Skripsi
Disusun Oleh:
Adithya Prima Herrison
NIM. 20170610360
Fakultas Hukum
Program Studi Hukum
Rumpun Ilmu Hukum Pidana
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi
Disusun oleh:
NIM. 20170610360
Dosen Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM TEMBAKAU GORILA DI KOTA
YOGYAKARTA
Telah diuji dan dipertahankan di hadapan tim penguji dalam ujian tugas
akhir/pendadaran.
Pada hari ……. tanggal ……. dan dinyatakan lulus.
1. Ketua :
3. Anggota :
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NIM : 20170610360
Dengan ini saya nyatakan bahwa skripsi yang saya buat merupakan hasil
karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip telah dinyatakan benar.
Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain
yang pernah ditulis oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Yogyakarta, ……………
iv
HALAMAN MOTTO
“Kesuksesan dan kebahagiaan terletak pada diri sendiri. Tetaplah berbahagia, dan
kebahagiaanmu dan kamu akan membentuk sebuah karakter kuat melawan
kesulitan.”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
telah selesai perjuangan saya dalam perkuliahan untuk mendapatkan Gelar
Sarjana dengan dukungan do’a dari keluarga saya, oleh karena itu skripsi ini saya
persembahkan untuk:
1. Orang tua saya, Bapak Ir. Edison, M.Kn. dan Ibu Heriyenti, M.H., yang selalu
melimpahkan semangat dan do’anya kepada saya.
2. Abang saya, Habiby Eka Putra Edison dan Priscilla Heidytria Kartika selaku
adik saya yang selalu memberikan dukungan ketika saya lelah.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penyalahgunaan
Narkotika Golongan I Dalam Tembakau Gorila di Kota Yogyakarta”
Shalawat serta salam tidak lupa semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad S.A.W., kepada keluarga, sahabatnya dan kita sebagai umatnya.
vii
6. Bapak Dr. Leli Joko Suryono, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
7. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu selama penulis berkuliah di Fakultas
Hukum.
8. Staff Dekanat Bapak Maman dan seluruh staff Tata Usaha Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
9. Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Yogyakarta dan kepada
Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta yang telah bersedia menjadi
narasumber penelitian skripsi ini.
10. Kepada seluruh orang yang mungkin tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu dikarenakan keterbatasan ingatan, terima kasih sudah meluangkan
waktu untuk pertanyaan ataupun kebersamaan selama penyelesaian
penulisan skripsi dan masa studi di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Akhir kata, semoga Allah SWT. memberkati dan selalu membalas segala
nikmat kasih karunia dan bimbingannya untuk semua pihak telah yang membantu
dan berpartisipasi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Semoga penulisan
skripsi ini bermanfaat baik untuk penulis juga setiap orang yang membaca skripsi
ini, Aamiin.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................
HALAMAN MOTTO............................................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
ABSTRAK............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................
D. Manfaat Penulisan......................................................................................................
E. Tinjauan Pustaka........................................................................................................
F. Metode Penelitian.....................................................................................................
G. Sistematika Pembahasan...........................................................................................
ix
A. Pengertian Pertimbangan Hakim..............................................................................
B. Jenis-Jenis Putusan Hakim.......................................................................................
C. Peran Hakim dalam Pemidanaan..............................................................................
D. Kemandirian Hakim dan Faktor yang Mempengaruhi Hakim..................................
BAB V PENUTUP...............................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA 10
1
LAMPIRAN.......................................................................................................................106
x
ABSTRAK
Narkotika merupakan suatu zat atau obat baik itu bersifat sintetis, alamiah,
maupun semi sintetis yang dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan
kesadaran, daya rangsang, serta halusinasi. Salah satu produk dari narkotika yaitu
tembakau gorila. Aturan larangan penggunaan tembakau gorila telah dicantumkan
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu memiliki
kandungan zat AB-CHMINACA yang merupakan kandungan zat yang termasuk
dalam Golongan I angka 86. Banyaknya kalangan menengah kebawah khususnya
remaja yang menggunakan tembakau gorila ini menjadi perhatian penting bagi
kita khususnya pemerintah, karena dari harganya yang murah sehingga produk ini
banyak dicari oleh para muda-mudi di Indonesia dan mirisnya lagi yaitu di
kalangan pelajar. Untuk memberikan penjelasan terhadap bagaimana sanksi
pidana bagi pengedar narkotika golongan I ini maka dalam penelitian ini akan
menganalisis mengenai dua pokok permasalahan yaitu bagaimana penegakan
hukum pidana terhadap penyalahgunaan narkotika golongan I dalam tembakau
gorila dan pertimbangan hakim terhadap penyalahgunaan narkotika golongan I
dalam tembakau gorila di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Penelitian ini adalah
penelitian normatif. Bahan hukum primer dan sekunder dikumpulkan melalui
studi kepustakaan dan wawancara dengan narasumber. Analisis bahan hukum
dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan membangun argumentasi
untuk memberikan penjelasan terkait persoalan penegakan hukum pidana
narkotika dan pertimbangan hakim dalam menentukan sanksi pidana terhadap
penyalahgunaan narkotika golongan I dalam tembakau gorila.
Kata Kunci: Narkotika, Tembakau Gorila, Pertimbangan Hakim.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Berkembangnya lalu lintas peredaran narkotika secara ilegal patut kita beri
perhatian yang lebih. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat serius yang akan
berdampak buruk bagi masa depan bangsa dan negara. Narkotika sejatinya adalah
bahan yang digunakan untuk keperluan medis dan penelitian bagi manusia, akan
memberi kepuasan semu kepada korbannya. Para bandar narkotika ini lebih
modern, dan dapat dikatakan tidak ada satupun negara di dunia berhendak
melindungi tindak pidana pada umumnya dan pada khususnya, tindak pidana
1
Romli Atmasasmita, Tindak Pidana Narkotika Transnasional Dalam Sistem Hukum Pidana
Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997 hlm. 1-3.
1
Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika telah dihapus dan dinyatakan
tidak berlaku.
masalah yang harus ditanggulangi oleh masyarakat dan juga pemerintah demi
terbentuknya masyarakat yang sehat dan mampu membangun bangsa lebih baik.
Salah satu jenis narkotika yang marak digunakan kalangan remaja adalah
yang berbahaya bagi tubuh dan sangat adiktif sehingga dapat menyebabkan
ketergantungan. Efek-efek yang dapat dirasakan oleh pengguna dari ganja sintetis
antara lain:
1. Halusinasi
Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat
2
undang tersebut”. Tembakau gorila sudah masuk golongan narkotika sejak Januari
2017 seperti yang tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
dalam Golongan I angka 86. Menurut Permenkes Nomor 5 Tahun 2020 tersebut
yang terjangkau, selain itu banyak dari kalangan remaja baik dari yang duduk di
dengan alasan bahwa kehidupan mereka yang tidak begitu harmonis dalam
keluarga mereka dan adapula yang beralasan tekanan tugas yang begitu banyak
tembakau gorila ini yaitu kasus yang terjadi pada tahun 2020 dimana terdakwa
bernama Danang Adi Prasetiyo yang telah terbukti secara sah melakukan tindak
pidana “Tanpa Hak atau Melawan Hukum Menawarkan Untuk Dijual, Menjual,
3
(lima) Gram” yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 114 ayat (2) Undang-
menjatuhkan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dengan barang bukti berupa
beberapa paket tembakau gorila yang dibalut kain berwarna emas dengan berat
melebihi 5 (lima) gram yang siap untuk diedarkan. Terdakwa ditangkap oleh
petugas Ditresnarkoba Polda DIY di depan kantor JNE Jalan Gambiran Nomor 26
tembakau gorila.
Contoh Kasus Kedua juga terjadi pada tahun 2020, dengan terdakwa
bernama Kurnia Divananda yang terbukti secara sah melakukan tindak pidana
“Tanpa Hak atau Melawan Hukum Menawarkan Untuk Dijual, Menjual, Membeli
dan Menyerahkan Narkotika Golongan 1” yang diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang RI nomor 35 tahun 2009
kasus tersebut menjatuhkan pidana penjara selama 6 (enam) tahun dengan barang
bukti berupa beberapa paket tembakau gorila dengan berat 23,45 gram yang juga
siap untuk diedarkan. Terdakwa ditangkap oleh petugas Ditresnarkoba Polda DIY
4
Penyalahgunaan narkotika jenis tembakau gorila ini merupakan sesuatu
yang harus ditangani lebih lanjut, masyarakat harus ikut berperan dalam
narkotika jenis ini, maka perlunya sanksi yang sangat tegas atau hukuman yang
hukuman penjara bahkan hukuman mati diperlukan untuk memberikan efek jera
bagi para pengedar lain untuk berhenti menjual narkotika yang dapat
B. Rumusan Masalah
124/Pid.Sus/2020/PN.Yyk?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Objektif:
5
1. Untuk mengetahui penegakan hukum pidana terhadap penyalahgunaan
Tujuan Subyektif:
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi yang saling berkaitan, yaitu dari
segi teoritis dan segi praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:
1. Manfaat Teoritis:
tembakau gorila.
2. Manfaat Praktis:
6
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta
E. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Narkotika
2009, narkotika merupakan suatu obat atau zat yang bersumber dari
tanaman atau bukan tanaman, baik itu merupakan sintetis maupun semi
Narkotika adalah bahan obat yang memiliki efek kerja yang pada
7
Narkotika dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu narkotika
Dalam arti luas, narkotika bersifat sintetis (buatan) dan alami, yang
sempit, narkotika adalah bahan atau zat yang sifatnya alami, seperti
ini adalah ganja, morfin, kokain, heroin, dan opium. Narkotika Golongan
Contoh dari Narkotika Golongan III ini yaitu kodein dan turunannya.6
5
Ibid., hlm. 6.
6
Hariyanto, B. P., Loc. Cit.
8
pandangan pertama yaitu pandangan monistis, pandangan monistis tidak
terutama dapat merusak kehidupan generasi muda. Pada Pasal 127 ayat
9
seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor
obat ataupun zat yang berasal dari tanaman, baik tanaman tersebut
Tindak pidana narkotika telah diatur dalam Pasal 111 hingga Pasal
1) Penyalahgunaan/melebihi dosis
yaitu:
lingkungan
9
Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988
sebagaimana diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1997 menggunakan istilah pemakaian untuk
kepentingan sendiri.
10
Moh. Taufik Makoro, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta: Ghalia Indonesia,2005, hlm. 44.
10
4. Ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman emosional
2) Pengedaran Narkotika
3. PertanggungJawaban Pidana
11
perbuatan tersebut. Hal ini menjadi suatu kesimpulan bahwa masyarakat
12
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana; Dua Pengertian Dasar
dalam Hukum Pidana, (Jakarta: Aksara Baru, 1983), hlm. 13.
13
Andi Zainal Abidin, Hukum Pidana I, (Jakarta: Sinar Grafika, 1983), hlm. 260.
14
Chairul Huda, Op. Cit., hlm. 61.
12
dicela, maka hukum dan institusnya sudah gagala menjalani
fungsinya”.15
pula siapa yang dinyatakan sebagai pembuat dari suatu tindak pidana
pengertian dari subjek tindak pidana mencakup dua hal, yang pertama
15
D.J. Galligan, Due Process and Fair Procedures; Astudy of Administrative Prosedures, (Oxford:
Clarendo Press, 1996), hlm. 5.
16
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 165.
13
siapa yang melakukan tindak pidana dan yang kedua siapa yang dapat
tidak selalu seperti itu. Masalah ini juga mencakup tentang sistem atau
4. Pertimbangan Hakim
sebuah putusan dapat diterima oleh para pihak, oleh karena itu hakim
pemberat pidananya juga berasal dari sifat terdakwa tersebut yaitu tidak
Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, pada Pasal 5 ayat (1) yang
17
Barda Nawawi Arief, ”Masalah Pemidanaan sehubungan Perkembangan Delik-delik Khusus
dalam Masyarakat Modern”, Kertas Kerja, pada Seminar Perkembangan Delik-delik Khusus
dalam Masyarakat yang mengalami Modernisasi BPHN-FH UNAIR Surabaya, Tanggal 25-27
Februari 1980 (Bandung : Bina Cipta, 1982), hlm. 105-107.
18
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar grafika, Jakarta, 2004, hlm 33
14
berisi tentang wajibnya seorang hakim dan hakim konstitusi untuk
dalam masyarakat, begitu juga pada Pasal 8 ayat (2) yang berisi bahwa
hakim wajib memperhatikan sifat baik dan jahat dari terdakwa untuk
19
Nurhafifah, N., & Rahmiati, R. (2015). Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Pidana Terkait
Hal yang Memberatkan Dan Meringankan Putusan. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 17(2), hlm. 346.
20
Ibid., hlm. 347.
15
kejahatan.21 Latar belakang selanjutnya yaitu dari akibat perbuatan
aspek umur, keadaan fisik, tingkat kedewasaan, dan keadaan psikis dari
yaitu faktor agama, setiap putusan selalu diawali dengan kalimat “DEMI
tertanam dalam diri seorang hakim bahwa dalam memutus suatu perkara
21
Ibid., hlm. 352.
22
Ibid.
23
Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006, hlm. 139.
24
Ibid., hlm. 142-143.
16
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Sumber Data
17
7. Putusan Hakim Perkara Nomor: 124/Pid.Sus/2020/PN.Yyk di
hukum, doktrin dan pendapat ahli hukum, hasil penelitian atau literatur
a. Studi Pustaka
25
M Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodelogi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002,
hlm. 11.
18
putusan hakim sebagai bahan penelitian yang berkaitan dengan tindak
Bahan bahan hukum yang berupa dokumen hukum akan diambil di:
5. Analisis Hukum
19
kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang
berkaitan dengan materi penelitian yang telah diputus oleh pengadilan yang
pertimbangan dari hakim dalam memutus suatu perkara. Kasus yang akan
G. Sistematika Pembahasan
satu dengan bab lainnya memiliki benang merah serta dalam kesatuan
20
jenis-jenis putusan hakim, peran hakim dalam pemidanaan, dan
BAB II
Permasalahan utama dalam hukum pidana yaitu bertumpu pada apa yang
disebut dengan tindak pidana (perbuatan pidana, delik, strafbaarfeit, criminal act),
21
responsibility). Tindak pidana merupakan istilah yang berkaitan erat dengan
perbuatan seseorang yang dari awalnya bukan suatu tindak pidana menjadi tindak
Tindak pidana merupakan istilah yang digunakan untuk terjemah dari kata
strafbaar feit atau delict. Strafbaar feit terdiri dari tiga kata, “straf” yang artinya
pidana, “baar” yang artinya boleh atau dapat dan “feit” yang artinya perbuatan.
juga diartikan sebagai kata hukum, dan sudah umum bahwa hukum merupakan
terjemahan dari kata recht, dan dapat disimpulkan arti dari kata straf memiliki arti
yang sama dengan recht. Kata “baar” memiliki dua istilah yang dipakai yaitu
dapat dan boleh, sedangkan untuk kata “feit” terdapat empat pengertian yaitu
Para pakar asing hukum pidana memakai sebutan “Peristiwa Pidana”, “Tindak
26
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana, Malang: Setara Press, 2016, hlm.57.
27
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm.69.
22
Jadi, strafbaar feit yaitu perbuatan atau peristiwa yang dapat dipidana.
adalah:
kepentingan hukum.30
28
S.R Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana dan Penerapannya di Indonesia Cetakan Ke-2, Alumni
AHAEM PTHAEM, Jakarta, 1998, hlm.208.
29
Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Hukum Pidana, (Jakarta: Kantor Pengacara dan Konsultasi
Hukum “Prof. Oemar Seno Adji & Rekan, 2002), hlm.155.
30
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2014), hlm.97.
23
maupun akibatnya (keadaan yang terjadi dikarenakan perbuatan
tersebut).31
g) Diantara beberapa definisi tersebut yang paling lengkap yaitu definsi dari
pada si pembuat”.
seseorang;
undang-undang;
dipertanggungjawabkan; dan
31
Ibid, hlm. 98.
32
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 97.
24
e. Perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.33
menitik beratkan pada permasalahan legalitas atau sesuatu yang diatur dalam
undang-undang. Tindak pidana khusus mengacu pada norma hukum atau legal
norm, sesuatu yang diatur dalam perundang-undangan dan tidak masuk dalam
Setelah memahami definisi dari tindak pidana yang lebih mendalam, maka
dalam tindak pidana itu termuat unsur-unsur dari tindak pidana. Pada dasarnya,
setiap perilaku atau perbuatan pidana harus berasal dari fakta oleh perbuatan,
a. Unsur Objektif
33
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Op. Cit. hlm. 60.
34
Nandang Alamsah D dan Sigit Suseno, Modul 1 Pengertian dan Ruang Lingkup Tindak Pidana
Khusus, hlm. 7.
25
1) Sifat melawan hukum;
3) Kausalitas.
b. Unsur Subjektif
Unsur yang melekat dan berasal dari diri si pelaku, atau sesuatu yang
terlebih dahulu.
membiarkan);
26
4. Adanya kesalahan (met schuld in verband stand).
berikut:
a. Perilaku manusia;
a. Perbuatan (yang);
d. Dipertanggungjawabkan.37
3. Sanksi Pidana
hukuman.38 Sanksi pidana yaitu sebuah hukuman sebab akibat, sebab yakni
kasusnya dan akibat berarti hukumannya, seseorang yang terkena akibat maka
akan mendapatkan sanksi baik sanksi tersebut berupa masuk penjara maupun
terkena hukuman lain yang berasal dari pihak berwajib. Sanksi pidana adalah
suatu bentuk sanski yang memiliki sifat nestapa yang dikenakan terhadap
37
Adami Chazawi, Op. Cit. hlm.81.
38
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 185.
27
suatu perilaku atau pelaku perbuatan pidana atau tindak pidana yang bisa
dari pelaku kejahatan tersebut, akan tetapi tidak jarang bila sanksi pidana
Sanksi pidana adalah jenis sanksi yang paling umum digunakan dalam
melakukan suatu perbuatan pidana. Sanksi tindakan adalah jens yang lebih
dipulangkan kembali kepada orang tuanya atau walinya bagi orang yang
kurang mampu bertanggung jawab dan anak yang belum dewasa atau masih
dibawah umur.
seorang penjahat seperti contohnya pidana denda, pidana penara dan pidana
kekuasaan (hukum) dengan secara khusus dikenakan untuk hal itu, yang
39
Tri Andrisman, Asas-asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia, (Bandar Lampung:
Unila, 2009), hlm. 8.
28
dengan pengenaan sanksi pidana itu dapat diharapkan bahwa orang yang
lagi.40
b. Macam-Macam Sanksi
a. Pidana Mati
mati, tetapi hukum pidana melarang siapapun dengan alasan apapun untuk
hukum pidana (KUHP) adalah sanksi yang paling tinggi yang dapat
kejahatan berat.41
29
dalam berbagai macam bentuk seperti disuntik matik, disetrum listrik,
hak tertinggi bagi manusia, pidana mati merupakan pidana paling berat
mereka dengan hukuman mati.44 Sisi baik dan buruk dari pidana mati ini
yaitu apabila telah dilaksanakan, maka tidak bisa diberi kesempatan lagi
kesalahan si terpidana.
42
Erdianto Effendi, Op. Cit., hlm.153.
43
Qodariah Barkah, Penerapan Pidana Mati (Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika Menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika), (Palembang: Noerfikri Offset, 2016),
hlm. 35.
44
Wirjono Prodjowikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,
2009), hlm.175.
45
Rahmanuddin Tomalili, Op. Cit. hlm. 59
30
1. Pasal 104 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (makar kepada
kepada raja atau presiden atau kepala negara sekutu yang berakibat
kematian);
yang direncanakan);
9. Pasal 479 k ayat (2) dan pasal 479 o ayat (2) Kitab Undang-
31
Pidana penjara adalah pidana pokok yang memiliki wujud merampas
kebebasannya, selain itu juga memiliki maksud lain yakni agar dapat
masyarakat yang taat hukum dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan
mereka sendiri, lalu saat siang hari mereka dikeluarkan dari sendiri
orang lain.
46
Zuleha, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hlm. 95.
32
3. Sistem English/Progressif, sistem progresif dilakukan dengan cara
tembok penjara.47
kelas, yaitu:
pidana penjara kurang lebih tiga bulan yaitu jika mereka dianggap
golongan kelas dua dari golongan kelas satu dan tiga, mereka yang
3. Kelas tiga yaitu orang-orang terpidana yang dari awal sudah masuk
kelas tiga.
47
Erdianto Effendi, Op. Cit. hlm. 147
33
4. Kelas empat yaitu orang-orang terpidana yang sudah diberikan
waktu tertentu yang sifat dari hukuman ini sama dengan hukuman penjara
penjara.
48
Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2007), hlm. 23.
34
3. Pada pasal 21 KUHP, hukuman kurungan harus dilakukan pada
undang-undang.
penjara yaitu:
2) Terpidana perempuan
kedokteran
memiliki fungsi terbaik pada saat ini karena akibatnya banyak mantan
35
narapidana yang enggan untuk mengulangi kejahatannya lagi begitupun
d. Pidana Denda
yang bukan hanya di Indonesia akan tetapi dunia. Pidana ini telah dikenal
berpendapat bahwa pidana denda merupakan pidana tertua yang lebih tua
Pada pasal 30 ayat (2) KUHP jika pidana denda tidak bisa dibayar
maka harus dialihkan ke pidana kurungan, dengan durasi minimal satu hari
dan maksimal adalah enam bulan merujuk pada ayat (3), pada pasal 30
hari.
Tidak sering pidana denda diberikan pada praktek hukum saat ini.
pidana denda tersebut diancamkan sebagai jalan lain saja dalam rumusan
49
Ibid.
50
Andi Hamzah, Op. Cit. hlm. 189.
51
Zuleha, Op. Cit., hlm. 98.
36
tindak pidana yang bersangkutan, kecuali jika tindak pidana tersebut hanya
e. Pidana Tutupan
bahwa pidana penjara merupakan tempat yang tepat. Cara dan tempat
penjara, antara lain: uang pokok, pakaian sendiri, dan lain sebagainya.53
2. Pidana Tambahan
pidana yang harus ada pidana lain yang mendampinginya yaitu tindak pidana
pokok. Jenis pidana tambahan yang terdapat dalam Pasal 10 Kitab Undang-
52
Teguh Prasetyo, Op. Cit. hlm. 130.
53
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Op. Cit. hlm. 302
54
Tina Asmarawati, Pidana dan Pemidanaan dalam Sistem Hukum di Indonesia (Hukum
Penitensier), (Yoyakarta: Deepublish, 2015), hlm. 125.
37
a. Pencabutan hak-hak tertentu
dalam bidang kehormatan, hal ini tidak sama dengan pidana yang merebut hak
dibawah umur;
anak sendiri;
hak tertentu. Jenis tindak pidana yang dapat digugat dengan pidana
55
Andi Hamzah, Op.Cit. hlm. 211-212.
38
dalam pasal-pasal: 317, 318, 334, 347, 348, 350, 362, 363, 365, 374,
375.
juga dapat disebut pidana kekayaan, sama halnya seperti pidana denda. Barang
yang dapat dirampas sebagai pidana hanya dapat dilakukan oleh barang-
barang tertentu saja, tidak dapat dilakukan ke semua barang, karena undang-
putusan hakim pidana yang diatur dalam Pasal 39 KUHP, terdapat 2 jenis
barang, yaitu:
dirampas;
39
khalayak untuk dapat lebih waspada terhadap si terhukum tersebut. Sering kali
ditentukan oleh hakim di surat kabar yang dimana dalam beberapa waktu yang
pemalsuan uang.
merupakan pidana pokok yang disertai dengan pidana tambahan. Secara istilah
hukum pidana, pidana pokok berarti “hafd straf” yang berarti pidana yang bisa
diberikan tersendiri dari hakimnya, misalnya pidana mati, penjara, denda dan
kurungan, sedangkan pidana tambahan adalah pidana yang bisa berdiri disamping
atau pmusnahan bisa terdiri dari contohnya uang palsu, narkotika, senjata api atau
bahan peledak.57
56
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Gramedika, 2009), hlm. 45.
57
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 121.
40
sudah dituliskan bentuk-bentuknya. Sanksi dari perbautan tersebut pada Kitab
narkotika yaitu siapa saja yang dapat bertanggung jawab dan bisa diancam pidana
menggunakan narkotika.
yang sangat merugikan masyarakat luas, maka melalui Tap MPR RI Nomor
41
VI/MPR/2020 dilakukan Sidang Umum MPR Tahun 2002 yang telah
2009 tentang Narkotika (Lembar Negara Tahun 2009 Nomor: 143) pada tanggal
Nomor 35 Tahun 2009 huruf (e) dijelaskan: bahwa tindak tindak pidana narkotika
yang tinggi, teknologi yang sudah mumpuni, dan juga didukung dengan jaringan
organisasi yang luas dan tidak sedikit korban yang terkena dampaknya, terutama
Nomor 22 Tahun 1997 dinyatakan tidak lagi relevan dengan keadaan masyarakat
Indonesia jika ditinjau dari aspek yuridis, akan tetapi Undang-Undang Narkotika
58
Parasian Simanungkalit, Globalisasi Peredaran Narkoba dan Penanggulangannya di Indonesia,
Yayasan Wajar Hidup, Jakarta, 2012, hlm. 248.
59
Ibid, hlm. 249.
42
Oleh karena itu tujuan dari dicabutnya undang-undang yang lama dan berlakunya
dirinya baik pada pusat kesehatan masyarakat, lembaga rehabilitasi sosial maupun
rumah sakit, bukan hanya dari pengaturan undang-undang saja tetapi hal tersebut
juga menjadi kewajiban bagi orang tua dan keluarga yang bersangkutan.
60
Ibid, hlm. 250.
43
Rehabilitasi medis dan sosial tersebut bisa diadakan oleh instansi pemerintah
tindak pidana narkotika juga diatur mengingat banyaknya korban dari perederan
Indonesia;
berikut:
digunakan dalam terapi dan juga memiliki potensi yang sangat besar bagi
61
Ibid, hlm. 251.
44
pengguna tanpa resep dokter untuk mengalami kecanduan dan
ketergantungan.
bijinya.
morfinnya.
45
a) Candu, yang terdapat pada opium mentah dengan melalui
menjadi kering dan bisa juga dalam bentuk serbuk dari seluruh
dari daun koka yang bisa diolah dengan cara langsung agar
mendapatkan kokaina.
46
tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja
dan hasis.
stereo kimianya.
difenilheptana
b. Alfameprodina: Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
c. Alfametadol: alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
f. Allilprodina: 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
karboksilatetil ester
j. Benzilmorfina: 3-benzilmorfina
a. Asetildihidrokodeina
47
b. Dekstropropoksifena: α-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-
butanol propionate
c. Dihidrokodeina
f. Nikodikodina: 6-nikotinildihidrokodeina
g. Nikokodina: 6-nikotinilkodeina
h. Norkodeina: N-demetilkodeina
i. Polkodina: Morfoliniletilmorfina
j. Propiram: N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2-piridilpropionamida
maupun bukan tanaman secara tanpa hak dan melawan hukum (Pasal 111,
Pasal 112, Pasal 113 ayat (1), Pasal 117 dan Pasal 122).
48
Pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 116 ayat (1), dijelaskan
bahwa dimana setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
dikatakan bahwa setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
Narkotika, dimana setiap penyalahguna narkotika bagi diri sendiri diberi pidana
yaitu:
49
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
Gorila
Narkotika, narkotika dapat diartikan sebagai sebuah zat atau obat yang bersumber
dari tanaman atau bukan tanaman, baik itu sintetis atau semisintetis, yang bisa
kimia sintetis yang dimana hasilnya bisa menyerupai efek seperti ganja cannabis,
jika dikonsumsi akan menyebabkan efek yang tidak baik untuk kesehatan tubuh,
Penyalahgunaan tembakau gorila ini merujuk pada Pasal 1 ayat (15) Undang-
narkotika tanpa hak atau melawan hukum, sedangkan untuk pengedar tembakau
gorila yang merupakan narkotika golongan I diatur dalam Pasal 114 yang
62
Aziz Syamsuddin, 2014, Tindak Pidana Khusus, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 90.
50
mengatakan barang siapa yang menjual atau menjadi perantara jual beli maka
Gorila
tindak pidana yang diadakan demi mencapai sebuah tujuan pemidanaan, tujuan
dari pemidanaan dikenal dengan tiga teori yakni berupa pembalasan, sarana
mencegah kejahatan pada masa yang akan datang dan menjadi bentuk dari
penjahat tersebut.63
2009 tentang Narkotika. Pada pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
memberikan sanksi yaitu narkotika dan prekursor narkotika dan hasil-hasil yang
didapat dari tindak pidana narkotika baik itu barang yang bergerak maupun yang
tidak bergerak, yang berwujud maupun yang tidak berwujud danj juga barang-
barang ataupun peralatan yang dipakai untuk melakukan tindak pidana narkotika
diambil atau dirampas untuk negara. Pasal 146 turut memberikan sanksi kepada
warga negara asing yang sudah melakukan tindak pidana narkotika atau menjalani
Republik Indonesia dan tidak diperbolehkan masuk lagi ke wilayah Indonesia, dan
63
Teguh Prasetyo, Op. Cit. hlm. 15.
51
pada Pasal 148 jika putusan denda yang telah dinyatakan dalam undang-undang
ini tidak dilunasi oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku akan dihukum
penjara paling lama dua tahun untuk pengganti dari pidana denda yang tidak
BAB III
PUTUSAN PIDANA
kepada pelaku. Jati diri seorang hakim yaitu tidak bergantungnya mereka terhadap
apapun, baik dari instansi maupun dari personal, sehingga tidak ada dari pihak
hakim pada sebuah perkara. Hal ini bisa dilihat pada Pasal 24 ayat (1) Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang menjelaskan jika kekuasaan
52
Meskipun hakim bersifat independen, bebas dan merdeka dalam halnya
memutuskan suatu perkara, akan tetapi masih terikat kepada hukum yang berjalan,
baik itu hukum yang tidak tertulis maupun hukum yang sudah tertulis dalam
menimbulkan suatu ketidak adilan dalam prakteknya, oleh karena itu, hakim
memiliki kewajiban untuk memahami, menggali dan mengikuti nilai hukum dan
suatu rasa keadilan yang bersemayam dalam masyarakat, seperti yang tercantum
keputusan tersebut akan memberi efek yang sangat berdampak terhadap manusia.
Sebuah kesulitan dalam mendalami suatu keputusan hakim adalah tidak terlalu
dipahaminya mana keputusan yang benar dan mana keputusan yang salah
dinyatakan bahwa pidana penjara paling pendek adalah 1 (satu) hari dan paling
53
lama adalah 15 (lima belas) tahun. 64 Ada nya kebebasan hakim dapat memberikan
hakim sebuah pertimbangan pidana yang akan diberikan kepada pelaku untuk
yang pokok, yakni faktor yang meringankan dan faktor yang memberatkan. Faktor
negara, dan lain sebagainya, sedangkan faktor yang meringankan yakni seorang
terdakwa yang masih dibawah umur, bertingkah laku sopan dan mengakui
pengadilan terbuka, yang bisa berupa pemidanaan atau lepas atau bebas dari
semua tuntutan hukum dalam hal dan juga menurut cara yang telah dicantumkan
dicantumkan pada Pasal 1 ayat (11) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
pemidanaan.
pada sidang pengadilan, kesalahan dari terdakwa pada perbuatan yang diberikan
Hukum Acara Pidana (KUHAP) pada Pasal 193, yang mana dalam ayat (1)
64
Yusti Probowati Rahayu, Diballik Putusan Hakim, Srikandi, Surabaya, 2005, hlm. 42.
54
dinyatakan bahwa: “Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah
pidana yang telah ditentukan pada pasal tindak pidana yang didakwakan terhadap
terdakwa.65 Jika hakim memberikan pemutusan pidana, hakim sudah yakin dengan
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah
tidak lain adalah sebuah isi perintah untuk menghukum terdakwa searah dengan
pidana hukuman “minimum” dan “maksimum” yang diancam dengan pidana yang
bersangkutan.66
65
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan Kuhap (Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali) Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2007,
hlm. 354.
66
Ibid.
55
Jenis-jenis dari sebuah putusan pengadilan sudah tercantum menurut Pasal 1
ayat (11) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yakni berupa
putusan yang mengandung pemidanaan, putusan bebas dan putusan lepas dari
a. Putusan Bebas
dicantumkan dalam Pasal 191 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus
bebas”. Dakwaan tidak terbukti tersebut artinya yaitu apa yang diisyaratkan
ada Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak
1) Tidak terdapat paling tidak 2 (dua) alat bukti yang sah, seperti yang
67
Rusli Muhammad, Op. Cit. hlm. 15.
56
2) Walaupun ada 2 (dua) alat bukti yang sah, akan tetapi hakim memiliki
alat bukti dari pernyataan seorang saksi dan pernyataan dari terdakwa
akan tetap hakim tidak yakin terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
terdakwa tersebut.
3) Apabila salah satu atau lebih dari unsur tersebut belum terbukti.
Ketetapan yang telah diatur pada Pasal 183 tersebut memaparkan pada kita
bahwa ada 2 (dua) alat bukti yang sah tidak cukup untuk hakim dalam
alat bukti yang sah tersebut hakim juga perlu mendapatkan keyakinan, jika
sebaliknya, yakinnya seorang hakim saja belum cukup jika keyakinan tersebut
tidak dimunculkan dari sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah. Pada
putusan yang terdapat pembebasan, terdakwa yang dalam status tahanan diberi
arahan untuk dilepaskan saat itu juga. Namun begitu pada Pasal 191 ayat (3)
an lain yang sah, terdakwa harus ditahan. Misalnya seorang terdakwa tersebut
masih ada kaitannya dengan dengan perkara lain, baik hal tersebut berlaku
68
Ibid, hlm. 116.
57
yakin terhadap kebenaran atau keyakinan dari seorang hakim tersebut bahwa
Putusan pengadilan yaitu putusan lepas dari segala tuntutan hukum yakni
terbukti, akan tetapi perbuatan tersebut tidak merupakan sebuah tindak pidana.
Dasar hukum putusan ini bisa dilihat pada Pasal 191 ayat (2) Kitab Undang-
pidana, maka terdakwa dilepas dari segala tuntutan hakim”. Pelepasan dari
perundang-undangan.
69
Ibid, hlm. 117.
58
5) Pasal 51, yaitu melakukan perintah yang diberi kepada atasan yang
sah.
diberi dakwaan tersebut sudah terbukti secara sah dan meyakinkan jika
terdakwa menurut alat bukti yang sudah ada. Dengan didapatkannya alat bukti
dan yakinnya seorang hakim tersebut, berarti syarat untuk diberikannya pidana
sudah terpenuhi. Pada hal ini pengadilan menjatuhkan putusan yang terdapat
mengadili.
59
Serangkaian Tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus
perkara pidana dengan berdasar asas bebas, jujur, dan tidak memihak pada
persidangan peradilan dalam hal dan menurut cara yang diatur pada undang-
undang ini.
Berdasarkan bunyi dari pasal tersebut maka hakim adalah profesi yang
memiliki fungsi strategis dalam proses menegakkan sistem hukum yakni, untuk
mendapatkan keadilan dan kebenaran dari sebuah perkara. Selain hal tersebut,
putusan dari seorang hakim sebagai suatu yurisprudensi menjadi salah satu
sumber hukum dan dimana hukum ditemukan disitu, hakim akan memutus sebuah
sebuah perkara yang diberikan dengan alas an hukumnya yang tidak tersedia atau
mengadilinya, hal tersebut sudah tertera pada pasal 16 ayat (1) Undang-Undang
bahwa tugas seorang hakim bukan hanya untuk ditegakkan sebuah hukum dengan
cara menjalankan hukum ataupun Undang-Undang yang sudah ada, tetapi juga
Pengaturan hukum yang sudah ada bisa dibilang bersifat statis dan tidak
bervariasi yang bisa diartikan juga permasalahan yang datang dalam masyarakat
60
tersebut semakin banyak. Jika hukum atau Undang-undangnya tidak komplit atau
tidak jelas maka seorang hakim harus tetap menjalankan perkara tersebut dengan
cara menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan keadilan yang
Kekuasaan Kehakiman.
memiliki sifat umum atau universal, yang berada dimana dan kapan saja. “Asas
ini berarti bahwa, dalam melakasanakan peradilan, hakim itu pada dasarnya
bebas, yaitu bebas dalam memeriksa dan mengadili perkara dan bebas dari
Pada hakikatnya dalam memeriksa dan mengadili, hakim memiliki hak untuk
mengadili tersebut, kecuali itu pada dasarnya tida ada pihak-pihak, baik itu dari
atasan hakim tersebut yang memiliki keterkaitan maupun pihak ekstra tudisiil
dalam menjalani tugasnya dan wewenangnya terdiri dari dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Agar lebih jelas akan dijelaskan kedua faktor itu.
61
dimana hal tersebut berasal dari diri hakim itu sendiri. Jadi faktor internal
disini yaitu semua hal yang memiliki keterkaitan dengan Sumber Daya
tersebut.
sendiri, akan tetapi berasal dari luar diri seorang hakim tersebut, yang
penegakan hukumnya.
62
BAB IV
mengadili tindak pidana narkotika tersebut bisa terbukti dan bisa juga tidak,
unsur yang didakwakan maka harus dilihat terlebih dahulu hal-hal yang
71
Wawancara dengan Bapak Nasrulloh, tanggal 31 Agustus 2021 di Pengadilan Negeri
Yogyakarta.
63
Terdapat beberapa kategori yang harus kita lihat dalam menganalisis
72
Siswanto Sunarso, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika, Jakarta:Rineka Cipta,
2012, hlm. 256.
64
Pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sudah
diatur jenis-jenis sanksi yang diberi kepada para tindak pidana narkotika
antara lain:
2. Tindak pdana orang tua/wali dari pecandu narkotika yang belum cukup
(enam) bulan atau pudana denda paling banyak Rp. 1000.000,00 (satu
juta rupiah).
4. Tindak pidana bagi orang yang tidak melaporkan adanya tindak pidana
(satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
tindak pidana narkotika dan prekusor (Pasal 132) Ayat (1), dipidana
65
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 1/3
(sepertiga).
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh miliar rupiah). Ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
(Pasal 134) ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua
juta rupiah). Ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3
(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu
juta rupiah).
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
66
rupiah) dan paling banyak Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta
rupiah).
penajra paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
11. Tindak pidana bagi nahkoda atau kapten penerbang yang tidak
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
miliar rupiah).
12. Tindak pidana bagi PPNS, penyidik Polri, penyidik BNN yang tidak
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
67
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00
miliar rupiah).
13. Tindak pidana bagi kepala kejaksaan negeri yang tidak melaksanakan
ketentuan Pasal 91 ayat (1) (Pasal 141) dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
15. Tindak pidana bagi saksi yang memberikan keterangan tidak benar
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
16. Tindak pidana bagi setiap orang yang melakukan pengulangan tindak
68
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
hukuman berupa narkotika dan prekursor narkotika dan juga hasil-hasil yang
didapat dari tindak pidana narkotika baik hal tersebut merupakan aset yang
dapat bergerak maupun aset yang tidak dapat bergerak, aset yang berwujud
maupun aset yang tidak berwujud juga barang-barang ataupun peralatan yang
dipakai untuk melakukan tindak pidana narkotika disita untuk negara. Pasal
146 juga memberlakukan sanksi kepada warga negara asing yang sudah
negara tempat asal warga negara asing tersebut dan dilarang untuk kembali
148 jika sebuah putusan denda yang diberlakukan pada undang-undang ini
tidak bisa dilunasi oleh pelaku tindak pidana narkotika tersebut maka pelaku
tindak pidana diberi hukuman penjara paling lama dua (2) tahun untuk
yang diberikan kepadanya, selain hal tersebut hakim juga diharuskan bisa
69
menetapkan beberapa hal yaitu seperti hubungan hukum, nilai hukum pada
kelakuan, dan juga kedudukan hukum pada pihak-pihak yang ada sangkut
pautnya pada suatu perkara yang diberikan kepadanya. Penegakan hukum dan
keadilan adalah tugas yang paling penting oleh seorang hakim, dalam hal
menjalankan tugas yang paling penting tersebut hakim dalam memeriksa dan
memutus suatu perkara harus mengerti nilai-nilai hukum dan keadilan agar
(la bouche qui pronounce les paroles de laloi).73 Hakim diharuskan untuk
tetap menjalani dan memutus sebuah perkara walaupun belum ada dasar
tersebut. Hal itu adalah asas ius curia novit yang memiliki arti bahwa hakim
kepadanya.
Kasus 1:
73
Djokosoetono, 1985, Ilmu Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 111.
70
Kasus yang pertama yang akan dianalisis oleh penulis memiliki
1. Identitas Terdakwa:
Terdakwa pada kasus ini bernama Kurnia Divananda Al. Divan Bin
2. Kronologi:
Pada hari Kamis tanggal 11 Juni 2020 sekira jam 18.00, terdakwa
saksi ingin membeli bahan untuk tembakau gorila. Lalu pada sekitar
jam 20.00 WIB., terdakwa datang dan bertemu dengan saksi Lucky di
instagram pada hari Selasa tanggal 9 Juni 2020 jam 00.30 WIB.
sebanyak 1 kilogram. Lalu pada hari Jum’at tanggal 12 Juni 2020 jam
71
(lima) gram yang rencananya sebagai upah untuk dipakai bersama
digunakan untuk transaksi narkotika, lalu pada hari Jum’at sekira jam
dan tanpa izin dari pihak yang berwenang dalam hal ini Kementrian
Kesehatan R.I.
3. Dakwaan:
72
tanpa hak atau melawan hukum menjadi perantara dalam jual beli
Pasal 114 ayat (2) UURI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Tuntutan
Kesatu:
dengan pidana penjara selaam 6 (enam) tahun dan denda sejumlah Rp.
Kedua:
73
- 1 (satu) buah plastik klip warna bening yang di dalamnya berisi
koma tiga belas) gram, dengan berat netto tembakau sintetis: 23,45
untuk dimusnahkan.
Ketiga:
5. Putusan
74
Pengadilan Negeri Yogyakarta
Mengadili:
yang tanpa hak atau melawan hukum menjadi perantara dalam jual
75
- 1 (satu) buah plastik klip warna bening yang di dalamnya berisi
76
- 1 (satu) buah handphone merek Samsung Warna Hitam beserta
tembakau sintetis (gorila), terdakwa dijerat Pasal 114 ayat (2) UURI No. 35
tahun 2009 tentang Narkotika. Terdakwa dijerat Pasal 114 ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Setiap Orang” disini yaitu orang sebagai subyek
77
atau tindak pidana yang terjadi sehingga dapat dilihat siapakah pelaku atau
subyek hukum yang kepadanya suatu perbuatan atau tindak pidana dapat
apakah perbuatan orang tersebut dilakukannya secara tanpa hak dan melawan
pertanyaan yang diajukan oleh Majelis Hakim dengan baik dan lancar dan
terdakwa telah cukup umur dengan demikian terdakwa cakap dan mampun
Yang dimaksud dengan unsur “Tanpa Hak” dalam perkara ini adalah
bahwa pada diri terdakwa tidak diberikan kewenangan atau tidak diberikan
78
menunjukkan bahwa unsur ini bersifat alternatif, sehingga apabila salah satu
di dalam unsur ini terbukti, maka dengan sendirinya unsur ini telah terpenuhi.
3. Unsur “Yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) Kg, atau
beratnya 5 gram”
Unsur ketiga ini bersifat alternatif redaksional yang berarti apabila salah
satu sub unsur dari unsur ini telah terbukti maka secara keseluruhan unsur
Pemufakatan jahat disini artinya perbuatan dua orang atau lebih, yang
zat atau bahan atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam perbuatan
79
a. Pertimbangan yuridis yaitu pertimbangan seorang hakim yang berdasar
terdakwa Kurnia Divananda bin Munadi telah terbukti secara sah dan
jahat untuk melakukan tindak pidana yang tanpa hak atau melawan hukum
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 114 ayat (2) UURI No. 35 Tahun
2. Tuntutan Pidana
diantaranya:
Kesatu:
dengan pidana penjara selaam 6 (enam) tahun dan denda sejumlah Rp.
Kedua:
80
- 1 (satu) buah bekas bungkus Rokok Sampoerna Mild yang berisi 1
tembakau gorila dengan berat beserta bungkusnya 2,53 (dua koma lima
tiga) gram.
81
Keseluruhan berat bruto tembakau sintetis: 26,13 (dua puluh enam
koma tiga belas) gram, dengan berat netto tembakau sintetis: 23,45
(dua puluh tiga koma empat enam) gram, semuanya dirampas untuk
dimusnahkan.
Ketiga:
3. Keterangan Saksi
menyatakan bahwa saksi beserta tim dari Ditres Narkoba Polda D.I.
4. Keterangan Terdakwa
82
5. Barang Bukti
tembakau gorila dengan berat beserta bungkusnya 2,53 (dua koma lima
tiga) gram.
83
- 1 (satu) buah plastik klip warna bening yang di dalamnya berisi
koma tiga belas) gram, dengan berat netto tembakau sintetis: 23,45
(dua puluh tiga koma empat enam) gram, semuanya dirampas untuk
dimusnahkan.
Narkotika
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana yang tanpa hak atau
melawan hukum menjadi perantara dalam jual beli narkotika golongan I”,
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 114 ayat (2) UURI
84
terdakwa merupakan orang yang memiliki budi pekerti yang baik dan
dan pergaulan yang tidak baik terutama pada remaja yang memiliki
terdakwa, selain hal yang meringankan ada juga hal yang memberatkan
terdakwa, yaitu: a. sesorang yang tidak buta hukum seperti aparat penegak
memberatkan.75
Kasus 2
sebagai berikut:
1. Identitas Terdakwa:
75
Wawancara dengan Bapak Nasrulloh, tanggal 31 Agustus 2021 di Pengadilan Negeri
Yogyakarta.
85
Prambanan, Kabupaten Sleman DIY dan memiliki pekerjaan
2. Kronologi:
3. Dakwaan:
tentang Narkotika.
4. Tuntutan:
86
Kesatu:
dalam tahanan.
Kedua:
- 1 (satu) buah paket yang berisi 2 (dua) mie gelas dan 2 (dua)
87
- 1 (satu) buah toples plastik yang berisi: 88 plastik klip warna
Ketiga:
5. Putusan
Mengadili:
88
bulanMenjatuhkan pidana terhadap terdakwa tersebut diatas
- 1 (satu) buah paket yang berisi 2 (dua) mie gelas dan 2 (dua)
89
pack stiker bertuliskan fighter tabak, 1 (satu) pack plastik klip
terdakwa yaitu dakwaan pada Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor
90
ada kesalahan terhadap orang yang dihadapkan sebagai terdakwa ke
persidangan.
(satu)”
91
Terdapat 2 (dua) kategori pertimbangan hakim dalam memutus suatu
perkara, yaitu pertimbangan hakim yang bersifat yuridis dan non yuridis.
dan dari Undang-Undang sudah ditetapkan menjadi hal yang wajib untuk
diantaranya:
terdakwa Danang Adi Prasetyo bin Yoyok Saputro terbukti secara sah
2. Tuntutan Pidana
diantaranya:
Kesatu:
92
hukuman penjara selama 3 (tiga) bulan, menetapkan masa penangkapan
Kedua:
masing-masing kurang lebih 4,5 gram yang dibalut kain dan 4,6
- 1 (satu) buah handphone merek samsung seri A30 warna biru muda
- 1 (satu) buah paket yang berisi 2 (dua) mie gelas dan 2 (dua) plastik
- 1 (satu) buah toples plastik yang berisi: 88 plastik klip warna putih,
plastik klip warna pink, 6 plastik klip warna silver, 1 pack stiker
93
Dirampas untuk dimusnahkan.
Ketiga:
ribu rupiah).
3. Keterangan Saksi
Salah satu keterangan saksi dalam perjara ini yang bernama Eko
gorila pada hari senin tanggal 27 Januari 2020 pada jam 21.00 WIB.
terdakwa sedang berjalan kaki keluar dari kantor JNE dan ditangkap
4. Keterangan Terdakwa
tembakau gorila yang dia beli tersebut tujuannya untuk dijual lagi oleh
5. Barang Bukti
94
- 1 (satu) buah paket yang didalamnya berisi 2 (dua) plastik klip warna
masing kurang lebih 4,5 gram yang dibalut kain dan 4,6 gram yang
dibalut kain;
- 1 (satu) buah handphone merek samsung seri A30 warna biru muda
- 1 (satu) buah paket yang berisi 2 (dua) mie gelas dan 2 (dua) plastik
- 1 (satu) buah toples plastik yang berisi: 88 plastik klip warna putih,
plastik klip warna pink, 6 plastik klip warna silver, 1 pack stiker
Narkotika
95
Membeli dan Menyerahkan Narkotika Golongan I Bukan Tanaman
dan keluarganya.
memprihatinkan.
rehabilitasi dan ada yang tidak. Pengguna yang bisa di rehabilitasi adalah
dan hal tersebut juga harus tercantum pada surat dokter jika terdakwa
96
tersebut sekali atau dua kali, sehingga belum ada gejala kecanduan sehingga
BAB V
76
Wawancara dengan Bapak Nasrulloh, tanggal 31 Agustus 2021 di Pengadilan Negeri
Yogyakarta.
97
PENUTUP
A. Kesimpulan
terbukti dan bisa juga tidak, dari fakta-faktanya jika yang terungkap di
terpidana yang menjadi bandar ataupun menjadi perantara atau kurir pada
pemberat pidananya juga berasal dari sifat terdakwa tersebut yaitu tidak
98
tentang Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 5 ayat (1) yang berisi tentang
juga pada Pasal 8 ayat (2) yang berisi bahwa hakim wajib memperhatikan
sifat baik dan jahat dari terdakwa untuk mempertimbangkan berat dan
B. Saran
dianggap lebih serius oleh negara, karena hal ini menyangkut tentang masa
depan Indonesia dimana target dari penjualan narkotika secara ilegal ini
maupun perantara narkotika tersebut agar terdakwa lebih merasa jera dan
akan lebih berpikir untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh
hukum itu juga diharuskan agar terdapat nilai keadilan yang tinggi,
99
sehingga hakim yang memberikan penjatuhan hukuman pidana terhadap
terdakwa dianggap tidak timpang dan tidak merugikan salah satu maupun
DAFTAR PUSTAKA
100
A. Buku:
Hamzah, Andi, Asas-Asas Pidana Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
____________, Terminologi Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali Pers, 2006.
Atmasasmita, Romli, Tindak Pidana Narkotika Transnasional Dalam Sistem
Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.
Huda, Chairul, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Cetakan ke-4, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011.
101
Ariman, Rasyid dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana, Malang: Setara Press,
2016.
Seno Adji, Indriyanto, Korupsi dan Hukum Pidana, Jakarta: Pengacara dan
Konsultasi Hukum “Prof. Oemar Seno Adji & Rekan”, 2002.
Alamsah D., Nandang dan Sigit Suseno, Modul 1 Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus, Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2015.
102
Asmarawati, Tina, Pidana dan Pemidanaan dalam Sistem Hukum di Indonesia
(Hukum Penitensier), Yogyakarta: Deepublish, 2015.
B. Jurnal:
C. Media:
103
Nawawi Arief, Barda, ”Masalah Pemidanaan sehubungan Perkembangan
Psikotropika 1988.
UGM 26.
D. Skripsi
Andalas, Padang.
E. Peraturan Perundang-undangan:
104
________, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
________, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
Kehakiman.
105
LAMPIRAN
106