Diajukan oleh :
NPM : 160512324
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ATMA JAYA Yogyakarta
2020
i
ii
Mengesahkan
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
Hukum Terhadap Kedudukan Isteri dan Anak pada Sahnya Perkawinan Adat Menurut
Penulisan Hukum/Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan pada
Program Studi Ilmu Hukum Strata-1 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dalam penyususan
skripsi ini, Penulis mendapatkan banyak dukungan, doa, serta bantuan untuk menyelesaikan
Penulisan Hukum/Skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, perkenankan
1. Bapak Prof. Ir. Yoyong Arfiadi, M.Eng., Ph.D selaku Rektor Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Y. Sari Murti Widiyastuti, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Prof. Dr. Dra. MG. Endang Sumiarni, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing dalam
waktu dan pikirannya kepada penulis, serta memberikan kritik dan saran yang
Manokwari yang telah membantu penulis dalam memberikan data yang diperlukan
dalam menyusun penulisan hukum ini, serta telah meluangkan waktu dan pikirannya
untuk diwawancara oleh penulis baik secara langsung maupun melalui telepon seluler.
iv
5. Ibu Yohana Rumainum selaku salah satu masyarakat adat Suku Biak yang bersedia
untuk diwawancarai penulis untuk mendapatkan data yang diperlukan penulis dalam
6. Bapak William Ampnir, S.H, M.A selaku Kepala Seksi Kelahiran, Kematian,
Pengakuan dan Pengesahan Kewarganegaraan dan Ibu Nonik Renyaan, S.H selaku
Kepala Seksi Perkawinan, Perceraian dan Pengakuan Anak pada Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kabupaten Manokwari yang telah meluangkan waktunya untuk
diwawancarai penulis dalam melengkapi data dalam menyusun penulisan hukum ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang telah
8. Seluruh staff Tata Usaha di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang
telah memberikan pelayanan dengan baik dan membantu penulis dalam mengurus
9. Kedua orang tua penulis, Andi Natsir dan Magdalena Noya yang senantiasa
memberikan dukungan, doa, motivasi dan selalu ada buat penulis sehingga akhirnya
10. Ketiga saudara kandung penulis: Erwin, Elvira dan Jonathan yang selalu mendoakan
11. Terimakasih kepada Frans Bob Wabdaron selaku partner penulis dalam Penulisan
motivasi dan juga selalu siap membantu ketika penulis membutuhkan data dari
Manokwari.
12. Teruntuk sahabat-sahabat penulis: Eci, Wirangga, Dewy, Ryvany, Sarah, Albert,
Diana, Elis, Robin, Fernando dan Ana yang selalu memberikan dukungan, menghibur,
v
membantu sampai mewarnai hari-hari penulis dan meyakinkan penulis untuk segera
13. Teman-teman seperjuangan selama kuliah yang selalu menyemangati penulis agar
terus berjuang untuk segera menyelesaikan Penulisan Hukum/Skripsi ini: Livia, Elsha,
Mega, Ucok, Zeanhard, Tri Wahyu, Mario, Naomi, Devi dan masih banyak lagi yang
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam kalimat maupun
isi terkait Penulisan Hukum/ Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Penulisan Hukum/Skripsi ini. Dengan
adanya Penulisan Hukum/Skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu
Penulis,
vi
ABSTRACT
All marriages are an engagement that binds a man and woman into husband and wife. As a
result of a marriage creates a right and obligation for the parties that do it, including children
from the marriage. Every legal marriage is said to be according to the law when it has been
done according to their respective religion and beliefs. Apart from that, as for marriage
according to custom on its own legal terms. Every marriage that has been legally carried out,
then required to record it in the marriage certificate, so that it creates a certainty and legal
protection for the parties involved. The purpose of this study was to determine the legal
consequences of the position of his wife and children on the legality of traditional marriages
according to the customary law of the Biak tribe in Manokwari District. This research found
that Biak people through Biak traditional marriages in Manokwari District still do not have a
marriage certificate due to the legality of their marriage only to the blessed in the church. This
does not fulfill what is stipulated in the Marriage Law.
Keywords: Marriage, Biak Customary Law, Position of Wife and Children.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..….. i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………….…… ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..…… iv
ABSTRACT…………………...……………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI…………………...………………………………………………………….. viii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………………... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………......... 1
B. Rumusan Masalah…....……...……………………………………………….............. 4
C. Tujuan Penelitian…………...…………………………………………………........... 5
D. Manfaat Penelitian…………...………………………………………………………. 5
E. Keaslian Penelitian…………...…………………………………………………......... 6
F. Batasan Konsep………………………………………………………………………. 9
G. Metode Penelitian……..…………………………………………………………….. 11
H. Sistematika Penulisan Hukum……………………………………………………… 16
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Tentang Akibat Hukum Terhadap Kedudukan Isteri dan Anak Menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan…………………………………………..…. 18
2. Syarat dan Sahnya Perkawinan…………………………………………..……… 20
3. Akibat Hukum Perkawinan…………………………………………..………….. 23
B. Tinjauan Tentang Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Adat dan Hukum Agama
Kristen
1. Pengertian Syarat dan Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Adat..……………. 27
2. Akibat Hukum Perkawinan Menurut Hukum Adat……………..………………. 29
3. Pengertian Syarat dan Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Agama Kristen
Protestan………………………………………………………..……………….. 34
4. Akibat Hukum Perkawinan Menurut Hukum Agama Kristen Protestan……........ 35
C. Hasil Penelitian
1. Monografi Daerah Suku Biak dalam Peta Provinsi Papua Barat……………........ 39
2. Pengertian Syarat dan Sahnya Perkawinan Suku Biak……………...………........ 44
3. Akibat Hukum Perkawinan Suku Biak…………………………………………... 49
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………...…………... 61
B. Saran…………………………………………………………………...……………. 62
DAFTAR PUSTAKA
viii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, bukan
merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika skripsi ini terbukti
merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia
menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
hanya dari sumber daya alam, tetapi juga kekayaan budaya yang terdiri dari
budaya bangsa Indonesia1. Keunikan tersebut terlihat dari data yang dicatat
oleh Badan Statistika Nasional pada tahun 2010 sebanyak 1.331 kelompok
adat di Indonesia.2
dalam Pasal 28B ayat (1) bahwa setiap orang berhak untuk membentuk
1
Netty Sophiasari Supono, 2008, “Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten
Lamongan, Provinsi Jawa Timur”, Jurnal Perkawinan Adat, hlm. 2.
2
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/30/21441421/cek-fakta-jokowi-sebut-ada-714-suku-
dan-1001-bahasa-di-indonesia, diakses 22 Agustus 2019.
1
juga Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dalam Pasal 10 ayat (1) tertulis mengenai hak setiap orang untuk
menurut salah satu agama yang diakui di Indonesia yaitu Kristen Protestan
yang mengatur sebuah perkawinan itu sah apabila telah diberkati atau
diteguhkan oleh seorang Pendeta kepada laki-laki dan perempuan yang akan
Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
perkawinan yang telah sah dilakukan menurut adat Biak kemudian diberkati
Akibat hukum perkawinan bila dilihat dari hukum adat terhadap kedudukan
2
bentuk perkawinan yang berlaku dan jenis hartanya.3 Kedudukan anak
anak yang sah apabila anak yang dilahirkan adalah hasil dari perkawinan
antara suami dan isteri yang sah, anak yang telah dilahirkan menjadi
hukum adat kewajiban orang tua untuk memelihara bersifat timbal balik,
isteri dan anak apabila di kemudian hari terjadi sesuatu yang mengharuskan
Papua salah satunya adalah perkawinan menurut hukum adat suku Biak.
Suku Biak yang berada di Papua tidak hanya mendiami pulau Biak yang ada
provinsi lain yang ada di pulau Papua, mereka menyebar sampai ke Papua
sehingga dalam hal ini seharusnya berbagai informasi lebih mudah diakses
3
Soejono Soekanto & Soleman b. Taneko, 2002, Hukum Adat Indonesia, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, hlm. 190.
4
Ibid., hlm. 255.
3
setelah dilangsungkan sebuah perkawinan menurut adat suku Biak, masih
sebuah akta perkawinan yang akan berguna sebagai tanda bukti dan syarat
untuk diakui oleh Negara bahwa seorang laki-laki dan perempuan telah
menjadi pasangan suami-isteri yang sah dan tercatat dalam dokumen negara
isteri dan anak pada sahnya perkawinan adat menurut hukum adat suku biak
di Kabupaten Manokwari”
B. Rumusan Masalah
terhadap kedudukan isteri dan anak pada sahnya perkawinan adat menurut
4
C. Tujuan Penelitian
isteri dan anak pada sahnya perkawinan adat menurut hukum adat suku Biak
di Kabupaten Manokwari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
khususnya, lebih khusus lagi mengenai hukum adat yaitu akibat hukum
2. Manfaat praktis
bagi:
5
pencatat perkawinan, tetapi melalui dokumen gereja sehingga
E. Keaslian Penelitian
dan anak pada sahnya perkawinan adat menurut hukum adat suku Biak di
dari skripsi yang ada. Ada beberapa skripsi dengan tema serupa, antara lain
yaitu :
di Kota Yogyakarta?
hukum adat Batak Toba yang dilakukan di Kota Yogyakarta masih tetap
6
ada, tetapi tidak semua perkawinan semarga diberikan sanksi.
adalah pernikahan mereka tidak diberi izin dari pihak gereja, marganya
dicabut dan tidak diundang dalam acara adat. Aturan sanksi adat yang
disampingkan.
7
Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dilakukan menurut
adat setempat bagi calon suami Isteri yang masih ada hubungan darah
akibat hukum dari suatu sahnya perkawinan adat menurut hukum adat
dan juga karena cinta buta. Apabila terjadi perkawinan semarga maka
8
punguan marga, tidak mengizinkan mereka tetap tinggal di lingkungan
Kota Yogyakarta pada saat ini semakin dihormati dan dijunjung tinggi
Suku Biak terhadap kedudukan isteri dan anak, sedangkan penulis Olan
hukum adat Batak Karo bagi masyarakat adat Batak Karo yang
F. Batasan Konsep
sebagai berikut.
tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang
5
Sudikno Mertokusumo, 2010, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta, hlm. 49.
9
2. Akibat Hukum menurut Kamus Hukum diartikan sebagai akibat yang
kandungan.
6
http://digilib.unila.ac.id/10605/18/BAB%20II.pdf, diakses 22 September 2019.
10
kepercayaannya itu. Pasal 2 ayat (2) tiap-tiap perkawinan dicatat
9. Suku Biak adalah salah satu suku yang berasal dari Kabupaten Biak-
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
undangan.
2. Sumber Data
sah.
7
Hilman Hadikusuma, 1977, Op. Cit., hlm. 69.
8
Endang Sumiarni, dkk. 2010, Hukum Adat Biak, Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Papua,
Papua.
11
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) perihal sahnya perkawinan dan
buku, jurnal, internet, hasil penelitian dan juga data yang diperoleh
12
b. Wawancara dengan narasumber diperlukan agar dapat memperoleh
adalah :
Kabupaten Manokwari
Kabupaten Manokwari
13
4. Analisis Data
yaitu:
peraturan perundang-undangan.
karena pasal demi pasal telah mengatur hal yang sama perihal
14
kontradiksi sehingga tidak diperlukan asas berlakunya peraturan
perundang-undangan.
hukum.
horizontal.
tujuan tertentu.
15
perkawinan adat menurut hukum adat Suku Biak di Kabupaten
Manokwari.
diperoleh dari buku, jurnal, internet, hasil penelitian dan juga data
anak menurut sahnya perkawinan secara adat menurut hukum adat suku
H. Sistematika Skripsi
BAB I: PENDAHULUAN
16
BAB III: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan (jawaban dari rumusan masalah) dan saran
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
1. Perkawinan adat suku Biak tidak memenuhi salah satu syarat formil
perkawinan. Karena hal itu, perkawinan menurut adat suku Biak belum
diakui oleh Negara. Perkawinan adat suku Biak tanpa adanya akte
perkawinan hanya diakui oleh hukum adat Biak dan juga hukum agama
Kristen.
Dengan kata lain, isteri tidak dapat menggugat cerai suaminya atau
dengan nama ibu saja. Akibat hukum lainnya adalah untuk melanjutkan
diperlukan, karena salah satu dokumen yang harus dimiliki adalah akta
61
B. Saran
kepada:
melakukan perkawinan.
perkawinan.
tidak hanya diakui dan dilindungi menurut hukum adat dan agama,
tetapi juga diakui dan dilindungi oleh negara karena telah tercatat
62
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Endang Sumiarni, Sundari. E, dkk, 2010, Hukum Adat Biak, Biro Hukum
Sekretariat Daerah Provinsi Papua, Papua.
Hilman Hadikusuma, Ensiklopedia Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia, 1977,
Alumni, Bandung.
JURNAL/MAKALAH:
Alfasis Romarak Ap, 2018, “Snap Mor (Tradisi Penangkapan Ikan Masyarakat
Biak)”, Jurnal Ilmu Budaya, Vol. 6, Nomor 2 Desember 2018, Universitas
Cenderawasih Jayapura.
63
INTERNET:
https://referensi.elsam.or.id/2014/10/putusan-nomor-46puu-viii2010-mahkamah-
konstitusi-republik-indonesia-tentang-perkawinan/, diakses pada 20 April
2020.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/30/21441421/cek-fakta-jokowi-sebut-
ada-714-suku-dan-1001-bahasa-di-indonesia, diakses pada 22 Agustus
2019.
http://www.manokwarikab.go.id/halaman/wilayah-dan-kependudukan, diakses
pada 11 Februari 2020.
https://www.indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/wor-dan-tari-yospan-
pemersatu-dan-penyemangat-hidup-masyarakat-biak, diakses pada 12
Februari 2020.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
64
Indonesia Tahun 2019 Nomor 186)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1975 Nomor 12)
SUMBER LAIN:
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 tentang Perkawinan
65