SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
YOGYAKARTA
2021
i
TINJAUAN KRIMINOLOGI DAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP
SKRIPSI
Yogyakarta
FAKULTAS HUKUM
YOGYAKARTA
2021
ii
TINJAUAN KRIMINOLOGI DAN PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN DI KABUPATEN
KLATEN
Telah diperiksa dan disetujui Dosen Pembimbing Tugas Akhir untuk diajukan
ke depan TIM Penguji dalam Ujian Tugas Akhir / Pendadaran
pada tanggal 08 Maret 2021
iv
TINJAUAN KRIMINOLOGI DAN PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN DI KABUPATEN
KLATEN
Mengetahui:
Universitas Islam Indonesia
Fakultas Hukum
Dekan,
v
SURAT PERNYATAAN
Yogyakarta yang telah melakukan penulisan Karya Ilmiah (Tugas Akhir) berupa
KLATEN.
Karya Ilmiah ini akan saya ajukan kepada Tim Penguji dalam Ujian Pendadaran
1. Bahwa karya tulis ilmiah ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri
yang dalam penyusunan tunduk dan patuh terhadap kaidah, etika dan
berlaku;
perbuatan karya ilmiah ini benar-benar Asli (Orisinal), bebas dari unsur-
v
vi
CURRICULUM VITAE
5. Golongan Darah :B
Umbulharjo, Yogyakarta
Tengah, Klaten
9. Riwayat Pendidikan
a. SD : SD Negeri 1 Buntalan
10. Organisasi :-
11. Prestasi :-
vii
Yogyakarta, 9 Februari 2021
Yang Bersangkutan,
viii
HALAMAN MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum kaum
(QS. Al-Insyirah: 6)
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Adik-adik tersayang,
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat limpahan
tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam pencapaian
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan
2. Bapak Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas
Islam Indonesia.
3. Bapak Dr. Abdul Jamil, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
4. Bapak Ari Wibowo, S.H.I., S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
xi
5. Ibu Dr. Winahyu Erwiningsih, S.H., M.Hum., Not., selaku Dosen
Pembimbing Akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia yang
8. Kedua orang tua penulis yakni Bapak Widayatna dan Ibu Sri Harsiwi
9. Adik penulis yakni Sisca Yulia Wardani dan Ricky Tri Wibowo yang
10. Bripda Aldila Ayu Noor Syabani selaku Bamin Satuan Reserse dan
11. Sahabat dan teman-teman penulis yang telah mendukung dan membantu
12. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan
skripsi ini banyak kekurangannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
xii
Yogyakarta, 9 Februari 2021
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
MOTTO ............................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
H. Sistematika Penelitian.............................................................................. 24
A. Kriminologi .............................................................................................. 26
xiv
1. Pengertian Kriminologi ................................................................... 26
2. Perjudian ........................................................................................... 57
Klaten........................................................................................................ 69
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 91
B. Saran ......................................................................................................... 93
xv
ABSTRAK
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
antara beberapa pilihan, di mana hanya satu pilihan saja yang benar dan
tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang nilainya jauh lebih besar
masyarakat atau patologi sosial. Penyakit masyarakat atau patologi sosial ialah
segenap tingkah laku manusia yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-
norma umum dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku
dengan kejahatan yang dalam proses sejarah dari generasi ke generasi ternyata
1
M. Sudrajat, Tindak-Tindak Pidana Tertentu, Remadja Karya, Bandung, 1986, hlm.
179.
2
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Rajawali Pers, Jakarta, 1981, hlm. 58.
3
Ibid, hlm. 3.
4
Mustofa Muhammad, Kriminologi, UI Press, Jakarta, 2007, hlm. 5.
1
Perjudian telah ada di muka bumi seiring berkembangnya peradaban
sejenis permainan judi yang diduga berasal dari tahun 3500 sebelum Masehi
astragali yang merupakan tulang kering di bawah tumit domba atau anjing.
Selanjutnya ditemukan juga permainan dadu di Irak dan India yang dibuat pada
tahun 3000 Sebelum Masehi (SM), di mana dadu tersebut terbuat dari tulang,
Jawa dengan berbagai jenis dan bentuknya. Berbagai jenis dan bentuk
perjudian tersebut tersebut disertai dengan taruhan baik dengan benda bergerak
agama Islam secara tegas melarang segala bentuk perjudian sebab dapat
5
Ensiklopedia Indonesia 7, PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta 1980, hlm. 474.
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 53.
7
Sugeng Tiyarto, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perjudian, Genta Press,
Yogyakarta, 2015, hlm. 38.
2
mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan, maka
adanya dampak negatif dari perjudian yang dapat merugikan mental dan moral
hingga pada akhirnya kehilangan banyak uang dan harta benda. Jadi, sudah
jelas bahwa judi itu merugikan diri sendiri, juga dapat merugikan masyarakat.
secara luas. Selain rugi uang, mental, dan kesehatan juga mendorong pemain
judi untuk menjadi seorang yang pemalas dan pada akhirnya akan sangat
kuat.10 Prof. Van Bemmelen dan Prof. Van Hattum mengatakan bahwa
perjudian membuat asas loon naar arbeid atau asas penghasilan menjadi tidak
8
Ibid, hlm. 15.
9
Anton Tabah, Menatap Dengan Mata Hati Polisi Indonesia, PT Gramedia Pustaka
Umum, Jakarta, 1991, hlm. 182.
10
B. Simandjuntak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Tarsito, Bandung, 1980,
hlm. 352.
3
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dibangkitkannya harapan orang
untuk cepat menjadi kaya tanpa bekerja. Pembangkit harapan tersebut adalah
keliru, oleh karena itu perbedaan itu perlu dihentikan demi kebaikan
masyarakat.11
mulanya pengaturan mengenai perjudian terdapat pada Pasal 303 KUHP dan
No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, maka ancaman pidana bagi
1. Ancaman pidana dalam Pasal 303 ayat (1) KUHP diperberat menjadi
11
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, PT Refika
Aditama, Bandung, 2003, hlm. 283.
4
Sedangkan ayat (2) menjadi pidana penjara selama-lamanya enam
Ketentuan pidana yang terdapat pada Pasal 303 KUHP berbunyi sebagai
berikut:
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau
pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa
tanpa izin:
1. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan
untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian
atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk
itu;
2. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan
kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan
sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak
peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya
sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara;
3. Menjadikan turut serta pada permainan judi seperti pencarian.
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam
menjalankan pencariannya, maka dapat dicabut haknya untuk
menjalankan pencarian itu.
(3) Yang disebut permainan judi adalah adalah tiap-tiap permainan, di
mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada
peruntungan belaka juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih
mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan
perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara
mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala
pertaruhan lainnya.
Ketentuan pidana perjudian yang diatur dalam Pasal 303 bis KUHP
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana
denda paling banyak sepuluh juta rupiah:
1. Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang
diadakan dengan melanggar ketentuan pasal 303;
2. Barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di
pinggir jalam umum atau di tempat yang dapat dapat
dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin untuk mengadakan
perjudian itu.
(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada
pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini
5
dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana
denda paling banyak lima belas juta rupiah.
jenis perjudian.
Walaupun secara tegas telah diatur dalam hukum, akan tetapi perjudian
masih marak dilakukan oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa hukum
yang seharusnya (das sollen) tidak sejalan dengan kenyataan yang ada di
(KONAS) Klaten mendatangi Polres Klaten Jl. Diponegoro No.27, Jetak Kidul,
Juwiring.12
Terkait maraknya perjudian tersebut, perlu dikaji lebih lanjut dari aspek
12
https://jurnalislam.com/marak-perjudiaan-konas-klaten-desak-kapolres-
bertindak/diakses pada 18 Maret 2020 pukul 19.00 WIB.
6
mengenai tindak kejahatan sebagai perbuatan yang kriminal, di mana kajiannya
luasnya. Dalam aspek kriminologi, kejahatan tidak hanya dipandang dari aspek
kejahatan.13
sosial. Masalah perjudian harus segera dicarikan cara dan solusi untuk
mengganggu fungsi sosial dari masyarakat.14 Maka dari itu, diperlukan upaya
penegakan hukum secara tegas terhadap pelaku tindak pidana perjudian guna
norma agama, serta norma sosial yang dapat menimbulkan ketegangan bagi
serta kepolisan sebagai aparat penegak hukum sangat penting dalam upaya
13
Nandang Sambas, Kriminologi, UNISBA, Bandung, 2008, hlm. 20.
14
B. Simandjuntak, Op. Cit., hlm. 354.
15
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cet.II, Penerbit
Alumni, Bandung, 1998, hlm. 148.
7
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Klaten?
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
D. Orisionalitas Penelitian
8
1. Skripsi Miftahul Farida Rusdan, Universitas Sebelas Maret, Tahun
perjudian secara online secara langsung atau pun turut serta dalam
Klaten.
9
perjudian dalam perkara putusan nomor 76/Pid.B/2913/PN.Pangkajene
menggunakan dakwaan kedua yaitu Pasal 303 ayat (1) KUHP dan
dengan terpenuhinya semua unsur dalam dakwaan Pasal 303 ayat (1)
(yang berasal dari dalam) dan faktor eksternal (yang berasal dari luar).
10
menyebabkan terjadinya tindak pidana perjudian dan penegakan hukum
E. Tinjauan Pustaka
1. Kriminologi
disiplin ilmu yang tidak berdiri sendiri, melainkan hasil kajian dari ilmu
psikiatri.17
16
Gde Made Swardhana dan I Ketut Rai Setiabudhi, Buku Ajar Kriminologi dan
Viktimologi, Universitas Udayana, Denpasar, 2016, hlm. 49.
17
Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Nusa Media, Bandung, 2010,
h1m. 16.
18
Stephen Hurwitz disadur Moeljatno, Kriminologi, Bina Aksara, Jakarta, 1986, hlm.
20.
11
merupakan karakter kriminologi. Dalam hal ini kriminologi melihat
orang sampai berbuat jahat itu. Apakah memang karena bakatnya adalah
keadaan sosiologis maupun ekonomis atau ada penyebab yang lain. Jika
sebab kejahatan.
Secara garis besar, dapat diuraikan beberapa objek studi dari ilmu
a. Kejahatan
b. Pelaku kejahatan.
19
Gde Made Swardhana dan I Ketut Rai Setiabudhi, Op. Cit., hlm. 50.
20
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Ctk. Kedelapan, Rineka Cipta, Jakarta, 2008,
hlm. 14.
21
Susanto, Kriminologi, Ctk I, Genta Publishing, Yogyakrta, 2011, hlm. 33.
22
Ibid.
12
c. Reaksi masyarakat terhadap pelaku dan kejahatan
berikut:
b. Teori anomie
23
Yesmil Anwar Adang, Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm. 74.
24
A. S Alam dan Amir Ilyas, Kriminologi Suatu Pengantar, Kencana, Jakarta, 2018,
hlm. 61.
25
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, PT Refika Aditama,
Bandung, 2005, hlm. 41.
13
terletak pada lemahnya ikatan individu dan ikatan sosial dengan
2. Penegakan Hukum
hukum dalam arti kaidah atau peraturan, melainkan juga harus ada
26
Yesmil Anwar Adang, Op. Cit., hlm. 66.
27
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 244.
28
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm. 3.
14
tercapainya tujuan hukum bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
b. Kemanfaatan (zweckmassigkeit)
c. Keadilan (gerechtigkeit)
29
Laurensius Arliman, Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat, Deepublish,
Yogyakarta, 2015, hlm. 207.
30
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Ctk. Keempat, Liberty,
Yogyakarta, 2008, hlm. 160-161.
15
a. Tahap formulasi, adalah tahap penegakan hukum pidana in
positif dan negatifnya terletak pada isi faktor tersebut. Menurut Soerjono
antara lain:32
a. Faktor hukumnya
31
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Op. Cit., hlm. 157.
32
Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 5.
16
Dalam berfungsinya hukum, penegak hukum memegang
d. Faktor masyarakat
e. Faktor kebudayaan
17
dengan orang lain. Dengan demikian, kebudayaan merupakan
mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang dilarang. Adanya
Menurut Pasal 303 ayat (3) KUHP bahwa yang disebut permainan
yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain,
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau
pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang
siapa tanpa izin:
1. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan
kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya
18
sebagai pencarian atau dengan sengaja turut serta dalam
suatu perusahaan untuk itu;
2. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan
kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan
sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan
tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan
adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara;
3. Menjadikan turut serta pada permainan judi seperti
pencarian.
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam
menjalankan pencariannya, maka dapat dicabut haknya untuk
menjalankan pencarian itu.
Selain itu, perjudian juga diatur dalam Pasal 303 bis KUHP
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun aau
pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah:
1. Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang
diadakan dengan melanggar ketentuan pasal 303;
2. Barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di
pinggir jalam umum atau di tempat yang dapat dapat
dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin untuk
mengadakan perjudian itu.
(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak
ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari
pelanggaran ini dapat dikenakan pidana penjara paling lama
enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta
rupiah.
F. Definisi Operasional
kejahatan.
tujuan atau cita hukum yang diharapkan yakni kepastian, keadilan, dan
19
kemanfaatan. Dalam penelitian ini membahas penegakan hukum di
tingkat kepolisian.
3. Tindak pidana perjudian sebagaimana diatur dalam Pasal 303 ayat (3)
juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk
lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam
kenyataan dimasyarakat.33
2. Pendekatan Penelitian
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka
Cipta, 2002, hlm. 126.
20
b. Yuridis kriminologis, yaitu pendekatan dari sudut pandang ilmu
dengan penelitian.
3. Objek Penelitian
berikut:
Kabupaten Klaten.
4. Subjek Penelitian
sebagai berikut:
sebagai berikut:
5. Sifat Penelitian
21
Sifat penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu
memunculkan angka-angka.
sebagai berikut:
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Penertiban Perjudian.
22
d) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981
dalam penelitian;
23
8. Analisis Data
pokok bahasan, konsep, dan tujuan yang berkaitan dengan hal tersebut
H. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori yang akan digunakan dalam
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian mengenai faktor-
34
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004, hlm. 127
24
upaya penegakan oleh kepolisian terhadap tindak pidana perjudian di
Kabupaten Klaten.
BAB IV Penutup
serta saran yang dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini.
25
BAB II
A. Kriminologi
1. Pengertian Kriminologi
35
Susanto, Op. Cit., hlm. 1.
36
A. S. Alam, Op. Cit., hlm. 1-3.
26
d. J. Constant menjelaskan bahwa kriminologi adalah ilmu
pengetahuan,
27
j. R. Soesilo mengemukakan bahwa kriminologi adalah ilmu
a. Kejahatan
dengan norma.
b. Pelaku kejahatan
peraturan perundang-undangan.
37
Susanto, Op. Cit., hlm. 33-37.
28
masyarakat luas serta bagaimana tindakan masyarakat terhadap
pelaku kejahatan.
3. Aliran-aliran Kriminologi
a. Kriminologi Klasik
b. Kriminologi Positif
38
Ibid., hlm. 6.
29
dan intelegensinya, akan tetapi makhluk yang dibatasi atau
c. Kriminologi Kritis
4. Teori-Teori Kriminologi
30
Teori differential association pertama kali diperkenalkan oleh
cara. Oleh karena itu, perbedaan tingkah laku yang conform dan
tersebut.39
berikut: 40
termasuk pula:
sikap-sikap.
39
Yesmil Anwar Adang, Op. Cit., hlm. 74.
40
Ibid, hlm. 76.
31
5) Arah khusus dari motif dan dorongan yang dipelajari
b. Teori Anomie
32
masyarakat, sehingga orang tidak tahu apa yang diharapkan dari
dengan tujuan yang sudah membudaya (goals) dan tata cara yang
41
Indah Sri Utari, Aliran dan Teori Dalam Kriminologi, Thafa Media, Yogyakarta,
2012, hlm. 2.
42
Romli Atmasasmita, Op. Cit., hlm. 35.
43
Indah Sri Utari, Op. Cit., hlm. 97.
33
3) Ritualisme (ritualism) adalah suatu keadaan di mana
44
Yesmil Anwar Adang, Op. Cit., hlm. 102.
34
Menurut Travis Hirschi, ada 4 (empat) elemen ikatan sosial
45
Ibid, hlm. 105-107.
35
4) Belief merupakan aspek moral yang terdapat pada ikatan
d. Teori Labeling
46
Soedjono Dirjosisworo, Op. Cit., hlm. 108.
47
Indah Sri Utari, Op. Cit., hlm. 108.
48
Susanto, Op. Cit., hlm. 116.
49
Ibid, hlm. 118.
36
1) Individual deviation, timbulnya penyimpangan dari tekanan
keadaan.
e. Teori Konflik
ekonomi dan politik, konflik dalam gaya hidup serta orientasi nilai
50
Susanto, Op. Cit., hlm. 119.
37
Teori ini berkembang pada tahun 1950-an hingga awal
para ahli pada tahun 1950-an juga dipengaruhi oleh konsep anomie
B. Penegakan Hukum
dari kata law enforcement dan bahasa Belanda yang berasal dari kata
38
memiliki dasar filosofis tersebut membutuhkan penjelasan yang lebih
masyarakat.
53
Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 5.
54
Satjipto Raharjo. Penegakan Hukum Sebagai Tinjauan Sosiologis, Genta Publishing.
Yogyakarta. 2009, hlm. 25.
55
Sudarto, Kapita Selejta Hukum Pidana, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, hlm.32.
56
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
2006, hlm. 115.
39
penegak hukum harus memahami benar spirit hukum (legal spirit) yang
mendasari peraturan hukum yang harus ditegakkan dan dalam hal ini akan
hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau
dapat dilaksanakan oleh subjek dalam arti yang luas dan dalam arti yang
sempi. Dalam arti yang luas, penegakan hukum melibatkan semua subjek
hukum dalam setiap hubungan hukum. Sedangkan, dalam arti yang sempit
tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum itu
objeknya, yakni dari segi hukumnya. Dalam arti luas, penegakan hukum
saja.58
57
Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2002, hlm. 69.
58
http://www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf diakses pada
tanggal 10 Juli 2020 pada pukul 13.00 WIB.
40
Di dalam proses penegakan hukum, terdapat 3 (tiga) hal yang harus
b. Kemanfaatan (zweckmassigkeit)
c. Keadilan (gerechtigkeit)
59
Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., hlm. 160-161.
41
Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa unsur-unsur yang
dan asas hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, termasuk
dengan hukum. 60
concept) adalah konsep yang menuntut agar semua nilai yang ada
60
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legiprudence), Kencana, Jakarta,
2009, hlm. 204.
61
Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan Pidana Indonesia Melihat Kejahatan dan
Penegakan Hukum dalam Batas-Batas Toleransi, Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta,
1994, hlm. 17.
42
b. Konsep penegakan hukum yang bersifat penuh (full enforcement
partisipasi masyarakat.
hukum khusunya bidang pidana terdiri dari 3 (tiga) tahap, antara lain
sebagai berikut: 62
sesuai dengan kondisi dan situasi masa kini dan masa yang akan
62
Muladi dan Barda Nawawi Arif, Op. Cit., hlm. 33.
43
keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut juga tahap kebijakan
legislatif.
positif dan negatifnya terletak pada isi faktor tersebut. Menurut Soerjono
44
Soekanto, faktor –faktor yang mempengaruhi penegakan hukum tersebut
antara lain:63
a. Faktor hukumnya
hukum.
63
Soerjono Soekanto, Loc. Cit., hlm. 5.
45
organisasi yang baik, peralatan yang memadai, dan keuangan yang
d. Faktor Masyarakat
semakin baik.
e. Faktor Kebudayaan
46
Kelima faktor tersebut berhubungan karena hal tersebut merupakan
esensi dari penegakan hukum dan juga merupakan tolak ukur efektivitas
penegakan hukum.
1. Tindak Pidana
dasarnya, straafbaar feit terdiri atas tiga suku kata, yaitu straf yang
berarti pidana (hukum), baar yang berarti dapat (boleh), dan feit yang
64
Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1 Stelsel Pidana, Tindak Pidana,
Teori-Teori Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002, hlm. 69.
47
jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang digunakan dalam
kehidupan masyarakat.
dari bahasa latin yakni kata delictum. Dalam Kamus Besar Bahasa
dapat dipertanggungjawabkan. 67
65
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989. hlm. 219.
66
Adami Chazawi, Op. Cit., hlm. 72.
67
Ibid, hlm. 72.
48
3) Wirjono Prodjodikoro menyebutkan bahwa tindak pidana
pidana.68
68
Ibid, hlm. 72.
69
Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
1997, hlm.181.
70
Ibid., hlm. 182.
71
Moeljatno, Op. Cit., hlm. 59.
49
dalam wet, yang bersifat melawan hukum, patut untuk
undang-undang (pidana).75
72
Ibid, hlm. 61.
73
Soesilo, Pokok-pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-delik Khusus,
Politik, Bogor, 1991, hlm. 11.
74
Bambang Purnomo Asas Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1992, hlm.
130.
75
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm. 88.
76
Lamintang, Op. Cit., hlm. 193
50
1) Unsur subjektif yaitu unsur yang melekat pada diri si
culpa).
(1) KUHP.
antara lain:
51
b) Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai
sebagai akibat.
a) Perbuatan (yang).
d) Dipertanggungjawabkan.
77
Adami Chazawi, Op. Cit., hlm. 80.
78
Moeljatno, Op. Cit., hlm. 69.
52
e) Unsur melawan hukum yang subyektif.
undang-undang
79
Zuleha, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Deepublish, Yogyakarta, 2017, hlm. 41-45.
53
dalam undang-undang, misalnya tidak membawa
kesengajaan.
54
Contoh: Pasal 338 KUHP (pembunuhan).
keluarga.
keluarga.
55
b) Delik biasa yaitu delik yang dapat dituntut tanpa
propia)
setiap orang.
perbuatan saja.
menerus.
56
a) Delik biasa merupakan semua delik yang berbentuk
ancaman pidananya.
meringankan).
2. Perjudian
a. Pengertian Perjudian
80
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka,
Jakarta, 1995, hlm. 49.
81
Sudarsono, Kamus Hukum, Rhineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 200.
82
Ibid, hlm. 419.
57
dapat dihukum berdasarkan peraturan yang ada. 83 Dalam bahasa
Inggris, judi atau perjudian dalam arti sempit disebut gamble yang
komunitas.85
83
Mr. N. E. Algra dan Mr. RR. W. Gokkel, Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae,
diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, Bina Cipta, Jakarta, 1983, hlm. 186.
84
Michael West, An International Reader‟s Dictionary, Longman Group Limited,
London, 1970, hlm. 155.
85
Carson K.C dan Butcher C.N, Abnormal Psychology and Modern Life, Harpers
Collins Publisher, New York, 1992, hlm. 23.
86
Kartini Kartono, Op. Cit, hlm. 56.
58
dalam perlombaan tersebut, juga mereka yang tergolong dimaksud di
Dalam Pasal 303 ayat (3) KUHP menyatakan bahwa yang disebut
belaka, juga karena permainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ
permainan judi harus diartikan dengan artian yang luas juga termasuk
perlombaan yang diadakan antara dan orang yang tidak ikut sendiri
lain.88
Pasal 303 KUHP dan Pasal 542 KUHP. Akan tetapi, dalam
87
Mas Soebagio. Permasalahan Dalam Bidang Hukum Pidana, Perdata Dan Dagang.
Penerbit Alumni. Bandung, 1976, hlm. 14.
88
Dalil Mutiara, Tafsiran Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1962, hlm. 220.
59
ketentuan yang ada dalam KUHP. Dengan adanya Undang-Undang
berikut:
rupiah.
60
bermain judi atau dengan sengaja turut serta
dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak
peduli apakah untuk menggunakan kesempatan
adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu
tata-cara;
Menjadikan turut serta pada permainan judi
seperti pencarian.
(2) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut
dalam menjalankan pencariannya, maka dapat dicabut
haknya untuk menjalankan pencarian itu.
perjudian.
c. Jenis-Jenis Perjudian
61
Bentuk dan jenis perjudian diatur dalam Pasal 1 ayat (1)
62
n) Pacu anjing;
o) Hailai;
p) Mayong/macak;
q) Erek-erek.
3) Perjudian yang dikaitkan dengan alasan-alasan lain,
antara lain perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan;
a) Adu ayam;
b) Adu sapi;
c) Adu kerbau;
d) Pacu kuda;
e) Karapan sapi;
f) Adu domba/kambing.
g) Tidak termasuk dalam perngertian penjelasan
Pasal 1 huruf c termaksud diatas, apabila
kebiasaan yang bersangkutan berkaitan dengan
upacara keagamaan, dan sepanjang hal itu tidak
merupakan perjudian.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah keharusan bagi pihak yang
dipertaruhkan.90
yaitu dalam Surah Al-Baqarah ayat 219, Surah Al-Maidah ayat 90,
89
Ibrahim Hosen, Apakah Itu Judi, Lemabaga Kajian Ilmiah Institut Ilmu Al-Qur’an,
Jakarta, 1987, hlm. 24-25.
90
Kadar M Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam Tafsir Tematik Ayat-Ayat Hukum, Amzah, Jakarta
2011, hlm. 171.
63
dan Surah Al-Maidah ayat 91. Ketiga ayat ini menyebutkan
menggunakan panah).
64
Dari ketiga ayat tersebut, para ulama ahli tafsir
sesama manusia.
91
Hassan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996,
hlm. 297-298.
92
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah,
Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 9.
65
jarimah karena sudah jelas akan merusak jiwa dan merusak
masyarakat.
1) Jarimah hudud
manusia.
a) Zina;
c) Minum-minuman keras;
93
Zaid Alfauza Marpaung, Diktat Pemahaman Hukum Pidana Islam, Universitas Islam
Negeri Sumatra Utara, 2016, hlm. 22-23.
66
d) Mencuri, merampok atau mengganggu
keaamanan (hirabah);
c) Pembunuhan tersalah;
e) Penganiayaan tersalah.
3) Jarimah Ta’zir
67
Pada dasarnya, perjudian menurut hukum Islam
hak Allah atau hak manusia. 94 Dalam hal ini, ulil amri
untuk menentukannya.
94
Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, Almahira, Jakarta, 2010, hlm. 359-360.
68
BAB III
Klaten
Perjudian menurut Pasal 303 ayat (3) KUHP adalah tiap-tiap permainan di
peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di
lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau
maka terdapat 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi agar suatu perbuatan dapat
atau perlombaan.
95
Moeljatno, Kejahatan-Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum (Open Bare Orde),
Bina Aksara, Jakarta 1984, hlm. 41.
69
2. Untung-untungan, artinya untuk memenangkan suatu permainan atau
terlatih.
taruhan yang dipasang oleh para pemain. Taruhan ini dapat berupa
uang atau harta benda lainnya yang memiliki nilai jual. Dengan adanya
taruhan ini, maka akan ada pihak yang diuntungkan dan pihak yang
atau bukan.
tindak pidana dolus yaitu tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja karena
perjudian tidak ada unsur kealpaan atau tidak sengaja, orang yang melakukan
perjudian dalam keadaan sadar dan mengetahui dengan nyata bahwa dirinya
96
Bambang Mahriyanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Media Center, Surabaya,
2014, hlm. 263.
70
tingkat kasus perjudian di Kabupaten Klaten yakni dengan melihat statistik
tercatat di suatu tempat dan waktu tertentu. Berikut data kasus tindak pidana
perjudian di Kabupaten Klaten dalam kurun waktu lima tahun terakhir yakni
1. 2015 37 37
2. 2016 10 10
3. 2017 40 40
4. 2018 11 11
5. 2019 15 15
perjudian di Kabupaten Klaten dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019
Klaten cenderung naik turun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 terdapat 37
tahun 2016 menjadi 10 kasus. Kemudian pada tahun 2017 kembali mengalami
71
peningkatan menjadi 40 kasus. Selanjutnya pada tahun 2018 mengalami
lanjut dari aspek kriminologi apa penyebab kejahatan perjudian tersebut masih
aspek kriminologi, suatu kejahatan tidak hanya dipandang dari aspek yuridis,
Suatu kejahatan yang terjadi di masyarakat tidak luput dari faktor yang
lain dapat menimbulkan jenis kejahatan yang lain pula. Hal inilah yang
kompleks, di mana faktor yang satu dengan faktor yang lain saling
97
Nandang Sambas, Loc. Cit., hlm. 20.
98
Hari Saherodji, Pokok-Pokok Kriminologi, Aksara Baru, Jakarta, 1980, hlm. 34.
72
faktor-faktor tersebut untuk saat ini dan untuk selanjutnya tidak bisa disusun
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri pelaku yang mendorong pelaku untuk
faktor yang berasal dari luar diri pelaku yang mendorong pelaku untuk
1. Faktor Internal
99
Ibid, hlm. 35.
100
Wawancara dengan Bripda Aldila Ayu Noor Syabani, Bamin Satuan Reserse dan
Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Klaten, pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 09.45 WIB.
73
manusia dalam bersikap dan bertingkah laku supaya sejalan
melanggar norma. Hal ini sesuai dengan teori kontrol sosial yang
b. Faktor Kebiasaan
101
Indah Sri Utami, Op.Cit., hlm. 133.
74
Maraknya perjudian di Kabupaten Klaten juga disebabkan oleh
hal yang lazim karena memang sudah sejak dulu biasa dilakukan
karena dilakukan untuk hiburan semata saja tanpa ada maksud dan
untuk mengisi waktu luang yang ada. 103 Dalam hal ini, seharusnya
teori kriminologi, hal ini sesuai dengan teori kontrol sosial yang
102
Wawancara dengan Saudara J, pelaku tindak pidana perjudian, pada tanggal 23 Juli
2020 pukul 15.30 WIB.
103
Wawancara dengan Saudara B, pelaku tindak pidana perjudian, pada tanggal 23 Juli
2020 pukul 15.45 WIB.
75
norma dan hukum. Dengan demikian, aktivitas atau kegiatan yang
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Ekonomi
104
Ibid, hlm. 133.
105
Wawancara dengan Bripda Aldila Ayu Noor Syabani, Bamin Satuan Reserse dan
Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Klaten, pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 10.00 WIB.
76
sebagai buruh.106 Apabila dihubungkan dengan teori kriminologi,
hal ini sesuai dengan teori anomie yang dikemukakan oleh Robert
melanggar hukum.107
b. Faktor Lingkungan
77
bermain judi. Hal ini sesuai dengan teori differential association
108
Yesmil Anwar Adang, Op. Cit., hlm. 76.
109
Wawancara dengan Bripda Aldila Ayu Noor Syabani, Bamin Satuan Reserse dan
Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Klaten, pada tangga 17 Juli 2020 pukul 10.15 WIB.
78
tebentuknya elemen attachment, maka tidak ada perasaan peka
di Kabupaten Klaten
masyarakat.
Dari serangkaian tugas kepolisian tersebut, salah satu tugas yang menjadi
110
Yesmil Anwar Adang, Op. Cit., hlm. 105.
79
Sebagai aparat penegak hukum, kepolisian mempunyai peran yang sangat
1. Upaya Preemtif
abiding citizens (warga negara yang taat hukum). 111 Upaya preemtif
111
Parsudi Suparlan, Bungai Rampai Ilmu Kepolisian Indonesia, Yayasan
Pengembangan Ilmu Kepolisian, Jakarta, 2004, hlm. 40.
80
dalam usaha preemtif faktor niat menjadi hilang walaupun ada
kesempatan. 112
81
tokoh masyarakat untuk memperkuat peran masyarakat untuk
2. Upaya Preventif
114
A.S Alam, Loc. Cit., hlm. 92.
82
a. Melakukan Patroli
115
Wawancara dengan Bripda Aldila Ayu Noor Syabani, Bamin Satuan Reserse dan
Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Klaten, pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 10.45 WIB.
83
Resor Kabupaten Klaten melakukan razia atau operasi di
3. Upaya Represif
116
Wawancara dengan Bripda Aldila Ayu Noor Syabani, Bamin Satuan Reserse dan
Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Klaten, pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 11.00 WIB
117
A. S Alam, Op. Cit., hlm. 96.
118
Baharudin Lopa, Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum, Kompas, Jakarta, hlm
16-17, 2001.
84
Dalam upaya represif untuk menanggulangi terjadinya tindak
sebagai berikut:
a. Penyelidikan
b. Penyidikan
85
Pada proses penyidikan terdapat beberapa upaya paksa
1) Penangkapan
2) Penahanan
86
akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan
dilakukan.
3) Penggeledahan
4) Penyitaan
87
tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau
penuntut umum.
88
Dalam menanggulangi tindak pidana perjudian, Kepolisian Resor
1. Sikap masyarakat yang pasif dan tidak mau melaporkan adanya tindak
pidana perjudian
wawancara dengan Bripda Aldila Ayu Noor Syabani bahwa untuk saat
119
Wawancara dengan Bripda Aldila Ayu Noor Syabani, Bamin Satuan Reserse dan
Kriminal Kepolisian Resor Kabupaten Klaten, pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 11.10 WIB.
89
bahwasanya pihak kepolisian akan menggelar operasi atau razia di
bukti berupa alat yang digunakan berjudi. Maka ketika polisi tiba di
terhadap proses penegakan hukum. Dalam hal ini, sikap masyarakat yang
90
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Faktor Internal
2) Faktor Kebiasaan
melanggar hukum.
b. Faktor Eksternal
91
1) Faktor Ekonomi
2) Faktor Lingkungan
a. Upaya Preemtif
pemahaman hukum.
b. Upaya Preventif
92
Upaya preventif yang dilakukan oleh Kepolisian Resor
c. Upaya Represif
kejaksaan.
B. Saran
93
melaporkan kepada pihak kepolisian apabila mengetahui adanya
kegiatan perjudian.
94
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang
(Legiprudence), Kencana, Jakarta, 2009.
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih
Jinayah, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
95
B. Simandjuntak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Tarsito,
Bandung, 1980.
Carson K.C dan Butcher C.N, Abnormal Psychology and Modern Life, Harpers
Collins Publisher, New York, 1992.
Gde Made Swardhana dan I Ketut Rai Setiabudhi, Buku Ajar Kriminologi dan
Viktimologi, Universitas Udayana, Denpasar, 2016.
Hassan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996.
Ibrahim Hosen, Apakah Itu Judi, Lembaga Kajian Ilmiah Institut Ilmu Al-
Qur’an, Jakarta, 1987.
Indah Sri Utari, Aliran dan Teori Dalam Kriminologi, Thafa Media,
Yogyakarta, 2012.
Kadar M Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam Tafsir Tematik Ayat-Ayat Hukum, Amzah,
Jakarta 2011.
96
Laurensius Arliman, Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat,
Deepublish, Yogyakarta, 2015.
Mr. N. E. Algra dan Mr. RR. W. Gokkel, Kamus Istilah Hukum Fockema
Andreae, diterjemahkan oleh Saleh Adiwinata dkk, Bina Cipta, Jakarta,
1983.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Penerbit
Alumni, Bandung, 1998.
Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2002.
97
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka,
Jakarta, 1995.
98
Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, Almahira, Jakarta, 2010.
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Data Elektronik
https://jurnalislam.com/marak-perjudiaan-konas-klaten-desak-kapolres-
bertindak/diakses pada 18 Maret 2020 pukul 19.00 WIB.
http://www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf, diakses
pada tanggal 10 Juli 2020 pada pukul 13.00 WIB.
99
LAMPIRAN
100
101
102
103
104
105
106