PENULISAN HUKUM
(SKRIPSI)
Oleh:
AYUNINGTIA MAYANGSARI
010117264
Di Bawah Bimbingan :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
PERNYATAAN ORISINALITAS
Adalah karya orisinil saya disetiap serta seluruh sumber acuan telah sesuai dengan
kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Fakultas Hukum Universitas Pakuan.
Ayuningtia Mayangsari
010117264
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Pakuan, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ayuningtia Mayangsari
NPM : 010117264
Fakultas : Hukum
Program Studi : Ilmu Hukum
Bagian : Hukum Keperdataan
Jenis karya : Penulisan Hukum (Skripsi)
Beserta perangkat yang ada (apabila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
ekslusif ini, Universitas Pakuan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan
tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
(Ayuningtias Mayangsari)
LEMBAR PENGESAHAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
Hari : Senin
Tanggal : 20 Desember 2021
Dekan Kepala
Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan
Universitas Pakuan,
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
Hari : Senin
Tanggal : 20 Desember 2021
Mengetahui,
Penguji I Penguji II
Penguji III
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,atas berkat rahmat dan
hukum ini adalah untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini masih jauh dari
dan kesulitan yang terjadi.Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
1. Ibu Dr. Yenti Garnasih,S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Pakuan;
2. Ibu Yennie K. Milono, S.H., M.H selaku Plt Wakil Dekan Bidang Akademik dan
3. Bapak Eka Ardianto Iskandar, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan Bidang Sumber
i
4. Ibu Farahdinny Siswajanthy, S.H., M.H. selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum
5. Bapak I Wayan Suparta, S.H., M.H. selaku Kepala Bagian Hukum Keperdataan
6. Ibu Dinalara Dermawati Butar Butar, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing
Utama sekaligus Wali Dosen yang selalu rendah hati dan totalitas dalam
7. Bapak Isep H Insan, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
8. Bapak Dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Pakuan yang telah senantiasa
9. Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Pakuan;
10. Skripsi ini adalah persembahan kecil saya untuk kedua orangtua saya.Bapak
Purwanto dan Ibu Biana Marliantini Terima kasih banyak atas semua cinta yang
tulus yang telah kalian berikan kepada saya,yang selalu mendo’akan saya dan
penulisan hukum(skripsi)ini;
ii
11. Seluruh keluargaku tersayang adik penulis Adelia Rara Agustin, kakek penulis
Alm Bapak Tjatim Soenarji, Nenek penulis Masrobah dan Pakde Anton Ambarwo
12. Untuk sahabatku Pipit Maulani, S,H., Tia Amelia, S.H., Shelina Viscalia, S.H.,
Nadilla Khoerunissa, S.H., Nethanya Tabitha Grace Theresa, S.H., Vinna Ernita
Boru Purba, S.H., Ferry Purnama dan Alifia Sekar Himawati dan sahabat lainnya
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak selalu
ini;
13. Untuk seluruh teman-teman kelas GH angkatan 2017 juga kawan-kawan angkatan
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan karunianya.penulis mohon maaf atas
segala kesalahan yang pernah dilakukan.Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA ……………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………...… iv
ABSTRAK ……………………………………………………………... vi
BAB I PENDAHULUAN
WANPRESTASI
iv
BAB III PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH ANTARA PT WIJAYALAND
A. Kesimpulan ……………………………………………… 63
B. Saran …………………………………………………….. 64
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA
LAMPIRAN
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
Humans are social beings who need each other and in living their lives cannot be
separated from economic activities to meet their needs based on the engagement they
make. However, in carrying out the engagement, it is not uncommon for one of the
parties to default. An example of a lease-purchase default is the House Purchase
Agreement with Decision Number 575/Pdt.G/2018/PN.SMG. A husband and wife
couple named Waljinah and Slamet as tenants and buyers have entered into a lease
and purchase agreement with Kurniawan, the leader of PT Wijayaland. In this
agreement it is written that after the down payment is paid off, the property company
will build a house which is the object of the agreement. However, after the payment
was paid, in less than a month the house was not immediately built and without the
husband and wife finally suing the company for default. Even though the agreement
does not state when is the right time to carry out development, so there is no
benchmark for when a default will occur by the property. PT Wijayaland in its
argument uses the "immediate" clause in its agreement so that there is no
benchmark date for building. The result of the research is that the Panel of Judges
has been right in ruling that PT Wijayaland has defaulted even though it deviates
from the contract made and is not stated explicitly in the contract. The Panel of
Judges decided to use the consideration of the principle of good faith, so that
progressive legal theory is the basis that judges in deciding cases are not only
mouthpieces of the law (in this case the agreement made which applies as law for the
party making it), but can consider the intention both from the parties. According to
Subekti, the provision on good faith means that judges are given the power to
supervise the implementation of an agreement so as not to violate propriety and
justice, so judges can prevent the implementation of agreements that are too fair to
the sense of community justice, by reducing or adding to the obligations in the
agreement. This research is descriptive analytical, the type of research is normative
juridical, the data collection is carried out by library research methods supported by
empirical data, and the data obtained from research results are processed by
qualitative methods.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hidup inilah yang membuat manusia harus berinteraksi dengan manusia lain.
Pertemuan hak dan kewajiban manusia yang satu dengan hak dan kewajiban
manusia lainnya ini yang menjadikan hukum perdata ada. Seperti yang
dikatakan Cicero dalam adagiumnya Ubi Societas Ibi Ius, yaitu dimana ada
manusia, di situ ada hukum.1 Hukum perdata ada sebab selalu ada kemungkinan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ini tidak lepas dari perikatan. Dalam
terjadi di antara dua orang atau lebih yang terletak dalam lapangan harta
1
Subandi Al Marsudi, Pengantar Ilmu Hukum, (Bogor: Universitas Pakuan, 2003),
hlm. 55.
1
kekayaan di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib
memenuhi prestasi itu. Hukum perikatan diatur dalam Buku III KUHPerdata,
melakukan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun belum diatur dalam
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
Salah satu wujud dari perikatan adalah perjanjian sewa beli. Sewa beli
adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan
pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat
dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari
penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli
2
Yulia, Hukum Perdata, (Lhokseumawe: Biena Edukasi, 2015), hlm. 90.
3
Letezia Tobing, “Perbedaan Leasing dan Sewa Beli”, tersedia di https://www.hukumonline
.com/, diakses 22 April 2021.
2
tetap berada pada si penjual sewa, meskipun barang sudah berada
di tangan pembeli sewa. Hak milik baru beralih dari penjual sewa
kepada pembeli sewa setelah pembeli sewa membayar angsuran
terakhir untuk melunasi harga barang”.
Perjanjian sewa beli ini termasuk perjanjian tidak bernama yang biasa
demikian perjanjian sewa beli sebagai suatu perjanjian innominat juga tunduk
peluang bahwa salah satu pihak akan melanggar perjanjian yang telah
2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada debitur, ditegaskan dalam Pasal
dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau sesuatu yang
4
Yulia, Op. Cit., hlm. 93.
3
harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya
3. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur jika halangan itu timbul setelah
wanprestasi;
4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan
balik, andaikata salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya, dalam hal
Salah satu contoh kasus wanprestasi sewa beli adalah Perjanjian Sewa
isteri bernama Waljinah dan Slamet sebagai pihak penyewa dan pembeli telah
mengadakan perjanjian sewa beli kepada Kurniawan, yaitu pimpinan dari pihak
5
Ibid.
4
muka lunas, maka pihak perusahaan properti tersebut akan membangun rumah
waktu belum sampai sebulan rumah tersebut tidak segera dibangun dan tanpa
wanprestasi meskipun hal tersebut menyimpang dari kontrak yang dibuat dan
Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut mengenai putusan hakim
B. Identifikasi Masalah
5
1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa beli rumah antara PT Wijayaland
1. Maksud Penelitian
575/Pdt.G/2018/PN.SMG..
2. Tujuan Penelitian
terjadi pada putusan Majelis Hakim dalam penerapan itikad baik pada
D. Kerangka Pemikiran
6
1. Kerangka Teoritis
masalah dengan beberapa teori yaitu teori hukum progresif, asas kebebasan
berkontrak dan asas itikad baik. Teori hukum progesif adalah gagasan dari
maka manusia menjadi penentu dan titik orientasi hukum. Hukum bertugas
melayani manusia, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, hukum itu bukan
pro keadilan dan hukum pro rakyat. Dengan ideologi ini, dedikasi para
Dalam logika itulah revitalisasi hukum dilakukan setiap kali. Bagi hukum
progresif, proses perubahan tidak lagi berpusat pada peraturan, tapi pada
7
Bagi konsep hukum yang progresif, hukum tidak mengabdi bagi dirinya
sendiri, melainkan untuk tujuan yang berada di luar dirinya. Oleh karena itu
penelitian hukum ini dengan teori hukum progresif adalah teori dalam
sehingga tidak ada patokan kapan akan terjadinya wanprestasi oleh pihak
dibuat dan tidak dinyatakan secara tegas dalam kontrak, Majelis Hakim
hukum progresif sebagai dasar bahwa hakim dalam memutus perkara tidak
hanya sebagai corong undang-undang saja (dalam hal ini perjanjian yang
dibuat yang berlaku sebagai undang-undang bagi pihak pembuat nya, tetapi
kewajiban apa saja yang sudah dilakukan oleh debitur dan kegagalan apa
6
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum: Strategi Tertib
Manusia Lintas Ruang dan Generasi, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2013), hlm. 190-192.
8
yang tidak dipenuhi dengan melihat kondisi kemampuan debitur serta
aspirasi publik. Sesuai dengan sifatnya yang terbuka, maka tipe hukum ini
perkara.7
Pasa1 1338 mengatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
7
Ibid., hlm. 184.
8
Roswita Sitompul, Hukum Perdata Indonesia, (Medan: Pustaka Bangsa, 2006), hlm. 83.
9
a. Perjanjian itu tidak dapat ditarik (dibatalkan) oleh sepihak saja tetapi
sanksi.
Asas itikad baik terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata ayat (3)
baik adalah bukan hanya pada saat pembuatan perjanjian saja tetapi juga
tersimpul pula aspek kepantasan dan kepatutan.9 Pada perjanjian sewa beli
rumah pada Perumahan Banana Village, asas itikad baik juga sebagai
dari kewajiban-kewajiban apa saja yang sudah dilakukan oleh debitur dan
2. Kerangka Konseptual
9
Badan Diklat Kejaksaan RI, Hukum Perdata Materiil, (Jakarta: KAJARI, 2019), hlm. 71.
10
Kerangka konseptual dalam penulisan hukum ini dapat dijelaskan,
sebagai berikut:
fisik.”
10
H.M. Subarna, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Grafika, 2012), hlm. 23.
11
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni: Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif, (Bandung: Nusamedia,
2007), hlm. 233.
12
Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1313.
13
Yulia, Op. Cit., hlm. 93.
14
Ibid.
11
“Kejujuran seseorang dalam melakukan suatu perbuatan
g. KPR adalah:16
E. Metode Penelitian
maka diperlukan metode penelitiaan yang tepat. Dalam penelitian ini penulis
1. Jenis Penelitian
15
Suharnoko, Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 65.
16
Undang-Undang No.10 Tentang Perbankan Tahun 1998
12
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif
2. Sifat Penelitian
analisis yaitu penulisan yang berdasarkan fakta-fakta yang diteliti secara jelas,
dengan fakta-fakta berdasarkan dari teori-teori hukum, pendapat para ahli, dan
hukum ini.
dengan materi penulisan hukum yang dilakukan oleh penulis, surat kabar,
jurnal, artikel hukum baik dari internet maupun majalah-majalah dan lain
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 13.
13
kalimat dengan maksud agar tersusun suatu materi pembahasan yang
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
WANPRESTASI
bentuk wanprestasi.
Dalam bab ini diuraikan mengenai objek penelitian yaitu para pihak
14
Semarang, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian sewa beli
15
BAB II
1. Pengertian Perjanjian
seseorang berjanji kepada orang lain atau dapat dikatakan peristiwa dimana dua
orang atau lebih saling mengikrarkan diri untuk berbuat sesuatu. Menurut
sesuatu hal.”
perbuatan ketika satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih. Berbeda dengan perikatan yang merupakan suatu hubungan
18
Nur Syarifah dan Reghi Perdana, Hukum Perjanjian, (Jakarta: UT, 2015), hlm. 5.
16
persetujuan karena dua pihak setuju untuk melakukan sesuatu. Menurut
dalam bentuk tertulis disebut kontrak. Jadi kontrak mempunyai cakupan yang
lebih sempit lagi daripada perjanjian. Secara gramatikal, istilah kontrak berasal
dari bahasa Inggris, contract. Istilah kontrak lebih sering digunakan dalam
praktik bisnis dan selalu dituangkan dalam bentuk tulisan. Kontrak merupakan
bagian dari perjanjian dan perjanjian merupakan bagian dari perikatan, atau
merupakan kontrak. Hal ini bisa dipahami sebab perjanjian ada yang lisan
handphone yang dibeli dua bulan yang lalu. Handphone tersebut ditawarkan
kepada Andi seharga Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah). Andi setuju untuk
19
Ibid.
17
ribu rupiah) untuk Dian, dan Dian menyerahkan handphone untuk Andi. Dalam
hal ini, telah terjadi perjanjian jual-beli antara Dian dan Andi. Para pihak yang
melakukan transaksi ada dua yaitu pihak kesatu (penjual/Dian) dan pihak
kedua (pembeli/Andi) Hak Dian atas prestasi berupa uang Rp 500.000 (lima
ratus ribu rupiah) dan kewajiban Andi memberikan prestasi berupa uang Rp
500.000 (lima ratus ribu rupiah). Hak Andi atas prestasi berupa handphone dan
perjanjian adalah suatu persetujuan adalah perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari isi
yaitu unsur perbuatan dan unsur satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih. Perjanjian dalam arti sempit hanya mencakup
harta kekayaan saja sebagaimana yang diatur dalam Buku III KUHPerdata.
20
Ibid., hlm. 6.
18
perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagaimana yang dikehendaki
para pihak. Jadi perjanjian dalam arti luas tidak hanya diatur dalam lapangan
hukum harta kekayaan saja, tetapi juga mencakup Buku I KUHPerdata seperti
perjanjian kawin.21
Agar suatu perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak,
21
Zakiyah, Hukum Perjanjian Teori dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Lentera Kreasindo,
2015), hlm. 4.
22
Arrisman, Hukum Perikatan Perdata dan Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Tampuniak Mustika Edukarya, 2020), hlm. 134-135.
19
b. Cakap untuk membuat perikatan.
Para pihak mampu membuat suatu perjanjian. Kata mampu dalam hal ini
adalah bahwa para pihak telah dewasa, tidak di bawah pengawasan karena
perilaku yang tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam undang-
orang yang belum dewasa, mereka yang ditaruh di bawah pengampuan dan
perbuatan hukum tanpa bantuan atau izin suaminya. Akibat dari perjanjian
yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah dapat dibatalkan.
20
Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat.
Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali
Terdapatnya cacat kehendak (keliru, paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk
3. Unsur-unsur Perjanjian
penanggungan (vrijwaring).
23
Ibid., hlm. 136.
24
Nanda Amalia, Hukum Perikatan, (Lhokseumawe: Unimal Press, 2013), hlm. 21.
21
c. Unsur Accidentalia, yaitu bagian-bagian yang oleh para pihak ditambahkan
Asas hukum adalah suatu pikiran yang bersifat umum dan abstrak yang
tertuang dalam hukum yang konkrit. Pengertian tersebut dapat ditarik dari
pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari
peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem
yang merupakan hukum positif dan dapat dikemukakan dengan mencari sifat-
paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum dan sebagai alasan bagi
lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum.
Asas hukum ini tidak akan habis kekuatannya melahirkan suatu peraturan
25
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty 2003),
hlm. 33.
22
hukum, melainkan akan tetap saja ada dan melahirkan peraturan-peraturan
selanjutnya.26
adalah:27
Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting
1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas juga dari sifat Buku
26
Erna Amalia, Hukum Perikatan, (Jakarta: FH UTJ, 2019), hlm. 142-147.
27
Ibid.
23
b. Asas konsensualisme
dari Pasal 1320 KUHPerdata yang menentukan untuk syarat sahnya suatu
Asas ini juga disebut sebagai asas pengikatnya suatu perjanjian, yang
berarti pada pihak yang membuat perjanjian itu terikat pada kesepakatan
dalam perjanjian yang telah mereka perbuat. Dengan kata lain, perjanjian
para pihak yang membuatnya. Asas pacta sunt servanda ini terdapat dalam
ketentuan Pasal 1338 ayat (1) dan ayat (2) KUHPerdata yang menyatakan
kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan yang
tersebut tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan dari pihak lawannya.
Jadi para pihak harus mentaati apa yang telah mereka sepakati bersama.
24
d. Asas itikad baik
Asas itikad baik dalam bahasa hukumnya disebut de goedetrow. Asas ini
ini, terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang menentukan
bagi kreditur. Itikad baik berarti bahwa kedua belah pihak dalam perjanjian
harus berlaku yang satu terhadap yang lain seperti patut saja antara orang-
orang sopan, tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat, tanpa akal-akalan, tanpa
baik mengandung dua dimensi, yaitu itikad baik dalam dimensi subyektif
25
kerasionalan, kepatutan dan keadilan. Bekerjanya asas itikad baik ini tidak
putusan lain. Dari putusan-putusan itu ternyata bahwa menurut Hoge Raad
kewajiban yang berdasar atas itikad baik, yaitu kewajiban untuk memeriksa
jual beli rumah, maka orang yang mau membeli berkewajiban memeriksa
28
Ibid.
26
rencana untuk mencabut hak milik. Sanksi atas kewajiban itu ialah bahwa,
kalau dia tidak memeriksa hal itu dan kemudian hak milik memang dicabut,
dia tidak boleh menuntut pembatalan karena kesesatan. Pada lain pihak si
yang bisa penting bagi pembeli, dan kalau dia menyatakan dengan tegas
e. Asas keseimbangan
para pihak hanya akan terwujud apabila berada pada posisi yang sama kuat.
27
mekanisme kebebasan berkontrak, seringkali menghasilkan ketidakadilan
1. Pengertian Wanprestasi
Prestasi adalah suatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap
sanksi atas kelalaian, sebab pemenuhan perjanjian memang sudah dari semula
Ketentuan mengenai ganti rugi diatur dalam Pasal 1243 sampai dengan
Pasal 1253 KUHPerdata. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitur yang tidak
29
Zakiyah, Hukum Perjanjian Teori dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Lentera Kreasindo,
2015), hlm. 98.
28
berupa biaya, rugi dan bunga. Biaya adalah segala pengeluaran/perongkosan
yang nyata-nyata telah dikeluarkan oleh kreditur rugi adalah segala kerugian
debitur, namun kerugian yang dapat dituntut jumlahnya dibatasi oleh Pasal
2. Bentuk-bentuk Wanprestasi
adalah timbulnya hak dari pihak yang dirugikan dalam kontrak tersebut untuk
30
Ibid.
31
Nanda Amalia, Op. Cit., hlm. 7.
29
dianggap telah melakukan wanprestasi. Apabila tidak telah ditentukan lain
debitur dinyatakan lalai oleh kreditur, yaitu dikeluarkannya “akta lalai” oleh
pihak kreditur. Hal ini diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata bahwa si berutang
adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis
itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini
waktu yang telah ditentukan. Akta lalai dalam praktek dikenal juga dengan
lalai ini sendiri dikenal dan diberlakukan oleh negara-negara dengan Civil Law
negara dengan Common Law System tidak memberlakukan stelsel akta lalai ini.
memenuhi prestasi, maka dalam ilmu hukum kontrak dikenal suatu doktrin
32
Ibid., hlm. 8.
30
Performance) yang mengajarkan bahwa dalam hal terjadi wanprestasi berupa
Dengan kata lain, jika salah satu pihak telah melaksanakan Substantial
sebagaimana yang telah disepakati atau ditetapkan dalam kontrak, dan tidak
contractus, yaitu doktrin yang mengajarkan apabila salah satu pihak tidak
33
Ibid.
31
dalam keadaan beritikad buruk. Peristiwa tersebut terjadinya juga tidak telah
terjadinya air bah, banjir badang, meletusnya gunung merapi, gempa bumi,
prestasi dari kontrak tersebut. Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUHPerdata
biaya rugi dan bunga saja, namun demikian ketentuan ini juga dapat
disebabkan:
Apabila force majeure terjadi terhadap suatu kontrak, sehingga salah satu
atau kedua belah pihak terhalang untuk melaksanakan prestasinya, maka para
pihak dibebaskan untuk melaksanakan prestasi dan tidak ada satu pihakpun
34
Ibid.
32
a. Force majeure yang objektif, terjadi terhadap benda yang menjadi objek
dari kontrak tersebut, misal benda tersebut terbakar atau terbawa banjir
badang.
b. Force majeure yang subjektif, terjadi terhadap subjek dari perikatan itu.
Misalnya jika si debitur cacat seumur hidup, atau sakit berat sehingga
c. Force majeure yang absolute, yaitu keadaan dimana prestasi oleh debitur
diproduksi lagi.
majeure bentuk ini adalah terhadap kontrak ekspor impor dimana tiba-
kontrak ini tidak dapat dilaksanakan, namun dengan cara tidak normal
e. Force majeure yang permanent, dalam hal ini prestasi sama sekali tidak
33
(misalnya) yang tidak dapat sembuh lagi sehingga dia tidak mungkin lagi
f. Force majeure yang temporer adalah suatu force majeure dimana prestasi
tidak mungkin dilakukan untuk sementara waktu, tetapi nanti nya masih
mogok buruh, maka force majeure terjadi. Setelah keadaan reda, dan
buruh kembali bekerja dan pabrik beroperasi kembali maka prestasi dapat
dilanjutkan kembali.35
35
Ibid., hlm. 9-10.
34
BAB III
PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH ANTARA
PT WIJAYALAND DENGAN WALJINAH DAN SLAMET
PADA PERUMAHAN BANANA VILLAGE SEMARANG
Pihak-pihak yang dimaksud dalam hal ini adalah siapa saja yang terlibat
dalam suatu perjanjian. Pihak-pihak yang dimaksud adalah para pihak yang
mengadakan perjanjian itu sendiri, para ahli waris dan mereka yang mendapatkan
hak-hak dari padanya, dan pihak-pihak ketiga. Hal itu diatur di berbagai pasal
umumnya tiada seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta
ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri. Asas ini dinamakan
Sedangkan minta ditetapkan suatu janji, ditujukan pada memperoleh hak atas
sesuatu atau dapat menuntut. Memanglah sudah semestinya suatu perjanjian hanya
orang lain. Dengan perkataan lain, sudah selayaknya perjanjian hanya meletakkan
35
hak dan kewajiban antara pihak yang membuatnya, sedangkan orang lain adalah
pihak ketiga yang tidak mempunyai sangkut paut dengan perjanjian itu.36
dan minta ditetapkan suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri adalah janji untuk
pihak ketiga, yang diatur dalam Pasal 1317 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa
lagi pun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna
kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh
seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukannya kepada
seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu. Dalam perjanjian itu ia
hubungan ini A disebut stipulator, dan B dinamakan promisor. Selain itu ketentuan
pasal tersebut juga memberi syarat antara stipulator dan promisor bahwa mereka
tidak boleh menarik kembali apabila pihak ketiga telah menyatakan kehendak
untuk mempergunakannya.37
Dalam hal ini, pihak-pihak dalam perjanjian sewa beli rumah pada
RT. 002 / RW. 005, Kelurahan Sawah Besar, Kecamatan Gayamsari, Kota
36
I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perdata Mengenai Perikatan, (Jakarta: FH Utama, 2014), hlm.
76.
37
Ibid., hlm. 77.
36
Semarang, sekarang beralamat dan berdomisili di Jl. Durian Dalam Rt. 02,
2. Slamet, pekerjaan swasta, beralamat di Jl. Batursari 2 RT. 002 / RW. 005,
beralamat dan berdomisili di Jl. Durian Dalam Rt. 02, Rw. 1, Kelurahan
B. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Sewa Beli Rumah Pada
Hak dan kewajiban identik dengan prestasi. Kreditour berhak atas sesuatu
yang wajib diberikan oleh debitour disebut “prestasi”. Sesuatu itu terdiri atas
memberikan, melakukan atau tidak melakukan. Hal ini diatur dalam Pasal 1234
berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. Jadi, berdasarkan ketentuan Pasal
1234 tersebut di atas, maka prestasi itu dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.38 Hak dari
38
Zakiyah, Hukum Perjanjian Teori dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Lentera Kreasindo,
2017), hlm. 50.
37
2. Menerima pembayaran uang muka sewa beli rumah sebesar Rp 40.000.000
dengan biaya angsuran sebesar Rp 1.625.000 (satu juta enam ratus dua puluh
ribu rupiah);
Kurniawan, yaitu:
3. Memasang kloset tepat segera setelah pembayaran uang muka telah selesai
4. Memastikan bangunan selesai tepat pada waktu yang dijanjikan. Namun dalam
Hak dari debitur, dalam hal ini adalah Waljinah dan Slamet, yaitu:
1. Menempati rumah type 36 / LT. 59 yang berlokasi di Perum Banana Hill Blok
38
2. Memiliki rumah dengan Sertifikat Hak Milik, type 36 / LT. 59 yang berlokasi
di Perum Banana Hill Blok B No. 9, Banyumanik, Kota Semarang pada saat
Kewajiban dari debitur, dalam hal ini adalah Waljinah dan Slamet, yaitu:
dengan biaya angsuran sebesar Rp 1.625.000 (satu juta enam ratus dua puluh
1. Para Pihak adalah penggugat yang bernama Waljinah sebagai Penggugat I dan
2. Posita gugatan adalah bahwa Penggugat I dan Penggugat II adalah suami isteri,
39
Banana Hill Blok B No. 9, Banyumanik, Kota Semarang. Sistem pembelian
yang diterapkan oleh Tergugat adalah Sewa Beli KPR in House Perumahan
Banana Village, dimana kesepakatan sewa beli dengan dengan harga sewa
sebesar Rp. 700.000,- / bulan (tujuh ratus ribu perbulan) dan harga beli sebesar
Rp. 235.000.000,- (dua ratus tiga puluh lima juta rupiah). Penggugat I dan
Penggugat II telah membayar uang tanda serta membayar cakar ayam dan
rumah yang akan ditempati oleh Penggugat I dan Penggugat II sesuai dengan
pemeliharaan rumah, terdapat klausula pada ayat (1) yaitu, “Pihak Kedua
diijinkan untuk segera menempati apabila rumah sudah siap huni dan wajib
memelihara rumah sepanjang dan selama pihak kedua memenuhi dengan baik
40
a. Sebagai undang-undang bagi mereka sesuai dengan asas pacta sunt
b. Oleh karena para pihak yang terlibat atas kesepakatan itu harus
adanya sikap arogan dari Penggugat II yang justru dengan angkuh mengatakan
pada tanggal 29 Desember 2018 itu (9 hari setelah gugatan didaftarkan) hanya
September 2018, Pasal 5 angsuran ayat (1), yang mengatur bahwa Pihak
Penggugat II.
41
3. Petitum:
c. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah diletakkan juru sita
2017 berupa uang tanda jadi + uang muka / DP sebesar Rp. 40.000.000,-
(empat puluh dua juta lima ratus ribu rupiah) yang diberikan kepada
7.500.000,- ;
42
Penggugat I dan Penggugat II telah kehilangan kesempatan untuk
7.500.000,-
untuk bulan Desember 2017 s/d Desember 2018 (12 bulan), dengan
43
perhitungan 0,005 x 12 = 0,06 x 47.000.000,- = Rp. 2.820.000,- (dua juta
Pelunasan cakar ayam dan closet perum Banana Hill Blok B No.9,
Banyumanik, Kota Semarang sebesar Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus
ribu rupiah) ;
Pembayaran angsuran kepada Tergugat, berupa marjin sewa per bulan dan
angsuran pokok per bulan sebesar Rp. 23.000.000,- (dua puluh tiga juta
44
% (tiga persen) perbulan dari jumlah pembayaran yang telah dibayarkan
pelunasan cakar ayam dan closet perum Banana Hill Blok B No. 9,
Banyumanik, Kota Semarang sebesar Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus
per bulan dan angsuran Pokok per bulan dari bulan februari 2018 s/d
November 2018 sebesar Rp. 23.000.000,- (dua puluh tiga juta rupiah)
795.000,-x 1 bulan = Rp. 795.000,- (tujuh ratus sembilan puluh lima ribu
rupiah) ;
dibangunnya rumah yang akan disewa dan dibeli oleh Penggugat I dan
Penggugat II, dan telah dibayar pertahun sebesar Rp. 12.500.000,- (dua
Biaya hukum untuk advokat dan biaya pembayaran gugatan sebesar Rp.
dan telah kehilangan harga dirinya dan tidak jadi memperoleh rumah yang
45
seluruhnya berjumlah: Rp. 47.500.000,- + Rp. Rp. 16.920.000,- + Rp.
milyar seratus lima puluh enam juta dua ratus empat puluh ribu rupiah);
membangun sebuah rumah type 36/54 di atas sebidang tanah yang terletak
angsuran;
berupa sebidang tanah yang terletak di Perum Banana Hill Blok B No. 9,
3) Sebelah Timur: Perum Banana Hill Blok B No. 10, Banyumanik, Kota
Semarang
46
4) Sebelah Barat: Perum Banana Hill Blok B No. 8, Banyumanik, Kota
Semarang
yang terletak di Gang arwana Jl. Tirto Agung Barat V No. 7, Kota
Semarang;
Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk setiap hari keterlambatan apabila
meskipun ada upaya hukum banding, verzet dan kasasi (Uitvoorbaar Bij
Vooraad) ;
perkara ini;
Atau dalam peradilan yang baik mohon putusan yang seadil-adilnya (Ex
Aequo Et Bono);
4. Putusan:
47
c. Menyatakan sewa beli antara Penggugat I dan Penggugat II dan Tergugat
atas sebidang tanah yang terletak di Perum Banana Hill Blok B No. 9,
Banyumanik, Kota Semarang, untuk disewa dan dibeli oleh Para Penggugat
ini sebesar Rp.941.000,- (sembilan ratus empat puluh satu ribu rupiah) ;
48
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dengan Waljinah dan Slamet pada perumahan Banana Village Semarang adalah
Waljinah dan Slamet dalam hal pelaksanaannya apakah sudah sesuai dengan
hukum perdata yang berlaku, apakah kedua belah pihak telah melaksanakan
sebagaimana perjanjian yang mereka sepakati dan apakah ada wanprestasi yang
Pada tanggal 29 Januari 2018 telah ditandatangani perjanjian sewa beli KPR
dengan Waljinah dan Slamet. Kemudian pihak Waljinah dan Slamet meminta
dalam perjanjian sewa beli KPR In House Perumahan Banana Village tanggal 29
Januari 2018, pindah ke kapling Blok B Nomor 9. Surat Perjanjian Sewa Beli KPR
pada Notaris Bayu Yhuwana,S.H.,M.Kn. Dengan adanya surat perjanjian sewa beli
ini, terbukti bahwa telah terjadi kesepakatan sewa beli antara Para Penggugat
49
dengan Tergugat. Sebelum meninjau pelaksanaan, maka perlu dianalisis apakah
Dalam hal ini PT Wijayaland dengan Waljinah dan Slamet telah sepakat tanpa
Para pihak mampu membuat suatu perjanjian. Kata mampu dalam hal ini
adalah bahwa para pihak telah dewasa, tidak di bawah pengawasan karena
perilaku yang tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam undang-undang
dilarang membuat suatu perjanjian. Dalam hal ini mengapa yang digugat
bahwa status Wijayaland Indonesia baru berubah menjadi badan hukum dan
39
Arrisman, Hukum Perikatan Perdata dan Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Tampuniak Mustika Edukarya, 2020), hlm. 134-135.
50
badan hukum, maka yang berlaku sebagai subjek dalam perjanjian tersebut
adalah atas nama perorangan yaitu Kurniawan. Dalam hal ini Kurniawan,
Waljinah dan Slamet adalah orang dewasa yang berusia di atas 21 tahun dan
tidak di bawah pengampuan. Syarat kecakapan ini telah dipenuhi oleh para
pihak.
Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak, maka
perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 KUHPerdata menentukan hanya
perjanjian sewa beli sebuah rumah type 36/54 di atas sebidang tanah yang
Semarang. Syarat suatu hal tertentu ini telah dipenuhi oleh para pihak.
Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat.
Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan
lain oleh undang-undang. Sewa beli rumah merupakan causa yang halal sebab
Surat perjanjian sewa beli KPR In House Perumahan Banana Village telah
dan tidak terbukti adanya penyesatan maupun penipuan maka perjanjian tersebut
51
sah dan mengikat bagi para pihak yang membuatnya dan di dalam perjanjian
tersebut hanya dijelaskan bahwa apabila uang muka telah dilunasi dan Para
dibangun. Berdasarkan fakta di atas terkait dengan perjanjian yang telah dilakukan
oleh Para Penggugat dengan Tergugat untuk melakukan sewa beli KPR In House
Perumahan Banana Village dinyatakan sah, maka dalam perjanjian tersebut sudah
dengan secara mutatis dan mutandis dinyatakan adanya memuat hak dan kewajiban
para pihak dalam perjanjian tersebut. Ketentuan-ketentuan pokok akad sewa beli
1. Harga jual beli rumah sejumlah Rp. 235.000.000 (dua ratus tiga puluh lima
juta rupiah);
4. Jangka waktu pembayaran selama 120 (seratus dua puluh) bulan atau 10
(sepuluh) tahun;
5. Tanggal jatuh tempo yaitu setiap tanggal 29 tiap bulan sampai jangka waktu
pembayaran berakhir;
6. Angsuran pokok per bulan sejumah Rp. 1.625.000 (satu juta enam ratus dua
8. Total angsuran per bulan meliputi angsuran pokok dan marjin sewa sejumlah
Rp. 2.325.000 (dua juta tiga ratus dua puluh lima ribu rupiah);
52
9. Fee marketing sejumlah Rp. 705.000 (tujuh ratus lima ribu rupiah);
Dalam hal pelaksanaan perjanjian, kewajiban yang sudah dilaksanakan oleh pihak
(tiga puluh lima juta rupiah) dengan perincian pembayaran uang muka
pertama Rp 15.000.000 (lima belas juta rupiah) pada tanggal 28 Mei 2017,
kwitansi pembayaran;
7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) pada 27 Desember 2017 dan
sebesar Rp 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) pada 13 Februari 2018;
1.625.000 (satu juta enam ratus dua puluh lima ribu rupiah) dan pembayaran
margin sewa setiap bulannya sebesar Rp 700.000 (tujuh ratus ribu rupiah) dari
berupa buku angsuran rumah pada Perumahan Banana Village atas nama
53
angsuran sebanyak 9 (sembilan) kali dan Tergugat telah menerima uang
angsuran tersebut dengan total sejumlah Rp 23.000.000,00 (dua puluh tiga juta
rupiah);
ribu rupiah).
Tergugat selaku pihak pertama dalam perjanjian ini adalah membangun unit
rumah yang telah diperjanjikan setelah pihak pertama menerima haknya berupa
puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan pembayaran angsuran ke-1 s/d ke-9
sejumlah Rp 23.000.000 (dua puluh tiga juta rupiah) dari pihak kedua dalam hal
ini Waljinah dan Slamet sebagai Para Penggugat walaupun tidak diperjanjikan
secara tertulis atau tegas di dalam perjanjian mengenai batas waktu pembangunan
unit rumah tersebut. Sedangkan kewajiban Waljinah dan Slamet sebagai Para
Penggugat selaku pihak kedua sesuai dengan klausul Pasal 5 point 1 adalah
mendapatkan haknya berupa pembangunan unit rumah yang nantinya akan dapat
telah menerima haknya berupa sejumlah pembayaran dari Waljinah dan Slamet,
54
maka pihak Kurniawan juga memiliki kewajiban dengan sudah harus mulai
melakukan pembangunan terhadap unit rumah sesuai dengan perjanjian sewa beli
B. Analisis Putusan Majelis Hakim Dalam Penerapan Itikad Baik Pada Putusan
Nomor 575/Pdt.G/2018/PN.SMG.
Itikad baik di dalam ilmu pengetahuan hukum perdata mengacu kepada tiga
bentuk perilaku para pihak dalam kontrak. Pertama, para pihak harus memegang
teguh janji atau perkataannya. Kedua, para pihak tidak boleh mengambil
keuntungan dengan tindakan yang menyesatkan terhadap salah satu pihak. Ketiga,
para pihak mematuhi kewajibannya dan berperilaku sebagai orang terhormat dan
jujur walaupun kewajiban itu tidak secara tegas diperjanjikan.40 Majelis hakim
rumah dari Para Penggugat padahal Tergugat telah menerima sebagian haknya
(empat puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan pembayaran angsuran ke-1 s/d
ke-9 sejumlah Rp 23.000.000 (dua puluh tiga juta rupiah) dari Para Penggugat,
40
Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, Memahami Kontrak Dalam Perspektif Filsafat,
Teori, Dokmatik dan Praktek Hukum, (Bandung: Mandar Maju, 2012), hlm. 130.
55
menunjukan tidak adanya itikad baik dari Tergugat untuk menjalankan
baik menurut Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata merupakan satu dari beberapa sendi
yang terpenting dari hukum kontrak, yang memberikan kekuasaan kepada Hakim
untuk mengawasi pelaksanaan suatu kontrak, agar tidak melanggar kepatutan dan
keadilan. Ini berarti bahwa Hakim berwenang untuk menyimpang dari kontrak jika
apabila telah lunas pembayaran uang muka. Meskipun dalam perjanjian tidak
ketiadaan itikad baik dalam menjalankan perjanjian. Asas itikad baik dalam bahasa
perjanjian. Mengenai asas itikad baik ini, terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3)
dengan itikad baik. Asas ini berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian dan berlaku
bagi debitur maupun bagi kreditur. Itikad baik berarti bahwa kedua belah pihak
dalam perjanjian harus berlaku yang satu terhadap yang lain seperti patut saja
antara orang-orang sopan, tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat, tanpa akal-akalan,
tanpa mengganggu pihak lain, tidak dengan melihat kepentingan sendiri saja, tetapi
56
juga dengan melihat kepentingan pihak lain. Hogeraad dalam putusannya tanggal
diartikan dengan dapat dimengerti dengan intelek, dengan akal sehat, dengan budi
patut dan adil. Jadi redelijkheid en billijkheid meliputi semua yang dapat ditangkap
baik dengan intelek maupun dengan perasaan. Pengertian itikad baik mengandung
dua dimensi, yaitu itikad baik dalam dimensi subyektif yang mengarah kepada
kerasionalan, kepatutan dan keadilan. itikad baik dalam konteks Pasal 1338 ayat
Bekerjanya asas itikad baik ini tidak saja setelah perjanjian dibuat (pelaksanaan
perjanjian), tetapi juga bekerja sewaktu para pihak akan memasuki perjanjian.
Dalam hal ini terjadi posisi yang tidak seimbang dalam pembuatan perjanjian,
ibarat Kurniawan sebagai pihak pelaku usaha, Waljinah dengan Slamet sebagai
konsumen terakhir, seharusnya apabila ada itikad baik dari pihak Kurniawan pada
saat perjanjian tidak akan memberikan klausul perjanjian yang multitafsir dan
tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi
objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku
57
usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar
adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama
jangan sampai melanggar kepatutan dan keadilan, maka hakim dapat mencegah
Bilamana dua pihak sedang berunding untuk membuat perjanjian, maka timbul
antara mereka, menurut Hoge Raad, suatu hubungan-hukum khusus, yang disebut
prakontraktuil dan yang dikuasai oleh itikad baik. Ajaran ini dikemukakan dalam
beberapa putusan lain. Dari putusan-putusan itu ternyata bahwa menurut Hoge
yang berdasar atas itikad baik, yaitu kewajiban untuk memeriksa (onderzoekplicht)
perundingan-perundingan tentang jual beli rumah, maka orang yang mau membeli
umpamanya rencana untuk mencabut hak milik. Sanksi atas kewajiban itu ialah
41
Erna Amalia, Hukum Perikatan, (Jakarta: FH UTJ, 2019), hlm. 142-147.
58
bahwa, kalau dia tidak memeriksa hal itu dan kemudian hak milik memang dicabut,
dia tidak boleh menuntut pembatalan karena kesesatan. Pada lain pihak si penjual
berkewajiban untuk memberitahukan semua yang dia ketahui dan yang bisa
penting bagi pembeli, dan kalau dia menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada
satu sama lain dengan ukuran itikad baik. Akibat lain daripada adanya hubungan-
dari hukum progresif, bahwa hakim tidak condong kepada undang-undang saja,
adalah gagasan dari Satjipto Rahardjo. Menurut Rahardjo, pemikiran hukum perlu
kembali pada filosofi dasarnya, yaitu hukum untuk manusia. Dengan filosofi
tersebut, maka manusia menjadi penentu dan titik orientasi hukum. Hukum
bertugas melayani manusia, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, hukum itu bukan
merupakan institusi yang lepas dari kepentingan manusia. Mutu hukum, ditentukan
menyebabkan hukum progresif menganut ideologi hukum yang pro keadilan dan
42
Ibid.
59
hukum pro rakyat. Dengan ideologi ini, dedikasi para pelaku hukum mendapat
tempat yang utama untuk melakukan pemulihan. Dalam logika itulah revitalisasi
hukum dilakukan setiap kali. Bagi hukum progresif, proses perubahan tidak lagi
hukum dalam ruang dan waktu yang cepat. Para pelaku hukum progresif dapat
peraturan yang ada, tanpa harus menunggu perubahan peraturan. Peraturan yang
buruk, tidak harus menjadi penghalang bagi para pelaku hukum progresif untuk
menghadirkan keadilan untuk rakyat dan pencari keadilan, karena mereka dapat
konsep hukum yang progresif, hukum tidak mengabdi bagi dirinya sendiri,
melainkan untuk tujuan yang berada di luar dirinya. Oleh karena itu hukum
pembangunan, sehingga tidak ada patokan kapan akan terjadinya wanprestasi oleh
43
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y. Hage, Teori Hukum: Strategi Tertib
Manusia Lintas Ruang dan Generasi, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2013), hlm. 190-192.
60
wanprestasi meskipun hal tersebut menyimpang dari kontrak yang dibuat dan tidak
pertimbangan asas itikad baik, sehingga teori hukum progresif sebagai dasar
bahwa hakim dalam memutus perkara tidak hanya sebagai corong undang-undang
saja (dalam hal ini perjanjian yang dibuat yang berlaku sebagai undang-undang
bagi pihak pembuatnya), tetapi dapat mempertimbangkan itikad baik yang dapat
dilihat dari kewajiban-kewajiban apa saja yang sudah dilakukan oleh pihak
Waljinah dan Slamet dan kegagalan apa yang tidak dipenuhi oleh pihak Kurniawan
dengan melihat kondisi kemampuannya, yaitu dalam hal ini pihak Kurniawan tidak
keadaan lain yang termasuk sebagai kategori overmacht atau force majeur
sehingga dalam hal ini apabila Kurniawan berada dalam keadaan mampu untuk
melaksanakan perjanjian dan tidak dalam keadaan force majeur dan setelah
antara debitur dan kreditur sehingga dapat dinilai mengenai itikad baiknya.
Selain itu, berdasarkan perjanjian yang ditulis dengan kata “segera”, yang
artinya tidak ada hari, tanggal, dan waktu mengenai pelaksanaan pembangunan,
61
maka hal tersebut memang tidak dapat dikatakan wanprestasi tetapi klausul
tersebut tidak mencapai rasa keadilan di kedua belah pihak mengingat tidak ada
hukum progresif, ketika dalam kenyataan terdapat peraturan yang bertentangan, isi
peraturan tidak jelas atau kabur, atau berbagai permasalahan mengenai aturan yang
bagi penegak hukum dalam hal ini Majelis Hakim yang memutus perkara, untuk
memberikan keadilan.44
44
Ibid., hlm. 184.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
analisis penulis hasilnya adalah bahwa pihak Waljinah dan Slamet telah
maka pihak Kurniawan juga memiliki kewajiban dengan sudah harus mulai
2. Putusan Majelis Hakim dalam penerapan itikad baik pada Putusan Nomor
63
klausul yang tidak mencantumkan kapan dinyatakan wanprestasi oleh pihak
muka dan cakar ayam/closet sejumlah Rp 47.500.000 (empat puluh tujuh juta
lima ratus ribu rupiah) dan pembayaran angsuran ke-1 s/d ke-9 sejumlah Rp
23.000.000 (dua puluh tiga juta rupiah) dari Para Penggugat, menunjukan tidak
sependapat dengan Subekti yang menjelaskan bahwa itikad baik menurut Pasal
1338 ayat (3) KUHPerdata merupakan satu dari beberapa sendi yang terpenting
keadilan. Ini berarti bahwa Hakim berwenang untuk menyimpang dari kontrak
jika pelaksanaan kontrak yang melanggar perasaan keadilan (recht gevoel) satu
di antara dua pihak. lewat teori hukum progresif, ketika dalam kenyataan
terdapat peraturan yang bertentangan, isi peraturan tidak jelas atau kabur, atau
hukum maka hal tersebut bukan menjadi halangan bagi penegak hukum dalam
hal ini Majelis Hakim yang memutus perkara, untuk memberikan keadilan.
B. Saran
64
Berdasarkan penelitian, berikut adalah saran yang diberikan penulis:
1. Disarankan kepada para pihak dalam membuat perjanjian untuk tidak membuat
klausul yang multi tafsir atau kabur normanya sehingga tidak menimbulkan
pembuatan perjanjian
65
DAFTAR PUSTAKA
A. Peraturan Perundang-undangan
B. Buku
Badan Diklat Kejaksaan RI. Hukum Perdata Materiil. Jakarta: KAJARI, 2019.
Syarifah, Nur dan Reghi Perdana. Hukum Perjanjian. Jakarta: UT, 2015.
C. Lain-lain
66
Hukum Online. “Perbedaan Leasing dan Sewa Beli”. Tersedia di
https://www.hukum online.com/. Diakses 22 April 2021.
BIODATA PENULIS
67
4. Perguruan Tinggi : Universitas Pakuan, Tahun 2017-Sekarang.
LAMPIRAN
68