliyanti Almet, M.Si sebagai dosen penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk mengoreksi serta memberikan kritik, saran, dan

masukan yang baik demi penyempurnaan skripsi ini.

6. drh. Henny Nitbani, M.Si selaku dosen penasehat akademik yang telah menjadi

orang tua di kampus yang dengan penuh kesabaran telah membimbing,

memberikan motivasi, dan semangat kepada penulis selama proses pendidikan

di Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana.

7. Ibu Erni Kadja, S.Pt, M.Si dan Ibu Ani Loasana, S.Pt sebagai tim panitia skripsi

yang selalu memberikan semangat serta membantu dalam segala urusan

administrasi kegiatan seminar, penelitian dan ujian skripsi penulis.

8. Seluruh Dosen FKH Undana yang dengan tulus mendidik dan memberikan ilmu

serta membantu penulis dengan caranya masing-masing, serta semua staf

kependidikan FKH Undana yang telah memfasilitasi dalam kegiatan penelitian

dan penulisan skripsi ini.

9. Orang tua tercinta almarhum bapak Bernadus Lahbu, S.Pd.SD dan mami Agnes

Kela Suka Lumba, S.Pd yang selalu mendoakan, memotivasi, dan memberikan

dukungan bagi penulis selama masa perkuliahan, penelitian, dan dalam

penulisan skripsi ini.

10. Saudara dan saudari serta anak tercinta Kakak Chelsea, Kakak Tantri, dan Adik

Boss, Anak Jho, Anak Keylane, Anak Cio, Anak Biancha, Eja Kori yang selalu

vi
memberikan dukungan kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan

skripsi ini.

11. Keluarga besar Labhu Soge Nenek Lina, Nenek Banggo, Nenek Sisi, Loo

Kevin, Loo Gress, Loo Sodar, Paman Sendi, Bibi Meri, Bibi Ocha, Bibi Detha,

Bibi Linda, Bibi Ina, Eja Genar, Renti, Pur, Angela, Tores, Agris, Al, El, Lulin,

Gidon, dan keluarga besar Kelas Suka Lumba yang dengan caranya tersendiri

telah mendukung saya dalam penelitian ini.

12. Teman Occi Muda, Novia Woi, Yessi Delang, Nona Kedho, Bella Roman,

Sedis Budhe, Alma, Fillipe, Susana, Dessi, Sui, Hery, Zion, Nona Nomleni,

Nanotek, Diana, Chandra, Sulis, Ricko Kota dan Viktor More yang memberikan

segala kasih sayang, bantuan, dan dukungan selama kegiatan penelitian.

13. Teman-teman terkasih keluarga besar angkatan ke-8 “Censa Videlbunia”

mahasiswa FKH Undana yang telah menjadi saudara, memberikan dukungan,

bantuan, kritik dan saran serta motivasi bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak untuk

memperbaiki hasil penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Semoga hasil penelitian

ini dapat menjadi sebuah menfaat bagi semua orang khususnya Civitas Akademika

FKKH Undana.

Kupang, 28 April 2022

Penulis.

vii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xii
INTISARI .............................................................................................. xiii
ABSTRACT .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3 Tujuan.................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 4
2.1 Anisakis sp. .......................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi Anisakis sp. ............................................ 4
2.1.2 Morfologi Anisakis sp.............................................. 5
2.1.3 Siklus hidup Anisakis sp .......................................... 7
2.1.4 Predileksi Anisakis sp .............................................. 8
2.2 Ikan Tongkol Lisong (Auxis rochei) ..................................... 8
2.3 Ikan Tongkol Krai (Auxis thazard) ....................................... 9
2.4 Laporan Kejadian Anisakiasis ............................................... 10
2.5 Prevalensi dan Derajat Infeksi Anisakis sp ........................... 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................ 12
3.2 Materi Penelitian .................................................................. 12
3.2.1 Alat............................................................................. 12

viii
3.2.2 Bahan ......................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian ................................................................... 12
3.3.1 Besaran dan teknik pengambilan sampel ................... 13
3.3.2 Pemeriksaan sampel ................................................... 14
3.3.3 Identifikasi parasit ...................................................... 15
3.4 Analisis Data ......................................................................... 16
3.5 Alur Penelitian....................................................................... 16
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................... 18
4.1 Gambaran Umum Penelitian ................................................ 18
4.2 Hasil dan Pembahasan .......................................................... 19
4.2.1 Identifikasi larva Anisakis sp. .................................. 19
4.2.2 Prevalensi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong
(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard)
di Perairan Kota Ende ................................................ 24
4.2.3 Hubungan antara panjang tubuh ikan terhadap
prevalensi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong
(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard)
di Perairan Kota Ende ................................................ 28
4.2.4 Derajat infeksi parasit Anisakis sp. pada ikan tongkol
(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard)
di Perairan Kota Ende....................................................... 30
4.2.5
Derajat Infeksi Anisakis sp. berdasarkan Site
Predilection pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei)
dan ikan tongkol thazard (Auxis thazard)…………. 32
BAB V PENUTUP ......................................................................... 36
5.1 Kesimpulan............................................................................ 36
5.2 Saran ...................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 38
LAMPIRAN ................................................................................... 45

ix
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Morfoologi dari A. simplex....................................................... 5


Gambar 2. Gambaran makroskopis larva Anisakis sp ................................ 6
Gambar 3. Siklus hidup Anisakis sp........................................................... 7
Gambar 4. Ikan tongkol lisong (Auxis rochei) ........................................... 9
Gambar 5. Ikan tongkol krai (Auxis thazard)............................................. 10
Gambar 6. Peta wilayah Kota Ende ........................................................... 18
Gambar 7. Larva Anisakis sp. pada organ pencernaan ikan tongkol
lisong (Auxis rochei) ................................................................ 20
Gambar 8. Larva Anisakis sp. pada organ pencernaan ikan tongkol
krai (Auxis thazard) .................................................................. 20
Gambar 9. Panjang tubuh larva Anisakis sp. ............................................. 20
Gambar 10. Bagian anterior larva Anisakis sp. terdapat Boring tooth ....... 21
Gambar 11. Bagian ventriculus larva Anisakis sp ....................................... 22
Gambar 12. Bagian posterior larva Anisakis sp terdapat mucron ............... 22
Gambar 13. Diagram predilection site. ....................................................... 32

x
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Kategori prevalensi infeksi parasit ................................................ 16
Tabel 2. Kategori derajat infeksi parasit ..................................................... 16
Tabel 3. Skema alur penelitian .................................................................... 16
Tebel 4. Hasil perhitungan prevalensi parasit Anisakis sp. pada
ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai
(Auxis thazard) perairan Kota Ende .............................................. 24
Tabel 5. Jumlah dan persentase larva Anisakis sp. berdasarkan
ukuran panjang tubuh ikan tongkol lisong (Auxis rochei)
dan ikan tongkol krai (Auxis thazard). .......................................... 28
Tabel 6. Nilai derajat infeksi Anisakis sp. ikan tongkol lisong
(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) di
perairan Kota Ende ....................................................................... 31

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Dokumentasi Pengambilan Sampel ....................................... 45

Lampiran 2. Dokumentasi Pemeriksaan Sampel ........................................ 45

Lampiran 3. Dokumentasi Identifikasi Morfologi Larva Anisakis sp ......... 47

xii
INTISARI

PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI PARASIT Anisakis sp. PADA


IKAN TONGKOL LISONG ( Auxis rochei) DAN IKAN TONGKOL KRAI
(Auxis thazard) DI PERAIRAN KOTA ENDE

Diana A. Wuri, Aji Winarso, Venansius Jesmaryo Labhu

Ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard)
sering terinfeksi endoparasit salah satunya adalah parasit Anisakis sp.. Parasit
Anisakis sp. bersifat zoonosis sehingga menyebabkan penyakit Anisakiasis pada
manusia. Predileksi parasit Anisakis sp. terjadi pada organ pencernaan dan otot.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui prevalensi dan derajat infeksi parasit
Anisakis sp. pada ikan tongkol di perairan Kota Ende. Dalam penelitian ini sampel
yang diambil dari ketiga pasar di Kota Ende yaitu Pasar Mbonga Wani, Pasar
Senggol dan Pasar Wolowona. Sampel ikan tongkol yang diambil adalah sebesar
95 ekor ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan 95 ekor ikan tongkol krai (Auxis
thazard). Dari hasil penelitian ditunjukan Anisakis sp. yang menginfeksi ikan
tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) merupakan
parasit Anisakis sp. tipe I ditandai dengan ditemukan mucron, boring tooth dan
ventriculus. Pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) prevalensi parasit Anisakis sp.
adalah sebesar 26,31 % sedangkan pada ikan tongkol krai (Auxis thazard) sebesar
18,94 %. Nilai derajat infeksi parasit Anisakis sp. adalah sebesar 11,12 pada ikan
tongkol lisong (Auxis rochei) dan 10,72 pada ikan tongkol krai (Auxis thazard).

Kata kunci: Anisakis sp., prevalensi, derajat infeksi, Auxis rochei, Auxis thazard

xiii
ABSTRACT
PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI PARASIT Anisakis sp. PADA
IKAN TONGKOL LISONG ( Auxis rochei) DAN IKAN TONGKOL KRAI
(Auxis thazard) DI PERAIRAN KOTA ENDE

Diana A. Wuri, Aji Winarso, Venansius Jesmaryo Labhu

Tuna is often infected with endoparasites, one of which is the Anisakis sp. parasite.
Anisakis sp. It is zoonotic, causing Anisakiasis in humans. In tuna, the parasite
predilection of Anisakis sp. occurs in the digestive organs and muscles. The purpose
of this study was to identify, as well as to determine the prevalence and degree of
infection with the parasite Anisakis sp. on tuna in the waters of Ende town. In this
study, samples were taken from three markets in Ende town, namely Mbonga Wani
Market, Senggol Market and Wolowona Market. The samples taken were 95 bullet
tuna (Auxis rochei) and 95 frigate tuna (Auxis thazard). From the results, it was
shown that Anisakis sp. which infects bullet tuna (Auxis rochei) and frigate tuna
(Auxis thazard) is the parasite Anisakis sp. Type I is characterized by finding
mucrons, boring tooth and ventriculus. In bullet tuna (Auxis rochei) the prevalence
of Anisakis sp. was 26.31% while in frigate tuna (Auxis thazard) it was 18.94%.
The value of the parasite infection degree Anisakis sp. was 11.12 in bullet tuna
(Auxis rochei) and 10.72 in frigate (Auxis thazard).

Keywords: Anisakis sp., prevalence, degree of infection, Auxis rochei, Auxis


thazard.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi kelautan dan perikanan di Kabupaten Ende mempunyai prospek

ekonomi yang tinggi. Kabupaten Ende sendiri memiliki beberapa pusat tempat

penjualan hasil laut yang berada tepat di ibukota Kabupaten Ende yaitu Pasar Ikan

Mbongawani, Pasar Ikan Senggol, dan Pasar Ikan Wolowona. Dilihat dari kondisi

fisik sumber daya kelautan dan perikanan, Kabupaten Ende dapat menjadi salah

satu titik tumpuh harapan masyarakat dan pemerintah (Lambertus Langga. 2020).

Pada tahun 2012 produksi ikan tongkol di kabupaten Ende yaitu pada tahun 2012

yaitu sebesar 266.98 ton. Peningkatan produksi terjadi setiap tahunnya dan total

produksi ikan tongkol pada tahun 2016 sebesar 1568 ton (Kementrian Perikanan

dan Kelautan. 2018).

Ikan tongkol sering terinfeksi parasit Anisakis sp.. Parasit Anisakis sp. bersifat

zoonosis yang menyebabkan terjadi kejadian Anisakiasis. Penyakit anisakiasis

sendiri adalah penyakit yang tergolong zoonosis. Pada manusia infeksi terjadi

karena memakan ikan mentah yang mengandung larva Anisakis sp. dan kebiasaan

pola konsumsi dengan gaya kuliner tertentu seperti sushi atau makanan khas di

Nusa Tenggara Timur (NTT) (Acha & Szyfres. 2003; Saputra. 2011). Terinfeksinya

parasit Anisakis sp. pada ikan tongkol dapat menimbulkan kerugian bagi manusia

yang mengkonsumsinya sehingga manusia bisa terinfeksi penyakit Anisakiasis.

Faktor kerugian ini bisa berdampak bagi ekonomi nelayan ataupun penjual ikan.

1
Kejadian Anisakis sp. pada ikan dalam penelitian Hibur et al., (2016) di Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) Pasir Panjang Kota Kupang dengan prevalensi 16% ikan

tongkol dan 20% pada ikan cakalang. Soewarlan et al., (2020), menyatakan

prevalensi Anisakis sp. pada Auxis rochei perairan utara Pulau Kera sebesar 25%

dan pada perairan selatan Pulau Kera prevalensi 26%. Berdasarkan informasi-

informasi yang diperoleh dari dinas setempat belum ditemukan adanya penelitian

yang menujukan keberadaan Anasakis sp. yang terjadi di Kabupaten Ende. Namun

di lihat dari produksi ikan tongkol yang tinggi serta adanya infeksi Anisakis sp. yang

terjadi dalam wilayah NTT maka perlu dilakukan penelitian dengan judul

“Prevalensi dan Derajat Tingkat Kejadian Parasit Anisakis sp. pada Ikan

Tongkol Lisong (Auxis rochei) dan Ikan Tongkol Krai (Auxis thazard) di

Perairan Kota Ende”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa tingkat prevalensi Anisakis sp. yang menginfeksi ikan tongkol lisong

(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende?

2. Bagaimana hubungan antara panjang tubuh ikan tongkol lisong (Auxis rochei)

dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) terhadap prevalensi parasit Anisakis sp.

di perairan Kota Ende?

3. Berapa derajat infeksi Anisakis sp. yang menginfeksi ikan tongkol lisong

(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

2
1. Untuk mengetahui morfologi dan tingkat prevalensi Anisakis sp. yang

menginfeksi ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis

thazard) di perairan Kota Ende.

2. Untuk mengetahui hubungan antara panjang tubuh ikan tongkol lisong (Auxis

rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) terhadap prevalensi infeksi

Anisakis sp. di perairan Kota Ende.

3. Untuk mengetahui derajat infeksi Anisakis sp. yang menginfeksi ikan tongkol

lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota

Ende.

1.4 Manfaat

1. Bagi Peneliti

Untuk dapat meningkatkan ilmu pengetahuan tentang tingkat prevalensi

prevalensi dan derajat infeksi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis

rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende.

2. Bagi Dinas Terkait

Sebagai informasi dalam langkah untuk mengendalikan persebaran

penyakit Anisakiasis yang disebabkan oleh parasit Anisakis sp. dan menjadi

sumber informasi dalam melakukan sosialisasi atau edukasi kepada

masyarakat, khususnya di Kabupaten Ende.

3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Hewan

Sebagai salah satu sumber informasi dan edukasi tambahan bagi Fakultas

Kedokteran dan Kedokteran Hewan mengenai pentingnya pengendalian

terhadap penyakit anisakis yang bersifat zoonosis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anisakis sp.

2.1.1 Klasifikasi Anisakis sp.

Klasifikasi Anisakis sp. menurut Anderson (2000) dalam perspektif

taksonomi yang benar sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Nematoda

Class : Secernentea

Order : Ascaridida

Super family : Ascaridoridea

Family : Anisakidae

Sub family : Anisakinae

Genus : Anisakis

Spesies : Anisakis sp.

Anisakis sp. merupakan larva yang sering ditemukan menyerang dan

menginfeksi mamalia atau ikan yang berasal dari laut. Anisakis sp. berkelamin

tunggal serta memiliki dimorfisme seksual saat keadaan dewasa dan memiliki

distribusi yang luas di seluruh dunia (Anderson. 2000; Jurado et al., 2010).

Dilaporkan ada berbagai spesies larva Anisakis sp. yang menginfeksi ikan

di dunia yaitu Anisakis simplex, Anisakis pegreffii, Anisakis berlandi, Anisakis

ziphidarum, Anisakis typica, Anisakis nascettii, Anisakis physeteris, Anisakis

paggiae dan Anisakis brevispiculatapesies (Mattiuci et al., 2011). Beberapa

4
spesies Anisakis sp. secara tidak sengaja dapat menyerang dan menginfeksi

manusia menyebabkan patologi yang dikenal sebagai anisikiasis (Siagian &

Maryanti. 2020).

2.1.2. Morfologi Anisakis sp.

Identifikasi morfologi masih terus berjalan untuk mengidentifikasi genera

membentuk famili Anisakidae karena morfologi setiap genera parasit yang

membentuk famili Anisakidae dan alat yang dilakukan untuk pemeriksaan visual

saat identifikasi masih kurang lengkap atau terbatas (Berland. 1961). Ciri-ciri

morfologi dalam penelitian Fernández et al., (2017), menunjukkan

permukaannya digambarkan sebagai mikrovili, dengan tampilan kasar ketika

diamati. Perbedaan ukuran, struktur dan permukaan telur berbeda-beda

tergantung panjang total parasit dan genusnya (Hernández et al., 2020).

Gambar 1. Morfologi dari A. Simplex. Gambar A.Boring tooth pada bagian


anterior. Gambar B. Ventrikulus pada bagian posterior. Gambar C.
Mukron pada bagian posterior. (Sumber gambar: Muttaqin dan
Abdulgani. 2013).

5
Gambar 2. Gambaran makroskopis larva Anisakis sp.. Gambar A. larva Anisakis
simplex warna putih semi-transparan, Gambar B. Pengamatan
Anisakis sp. menggunakan mikroskop. (Sumber gambar: Muttaqin
dan Abdulgani. 2013)

Dalam penelitian Hibur et al., (2016), morfologi parasit Anisakis simpex dan

Anisakis lainnya adalah dengan melihat karakterisik larva yang berwarna putih,

bagian ventriculus parasit ini tampak memanjang dan terdapat mucron pada

bagian posterior dan pada bagian anterior terdapat booring tooth. Terdapat juga

rektum yang terbuka melalui organ. Pada bagian anterior langsung berhubungan

dengan appendiks dan bagian posterior berhubungan langsung dengan sekum

serta adanya spikula (Saputra. 2011; Garbin et al., 2013).

Arifudin dan Abdulgani tahun 2013 menyatakan morfologi parasit pada

stadium ketiga Anisakis sp. ditemukan kutikula yang keras, memiliki saluran

pencernaan yang sederhana yang terdiri dari esophagus, intestinum dan

ventrikulus. Larva Anisakis simplex mempunyai panjang 11,2 mm – 34,5 mm

dan lebar 0.44-0.55 mm (Sakanari & McKerrow. 1989). Pada cacing Anisakis

dewasa jantan sekitar 38 mm – 60 mm dan panjang pada cacing dewasa betina

adalah 45 mm – 80 mm (Iglesias et al., 1997).

6
2.1.3 Siklus hidup Anisakis sp.

Gambar 3. Siklus Hidup Anisakis sp.. (Juan et al., 2020).

Setiap spesies Anisakis sp. memiliki siklus hidup dan distribusi zoogeografis

yang berbeda, tergantung dengan inang yang disukai tetapi belum sepenuhnya

dijelaskan (Klimpel et al., 2011). Siklus hidup parasit Anisakis sp. diawali

dengan larva betina mampu menghasilkan 1,5 juta telur. Penetasan telur terjadi

di saluran pencernaan mamalia laut dan telur dieliminasi melalui feses dari host

definitif ke lingkungan air dan perkembangan embrio (Berland. 2006; Klimpel

dan Palm. 2011). Dalam penelitian Oshima (1972), larva pertama (L1)

berkembang di dalam perairan dan menjadi larva kedua (L2) pada saat menetas.

L2 akan bercampur dengan plankton, krill, copepoda dan krustasea kecil di laut.

Setelah bebas larva dicerna oleh krustasea yaitu hospes perantara, dan akan

berubah menjadi larva tahap ketiga (L3) (Klimpel dan Palm. 2011).

7
Ketika ikan mengkonsumsi zat antara inang perantara lalu akan menjadi

paratenik atau pembawa stadium L3 dan bermigrasi di rongga selom dan

menetap di jaringan internal (usus, lambung, hati, gonad, dan otot epixial

(Castellanos et al., 2017). Berakhirnya siklus hidup parasit, ketika ikan yang

terinfeksi L3 tertelan oleh mamalia laut karena tahap larva tahap keempat (L4)

berkembang di dalam tubuh mamalia laut (Castellanos et al., 2017).

2.1.4 Predileksi Anisakis sp.

Menurut Utami (2014) larva Anisakis sp. ditemukan paling banyak di dalam

rongga perut dan saluran pencernaan karena larva Anisakis sp. mempunyai gigi

sebagai alat untuk keluar dari saluran pencernaan lalu berkumpul dan bermigrasi

ke organ-organ visceral di dalam rongga abdomen dan bahkan menembus otot.

Anisakis sp. juga dapat menginfeksi hewan yang mengkonsumsi ikan yang

terinfeksi larva Anisakis sp. misalnya burung, reptil, dan hewan pengerat serta

mamalia (Measures, 2014).

2.2 Ikan Tongkol Lisong (Auxis rochei)

Menurut Risso (1810) klasifikasi ikan tongkol (Auxis rochei) ini adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Percomorphi

Famili : Scombridae

Bangsa : Thunnini

8
Genus : Auxis

Spesies : Auxis rochei

Gambar 4. Ikan tongkol lisong (Auxis rochei). (Kementrian Perikanan dan


Kelautan. 2018)

Ikan tongkol (Auxis rochei) mempunyai ciri-ciri yaitu terdapat sirip miring pada

bagian punggung (hamper vertikal), badan berbentuk bulat dengan bagian sirip

yang terletak pada bagian dada tidak mencapai batas anterior dan tanpa sisik. Selain

itu, ikan tongkol (Auxis rochei) mempunyai panjang 50 cm. Namun pada umumnya

rata – rata panjang tubuh ikan tongkol lisong (Auxis rochei) berkisar sekitar 15 cm

– 25 cm (Dhalan et al., 2019). Pada ikan tongkol (Auxis rochei) mempunyai sirip

punggung pertama berjumlah 10 ruas, serta pada sirip punggung kedua memiliki

jumlah 12 ruas. Sirip pada bagian belakang sirip kedua terdapat sirip kecil dengan

jumlah 8 - 10 buah. Pada ikan tongkol terdapat juga sirip tambahan (Agustini.

2000). Ikan tongkol lisong (Auxis rochei) biasanya memakan udang, cumi, dan

ikan teri (Djamal. 1994).

2.3 Ikan Tongkol Krai (Auxis thazard).

Menurut Welly et al., (2012), klasifikasi ikan tongkol krai (Auxis thazard)

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

9
Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Scombriformes

Family : Scombridae

Genus : Auxis

Species : Auxis thazard

Gambar 5. Ikan tongkol krai (Auxis thazard). (Juniyanti. 2019).

Ikan tongkol krai (Auxis thazard) merupakan jenis ikan yang masuk dalam

family scombridae. Ikan tongkol krai (Auxis thazard) berada di seluruh lautan (laut

tropis dan laut subtropis). Spesies ini biasanya berada di perairan terbuka. Sirip

punggung ikan tongkol krai (Auxis thazard) sirip berdekatan dan memiliki panjang

hingga hampir 60 cm dan berat hampir 4 kg tetapi kebanyakan panjang spesies

yaitu 25 cm – 40 cm dan berat badan 0,3 kg - 1,3 kg. Sumber makanan utama ikan

tongkol krai (Auxis thazard) adalah ikan kecil, cumi-cumi, dan krustasea larva

planktonic. (Hartaty dan Setiadji. 2016; Sulistiono et al., 2016).

2.4 Laporan Kejadian Anisakiasis

Kejadian Anisakiasis dilaporkan pada tahun 2014 oleh Lymbery dan Waters

terjadi di bagian Asia Utara dan Eropa Barat sudah lebih dari 90%. Kejadian

Anisakiasis dalam penelitian Howgate dan dos Santos (2011) menjelaskan bahwa,

10
kasus Anisakiasis dari berbagai negara lebih dari 500 kasus. Kasus Anisakiasis

pertama kali terjadi di Indonesia bertepat di Sidoarjo Jawa Timur pertama kali

dilaporkan oleh Uga et al., (1996), yang mengakibatkan 224 pasien mengunjungi

Rumah Sakit Sidoarjo dan menunjukkan pasien yang terkena seropositif terhadap

antigen Anisakis sp. sebanyak 11%.

2.5 Prevalensi dan Derajat Infeksi Anisakis sp.

Prevalensi adalah presentase ikan yang terserang parasit dalam keseluruhan

populasi yang ditemukan terjadi pada ikan (Rueckert et al., 2009). Ira (2010)

melaporkan prevalensi infeksi Anisakis sp. terjadi dalam jaringan ikan adalah pada

rongga perut sebesar 83%, pada organ viseral sebesar 45.6% dan pada jaringan otot

sebesar 3.3%. Derajat infeksi Anisakis sp. pada lambung ikan tongkol mencapai

29,17%. Hariyadi (2006) menyatakan prevalensi larva Anisakidae di Indonesia

cukup tinggi Selat Sunda (25%), Laut Bali (43%) dan Laut Nusa Tenggara Timur

(17%). Prevalensi Anisakis sp. juga terjadi pada ikan Indian Mackerel sebesar 17%

di Pantai Selatan Jawa Timur (Setyobudi et al., 2019).

Laporan derajat infeksi Anisakis sp. pada ikan tongkol yang terjadi di TPI

Kota Pekalongan sebesar 12,6 pada ikan yang berukuran 19 cm – 24 cm sedangkan

pada ikan yang berukuran 25 cm – 31 cm memiliki nilai derajat infeksi sebesar 16.5

(Linayati. 2018). Selain itu, Setyobudi et al., (2011) melaporkan derajat infeksi

pada ikan togkol yang terjadi di Kulon Progo yaitu sebesar 2.9 – 4.6 pada Auxis

rochei.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021 sampai Januari 2022.

Sampel ikan diambil dari Pasar Ikan Mbongawani, Pasar Ikan Senggol dan Pasar

Ikan Wolowona, kemudian sampel diidentifikasi di Laboratorium Puskesmas

Ndetu Ndora, Ende.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah slide glass, cover

glass, mikroskop, gunting bedah, pisau bedah, pinset, nampan bedah, cawan

petri, pipet tetes, penggaris, pot urin, alat tulis menulis dan kamera.

3.2.2 Bahan

Dalam penlitian ini bahan-bahan yang digunakan adalah ikan tongkol lisong

(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) sebagai sampel, tissue,

larutan Nacl fisiologis (0,85%), alkohol 70%, 85% dan 95%, serta larutan

semichen-acetin carmine.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan

pendekatan kajian lintas seksional yaitu mengidentifikasi larva Anisakis sp. yang

terdapat pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis

thazard) oleh peneliti di tempat penjualan ikan di Kota Ende. Dalam penelitian ini

12
peneliti menggunakan metode survei melalui pengambilan sampel pada lokasi

secara langsung. (Anshary et al., 2014; Detha et al., 2018).

3.3.1 Besaran dan teknik pengambilan sampel

Besaran sampel dalam penelitian ini di tentukan dengan menggunakan

asumsi tingkat prevalensi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei)

dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) yaitu 22% (Hibur et al., 2016).

Besaran sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

4PQ
Rumus: n = L2
Keterangan:
n = Besaran sampel
P = Prevalensi (22%)
Q = 1- P
L = Galat (6%)
4PQ
n=
L2

4(0,22)(1−0,22)
=
(0,06)2

(0,88)(0,78)
=
(0,06)2

0,6864
=
0,0036

= 190 sampel
Pengambilan sampel direncanakan dilakukan selama bulan Desember 2021

sampai Januari 2022. Pengambilan sampel dilakukan di Pasar Ikan

Mbongawani, Pasar Ikan Senggol dan Pasar Ikan Wolowona. Dilakukan dengan

metode random sampling yaitu sampel diambil secara acak pada tiga pasar

tersebut sehingga sampel ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol

krai (Auxis thazard) mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan

13
sampel. Jumlah sampel ikan tongkol (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis

thazard) yang diambil diketiga pasar yaitu 39 ekor sampel di pasar Mbonga

Wani, 32 ekor di pasar Wolowona dan 24 sampel di pasar Senggol. Sampel yang

diambil adalah sebesar 95 ekor ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan 95 ekor

ikan tongkol krai (Auxis thazard). Selanjutnya, ikan dimasukan ke dalam

coolbox yang diisi dengan dry ice guna menghambat pembusukan sampel.

Pembedahan sampel ikan serta pengoleksian Anisakis sp. dilakukan di Ende,

kemudian identifikasi Anisakis sp. dari ikan tersebut dilakukan Laboratorium

Puskesmas Ndetu Ndora, Ende.

3.3.2 Pemeriksaan sampel

Menurut Hibur el al., (2016), pemeriksaan sampel ikan dilakukan sebagai

berikut:

1. Sampel ikan yang telah diambil lalu diletakan di atas nampan kemudian

ditimbang dan diukur panjangnya.

2. Selanjutnya dilakukan pembedahan dengan scalpel pada bagian ventral ikan.

Sayatan dimulai dari kloaka ke arah anterior sampai operkulum guna

mengambil jeroan ikan yang diperiksa. Adapun jeroan ikan yang diperiksa

dikumpulkan dari organ internal (hati, usus, lambung, dan gonad). Lalu organ

internal diletakan di dalam cawan petri dan diberi larutan NaCl fisiologis

untuk menjaga agar organ ikan tetap basah.

3. Setelah itu dilakukan pemeriksaan akan adanya investasi parasit Anisakis sp.

secara visual sekaligus menghitung jumlah parasit yang menginvestasi jeroan

serta organ ikan lainnya.

14
4. Parasit yang diperoleh dikumpulkan pada pot urin dan difiksasi dengan

alkohol 70%, kemudian parasit tersebut dibersihkan dari debris-debris yang

masih melekat menggunakan mikroskop stereo.

5. Selanjutnya dilakukan pewarnaan larva menggunakan metode Semichen

acetic carmine yang ditetesi pada parasit Anisakis sp., kemudian dilanjutkan

dengan melakukan dehidrasi bertingkat dengan alkohol 70%, 85%, dan 95%

masing-masing selama 5 menit. Setelah melakukan dehidrasi dilakukan

identifikasi parasit di bawah mikroskop.

3.3.3 Identifikasi parasit

Haryadi et al., (2019) menyatakan identifikasi larva Anisakis sp. secara

morfologi dengan melihat bentuk ventriculus, boring tooth, dan mucron.

Identifikasi yang dilakukan bertujuan memastikan bahwa larva yang di uji

merupakan larva Anisakis sp.. Parasit yang telah ditemukan kemudian

dikelompokkan kedalam ke dalam dua kelompok (kelompok Anisakis sp. tipe I

dan kelompok Anisakis sp. tipe II) (Detha et al., 2018). Setelah melakukan

pemeriksaan terhadap sampel dilakukan perhitungan prevalensi dan derajat

infeksi parasit Anisakis sp..

Rumus perhitungan prevalensi:


𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒐𝒔𝒊𝒕𝒊𝒇 (𝒆𝒌𝒐𝒓)
Prevalensi = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒊𝒌𝒔𝒂 (𝒆𝒌𝒐𝒓) x 100%
Rumus Derajat Infeksi:
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒔𝒊𝒕 𝑨𝒏𝒊𝒔𝒂𝒌𝒊𝒔 𝒔𝒑. 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒏𝒇𝒆𝒌𝒔𝒊
Derajat Infeksi (DI) = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒊𝒏𝒇𝒆𝒌𝒔𝒊

15
3.4 Analisis Data

Data hasil dari identifikasi endoparasit yang menyerang ikan tongkol lisong

(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) dianalisis lalu disajikan dalam

bentuk gambar dan tabel. Penentuan tingkat prevalensi dan derajat infeksi Anisakis

sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard)

mengacu pada Williams dan Bunkley (1996) dengan modifikasi seperti pada Tabel

1 dan 2.

Tabel 1. Kategori prevalensi infeksi parasit

Tingkat serangan Nilai Prevalensi Keterangan


Selalu 90 - 98% Infeksi selalu
Hampir selalu 99 -100% Infeksi hampir selalu
Biasanya 70 - 89% Infeksi biasanya
Sangat sering 50 – 69% Infeksi sangat sering
Umumnya 30 – 49% Infeksi umumnya
Sering 10 – 29% Infeksi sering
Kadang 1 – 9% Infeksi kadang
Jarang < 0,1 – 1% Infeksi jarang
Sangat Jarang < 0,01 – 01% Infeksi sangat jarang
Hampir tidak pernah < 0,01% Infeksi hampir tidak pernah

Tabel 2. Kategori derajat infeksi parasit

Tingkat Serangan Derajat Infeksi


Very light (sangat ringan) <1
light (ringan) 1-5
Medium (sedang) 6-55
Severe (parah) 51-100
Awfully (sangat parah) >100
Super Infection (super infeksi) >1000

3.5 Alur Penelitian

Tabel 3. Skema alur penelitian

Pengambilan sampel ikan tongkol lisong (Auxis rochei)


dan ikan tongkol krai (Auxis thazard)

16
Pengukuran panjang sampel di Ende

Pemeriksaan sampel

Pewarnaan larva dengan Semichen acetic carmine

Identifikasi parasit Anisakis sp. di laboratorium dan


perhitungan prevalensi serta derajat infeksi parasit

Analisis data

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Kabupaten Ende merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam provinsi

Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah sebesar Pa 2.046,6 km2. Kabupaten

Ende memiliki dua garis pantai yaitu garis pantai utara yang memiliki luas perairan

sebesar 832,2 km2 dan garis pantai selatan yang memiliki luas perairan sebesar 700

km2 (Langga. 2020).

Gambar 6. Peta wilayah Kota Ende. (Laporan Akhir Penyusunan Masterplan


Air Bersih Perkotaan Ende)

18
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghitung prevalensi dan

derajat infeksi parasit Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan

tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende. Prevalensi dan derajat infeksi

parasit yang dihitung dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui infeksi parasit

Anisakis sp. yang berada pada otot, dan organ pencernaan pada ikan tongkol lisong

(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende,

Kabupaten Ende. Dalam penelitian ini sampel yang diambil berasal dari tiga pasar

di Kota Ende yaitu Pasar Ikan Mbonga Wani, Pasar Ikan Senggol, dan Pasar Ikan

Wolowona dengan ukuran panjang tubuh ikan yang berbeda. Besaran sampel yang

diambil terdiri dari 95 ekor ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan 95 ekor ikan

tongkol krai (Auxis thazard) dengan panjang tubuh yang berbeda – beda.

Pengambilan sampel pada ketiga pasar dalam kawasan Kota Ende bertujuan agar

sampel ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard)

mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.

4.2 Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Identifikasi larva Anisakis sp.

Pada identifikasi larva Anisakis sp. dilakukan pemeriksaan sampel dengan

dilakukan pembedahan pada tubuh ikan dan ditemukan larva Anisakis sp. yang

menempel pada permukaan usus, hati, otot serta gonad pada ikan. Pada saat

pengamatan secara makroskopis larva Anisakis sp. memiliki ciri-ciri berbentuk

silindris dan berwarna putih dan memiliki kisaran panjang anrata 8 mm – 11 mm

(gambar 6, gambar 7 dan gambar 8). Dalam hasil identifikasi secara mikroskopis

ditemukan boring tooth pada bagian anterior (gambar 9) dan ventriculus serta

19
terdapat mucron pada bagian posterior (gambar 10). Dari hasil identifikasi pada

saluran pencernaan dan otot ikan tidak ditemukan larva dewasa. Hal ini ditandai

dengan cacing yang ditemukan memiliki kisaran panjang 8 mm -11 mm.

Gambar 7. Larva Anisakis sp. pada organ pencernaan ikan tongkol lisong (Auxis
rochei)

Gambar 8. Larva Anisakis sp. pada bagian organ pencernaan ikan tongkol krai
(Auxis thazard)

Gambar 9. Panjang tubuh larva Anisakis sp.

Pada 95 ekor sampel ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan 95 ekor sampel

ikan tongkol krai (Auxis thazard) diketiga pasar di kota Ende yang diidentifikasi

20
ditemukan sebanyak 278 ekor/larva Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis

rochei) dan 193 ekor/larva pada ikan tongkol krai (Auxis thazard). Larva

Anisakis yang ditemukan yaitu Anisakis sp. tipe I karena terdapat boring tooth

pada ujung anterior dari larva yang diamati. Dalam penelitian Hibur et al., (2016)

menyatakan bahwa larva yang ditemukan pada ikan tongkol lisong (Auxis

rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) merupakan larva Anisakis sp. tipe

I. Hal ini ditandai dengan ditemukan boring tooth pada bagian anterior.

Pada bagian posterior terdapat mucron dan ventriculus terlihat seperti bintik

hitam dan tampak memanjang. Paremme (2018) juga menyatakan bahwa parasit

Anisakis sp. yang ditemukan ditandai dengan bewarna putih, menempel dengan

cara melingkar dan memanjang pada saluran pencernaan ikan serta pada bagian

anterior memiliki boring tooth, dan mucron. Selain itu, Awik et al., (2007) yang

mengemukakan bahwa Anisakis sp. yang diidentifikasi memiliki ciri-ciri dengan

bentuk tubuh memanjang silindris, serta pada bagian anterior terdapat bibir yang

dilengkapi ventric (gigi larva).

Gambar 10. Bagian anterior larva Anisakis sp. terdapat boring tooth.

21
Gambar 11. Bagian ventriculus larva Anisakis sp..

Gambar 12. Bagian posterior larva Anisakis sp. terdapat mucron.

Dalam identifikasi morfologi menunjukkan bahwa larva Anisakis sp.

memiliki ciri – ciri tubuh silindris memanjang, berwarna putih serta melingkar

atau lurus pada saluran pencernaan ikan dan memiliki panjang 8 mm – 11 mm.

Hal ini sebanding dengan penelitian Awik et al., (2007) yang menyatakan bahwa

larva Anisakis sp. ditandai dengan tubuh berwarna putih dan memiliki panjang

10 mm – 29 mm. Sebanding dengan Hurst (1984), yang menyatakan bahwa

Anisakis sp. memiliki tubuh silindris memanjang dan berwarna putih serta

panjang sebesar 11.2 mm – 34.5 mm.

22
Ukuran panjang Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan

ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende berkisar 8 mm – 11 mm

sesuai dengan ukuran panjang ikan yang digunakan pada saat penelitian yang

berkisar dari 10 cm – 30 cm. Pada umumnya morfologi panjang ikan tongkol

lisong (Auxis rochei) adalah 50 cm dan pada ikan tongkol krai (Auxis thazard)

adalah 60 cm (Dhalan. 2019; Hartaty dan Setiadji. 2016), sehingga faktor

panjang ukuran tubuh ikan dapat mempengaruhi panjang Anisakis sp.. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Strømnes dan Andersen (2003) yang menyatakan

bahwa panjang Anisakis sp. akan terus bertambah berkaitan dengan ukuran

tubuh ikan.

Selain itu, dalam identifikasi morfologi menunjukkan bahwa Anisakis sp.

pada ikan memiliki boring tooth pada bagian anterior serta memiliki mucron.

Boring tooth pada parasit ini berfungsi sebagai alat yang berguna untuk

menghisap makanan dari inang. Boring tooth yang menonjol ini akan memiliki

fungsi menusuk jaringan inang (Awik et al,. (2007); Berland. (2006)). Anisakis

sp. menurut Grabda (1981) memiliki saluran eksresi (excretory duct) yang

berlokasi di antara mulut ventro – lateral dan kepala. Selain itu, saluran ekskresi

(excretory duct) yang membuka ke arah anterior serta tidak memiliki sekum

intestinal. Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian dari Mattiucci dan

Nassceti (2008) bahwa Anisakis sp. tidak pernah memiliki apendiks ventrikel

atau sekum usus difase hidupnya.

Zubaidy (2010) dalam penelitiannya menyatakan Anisakis sp. memiliki

rongga esofagus, intestinum dan ventriculus yang terlihat seperti memanjang

23
serta berbintik hitam. Ventriculus sendiri merupakan kelenjar yang

menghubungkan esofagus dan usus serta terletak pada bagian posterior esofagus.

Larva Anisakis sp. tipe I memiliki ventrikel yang panjang serta pada bagian

ujung posterior terdapat mucron (Berland. 1961). Hasil yang sama juga

dinyatakan oleh Yani dan Susaniati (2017), bahwa pada saat melakukan

identifikasi ventriculus dan mucron dimiliki oleh parasit Anisakis sp.. Jadi hasil

penelitian yang ditemukan mengarah pada parasit Anisakis sp..

4.2.2 Prevalensi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan
ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende

Berdasarkan hasil perhitungan prevalensi larva Anisakis sp. dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil perhitungan prevalensi parasit Anisakis sp. pada ikan tongkol
lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) perairan
Kota Ende

Jenis ikan Jumlah Jumlah Prevalensi Kategori


sampel sampel (%) Infeksi
(ekor) positif (ekor)
Tongkol Lisong 95 25 26,31 % Infeksi
(Auxis rochei) sering
Tongkol Krai 95 18 18,94 % Infeksi
(Auxis thazard) sering

Prevalensi yang dipaparkan pada Tabel 4 menunjukkan tingkat prevalensi

larva Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) di perairan Kota Ende

sebesar 26,31% sedangkan pada ikan tongkol krai (Auxis thazard) sebesar

18,94%. Nilai prevalensi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei)

dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende masuk dalam

kategori infeksi sering. Hal ini diambil berdasarkan modifikasi kategori infeksi

24
menurut William dan Bunkley (1996) yaitu nilai prevalensi 10% - 29% masuk

dalam kategori sering.

Nilai prevalensi pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) sebesar 26,31% dan

ikan tongkol krai (Auxis thazard) sebesar 18,94 sebanding dengan penelitian

Soewarlan et al., (2020). Dalam penelitiannya nilai prevalensi pada ikan tongkol

(auxis rochei) masuk dalam kategori infeksi sering dimana ikan tongkol (auxis

rochei) memiliki tingkat prevalensi sebesar 25% di perairan utara Pulau Kera

dan 26% perairan selatan Pulau Kera. Prevalensi Anisakis sp. yang masuk dalam

kategori sering juga dilaporkan oleh Suci Kurniawati (2014), dalam

penelitiannya terhadap ikan tongkol prevalensi Anisakis sp. sebesar 10% di

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan – jawa Timur. Hal

sebanding dilaporkan oleh Ulkhaq (2019) prevalensi pada ikan tongkol di

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur sebesar 25% dan

masuk dalam kategori infeksi sering.

Berbeda dengan penelitian Hafid & Anshary (2016), tingkat prevalensi

Anisakis sp. pada ikan tongkol (auxis rochei) Perairan Mamuju, Sulawesi Barat

sebesar 43,3%. Infeksi parasit ini masuk dalam tingkat prevalensi dengan

kategori infeksi “umumnya”. Prevalensi dengan kategori yang sama juga di

laporkan juga oleh Pambudi (2021) yang menyatakan prevalensi Ikan Tongkol

(Euthynnus affinis) dari Perairan Banten, Indonesia sebesar 46,67%. Selain itu,

Bahri (2016) dalam penelitiannya menyatakan nilai prevalensi larva Anisakis sp.

pada ikan tongkol di TPI Ujong Baroh memiliki prevalensi sebesar 100%.

25
Prevalensi infeksi parasit Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis

rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) juga dipengaruhi oleh komponen

– komponen habitat seperti tekanan, kandungan oksigen, suhu dan lain – lain

(Tobing. 2000). Hal ini sejalan dengan Ardiyana (2010) yang menyatakan

tingginya prevalensi infeksi Anisakis sp. tergantung kualitas perairan dan

salinitas dalam sebuah habitat perairan. Sebanding dengan Diba (2009), yang

melaporkan terinfeksinya Anisakis sp. di pada tubuh ikan disebabkan karena

kualitas lingkungan serta memiliki kecocokan dengan tubuh inang dalam

kelangsungan hidup parasit Anisakis sp. serta kemampuan beradaptasi dalam

tubuh ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard).

Penyebaran ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis

thazard) tergantung pada suhu dan salinitas perairan.

Prevalensi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan

tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende bisa terjadi karena faktor

habitat perairan di Kota Ende memiliki keadaan yang cocok dengan siklus hidup

ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) serta

Anisakis sp. itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam penelitian Richards dan

Simons (1971) yang menyatakan bahwa ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan

ikan tongkol krai (Auxis thazard) pada perairan dengan suhu minimal 21,6o C

dan suhu maksimal 30,5o C dengan salinitas berkisar antara 33,2 % hingga 35,57

%. Suhu dan salinitas perairan Kota Ende sama memiliki kesamaan dengan

kondisi tersebut diimana wilayah selatan dari pulau Flores, Nusa Tenggara

Timur berada pada suhu 25,25o C sampai 26,75o C dengan sanilitas perairan

26
sebesar 34,450 % hingga 34,679 % (Tubalawony et al., 2012). Hal ini dapat

terjadi karena larva Anisakis sp. dapat ditemukan pada perairan dengan suhu

yang rendah dan salinitas yang tinggi (Ugland et al., 2004).

Selain itu, faktor penyebab terinfeksinya Anisakis sp. pada ikan tongkol

lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard), kualitas lingkungan

perairan di Kota Ende menjadi menjadi salah satu agen yang mengakibatkan

parasit Anisakis sp. menginfeksi pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan

ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende. Menurut Ramadan et

al., (2012), penyebab terinfeksinya agen patogen pada ikan disebabkan oleh

tingginya pencemaran air laut dari zat-zat berbahaya. Hal ini didukung oleh Price

(1983), yang menyatakan tingginya prevalensi Anisakis sp. diakibatkan karena

turunnya daya tahan tubuh pada ikan karena kondisi perairan yang berubah.

Dalam penelitian Laka et al., (2017) menunjukkan bahwa kualitas

ekosistem perairan Kota Ende masih sangat buruk. Rusaknya ekosistem perairan

ini terjadi diakibatkan karena masih adanya masyarakat yang menggunakan

bahan peledak sebagai salah satu cara untuk menangkap ikan. Selain itu, masih

adanya masyarakat yang membuang sampah dan hasil limbah industri rumah

yang di buang ke laut. Dari faktor tersebut bisa menyebabkan terjadi kerusakan

ekosistem perairan dimana perairan Kota Ende menjadi tercemar sehingga

berdampak pada biota laut. Kondisi perairan yang berubah bisa menyebabkan

imunitas pada tubuh ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai

(Auxis thazard) menjadi menurun dan mengakibatkan parasit Anisakis sp. dapat

27
menginfeksi pada tubuh ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai

(Auxis thazard).

4.2.3 Hubungan antara panjang tubuh ikan terhadap prevalensi Anisakis


sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai
(Auxis thazard) di perairan Kota Ende

Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva Anisakis sp. yang menginfeksi

pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard)

dengan ukuran kisaran 21 cm – 30 cm memiliki prevalensi parasit yang lebih

tinggi dibandingkan dengan ikan yang berukuran 10 cm – 20 cm. Hal ini

sebanding dengan penelitian Muttaqin dan Abdulgani (2013) yang menyatakan

bahwa ikan dengan panjang 25 cm – 37 cm memiliki nilai prevalensi yang lebih

besar dibandingkan dengan ikan yang lebih kecil. Berikut akan dipaparkan hasil

perhitungan prevalensi Anisakis sp. berdasarkan panjang ukuran tubuh ikan

dapat dilihat pada tebel 5.

Tabel 5. Prevalensi larva Anisakis sp. berdasarkan panjang tubuh ikan tongkol
lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard).
Jenis ikan Ukuran Jumlah Jumlah Prevalensi
panjang sampel ikan (%)
(cm) positif
Ikan tongkol lisong 10 – 20 38 4 10,52
(Auxis rochei) 20 – 30 57 21 36,84
Ikan tongkol krai 10 – 20 22 1 4,54
(Auxis thazard)
20 – 30 73 17 23,28

Tabel 5 menunjukkan bahwa prevalensi Anisakis sp. lebih tinggi pada ikan

yang berukuran 20 cm – 30 cm. Hal ini terjadi karena prevalensi parasit Anisakis

sp. memiliki hubungan dengan panjang tubuh ikan. Hubungan tersebut terjadi

28
karena semakin besar dan panjang ukuran tubuh ikan maka semakin banyak pula

ikan terinfeksi parasit Anisakis sp.. Hal ini sebanding dengan penelitian Yani

(2017), mengatakan faktor pendukung dari tingginya infeksi parasit Anisakis sp.

adalah umur ikan, panjang ikan dan letak geografis. Faktor tersebut sebading

dengan Palm et al., (2008) yang mengemukakan bahwa kebiasaan makan,

mikrohabitat serta kondisi perairan di suatu wilayah menjadi penyebab

terinfeksinya parasit Anisaksi sp..

Ardiyana (2010) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa semakin

tinggi ukuran ikan tersebut maka semakin besar pula infeksi parasit Anisakis sp..

Hal ini didukung oleh penelitian Klimpel et al., (2011), bahwa semakin panjang

tubuh ikan semakin banyak parasit yang menginfeksi. Hal ini disebabkan karena

pada ikan yang lebih besar persediaan makanan dalam tubuh ikan tongkol lisong

(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) akan semakin lebih banyak

dibandingkan persediaan makanan pada ikan yang berukuran kecil. Hal ini

didukung oleh Pradipta et al,. (2015), yang menyatakan bahwa ukuran ikan yang

besar menjadi semakin tinggi parasit yang menginfeksi hal ini karena kebutuhan

makanan pada parasit Anisakis sp. menjadi lebih besar.

Selain itu, kebiasaan makan pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan

ikan tongkol krai (Auxis thazard) menjadi faktor infeksi larva Anisakis sp. karena

jenis makanan yang dikonsumsi merupakan ikan kecil, cumi-cumi, dan krustasea

larva planktonic. Hal ini menjadi masalah bagi ikan tongkol lisong (Auxis rochei)

dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) dimana siklus hidup L1 ketika menjadi L2

bercampur dengan plankton, krill, copepoda dan krustasea kecil di laut.

29
Sehingga mereka menjadi hospes perantara dari larva Anisakis sp. dalam

menginfeksi ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis

thazard). (Djamal et al., 1994: Sulistiono et al., 2016; Klimpel dan Palm. 2011).

Selain dari pada itu, mikrohabitat dan kondisi perairan bisa menjadi

penyebab terjadinya infeksi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei)

dan ikan tongkol krai (Auxis thazard). Kondisi wilayah perairan Kota Ende dapat

menjadi faktor penyebaran Anisakis sp. pada kedua spesies ikan tongkol

tersebut. Di laporkan oleh Tubalawony et al., (2012) bahwa suhu dan salinitas

bagian selatan pulau Flores berada pada kondisi yang cocok untuk penyebaran

ikan kedua spesies ikan tongkol tersebut. Kondisi tersebut memiliki kecocokan

dengan penelitian yang dikemukakan oleh Richards dan Simons (1971) serta

Ugland et al., (2004) dimana kondisi perairan siklus penyebaran kedua spesies

ikan tongkol dan larva Anisakis sp. berada sesuai dengan kondisi perairan bagian

selatan pulau Flores.

4.2.4 Derajat infeksi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei)
dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende

Perhitungan derajat infeksi pada penelitian ini berguna untuk mengetahui

jumlah rata – rata parasit Anisakis sp. serta melihat perbandingan jumlah parasit

Anisakis sp. pada organ dalam ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan

tongkol krai (Auxis thazard). Berikut akan disajikan hasil pengamatan dan

perhitungan derajat infeksi Anisakis sp. pada ikan tongkol pada Tabel 6.

30
Tabel 6. Nilai derajat infeksi parasit Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong
(Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) perairan Kota
Ende
Jenis ikan Jumlah Jumlah Derajat Kategori
sampel parasit infeksi/ekor derajat
positif (ekor) infeksi
(ekor)
Ikan tongkol lisong 25 278 11,12 Medium
(Auxis rochei)
Ikan tongkol krai 18 193 10,72 Medium
(Auxis thazard)

Hasil penelitian menunjukkan Ikan tongkol lisong (Auxis rechoi) di perairan

Kota Ende sampel ikan ditemukan 278 ekor/larva Anisakis sp. dengan nilai total

derajat infeksi sebesar 11.12 dengan total 25 sampel positif. Sedangkan pada

ikan tongkol krai (Auxis thazard) jumlah sampel yang terinfeksi Anisakis sp.

berjumlah sebesar 18 ekor. Total derajat infeksi parasit Anisakis sp. pada ikan

tongkol krai (Auxis thazard) adalah 10.72 larva/ekor. Penyebaran infeksi parasit

Anisakis sp. pada organ pencernaan dan otot ikan tongkol lisong (Auxis rochei)

dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende masuk dalam

kategori medium. Hal ini sesuai dengan kategori derajat infeksi Wiliam dan

Bunkley (1996) dimana nilai derajat infeksi 6 – 55 masuk dalam kategori

medium (sedang).

Pada umumnya Anisakis sp. dapat menginfeksi disebabkan karena

mikrohabitat yaitu lingkungan yang dapat mendukung kehidupan parasit

(Wiliam dan jhons. 1993). Derajat infeksi yang tinggi menunjukan bahwa faktor

organ preferensial dapat mempengaruhi kemudahan bagi parasit Anisakis sp.

untuk mendapatkan nutrisi (Roberts. 2000). Menurut Noble dan Noble (1989)

faktor yang mempengaruhi Anisakis sp. pada tubuh yaitu jumlah ukuran tubuh

31
ikan. Selain itu, Penyebaran Anisakis sp. yang tinggi terjadi karena adanya faktor

kecocokan antara parasit dan inangnya sehingga mempengaruhi kemampuan

adaptasi parasit dalam tubuh inangnya untuk kelangsungan hidup (Diba. 2009)

. Lorenzo (2000) melaporkan bahwa Anisakis sp. mempunyai bentuk tubuh

yang dapat beradaptasi dengan kondisi dalam usus inangnya sehingga bisa

bertahan hidup. Dalam hal ini Arifudin dan Abdulgani (2013) menyatakan

bahwa usus merupakan kondisi yang mendukung berkembangnya Anisakis sp.

karena pada organ usus mengandung banyak makanan dibandingkan denggan

lambung hati ataupun gonad. Hal ini sebanding dengan penelitian Mladineo et

al., (2016) bahwa predileksi organ yang diserang Anisakis sp. terpengaruh oleh

nutrisi dan faktor kelangsungan hidup.

4.2.5 Derajat Infeksi Anisakis sp. berdasarkan Site Prefilection pada ikan
tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard).

A Diagram Predilection Site


Ikan Tongkol Lisong (Auxis rochei)
Jumlah Total Prasit & Ikan Terinfeksi

100 4
3,44
90 3,31
3,5
80 86
3
70
73 2,36 2,35
Derajat Infeksi

60 2,09 2,5

50 59 2
40 1,5
30
33 1
20 25 27 25
22 0,5
10 14
11
0 0
Lambung Usus Gonad Hati Otot

Jumlah Total Parasit Jumlah Ikan yang Terinfeksi Derajat Infeksi

32
Diagram Prediclection Site
B Ikan Tongkol Krai (Auxis thazard)
80 4,5
Jumlah Total Parasit & Ikan Terinfeksi

3,71 3,83
70 4
3,42
69 3,5
60
2,81
3

Derajat Infeksi
50
52 2,5
40 1,88
2
30
31 1,5
20 24 1
10 18 17
14 0,5
9 11 7
0 0
Lambung Usus Gonad Hati Otot

Jumlah Total Parasit Jumlah Ikan yang Terinfeksi Derajat Infeksi

Gambar 13. Diagram predilection site. A) Ikan tongkol lisong (Auxis rochei),
B) Ikan tongkol krai (Auxis thazard).

Setiap organ predileksi memiliki tingkat derajat infeksi yang berbeda-beda.

Dilihat dari Gambar 13 derajat infeksi parasit Anisakis sp. pada setiap organ ikan

tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) berbeda.

Pada penelitian ini, berdasarkan tingkat derajat infeksi parasit Anisakis sp. pada

organ pencernaan dan otot ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol

krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende masuk dalam kategori light (ringan).

Dalam penelitian ini derajat infeksi parasit Anisakis sp. pada ikan tongkol

lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) banyak ditemukan

pada usus dan lambung. Hal ini sebanding dengan penelitian Saputra (2011)

bahwa Anisakis sp. banyak menyerang pada organ pencernaan ikan. Hasil yang

sama dilaporkan juga oleh Desrina dan Kusumastuti (1996) organ pada ikan

paling banyak diserang oleh Anisakis sp. merupakan saluran pencernaan.

Banyaknya Anisakis sp. pada organ pencernaan karena pada saluran pencernaan

33
terdapat banyak sumber bahan organik yang digunakan yang dapat diserap serta

struktur dan fisiologis usus dapat mempengaruhi jumlah keberadaan Anisakis sp.

(Murata et al., 2011).

Perbedaan nilai derajat infeksi penyebaran Anisakis sp. pada organ

pencernaan ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis

thazard) maka organ usus merupakan lokasi preferensial Anisakis sp.. Dalam hal

ini sebanding dengan penelitian Arifudin dan Abdulgani (2013) yang

menyatakan bahwa usus merupakan lokasi preferensial Anisakis sp. Hasil yang

sama juga dilaporkan Linayati (2018) bahwa, larva Anisakis sp. terdistribusi

pada organ dalam ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan tongkol krai (Auxis

thazard) dengan preferensial pada organ usus.

Nilai derajat infeksi parasit Anisakis sp. yang tergolong rendah pada

penelitian ini terletak pada organ pencernaan otot dan hati. Penelitian ini

sebanding dengan penelitian yang dikemukakan oleh Pampiglione et al., (2002)

bahwa Anisakis sp. jarang ditemukan pada organ seperti hati, rahim, ovarium,

dan limpa. Penelitian ini didukung juga oleh Setyobudi et al., pada tahun 2007

menyatakan Anisakis sp. yang ditemukan pada ikan layur dibagian rongga perut

dan saluran pencernaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Hibur et al., (2016)

bahwa Anisakis sp. tidak ditemukan pada daerah otot dan lambung ikan tetapi

banyak ditemukan pada daerah bagian usus serta hati dari ikan tongkol (Auxis

thazard) dan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).

Suadi et al., (2007) menyatakan larva Anisakis sp. yang ditemukan pada

organ hati dan tidak sebanyak pada daerah lainnya seperti lambung dan usus.

34
Penyebab banyaknya Anisakis sp. menyebar pada usus dan lambung ikan karena

Anisakis sp. memiliki struktur tubuh yang mampu beradaptasi dengan kondisi

usus karena Anisakis sp. sendiri memiliki epidermis kulit yang mensekresi

enzin-enzim untuk melindungi dirinya dari antibodi.

Derajat infeksi Anisakis sp. pada organ otot ikan tidak sebesar pada saluran

perncernaan ikan. Penyebaran Anisakis sp. pada otot dapat terjadi karena otot

ikan mengandung nutrisi yang bisa diambil dari inangnya sehingga larva

Anisakis sp. bisa bertahan hidup. Menurut Gidelli (2003) penyebaran larva

Anisakis sp. pada rongga tubuh disebabkan karena makanan dari nematoda

adalah darah, sel jaringan tubuh dan cairan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena

nematoda tidak bisa merombak bahan organik yang belum disederhanakan.

Selain itu, menurut Grabda (1981) terjadinya infeksi parasit Anisakis sp. pada

otot disebabkan karena parasit Anisakis akan bermigrasi pada otot apabila ikan

sudah mati.

35
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1) Parasit yang menginfeksi ikan tongkol lisong (Auxis rochei) dan ikan

tongkol krai (Auxis thazard) di perairan Kota Ende tergolong dalam

Anisakis sp. tipe I.

2) Prevalensi Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis rochei) sebesar

26,31% dan ikan tongkol krai (Auxis thazard) sebesar 18,94%

3) Prevalensi larva Anisakis sp. lebih tinggi pada ukuran panjang tubuh ikan

yang lebih tinggi yaitu prevalensi ikan yang berukuran 20 cm – 30 cm pada

ikan tongkol lisong (Auxis rochei) sebesar 36,84 % dan 23,28 % pada ikan

tongkol krai (Auxis thazard). Sedangkan panjang tubuh yang berkisar 10

cm – 20 cm lebih sedikit yaitu sebesar 10,52% pada ikan tongkol lisong

(Auxis rochei) dan 4,54 % pada ikan tongkol krai (Auxis thazard).

4) Nilai derajat infeksi parasit Anisakis sp. pada ikan tongkol lisong (Auxis

rochei) sebesar 11,12 larva/ikan dan ikan tongkol krai (Auxis thazard)

sebesar 10,72 larva/ikan.

5.2 Saran
1) Parasit Anisakis sp. merupakan parasit yang berbahaya bagi kesehatan

manusia sehingga perlu ditingkatkan kesadaran masyarakat mengenai

36
pentingnya mengelola ikan dengan baik sehingga terhindar dari penyakit

Anisakiasis.

2) Perlu dilakukan aktivitas antropogenik yang mungkin dapat merubah

kondisi perhabitat perairan Kota Ende sehingga penyebaran parasit

Anisakis sp. di dapat berkurang.

37
DAFTAR PUSTAKA

Acha, P. N., & Szyfres, B. (2001). Zoonoses and Communicable Diseases Common
to Man and Animals: Volume 3: Parasitoses (Vol. 580). Pan American Health
Org.
Agustini, S. D. (2000). Aplikasi Metode Schaefer: Analisis Potensi Sumberdaya
Tongkol (Scombridae) di Perairan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Jawa
Barat.
Ardiyana, A. (2010). Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Keberadaan Ikan.
aryansfirdaus.wordpress.com pengaruh suhu dan salinitas terhadap
keberadaan ikan. (24 Mei 2012)

Anderson, R.C. (2000). Nematode parasites of vertebrates. Their development and


nd transmission, 2 ed. CABI. Publishing International, Wallingford, UK.
Ángeles-Hernández, J. C., Gómez-de Anda, F. R., Reyes-Rodríguez, N. E., Vega-
Sánchez, V., García-Reyna, P. B., Campos-Montiel, R. G., & Zepeda-
Velázquez, A. P. (2020). Genera and Species of the Anisakidae Family and
Their Geographical Distribution. Animals, 10(12), 2374.
Anshary, H., Sriwulan, Freeman, M. A., & Ogawa, K. (2014). Occurrence and
Molecular Identification of Anisakis Dujardin, (1845) from Marine Fish in
Southern Makassar Strait, Indonesia. Korean J Parasitol, 52(1), : 9-19.
Arifudin, S. Abdulgani, N. (2013). Prevalensi dan Derajat Infeksi Anisakis sp pada
Saluran Pencernaan Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus taufina) di TPI
Brondong Lamongan. Jurnal Sains dan Seni ITS. Institut Sepuluh Nopember.
Surabaya.

Audicana, M.T.; Kennedy, M.W. (2008). Anisakis simplex: From Obscure


Infectious Worm to Inducer of Immune Hypersensitivity. Clinical
microbiology reviews, 21(2), 360-379.
Awik, P.D.N., D. Hidayati, P. Ressa, dan E. Setiawan. (2007). Pola Distribusi
Anisakis sp pada Usus Halus Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) yang
Tertangkap di TPI Brondong, Lamongan. Prodi Biologi Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya, Lab. Zoologi. Alumni Prodi Biologi Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Bahri, S. (2016). Prevalensi Dan Intensitas Cacing Anisakis Sp Pada Ikan Tongkol
(Euthynnus Affinis) Di Tpi Ujong Baroh Kecamtan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat (Doctoral Dissertation, Universitas Teuku Umar
Meulaboh).

38
Baptista-Fernandes, T., Rodrigues, M., Castro, I., Paixão, P., Pinto-Marques, P.,
Roque, L., & Toscano, C. (2017). Human gastric hyperinfection by Anisakis
simplex: a severe and unusual presentation and a brief review. International
Journal of Infectious Diseases, 64, 38-41.
Berland, B. (1961). Nematodes from some Norwegian Marine Fishes. Sarsia. 2(1),
1-50.
Berland, B. (2006). Musings on Nematode Parasites. Report for Institute of Marine
Research, 11. Bergen, Norway: Biologisk institutt, University of Bergen.
Dahlan, M. A., Yunus, B., Umar, M. T., & Nur, M. (2019). Musim Pemijahan Ikan
Tongkol Lisong di Perairan Majene Sulawesi Barat.
Desrina dan Kusumastuti G. (1996). Profil Cacing Pada Ikan Jeruk (Abbalistes
stelatus) yang didaratkan di TPI Batang. In Press.

Detha, A.I.R., Wuri, D.A., Almet,J., Riwu, Y., & Melky., C. (2018). First Report
of Anisakis sp ini Ephinephelus sp in East Indonesia.Journal of Advanced
Veterinary and Animal Research,Vol 5(1), 88-92

Diba, D.F. (2009). Prevalensi dan Intensitas Infestasi Endoparasit Berdasarkan


Hasil Analisis Feses Kura-kura Air Tawar (Coura amboinensis) di Perairan
Sulawesi Selatan. (Tesis). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 47 hal.

Djamal, S. J. (1994). Analisis Musim dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Tongkol


(Euthynnus affinis) di Perairan Utara Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa
Timur. (Skripsi). Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hal.
Dolores M.-Fernández1, Francisco Javier Adroher, R. Benítez. (2018). A scanning
electron microscopy study of Anisakis physeteris molecularly identified: from
third stage larvae from fish to fourth stage larvae obtained in vitro.
Garbin, L.E.; Mattiucci, S.; Paoletti, M.; Diaz, J.I.; Nascetti, G.; Navone, G.T.
(2013). Molecular identification and larval morphological description of
Contracaecum pelagicum (Nematoda: Anisakidae) from the anchovy
Engraulis anchoita (Engraulidae) and fish–eating birds from the Argentine
North Patagonian Sea. Parasitol.
Grabda, J. (1981). Marine Fish Parasitology: An Outline. Polish Scientific
Publication, Warszawa. 306 pp.

Gidelli, G.M, Isaac.A, Takemoto.R.M, Pavanelli, G.C. (2003) ” Endoparasite


Infracommunites Of Hemisorubim platyrhyncos (Valenciennes, 1980) Of

39
The Baia River, Upper Parana River Floodplain, Brazil : Specific
Composition And Ecological Aspects”

Hafid, M. D., & Anshary, H. (2016). Keberadaan Anisakis typica (Anisakidae) dari
Ikan Tongkol dan Ikan Layang dari perairan Sulawesi Barat. Jurnal Sain
Veteriner, 34(1), 102-111.

Hariyadi AS. (2006). Pemetaan infestasi cacing parasitik dan risiko zoonosis pada
ikan laut di perairan Indonesia Bagian Selatan. (Thesis).
Hartaty, H., & Setyadji, B. (2017). Parameter populasi ikan tongkol krai (Auxis
thazard) di Perairan Sibolga dan sekitarnya. BAWAL Widya Riset Perikanan
Tangkap, 8(3), 183-190.
Haryadi, L., Suprayitno, E., Aulanni’am, A., Amin, M., & Hariati, A. M. (2019).
Identification of Anisakid Nematode L3 Larvae Infection on Skipjack Tuna
(Katsuwonus Pelamis L.) From Kupang Waters, East Nusa Tenggara of
Indonesia. Russian Journal of Agricultural and Socio- Economic Sciences.
Hibur, O. S., Detha, A. I. R., Almet, J., & Irmasuryani. (2016). Tingkat Kejadian
Parasit Anisakis sp. Pada Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) dan Ikan
Tongkol (Auxis thazard) yang di Jual di Tempat Penjualan Ikan Pasir Panjang
Kota Kupang. Jurnal Kajian Veteriner, 4(2), 40–51.
Howgate P, dos Santos CAML. (2011). Fishborne zoonotic parasities and
aquaculture: A review. Aquaculture 318: 353-361. DOI: 10.1016/j.aqua
culture.2011.05.046. Kennedy MW, Wassom D.

Hurst (1984) Sakanari dan Mckerrow (1989). “Some factors which influence the in
Vitro maintenance of Anisakis simplex (Nematoda)”. Folia Parasitologica
44, 1997, 291-30.

Huss, H.H., & Embarek, P.K.B. (Ed). (2004). Characterization of Hazard in


Seafood. Assessment and management of seafood safety and quality. Rome,
IT: FAO Fisheries Technical Paper.

Juniyanti, D. (2019). Analisis Potensi Hasil Tangkapan Ikan Tongkol Krai (Auxis
Thazard) di Perairan Samudera Hindia Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara.
.Jurado-Palomo J, Lopez-Serrano MC, Moneo I. (2010) Multiple acute
parasitization by Anisakis simplex. J Investig allergol clin immunol 2010; 20
(5): 437-4
Kelan, B., & Zoonosis, P. B. (2019). Endoparasit Pada Ikan Kakap Merah (Lutjanus
sp.) di Pantai. Current Trends in Aquatic Science I, 2, 99-107.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. (2018). Peluang Usaha Dan Investasi

40
Kelautan Dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Klimpel, S., Kuhn, T., Busch, M.W., Karl, H. & Palm, H.W. (2011). Deep-water
life cycle of Anisakis paggiae (Nematoda: Anisakidae) in the Irminger Sea
indicates kogiid whale distribution in north Atlantic waters. Polar Biology.
Klimpel, S. & Palm, H.W. (2011). Anisakid Nematode (Ascaridoidea) Life Cycles
and Distribution: Increasing Zoonotic Potential in the Time of Climate
Change?. In H. Mehlhorn (Ed.), Parasitology Research Monographs
Kurniawati, S. (2014). Identifikasi dan Prevalensi Endoparasit pada Saluran
Pencernaan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong Lamongan Jawa Timur. (Skripsi). Universitas
Airlangga, Surabaya.
Laka, R. T., Hidayati, A. N., & Widodo, W. H. S. (2017). "Pengembangan Kawasan
Pesisir Melalui Komuditas Unggulan Di kecamatan Ende Kabupaten Ende."
Laporan Akhir Penyusunan Masterplan Air Bersih Perkotaan Ende
Linayati. (2018). Derajat Infeksi dan Tingkat Prevalensi Cacing Anisakis sp pada
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di TPI Kota Pekalongan. Pena Akuatika.

Langga, L. (2020). Analisis Pengembangan Usaha Produksi Ikan Pada Nelayan


Kecamatan Pulau Ende di Kabupaten Ende. ANALISIS, 10(1), 65-75.
Lymberi AJ, Waters JA. (2014). Encyclopedia of food savety. Academic Press.
Lorenzo, S (2000) “Usefulness of Currently Available Methods for The Diagnosis
of Anisakis sp simplex allergy”.Allergy 55, 627–633. [18] Grabda, Marine
Fish Parasitology. PWN – Poloish Scientific Publisher

Mattiucci, S. AND G Nascetti. (2008). Advances and trends in the molecular


systematics of anisakid nematodes, with implications for their volutionary
ecology and host-parasite co-evolutionary processes. Advances in
Parasitology 66: 47–148.
Mattiucci, S.; Paoletti, M.; Borrini, F.; Palumbo, M.; Palmieri, M.R.; Gomes, V.;
Casati, A.; Nascetti, G. (2011) First molecular identification of the zoonotic
parasite Anisakis pegreffii (Nematoda: Anisakidae) in a paraffin–embedded
granuloma taken from a case of human intestinal anisakiasis in Italy.
Measures, L. N. (2014). Anisakiosis and Pseudoterranovosis. US (Virginia).
Mladineo, I., Popovic, M., Drmic-Hofman, I and Poljak, V. (2016). A case report
of Anisakis pegreffii (Nematoda, Anisakidae) identified from archival
paraffin sections of a Croatian patient. BMC Infec. Dis. 16:42.

41
Molina-Fernández, D.; Valles-Vega, I.; Hernández-Trujillo, S.; Adroher, F.J.;
Benítez, R. (2017) A scanning electron microscopy study of early
development in vitro of Contracaecum multipapillatum s.l. (Nematoda:
Anisakidae) from brown pelican (Pelecanus occidentalis) from the Gult of
California, Mexico.
Mollers, H. and K. Andreas. (1986). Diseases and Parasites of Marine Fish. Verlang
Muller, German.
Murata, R., Suzuki, J., Sadamasu, K.and Kai, A. (2011). Morphological and
molecular cha racte rization o f Anisakis la rvae (Nematoda: Anisakidae) in
Beryx splendens from Japanese waters. Parasitol. Int. 60: 193198.

Muttaqin, Z., & Abdulgani, N. (2013). Prevalensi dan derajat infeksi Anisakis sp.
pada saluran pencernaan ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) di Tempat
Pelelangan Ikan Brondong Lamongan. Jurnal Sains dan Seni ITS.

E. R. Noble, and G. A. Noble. (1989) Parasitology- The Biology of Animal


Parasites, Lea and Febliger, USA

Oshima, T. (1972). Anisakis and anisakiasis in Japan and adjacent areas. Progress
of Medical Parasitology in Japan, 4, 305-393.
Palm, H.W., Damriyasa, I.M., Linda., & Oka, B.M. (2008). Molecular genotyping
of Anisakis Dujardin, 1845 (Nematoda: Ascaridoidae: Anisakidae) larva from
marine fish of Balinese and Javanese waters, Indonesia. Helmintologia Vol
45(1), 3-12.
Pambudi, M. R., Tiuria, R., & Kleinertz, S. (2021). Infection Patterns of Helminth
Parasites in Mackerel Tuna (Euthynnus affinis Cantor, 1849) from Banten
Waters, Indonesia. Indonesian Journal of Marine Sciences/Ilmu Kelautan.
Pampiglione S, Trentini M, Fioravanti ML, Onore G, Rivasi F (2002) A new species
of Tunga (Insecta, Siphonaptera) in Ecuador. Parassitologia 44:127

Pradipta, R. E. (2014). Identifikasi dan prevalensi cacing pada saluran pencernaan


ikan Salem (Scomber japonicus) di pangkalan pendaratan ikan Muara Angke
Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Price, J. C. (1983). Estimating surface temperatures from satellite thermal infrared


data—A simple formulation for the atmospheric effect. Remote Sensing of
Environment, 13(4), 353–361. https://doi.org/10.1016/0034-4257(83)90036

Ramadan, A.R., N. Abdulgani. N. Triyani. (2012). Perbandingan prevalensi parasit


pada insang dan usus ikan mujair (Oreochromis mossambicus) yang

42
tertangkap di sungai aloo dan tambak kedung peluk, Kecamatan
Tanggulangin, Sidoarjo. Jurnal Sains dan seni ITS, 1(1):E36-E39.

Richards, W.J. & Simmons, D.C. (1971) Distribution of tuna larvae (Pisces,
Scombridae) in the northwestern Gulf of Guinea and off Sierra Leone. Fishery
Bulletin 69, 555–568.

Risso, A. (1810). Ichthyologie de Nice, ou, Histoire naturelle des poissons du


département des Alpes Maritimes. F. Schoell. Rocka A. (2004). Nematodes
of the Antartic Fishes. Pol Polar Res 25:135-152 (2008).
Roberts. (2000). Foundation Of Parasitology. 6th edition, University Of Miami,
McGraw Hill,
Roepstorff, A., Karl, H., Bloemsma, B., & Huss, H. H. (1993). Catch handling and
the possible migration of Anisakis larvae in herring, Clupea harengus. Journal
of food protection, 56(9), 783-787.
Rueckert, S., W. Hagen, A. T. Yuniar, and H. W. Palm. (2009) “Metazoan Fish
Parasites of Segara Anakan Lagoon, Indonesia, and their Potential Use as
Biological Indicators”. Reg. Environ Change 9, (2009) 315-328.
Sakanari JA, McKerrow JH. (1989). Anisakiasis. Clinical Microbiology Reviews.
Saputra Loar. (2011). Deteksi Morfologi dan Molekuler Parasit Anisakis spp pada
Ikan Tongkol (Auxis thazard). (Skripsi).
Setyobudi E, Senny H, Soeparno. (2007). Anisakis sp.in hairtail (Trichiurus sp.) on
the South Coast of Purworejo Regency. J Fish Sci 9 (1): 142-148.

Setyobudi, E., Jeon, C. H., Lee, C. H., Seong, K. B., & Kim, J. H. (2011).
Occurrence and identification of Anisakis spp.(Nematoda: Anisakidae)
isolated from chum salmon (Oncorhynchus keta) in Korea
Setyobudi, E. K. O., Rohmah, I., Syarifah, R. F., Ramatia, L., Murwantoko, M., &
Sari, D. W. K. (2019). Presence Of Anisakis Nematode Larvae In Indian
Mackerel (Rastrelliger spp.) Along The Indian Ocean Southern Coast Of East
Java, Indonesia. Biodiversitas Journal Of Biological Diversity.
Siagian, Forman Erwin and Maryanti, Esy. (2020). Anisakiasis Pada Ikan Laut Di
Indonesia: Prevalensi, Sebaran Dan Potensi Patogenitasnya Pada Manusia.
Soewarlan, L. C., Yahya, Y., & Al Ayubi, A. (2020). Deteksi Morfologi Anisakis
Sp Pada Auxis Rochei Dari Perairan Sekitar Teluk Kupang, Nusa Tenggara
Timur. Techno-Fish.
Stromnes dan anderson. (2003). Infeksi Larva Anisakis Pada Ikan Tongkol
(Euthynnus sp.) yang di Daratakan di Tarakan. Universitas Borneo, Tarakan.

43
Suadi, Helmiati S, Widaningroem R (2007). Anisakis sp. parasites in hairtail
(Trichiurus sp.) population landed in Cilacap Fishing Port.

Sulistiono, T. hestirianoto, A. Baksir dan A. Zahid. (2016). Buku Saku Pengenalan


Ikan Pulau Gebe Maluku Utara. Bogor : Pt. Antam, Pemerintah Kabupaten
Halmahera Tengah, Institut Pertanian Bogor dan Universitas Khairun.
Tubalawony, S., Kusmanto, E., & Muhadjirin, M. (2012). Suhu dan Salinitas
Permukaan Merupakan Indikator Upwelling Sebagai Respon Terhadap Angin
Muson Tenggara di Perairan Bagian Utara Laut Sawu (Surface Temperature
and Salinity are Indicators of Upwelling In Response to Southeast Moonson
in the Savu Sea). ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine
Sciences, 17(4), 226-239.
Uga S, Oto K, Kataoka N, Hasan H. (1996). Sereoepidemiology of fivemahor
zoonotic parasite infection in inhabitants of Sidroardjo East Java, Indonesia.
Ugland, K.I., Strømnes, E., Berland, B. & Aspholn, P.E. (2004). Growth, fecundity
and sex ratio of adult whaleworm (Anisakis simplex ; Nematoda,
Ascaridoidea, Anisakidae) in three whale species from the North-East
Atlantic. Parasitological Research, 92, 484-489.
Ulkhaq, M. F., Budi, D. S., Kenconojati, H., & Azha, M. H. (2019). Insidensi dan
Derajat Infeksi Anisakiasis pada Ikan Hasil Tangkapan di Pelabuhan
Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Veteriner, 20(1),
101-8.

Utami. (2014). Identifikasi Anisakis sp. pada Beberapa Ikan Laut di Beberapa
Tempat Pelelangan Ikan Cilacap. (Skripsi).
Welly, M., W. Sanjaya, D. Trimudya dan W. G. Yanto. (2012). Profil Perikanan
Nusa Penida Kabupaten Klungkung Provinsi Bali. Nusa Penida
William and Johns. (1993). Parasitic Worm of Fish. Tailor and Francis Publisher:
Sidney
Williams, E. H., & Williams, L. B. (1996). Parasites of offshore big game fishes of
Puerto Rico on The western Atlantic. Puerto Rico: Departement of Marine
Sciences and Departement of Biology University of Puerto Rico.

Yani FI dan Susaniati W. (2017). Infeksi Parasit Anisakis pada Ikan Tuna dan
Cakalang di Perairan Selat Makassar. Jurnal Galung Tropika. 6(3): 198-205.

Zubaidy A. (2010). Third- Stage Larvae of Anisakis simplex (Rudolphi, 1809) in


the Red Sea Fishes, Yemen Coast. Journal of King Abdul Aziz University:
Mar Sci 21(1): 95-112.

44
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Pengambilan Sampel

1. Sampel ikan tongkol lisong


(Auxis rochei)

2. Sampel ikan tongkol krai


(Auxis thazard)

Lampiran 2. Dokumentasi pemeriksaan sampel penelitian.

1. Pengukuran panjang ikan


tongkol lisong (Auxis
rochei)

45
2. Pengukuran panjang ikang
tongkol krai (Auxis thazard)

3. Pemeriksaan larva Anisakis


pada sampel

4. Pengukuran panjang larva


Anisakis sp.

5. Fiksasi larva menggunakan


alkohol 70%

46
6. Pewarnaan larva Anisakis
sp.

7. Dehidrasi bertingkat dengan


menggunakan alkoho 70%,
85% dan 95% pada larva.

Lampiran 3. Dokumentasi Identifikasi morfologi larva Anisakis sp.

1. Pengamatan dibawah
mikroskop.

2. Borng tooth Larva Anisakis


sp.

47
3. Ventriculus larva Anisakis
sp.

4. Mucron Larva Anisakis sp.

48

Anda mungkin juga menyukai