SKRIPSI
Oleh
NPM : 164301433
Pembimbing
2020
KEBIJAKAN KRIMINAL TERHADAP PEMANFAATAN TANAMAN
GANJA UNTUK PENGOBATAN KANKER DIHUBUNGKAN DENGAN
PUTUSAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SANGGAU NOMOR
111/PID.SUS/2017/PN.SAG
SKRIPSI
Oleh
NPM : 164301433
Mengetahui,
1. Bapak Dr. Walter Wanggur, S.H., M.H. selaku Ketua Sekolah Tinggi Hukum
Bandung;
2. Bapak Dr. Bonarsius Saragih, S.H., M.H. selaku Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Hukum Bandung;
i
ii
Bapak Dr. Asep Suryadi, S.H., M.H. selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi
Hukum Bandung;
3. Bapak Dr. Dasuki, S.H., M.H. selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Hukum
Bandung;
4. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Hukum Bandung yang sudah
memberikan ilmu dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di
Sekolah Tinggi Hukum Bandung;
5. Seluruh Pegawai di Sekolah Tinggi Hukum Bandung yang selalu ramah dan
sangat membantu penulis selama berada di kampus;
6. Ibu penulis, Imas Indriyani yang tidak pernah lelah mendoakan dan
memberikan dukungan selama penulis menyusun skripsi ini.
7. Ayah penulis, Bambang Soegiharto yang selalu mendoakan, memberi
dukungan moral selama penulis menyusun skripsi ini.
8. Saudara sedarah penulis, Andika Jayanegara yang mendukung dan rela
diganggu oleh penulis dan diminta menemani untuk menyusun skripsi ini.
9. Aura Pramesti Salsabila yang selalu sabar menemani penulis ketika penulis
dalam keadaan apapun dan selalu mendukung juga memberikan motivasi
kepada penulis selama penulis kuliah dan menulis skripsi ini.
10. Keluarga besar Sidik Soepardjo (KBC FAMILY) yang selalu memberikan
support dan doa selama penulis menyusun penelitian skripsi.
11. Keluarga besar Wawan Rachadian yang selalu menanyakan kabar dan
mendoakan penulis.
12. GRANDRIES yang selalu hadir ketika penulis berada di keadaan susah
maupun senang, dan mengajari penulis tentang arti dari sebuah persaudaraan.
Terimakasih untuk segalanya.
13. WANGKER yang selalu menemani dan menghibur penulis saat penulis
sedang suntuk dan bosan.
14. Reinalda Fidelia yang menjadi tempat curhat penulis dan tidak pernah lelah
menyemangati penulis dalam menjalani kehidupan.
15. Kaija Sekar Sabitah yang selalu memberikan motivasi dan saran-saran yang
dibutuhkan penulis ketika penulis sedang kesulitan dalam menghadapi
apapun.
iii
16. PEMUDA HIJRAH yang selalu menghibur penulis saat penulis kurang
bersemangat mengerjakan skripsi.
17. Nada, Kintan, Rika, dan Hapsari yang tak bosan mengingatkan dan
menanyakan kemajuan penyusunan penelitian skripsi oleh penulis.
18. Sahabat dan teman-teman terdekat penulis di kampus, Anggara, Farhan,
Andre, Ibnu, Aldi, Hafiyyan, Renaldi, Aditya, Mafazha, Reihans, Dima,
Fahmi, Adhit, Arsyil, yang selalu memberikan motivasi bagi penulis dan
memberikan bantuan dalam bentuk apapun saat penulis kesulitan selama
proses pengerjaan skripsi.
19. UBERMENSCH yang selalu setia da nada untuk penulis selama penulis
menjalani proses perkuliahan di kampus.
20. Seluruh teman-teman Kelas D Angkatan 2016 STHB yang menemani
keseharian di kampus dan memberikan suasana kelas yang kondusif dan
nyaman;
21. BULLDOG BROTHERS BAND yang menjadi ‘tempat’ untuk penulis
mencurahkan dan menuangkan sisi lain dari penulis dengan cara bermain
music juga membuat karya berbentuk lagu.
22. DADANG CAMPINA yang telah menjadi teman baik penulis selama ini.
23. NOCTURNAL CABIN & VROLODIC COMPANY yang sering menjadi
tempat penulis melakukan proses penyusunan skripsi ini.
Tiada kesempurnaan kecuali milik Tuhan. Penulis sadar skripsi ini jauh dari
sempurna, maka dari itu penulis memohon maaf dan mengharapkan saran serta
kritik yang membangun agar dapat menulis karya yang lebih baik dari skripsi ini
di kemudian hari. Besar harapan penulisan ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi semua pembaca.
ABSTRAK
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
ABSTRAK.............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................8
C. Tujuan penelitian..............................................................................9
D. Kegunaan Penelitian.........................................................................9
E. Kerangka Pemikiran.......................................................................10
F. Metode Penelitian...........................................................................19
G. Sistematika Penulisan.....................................................................22
BAB II TINJAUAN TERHADAP PENGATURAN PEMBERANTASAN
NARKOTIKA
A. Istilah dan Pengertian Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.....23
B. Jenis-Jenis Narkotika dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan
Manusia..........................................................................................29
C. Pemanfaatan Narkotika Jenis Ganja Untuk Pengobatan Kanker dan
Pengaruhnya Tehadap Kesehatan Manusia....................................35
D. Kebijakan Kriminal terhadap Penyalahgunaan Tanaman Ganja....41
BAB III TINJAUAN TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
SANGGAU NOMOR 111/PID.SUS/2017/PN.SAG
A. Kasus Posisi....................................................................................54
B. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum.....................................................59
C. Pertimbangan Hakim......................................................................62
BAB IV KEBIJAKAN KRIMINAAL TERHADAP PEMANFAATAN
TANAMAN GANJA UNTUK PENGOBATAN KANKER DIHUBUNGKAN
DENGAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SANGGAU NOMOR
111/PID.SUS/2017/PN.SAG
A. Perspektif Kebijakan Kriminal Terhadap Pemanfaatan Tanaman
Ganja Dan Syarat-Syarat Pemanfaatan Tanaman Ganja Untuk
Pengobatan Kanker Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Dihubungkan Dengan Putusan Pengadilan
Negeri Sanggau Nomor 111/Pid.Sus/20-17/PN.Sag......................83
vi
1
2
2
Ibid.
3
3
Triawan, Widodo Eddyono et al., Membongkar Kebijakan Narkotika: Catatan Kritis
Terhadap Beberapa Ketentuan dalam UU no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika Beserta
Tinjauan Konstitusionalitasnya (Jakarta: PBHI, 2010), hlm. 3.
4
Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 tentang Narkotika.
5
Pasal 4 UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
4
dia akan merasakan rasa sakit di tubuh, lazim disebut sakaw. Dari studi literatur,
ganja hampir sama dengan rokok. Ganja tidak pernah menimbulkan overdosis dan
tidak menimbulkan sifat agresif. Tetapi semua itu harus dibuktikan lewat
penelitian.
Selain efek negatif, ganja memiliki dampak positif seperti tumbuhan yang
ramah lingkungan, anti hama, mudah ditanam, dan memiliki banyak manfaat.
Dengan menurunkan kadar THC (Tetrahydrocannabinol) ganja dapat
dimanfaatkan untuk membuat bahan tekstil, kertas, bahan pembuat makanan.
Sementara kadar THC ganja yang tumbuh di Indonesia belum terukur.THC
merupakan salah satu zat yang dapat menghilangkan rasa sakit, misalnya pada
penderita glukoma.THC memiliki efek analgesic, yang dalam dosis rendahnya
saja sudah berdampak bagi pasien. apabila kadar THC diperkaya, dapat menjadi
lebih berguna untuk tujuan pengobatan. Selain itu dimasyarakat tradisonal opium,
kokain, dan ganja, digunakan sebagai pengobatan tradisional. Dan dapat
digunakan sebagai penyedap masakan seperti di Aceh.
Terkait pidana penyalahgunaan narkotika jenis ganja, tahun 2017 terdapat
kasus yang cukup menuai pro kontra, kasus tersebut adalah kasus atas nama
Fidelis Arie Sudewarto yang telah dijatuhi pidana penjara selama 8 (delapan)
bulan dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dengan
ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana penjara
selama 1 (satu) bulan karena terbukti melanggar Pasal 116 ayat (2) UU No 35
Tahun 2009 tentang Narkotika.
Sampai saat ini, belum banyak pihak-pihak/lembaga-lembaga pemberi
bantuan hukum, hak-hak asasi manusia dan masyarakat pada umumnya yang
sadar dan peduli terhadap permasalahan yang diterima pengguna narkotika yang
menjadi korban kebijakan negara dalam melakukan pemberantasan narkotika dan
perdagangan gelap narkotika. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika sebagai pengaturan terbaru narkotika dan pengganti Undang-Undang
Nomor 22 tahun 1997 dan beberapa hal dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1997 dirasakan belum dapat memberikan perlindungan hukum dan jaminan atas
kesehatan terhadap pengguna narkotika dan pihak-pihak yang melakukan
pendampingan terhadap pengguna narkotika.
7
yang tepat dan sesuai bagi para pelaku tindak pidana penyalahgunaan
narkotika.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi praktisi hukum dalam upaya merumuskan kebijakan
legislasi tentang narkotika.
E. Kerangka Pemikiran
Seperti yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, bahwa
negara hukum Indonesia dikonsepsikan secara tegas sebagai negara hukum yang
prismatik, menggabungkan segi-segi positif antara rechstaat dengan kepastian
hukumnya dan the rule of law dengan rasa keadilan secara integratif, bukan hanya
rechstaat dan bukan hanya the rule of law. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 hasil
perubahan menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara hukum, tanpa kata
rechstaat yang diletakan di dalam kurung. Hal itu harus diartikan bahwa negara
hukum Indonesia menerima asas kepastian hukum, yaitu titik beratnya pada the
rule of law. Pengertian yang demikian dipertegas pula dalam Pasal 28H UUD
1945 yang juga menekankan pentingnya kemanfaatan dan keadilan, sedangkan
Pasal 28D UUD 1945 menekankan pentingnya kepastian hukum yang adil. 9
Sehubungan dengan itu Arief Sidharta mengemukakan, bahwa:
“Negara hukum adalah negara yang penyelenggara pemerintahnya
dijalankan berdasarkan dan bersarankan hukum yang berakar dalam
seperangkat titik tolak normatif, berupa asas – asas dasar sebagai asas –
asas yang menjadi pedoman dan kriteria penilai pemerintahan dan perilaku
pejabat pemerintah”10
Menurut Sudargo Gautama, ada 3 (tiga) unsur penting negara hukum, yaitu:
1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan. Maksudnya,
negara tidak dapat sewenang-wenang, tindakan negara dibatasi oelh
hukum, individu mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai
hak terhadap penguasa.
2. Asas Legalitas
9
Moh. Mahfud MD dalam Mas Putra Zenno Januarsyah, Tinjauan Politik Kriminal
Tentang Sifat Melawan Hukum Materiil Dalam Tindak Pidana Korupsi dilawankan Dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU-IV/2006, Skripsi pada Program Sarjana Ilmu
Hukum Sekolah Tinggi Hukum Bandung (Bandung: STHB, 2011), hlm. 9.
10
Arief Sidharta, Kajian Kefilsafatan Tentang Negara Hukum, (Jentera Jurnal Hukum
Edisi 3 Tahun II, 2014) hlm. 123
11
11
Abdul Azis Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), hlm. 117 – 118.
12
Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Jakarta: Kencana, 2008),
hlm. 40
12
13
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta:
Rineka Cipta, 1983) hlm.8-10
14
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka,
2016), hlm. 71.
15
Sudarto, Hukum dan Perkembangan Masyarakat (Bandung: Sinar Baru, 1983), hlm. 85.
13
16
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 77
17
Sudarto, Hukum dan Perkembangan … op. cit,. hlm. 32.
18
Widiada Gunakaya, Politik Hukum Pidana (Bandung: Guna Harapan Baru, 2019), hlm.
85.
14
19
Ibid, hlm. 86.
20
Ibid, hlm. 87.
21
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 311.
22
Ibid, hlm. 312.
15
dasarnya, atau dengan kata lain konsep–konsep hukum itu harus mempunyai dasar
empiris, dikarenakan nantinya akan menjadi ukuran untuk menilai dan
menghakimi dunia kenyataan khususnya perbuatan manusia.”23
Salah satu konsep yang memiliki keterkaitan erat dengan skripsi ini adalah
konsep Politik Hukum Pidana. Menurut Widiada Gunakaya, Politik Hukum
Pidana adalah:
“Suatu perencanaan dari pembuat kebijakan mengenai apa yang akan
dilakukan dalam menghadapi problema yang dimiliki oleh hukum pidana,
dan dengan cara bagaimana melakukan sesuatu yang telah direncanakan
itu, sehingga tercipta hukum pidana yang baik sebagai sarana penal dalam
rangka penanggulangan kejahatan, sehingga tercapai tujuan, yakni
perlindungan masyarakat tergadap kejahatan dan kesejahteraan rakyat”
25
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Bandung: Citra Adirya
Bakti, 2010), hlm. 24.
26
Jan Remellink, Hukum Pidana, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003) hlm. 14.
27
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia & Perkembangannya (Medan:
Sofmedia, 2012), hlm. 36.
28
Ibid., hlm. 37.
29
Ibid.
17
30
Ibid.
31
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia (Bandung: Refika
Aditama, 2013), hlm. 21.
32
Ibid., hlm. 22.
18
33
Ibid., hlm. 23.
34
Ibid.
35
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana (Bandung: PT
Alumni, 2010), hlm. 10.
36
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan … op.cit., hlm. 24.
19
37
Ibid., hlm. 25.
38
Muladi dan Bara Nawawi Arief, Teori-Teori … op.cit., hlm. 16.
39
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1981), hlm. 43.
20
40
Widiada Gunakaya, Marginalitas Hakikat Hukum Keadilan Dalam Pembentukan
Hukum Oleh Hakim Untuk Menegasi Korupsi Judisial Dalam Bingkai Negara Hukum Pancasila
(Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Hukum Bandung,
2019), hlm. 73.
41
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: Rajawali
Pers, 2001), hlm. 13-14.
42
Soerjono Soekanto, Pengantar … op.cit., hlm.51.
21
44
M. Wresniworo, Masalah Narkotika, Psikotropika, dan Obat-obat Berbahaya (Jakarta: Yayasan
Mitra Bintibmas 1999) hlm. 403.
45
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum tentang Narkotika di Indonesia, (Bandung: Karya Nusantara
1990) hlm. 9.
46
Trisno Raharjo, Narkoba Ancaman Masa Depan Panduan Pencegahan dan
Penanggulangannya (Yogyakarta: LPM Press 2002) hlm. 2.
23
24
perubahan khas terhadap aktifitas mental dan perilaku. Sedang pada narkotika
dalam pengertiannya tidak menguraikan pengaruh seperti itu, tetapi langsung
memberikan hubungan kausalitas, bahwa narkotika dapat menurunkan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri. Baik narkotika maupun psikotropika sama-sama
menimbulkan akibat pada ketergantungan.47
Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba merupakan salah satu
permasalahan nasional yang dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat
menyebabkan rusaknya moral bangsa. Karena itu pemerintah sangat memberikan
perhatian terhadap penanganan atas penyalahgunaan Narkoba. Di negara kita,
masalah merebaknya penyalahgunaan narkoba semakin lama semakin meningkat.
Efek domino akibat dari penyalahgunaan narkoba juga semakin beragam, serta
usaha untuk mengatasi penyalahgunaan Narkoba merupakan langkah yang tidak
mudah untuk dilaksanakan. Penyalah guna adalah orang yang menggunakan
Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Ketika seseorang melakukan
penyalagunaan Narkotika secara terus-menerus, maka orang tersebut akan berada
pada keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk
menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat
agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau
dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Untuk
penanggulangan penyalahgunaan narkoba diperlukan upaya yang terpadu dan
komprenhensif yang meliputi upaya preventif, represif, terapi dan rehabilitasi
Penyebab terjadinya.
Terdapat beberapa metode dalam upaya pencegahan penyalahgunaan
narkotika, yaitu:
1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau
program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya
adalah para anggota masyarakat yang belum memakai atau bahkan belum
mengenal narkoba sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh program ini
adalah dengan meningkatkan peranan dan kegitanan masyarakat agar
47
Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia (Jakarta: Djambatan, 2001), hlm. 153.
25
kelompok ini menjadi lebih sejahtera secara nyata sehingga mereka sama
sekali tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh kebahagiaan dengan
cara menggunakan narkoba. Bentuk program yang ditawrkan antara lain
pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar, kelompok
olah raga, seni budaya, atau kelompok usaha. Pelaku program yang
sebenarnya paling tepat adalah lembaga-lembaga masyarakat yang
difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
2. Preventif
Program preventif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana
program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum
pernah mengenal narkoba agar mereka mengetahui tentang seluk beluk
narkoba sehingga mereka menjadi tidak tertarik untuk
menyalahgunakannya. Program ini selain dilakukan oleh pemerintah, juga
sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan institusi lain
termasuk lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya
masyarakat, perkumpulan, organisasi masyarakat dan lainnya.
3. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini
ditujukan kepada para peakai narkoba.Tujuan dari program ini adalah
mebantu mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai
akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan peakaian
narkoba.Tidak sembarang pihak dapat mengobati pemakai narkoba ini,
hanya dokter yang telah mempelajari narkoba secara khususlah yang
diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan pemakai narkoba
ini.Pngobatan ini sangat rumit dan dibutuhkan kesabaran dala
menjalaninya.Kunci keberhasilan pengobatan ini adalah kerjasama yang
baik antara dokter, pasien dan keluarganya.
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga
yang ditujukan kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani
program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakaidan bisa bebas dari
penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas pemakaian narkoba.
26
polisi harus ikut aktif menggalakkan pesan dan ajakan untuk melapor ke
polisi bila melihat kegiatan penyalahgunaan narkoba. Cantumkan pula
nomor dan alamat yang bisa dihubungi sehingga masyarakat tidak
kebingungan bila hendak melapor. Melaporkan kegiatan pelanggaran
narkoba seperti ini tentu saja secara tidak langsung ikut mebahayakan
keselamatan si pelapor, karena sindikat narkoba tentu tak ingin kegiatan
mereka terlacak dan diketahui oleh aparat. Karena itu sudah jadi tugas
polisi untuk melindungi keselamatan jiwa si pelapor dan merahasiakan
identitasnya. Masalah penyalahgunaan narkoba adalah masalah yang
kompleks yang pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor
individu, faktor lingkungan/sosial dan faktor ketersediaan, menunjukkan
bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba yang efektif memerlukan
pendekatan secara terpadu dan komprehensif. Pendekatan apa pun yang
dilakukan tanpa mempertimbangkan ketiga faktor tersebut akan mubazir.
Oleh karena itu peranan semua sektor terkait termasuk para orangtua, guru,
tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok remaja dan LSM di
masyarakat, dalam pencegahan narkoba sangat penting.
Sedangkan dalam hukum pidana, tindak pidana narkotika mempunyai dua
sifat yaitu fomil dan materiil sifat formil dalam tindak pidana dilarang dan
diancam dengan hukuman oleh Undang-undang adalah melakukan perbuatan
(dengan selesainya tindak pidana itu, tindak pidana terlaksana), kemudian dalam
sifat materiil, dalam jenis tindak pidana yang dilarang dan diancam dengan
hukuman oleh undangundang adalah timbulnya suatu akibat (dengan timbulnya
akibat, maka tindak pidana terlaksana). Pengertian mengenai tindak pidana adalah
pelanggaran norma-norma dalam tiga bidang hukum lain, yaitu Hukum Perdata,
Hukum Ketatanegaraan, dan Hukum Tata Usaha Pemerintah, yang oleh
pembentuk Undang-undang ditanggapi dengan suatu hukum pidana, maka sifat-
sifat yang ada dalam suatu tindak pidana adalah sifat melanggar hukum, karena
tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum.48
Istilah Tindak Pidana adalah dimaksudkan sebagai terjemahan dari istilah
Belanda “Strafbaar Feit” atau “Delik”. Ada enam istilah yang tercipta dalam
48
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia (Bandung: Refika Aditama
2003) hlm. 1.
28
bahasa Indonesia untuk menterjemahkan istilah “strafbaar feit” atau” delik” ini,
yaitu:
1. Perbuatan yang dilarang oleh hukum.
2. Peristiwa pidana.
3. Pelanggaran pidana.
4. Perbuatan pidana.
5. Tindak pidana.49
Tindak pidana yang berhubungan dengan Narkotika termasuk tindak
pidana khusus, dimana ketentuan yang dipakai termasuk diantaranya hukum
acaranya menggunakan ketentuan khusus. Disebut dengan tindak pidana khusus,
karena tindak pidana narkotika tidak menggunakan KUHP sebagai dasar
pengaturan, akan tetapi menggunakan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, dimana UU khusus sebagai lex specialis derogat legi generalis
atau asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus
(lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis).
Pengertian tindak pidana narkotika yaitu merupakan hal yang berkaitan
dan menyangkut pembuat, pengedar, dan pengguna atau penyalahguna narkotika
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lain, seperti: Undang-
undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 atas
perubahan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, dimana
Undang-undang ini dapat dipakai untuk pelaku, pengimpor atau para penyelundup
narkotika mengingat barangbarang haram tersebut banyak di datangkan dari luar
negeri.50
Tindak pidana memiliki sifat melarang atau mengharuskan suatu perbuatan
tertentu diancam dengan pidana kepada barang siapa melakukannya, tindak
pidana tersebut ditujukan kepada:
1. Bagi barang siapa yang memperkosa kepentingan hukum atau menusuk
suatu kepentingan hukum (krekingsdelicten), seperti pembunuhan,
pencurian, dan sebagainya.
2. Membahayakan suatu kepentingan hukum (gevaarzettingsdelicten) yang
dibedakan menjadi:
49
K. Saleh Wantjik, Tidank Pidana Korupsi dan Suap (Jakarta: Paramestika, 1996), hlm. 15.
50
Nyoman Serikat Putra Jaya, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro 2001) hlm. 115.
29
22. 3-metiltiofentanil:N-[3-metil-1-[2-(2-tienil)etil]-4-piperidil]
propionanilida.
23. MPPP: 1-metil-4-fenil-4-piperidinol propianat (ester).
24. Para-fluorofentanil: 4„-fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil) propionanilida
PEPAP :1-fenetil-4-fenil-4-piperidinolasetat (ester).
25. Tiofentanil: N-[1-[2-(2-tienil)etil]-4-piperidil] propionanilida.
26. BROLAMFETAMINA, nama lain: (±)-4-bromo-2,5-dimetoksi- α –
metilfenetilamina.
27. DOB.
28. DET: 3-[2-(dietilamino)etil] indol.
29. DMA: ( + )-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina.
30. DMHP:3-(1,2-dimetilheptil)-7,8,9,10-tetrahidro-6,6,9-
trimetil6Hdibenzo[b, d]piran-1-ol.
31. DMT: 3-[2-( dimetilamino )etil] indol.
32. DOET: (±)-4-etil-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina.
33. ETISIKLIDINA, nama lain PCE: N-etil-1-fenilsikloheksilamina.
34. ETRIPTAMINA: 3-(2aminobutil) indole.
35. KATINONA: (-)-(S)- 2-aminopropiofenon.
36. ( + )-LISERGIDA, nama lain: 9,10-didehidro-N, N-dietil-6-
metilergolina-8 β – LSD, LSD-25 karboksamida 34.
37. MDMA: (±)-N, α -dimetil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina.
38. Meskalina: 3,4,5-trimetoksifenetilamina.
39. METKATINONA: 2-(metilamino )-1- fenilpropan-1-on.
40. 4- metilaminoreks: (±)-sis- 2-amino-4-metil- 5- fenil- 2- oksazolina.
41. MMDA: 5-metoksi- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina.
42. N-etil MDA: (±)-N-etil- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamin.
43. N-hidroksi MDA
44. Paraheksil: 3-heksil-7,8,9, 10-tetrahidro-6,6, 9-trimetil-6Hdibenzo
[b,d] piran-1-ol.
45. PMA: p-metoksi- α –metilfenetilamina.
46. psilosina, psilotsin: 3-[2-( dimetilamino )etil]indol-4-ol.
47. PSILOSIBINA: 3-[2-(dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen fosfat.
32
berkembang hanya pada daerah tertentu saja dan tidak menyebar ke daerah
lainnya.
Kanker menyerah segala usia, bahkan juga menyerang janin. Secara
umum, risiko terserang kanker bertambah seiring dengan bertambahnya usia.
Kanker disebabkan oleh kelainan genetis dari sl yang diakibatkan oleh karsinogen,
asap rokok, radiasi, zat-zat kimia, atau infeksi. Sedangkan penyebab lainnya
adalah mutasi genetis pada saat pembelahan sel atau kelainan genetis yang
memang diturunkan dari keluarga.53
Macam-macam pengobatan kanker Antara lain seperti operasi bedah,
terapi radiaso, terapi imunitas dan antibodi mono-klonal (membunuh sel kanker
dengan antibody buatan), dan tentu saja kemoterapi. Namun obat-obatan yang
digunaan dalam kemoterapi termasuk dalam zat-zat kimia paling beracun yang
digunakan dalam dunia kedokteran. Obat-obat ini membunuh sel-sel kanker dan
juga sel yang sehat. Kemoterapi menyebabkan efek samping seperti mual-mual
yang parah, muntah-muntah, kerontokan rambut, dan berkurangnya sel darah
merah. Gejala-gejala ini membuat pasien semakin menderita karena kehilangan
selera makan, berkurangnya berat badan dan tenaga, timbulnya depresi, bahkan
beberapa pasien berhenti mengikuti pengobatan dan memilih pasrah menerima
kematian.
Selama beberapa tahun, ganja diketahui memiliki efek antiemetic
(menghilangkan rasa mual) untuk menangani efek samping kemoterapi atau terapi
radiasi pengobatan kanker. Ganja juga bisa mengurangi depresi dan
mengembalikan nafsu makan bagi penderita kanker yang sedang menjalani
kemoterapi. Penggunaan untuk mengurangi berbagai efek samping pengobatan
kanker inilah yang salah satunya mendongkrak popularitas ganja dalam dunia
medis internasional. Namun peneitian medis paling mutakhir menunjukkan bahwa
ganja memiliki potensi yang lebih besar dalam pengobatan kanker. Ganja
memiliki kemampuan membunuh berbagai jenis sel tumor dan menghambat
metastasis (penyebaran) sel-sel tersebut.
Tidak hanya berguna mengurangi rasa sakit dan gejla ketidaknyamanan
dalam pengobatan kankerm zat psikoaktif delta-9-THC yang terkandung dalam
53
Tim Lingkar Ganja Nusantara, Hikayat Pohon Ganja (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2011),
hlm. 189.
37
ganja juga terbukti mampu menghambat replikasi sel kanker payudara, dan
membunuh sel-sel kanker pancreas secara selektif tanpa mencederai jaringan
normal lainnya. Sementara zat non-psikoaktif ganja, cannabidiol terbukti punya
efek antitumor pada sel-sel tumor glioma yang menyerang sistem saraf pusat.
Penelitian Manuel Guzman yang diterbitkan dalam Journal Of Nature
Review tahun 2003 menyebutkan bahwa pada percobaan in-vivo (pada tikus) dan
in-vitro (di luar organisme), senyawa-senyawa cannabinoid memiliki efek
menghambat pertumbuhan sel tumor dan bahkan membunuhnya dengan memicu
apoptois (penghancuran diri sendiri pada sel). Terapi ini sukses untuk pengobatan
tumor paru-paru, kulit, rahim, payudara, prostat, dan juga neuroblastoma. Dalam
penelitian lainnya, zat THC pada ganja juga terbukti memicu apoptosis selektif
hanya pada sel-sel kaner darah (leukemia) dalam jangka waktu enam jam.
Senyawa THC melakukan ini dengan cara menghentikan memengaruhi gen
MPK3, yang membantu menghentikan proses komunikasi di dalam sel yang
berkaitan dengan sistem pertahanan sel-sel tumor. Dalam Bahasa yang lebih
sederhana, ganja dapat memperlemah pertahanan sel-sel tumor ini terhadap sistem
kekebalan tubuh manusia.
Dalam wawancara dengan New Scientist tahun 2004, tim ilmuwan yang
dikepalai Guzman di Complutense University, Spanyol, telah menemukan aspek
lain dari kegunaan ganja dalam melawan kanker. Mereka membuktikan ekstrak
ganja dapat menghambat zat kimia tertentu yang dibutuhkan oleh tumor untuk
tumbuh dan menyebarkannya ke pembuluh darah (angiogenesis).54
Sebuah artikel berjudul “The Brain’s Own Marijuana” yang ditulis oleh
Roger Nicoll dan Bradley Alger di majalah Scientific American pada tahun 2004
mengungkap sebuah temuan yang luar biasa dari berbagai dimensi. Artikel
mereka menyebutkan bahwa ternyata otak manusia memproduksi zat yang
berfungsi sama persis dengan THC, zat psikoaktif utama yang dikandung oleh
ganja. Dimensi pertama dari pernyataan ini adalah fakta yang mengingatkan
kesadaran kita sebagai manusia bahwa kita adalah bagian yang terikat dan terikat
erat dengan alam semesta dan seluruh makhluk di dalamnya. Dimensi kedua
adalah pernyataan bahwa otak manusia, yang merupakan benda paling rumit di
54
Ibid., hlm. 191.
38
alam semesta yang kita kenal sampai sekarang, adalah juga ahli kimia yang luar
biasa dalam bertahan mengarungi ombak dan gelombang perjalanan evolusi.55
Penelitian lebih lanjut bahkan menemukan bahwa zat kimia tersebut dapat
membunuh sel-sel tumor. Di belahan dunia lain juga ditemukan juga cerita-cerita
serupa. Pada masa perang Kamboja, diketahui kerbau air dan antelop secara rutin
mengonsumsi tanaman opium yang mungkin dapat mengurangi stress mereka
karena lingkungan yang menakutkan akibat perang. Di Pegunungan Sikkim, kuda-
kuda diketahui gemar mengonsumsi daun teh, sementara keledai di Meksiko
gemar mengunyah daun tembakau.
Pemakaian berbagai jenis tanaman obat oleh hewan dan manusia adalah
perilaku yang terkait erat dengan konsep koevoluis reseptor pada hewan dan pada
tanaman. Contoh sederhana adalah bagaimana binatang yang hanya memiliki
sistem saraf sederhana, seperti semut pemotong daun, bisa memiliki dan
mengembangkan perilaku kolektif dengan mengumpulkan jamur antibiotik.56
Konsep evolusi memiliki sejumlah bukti kuat dalam hal hubungan biologis
antara manusia dan tanaman ganja. Pada bayi yang baru lahir, endocannabinoid
yang terkandung pada susu ibu memiliki efek merangsang bayi untuk terus
mencari dan menghisap susu sehingga meningkatkan kemungkinannya bertahan
hidup. Pemberian cannabinoid dari tanaman ganja ternyata memiliki efek yang
sama. Senyawa kimia dari tanaman ganja ini juga berpengaruh meningkatkan
aktivitas sel-sel osteoblast. Pengaruh dari meningkatnya aktivitas tersebut akan
menyebabkan proses penyerapan makanan oleh daging dan tulang menjadi lebih
efektif.
Kekurangan atau terganggunya keseimbangan tingkat endocannabinoid
pada manusia bisa mengakibatkan gangguan kesehatan seperti EDS
(Endocannabinoid Deficiency Syndrome) yang dapat disembuhkan dengan
pemberian cannabinoidi dari ganja. Mutasi genetis yang mengakibatkan EDS juga
dihubungkan dengan munculnya gejala skizofrenia, dan seperti yang bisa kita
duga pemberian cannabinoid dari ganja dapat mengurangi sampai menyembuhkan
penyakit ini.57
55
Ibid., hlm. 170.
56
Ibid., hlm. 171.
57
Ibid., hlm. 172.
39
58
Ibid., hlm. 173.
40
63
Ibid.
42
penjara, paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah).”
Pasal tersebut merupakan satu kesatuan dengan Pasal 127 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyatakan
bahwa dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim wajib
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan
45
67
Supriyadi Widodo Edyyono et al., Memperkuat Revisi Unda-Undang Narkotika Indonesia
Usulan Masyarakat Sipil (Jakarta: Institute for Criminal Justice Reform, 2017), hlm. 21.
68
Ibid., hlm. 22.
46
Pasal 121 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
yang berbunyi “Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan II terhadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan II untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).”
Ancaman sanksi pidana yang terdapat dalam Undang-Undang No. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika jauh lebih berat ketimbang undang-undang
narkotika sebelumnya. Hampir pada setiap pasal ketentuan pidananya
mencantumkan ancaman pidana minimal, sedangkan undang-undang narkotika
sebelumnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika tidak
menerapkan ancaman pidana minimal kecuali Undang-Undang Psikotropika yang
juga menerapkan ancaman pidana minimal 4 tahun pada jenis golongan
psikotropika golongan I pada saat masih berlaku.
Adanya ancaman pidana minimal yang berat tersebut mungkin
dikarenakan pembuat undang-undang menganggap dampak yang ditimbulkan
oleh penyalahgunaan narkotika sangat serius bagi bangsa dan negara, sehingga
sekecil apapun pelanggaran undang-undang narkotika tidak dapat ditolerir.
Pembuat undang-undang berkehendak memberikan efek jera yang tinggi bagi
pelaku kejahatan sehingga dapat diberantas sampai ke akar-akarnya.
Hakim dalam menjatuhkan putusan memiliki independensi. Hakim tidak
boleh dipengaruhi siapapun selama menjalankan tugasnya, tujuannya supaya
hakim memperoleh kebenaran suatu perkara dapat 23 memberikan keadilan dalam
putusannya. Akan tetapi di sisi lain, hakim juga memiliki keterikatan. Hakim
terikat pada surat dakwaan penuntut umum, karena putusannya harus merujuk
pada surat dakwaan. Surat dakwaan merupakan ruang lingkup perkara, sebagai
suatu masalah yang harus dijawab dalam putusan hakim. Hakim juga terikat
dengan alat-alat bukti yang sah di persidangan, sebagai bahan untuk menilai surat
dakwaan. Kemudian hakim terikat pada pertimbanganpertimbangannya sendiri
dalam putusannya, sebagai alasan-alasan dalam menjatuhkan hukuman suatu
perkara. Dengan adanya ancaman pidana minimal maupun maksimal, hakim
47
terikat pada pasalpasal tersebut maka hakim wajib menjatuhkan hukuman tidak
boleh melebihi batas minimal atau maksimalnya.
Namun yang jadi persoalan, ancaman pidana minimal yang tinggi tersebut
belum tentu diketahui dan diperhatikan oleh sebagian warga masyarakat.
Sehingga bagaimana terhadap kasus seorang pelaku yang baru mengenal
narkotika, yang hanya memiliki satu atau dua butir saja, itupun karena diberikan
oleh temannya, atau ditawari dari seseorang yang tidak dikenal dikatakan untuk
dicoba. Kemudian pelaku berasal dari golongan ekonomi lemah. Ternyata dari
hasil laboratorium jenis narkotika yang dimilikinya adalah golongan I. Akan
terasa tidak adil bila ia mendapatkan hukuman berat minimal 4 tahun sedangkan
perbuatan pidananya tergolong sederhana dan pelaku tergolong ekonomi lemah.69
Walaupun undang-undang tersebut menentukan batas minimal hukuman,
MA secara terbuka berdasarkan Surat Edaran No. 3 Tahun 2015 tentang
Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar MA Tahun 2015 Sebagai
Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, menyimpangi ketentuan tersebut.
Dalam SEMA itu, MA menyatakan bahwa:
“Hakim memeriksa dan memutus perkara harus didasarkan kepada Surat
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum (Pasal 182 ayat 3, dan 4 KUHAP). Jaksa
mendakwa dengan Pasal 111 atau Pasal 112 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika namun berdasarkan fakta hukum yang
terungkap di persidangan terbukti Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika yang mana pasal ini tidak didakwakan,
Terdakwa terbukti sebagai pemakai dan jumlahnya relatif kecil (SEMA
Nomor 4 Tahun 2010), maka Hakim memutus sesuai surat dakwaan tetapi
dapat menyimpangi ketentuan pidana minimum khusus dengan membuat
pertimbangan yang cukup.”
69
Ibid., hlm. 23.
48
“penyakit” yang lebih parah dalam masyarakat, sebagaimana tujuan hukum selain
untuk kepastian dan keadilan, adalah juga untuk “kegunaan/kemanfaatannya”.
Sebagaimana dalam hukum pidana dikenal teori relatif (relative theorieen) atau
teori tujuan, bahwa:
“Pidana itu bukanlah untuk melakukan pembalasan kepada pembuat
kejahatan melainkan mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat”.70
Guna membedakan pecandu dengan penyalahguna diperlukan grammatur
dan minimum possession. Gramatur adalah berat/jumlah narkotika yang
ditemukan di tangan pengguna sebagai barang bukti. Di Indonesia, meskipun telah
adanya undang-undang baru yakni Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, dalam kasus-kasus tertentu aparat penegak hukum masih kesulitan
untuk menentukan seorang pengguna yang tertangkap tangan sejak awal
pemeriksaan apakah sebagai pecandu, pengguna ataupun penyalah guna, untuk
selanjutnya terhadap pengguna tersebut diproses atau tidak. Defenisi pecandu,
pengguna ataupun penyalah guna memiliki kerancuan akibat belum ada
pembedaan yang tegas oleh pembuat undang-undang. Ada pecandu/pengguna
yang tidak melawan hukum, namun ada pula pecandu/pengguna yang melawan
hukum. Pembuat undang-undang belum secara tegas menempatkan pecandu
sebagai korban. Untuk menengahi masalah pengkategorian ini, seharusnya
pengaturan mengenai gramatur bisa menjadi sebuah solusi. Namun sayangnya
undangundang baru tentang narkotika tidak mengaturnya.71
Dampak positif dalam membedakan/menentukan status pecandu atau
pengguna atau penyalah guna sejak dini adalah berkurangnya pecandu yang harus
ditempatkan atau dihukum penjara. Dengan adanya Pasal 103 Undang-Undang
No. 35 Tahun 2009 yang memberi kewenangan pada Hakim untuk memutus atau
menetapkan seorang Terdakwa tindak pidana narkotika wajib menjalani
rehabilitasi baik terbukti bersalah ataupun tidak, maka jika ada suatu perkara
tindak pidana narkotika sepintas dimaknai aparat penegak hukum harus
membawanya ke pengadilan. Namun di sisi lain, ternyata dalam undang-undang
tersebut terdapat Pasal yang mengatur penghapusan penuntutan pidana jika
pecandu sejak awal melaporkan dirinya kepada lembaga yang berwenang.
70
Ibid.
71
Ibid., hlm. 24.
49
72
Ibid.
50
73
Ibid., hlm. 25.
74
Ibid.
51
75
Ibid., hlm. 28.
76
Ibid., hlm. 29.
53
BAB III
TINJAUAN TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SANGGAU
NOMOR 111/PID.SUS/2017/PN.SAG
A. Kasus Posisi
Bahwa Terdakwa FIDELIS ARIE SUDEWARTO Als NDUK Anak FX
SURAJIYO, pada hari Minggu Tanggal 19 Februari 2017 sekira pukul 11.00 WIB
atau masih termasuk dalam tahun 2017 bertempat di rumah terdakwa yang terletak
di Jalan Jenderal Sudirman No. 28 RT.001 RW.001 Kelurahan Buntut Kecamatan
Kapuas Kabupaten Sanggau atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Sanggau, “Tanpa hak atau
melawan hukum mmproduksi, mengimpor, mengekspor, atau meneyalurkan
Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram
atau melebihi 5 (lima) batang pohon”. Perbuatan tersebut dilakukan oleh
Terdakwa dengan cara-cara sebagai berikut:
Bahwa berawal sekira tahun 2013 saat mengandung anak Terdakwa yang
kedua dengan usia kehamilan kurang lebih 5 (lima) bulan istri Terdakwa (sdri.
YENI RIAWATI) jatuh sakit hingga mengalami lumpuh pada kaki sebelah kanan
kemudia dirawat di rumah sakit umum kabupaten Sanggau, selama kurang lebih 1
(satu) pecan perawatan di rumah sakit istri Terdakwa kembali sehat kemudian
pada tahun 2014 sekira bulan Oktober istri Terdakwa jatuh sakit mengalami
lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat di rumah sakit Antonius Pontianak
selama 14 (empat belas) hari dan dikarenakan tidak ada kemajuan Terdakwa
membawa istri Terdakwa ke pengobatan alternative di daerah Dusun Bodok
Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau dan selama kurang 1 (satu) bulan istri
terdakwa dapat beraktifitas kembali namun sekira bulan November 2015 istri
Terdakwa kembali mengalami lumpuh pada kedua kakinya dan dirawat di Rumah
Sakit Umum Sanggau kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Vincensius Singkawang
dan dirawat selama kurang lebih 1 (satu) pecan, setelah itu karena tidak
mengalami kemajuan Terdakwa membawa Terdakwa pulang ke Kabupaten
Sanggau dan membawanya ke Rumah Sakit Umum Sanggau untuk dirawat
kemudian dari Rumah Sakit Umum Sanggau istri Terdakwa dirujuk ke Rumah
Sakit Soedarso dan dirawat selama
54
55
kurang lebih 2 (dua) pecan dikarenakan tidak ada kemajuan lagi, Terdakwa
membawa istri Terdakwa pulang ke Kabuoaten Sanggau untuk dirawat di rumah
yang mana pada saat itu isti Terdakwa sudah mengalami lumpuh pada kedua kaki,
badan dan tangan sebelah kiri serta mengalami luka pada beberapa bagian
tubuhnya.
Bahwa melihat kondisi istri Terdakwa yang tidak membaik, kemudian
Terdakwa mencari berbagai alternatif pengobatan sambil mencari informasi
dengan cara membaca buku hingga mencari informasi dari internet sebagai upaya
untuk mengobati istri Terdakwa dan dari beberapa buku dan informasi yang
terdakwa peroleh dari internet tentang khasiat ganja yang bisa digunakan untuk
membantu pengobatan, dan dikarenakan Terdakwa sudah mulai putus asa lalu
Terdakwa mencari informasi bagaimana Terdakwa dapat membeli ganja tersebut.
Bahwa kemudian sekira bulan April 2016 terdakwa bertemu dengan
seseorang yang Terdakwa tidak ingat lagi namanya di salah satu warung kopi
Kabupaten Sanggau, yang mengaku dapat membantu menyediaka ganja,
selanjutnya Terdakwa meminta bantuan kepadanya untuk menyediakan ganja
sebanyak 1 (satu) ons dan orang tersebut meminta uang kepada terdakwa sebesar
Rp. 900.000,- (sembilat ratus ribu rupiah) yang kemudian diberikan sesuai
permintaanya dan saat itu setekah menerima uang dari terdakwa, orang tersebut
memnita nama dan nomor handphone Terdakwa da berkata pada Terdakwa
“tunggu saja dua atau tiga hari lagi mungkin barangnya sudah datang.
Bahwa kurang dari tiga hari setelah menyerahkan uang tersebut Terdakwa
menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kernet Bisa yang meminta
Terdakwa agar segera ke terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil
paket kiriman dari Pontianak, setelah itu Terdakwa segera berangkat menuju ke
terminal Bis Kabupaten Sanggau untuk mengambil paket dan setelah Teradakwa
terima tidak ada nama dan alamat pengirim, selanjutnya paket tersebut Terdakwa
bawa pulang keerumah, dan sesampainya dirumah terdakwa membuka paket
tersebut yang ternyata berisikan daun ganja kering yang disertai biji bunga ganja.
Bahwa kemudia ganja tersebut terdakwa olah menjadi cairan, dan biji
bunga ganja terdakwa semai di dalam pot dan terdakwa pelihara dengan cara
56
narkotika golongan I jenis tanaman ganja dalam 1 (satu) unit sepeda motor Honda
Vario warna putih No.po KB 3235 UY, 2 (dua) botol pupuk organik merk D.I
GROW, 1 (satu) rangkaian listrik beserta 2 (dua) buah lampu, 1 (satu) alat
pengukur suhu ruangan, 4 (empat) buah jeriken berukuran 1000 Mili liter warna
putih masing-masing didalamnya terdpat cairan alkohol yang belum digunakan, 1
(satu) buah jeriken ukuan 1000 Mili liter warna putih yang masing-masing
didalamnya terdapat cairan alkohol yang sudah terpakai, 1 (satu) sendok makan
terbuat dari besi, 1 (satu) buah mangkok kecil tebuat dari keramik, 1 (satu) buah
tabung gas 3 kg warna hijau, 1 (satu) buah kompor gas warna hitam silver merk
Rinnai, 1 (satu) buah alat pemasak nasi warna putih biru merk Miyako, 1 (satu)
set panic alat kukus terbuat dari steinles, 1 (satu) buah buku berjudul Green
Flowe, 1 (satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible, 1 (satu) buku
dengan judul Marijuana Plant Care, 1 (satu) buah buku dengan judul National
Geographic Indonesia ganja Apa Benar Bermanfaat?, 1 (satu) satu buah buku
Hikayat Pohon Ganja, 1 (satu) satu buah buku How To Grow Marijuana, 1 (satu)
buah buku dengan judul Cannabis Care Manual, 1 (satu) buku dengan judul
Cannabis Alchemy, selanjutnya barang-barang tersebut berikut 1 (satu) buah
Kartu Tanda Penduduk atas nama Fidelis Arie Sudewarto, 1 (satu) buah
Handphone warna Hitam merk Lenovo Tab A7, 1 (satu) buah motor Honda Vario
warna Putih dengan nomor polisi KB 3235 UY dan 1 (satu) buah STNK dengan
nomor polisi KB 3235 UY, dibawa ke BNN Kabupaten Sanggau untuk diproses
lebih lanjut.
Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Badan POM Nomor: LP-
17.0098.99.20.06.0004.K tanggal 21 Februari 2017 yang dibuat dan ditanda
tangani atas sumpah jabatan oleh Dra. KETUT AYU SARWETINI, Apt NIP
196308031991032001 Kepala Bidang Pengujian Produk Terapetik, Narkotika,
Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Balai Besar POM di
Pontianak (selaku Manajer Teknis 1), dengan hasil sebagai berikut:
1. 6 (enam) batang, daun, bunga, dan biji berwarna hijau diduga
narkotika jenis ganja (yang disisihkan dari 39 (tiga puluh sembilan)
batang pohon ganja yang disita) berat Netto 6,2255 (enam koma dua
dua lima lima) gram mengandung ganja (termasuk dalam narkotika
58
78
Ibid., hlm. 4.
63
(satu) buah sendok makan terbuat dari besi, 1(satu) buah mangkok
kecil terbuat dari keramik, 1 (satu) buah tabung gas 3 kg warna hijau, 1
(satu) buah kompor gas warna hitam silver merk rinnai, 1 (satu) buah
alat pemasak nasi warna putih biru merk miyako, 1 (satu) set panci alat
kukus terbuat dari steinles, 1 (satu) buah buku dengan judul green
flower,1(satu) buah buku dengan judul The Marijuana Grow Bible,
1(satu) buah buku dengan judul marijuana plant care, 1 (satu) buah
buku dengan judul National Geographic Indonesia Ganja Apa Benar
Bermanfaat, 1 (satu) buah buku dengan judul Hikayat Pohon Ganja, 1
(satu) buah buku dengan judul How To Grow Marijuana, 1 (satu) buah
buku dengan judul canabis care manual, 1 (satu) buah buku dengan
judul Cannabis Alchemy, 1 (satu) buah Handphone warna hitam merk
LenovoTab 2 A7 merupakan alat yang dijadikan sarana oleh terdakwa
untuk melakukan tindak pidana tersebut maka terhadap barang bukti
tersebut juga dinyatakan dirampas untuk dimusnahkan selain itu
terhadap barang bukti berupa 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas
nama Fidelis Arie Sudewarto karena merupakan kartu identitas
terdakwa dan tidak terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh
terdakwa maka terhadap barang bukti tersebut haruslah dikembalikan
kepada terdakwa, sedangkan terhadap barang bukti berupa 1 (satu)
Buah motor Honda Vario Warna Putih dengan nomor polisi KB 3235
UY berserta STNK nya adalah milik Saksi Tri Raman Jaya dan saksi
tersebut tidak mengetahui bahwa barang yang dibawanya tersebut
adalah Narkotika jenis Ganja maka terhadap barang bukti tersebut
haruslah dikembalikan kepada saksi Tri Raman Jaya;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka
terdakwa haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap
Terdakwa maka perlu juga dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan
yang memberatkan dan yang meringankan Terdakwa:
Keadaan yang memberatkan:
1. Terdakwa tidak mendukung program Pemerintah dalam
81
pemberantasan Narkotika;
Keadaan yang meringankan:
1. Terdakwa belum pernah dihukum;
2. Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya;
3. Terdakwa menggunakan Narkotika tersebut untuk mengobati
istrinya;
4. Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga dan tumpuan
terakhir anakanaknya setelah istrinya meninggal;
a. koma empat tujuh tujuh dua) gram.
Menimbang bahwa berdasarkan Surat keterangan dari Badan
Narkotika
BAB IV
KEBIJAKAN KRIMINAAL TERHADAP PEMANFAATAN TANAMAN
GANJA UNTUK PENGOBATAN KANKER DIHUBUNGKAN DENGAN
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SANGGAU NOMOR
111/PID.SUS/2017/PN.SAG
83
84
bermanfaat”
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, sebagai
bagian akhir dari pada keseluruhan penulisan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Perspektif Kebijakan Kriminal Terhadap Pemanfaatan Tanaman Ganja
Dan Syarat-Syarat Pemanfaatan Tanaman Ganja Untuk Pengobatan
Kanker Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika Dihubungkan Dengan Putusan Pengadilan Negeri Sanggau
Nomor 111/Pid.Sus/20-17/PN.Sag. Dapat disimpulkan bahwa untuk
mengurangi ketegangan antara tujuan hukum berupa keadilan dan
kepastian hukum, maka diperlukan suatu pembaharuan melalui pendekatan
hukum progresif dimana hakim menjadi tokoh sentral dalam usaha untuk
membuat hukum menjadi lebih responsive. Sekalipun dalam suatu perkara
seseorang terbukti secara sah melakukan tindak pidana, seperti halnya
Fidelis yang terbukti menanam ganja, tetapi oleh karena terbukti bahwa
yang bersangkutan bukan seorang pemakai, pengedar, atau bandar, maka
dengan pertimbangan kemanusiaan maka jaksa dan hakim mencoba
menghadirkan keadilan substantif melalui pendekatan hukum progresif
dengan menjatuhkan hukuman lebih rendah dari ancaman yang
seharusnya. Dengan demikian hakim memberikan kepastian hukum di satu
sisi dan menghadirkan keadilan disisi lainnya.
2. Daya Guna Sanksi Pidana Dalam Putusan Pengadilan Negeri Sanggau
Nomor 111/Pid.Sus/2017/PN.Sag Terhadap Pelaku Pemanfaatan Tanaman
Ganja Untuk Pengobatan Kanker, penulis berpendapat bahwa hakim
nampaknya tidak kaku mengikuti undang-undang yang berlaku. Apresiasi
yang sama juga diberikan kepada penegak hukum yang lain termasuk
jaksa, yang mempertimbangkan alasan dan tujuan Fidelis menanam ganja,
yaitu sebagai bagian dari upaya penyembuhan istrinya. Kalau dilihat dari
sudut pandang hakim atau jaksa penuntut umum, ini adalah keputusan
yang progresif. Tetapi alangkah lebih baiknya berdasarkan fakta-fakta
93
hukum
94
94
Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Citra
Adirya Bakti, 2010.
_______. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana, 2008).
BNN, Peraturan Bersama Penanganan Pecandu Narkotika Dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi, diakses dari
http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/humas/berita/12185/
peraturan-bersama-penangananpecandu-narkotika-dan-korban-
penyalahgunaan-narkotika-ke-dalam-lembaga-rehabilitasi, diakses 15
Maret 2020.
Dirdjosisworo, Soedjono. Hukum tentang Narkotika di Indonesia. Bandung:
Karya Nusantara 1990.
Edyyono, Supriyadi Widodo. Memperkuat Revisi Unda-Undang Narkotika
Indonesia Usulan Masyarakat Sipil. Jakarta: Institute for Criminal Justice
Reform, 2017.
Gunakaya, Widiada Politik Hukum Pidana. Bandung: Guna Harapan Baru, 2019.
_______. Marginalitas Hakikat Hukum Keadilan Dalam Pembentukan Hukum
Oleh Hakim Untuk Menegasi Korupsi Judisial Dalam Bingkai Negara
Hukum Pancasila. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Sekolah Tinggi Hukum Bandung, 2019.
Hakim, Abdul Azis. Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011.
Hiariej, Eddy O.S. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana. Yogyakarta: Cahaya Atma
Pustaka, 2016.
Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Banyumedia Publishing, 2008.
Indonesia, Mahkamah Agung Republik. “Putusan Nomor
111/Pid.Sus/2017/PN.Sag,”
Indonesia. Undang-Undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
_______. Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 tentang Narkotika.
Januarsyah, Mas Putra Zenno. Tinjauan Politik Kriminal Tentang Sifat Melawan
Hukum Materiil Dalam Tindak Pidana Korupsi dilawankan Dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU-IV/2006, Skripsi pada
95
96
Wantjik K, Saleh. Tindak Pidana Korupsi dan Suap. Jakarta: Paramestika, 1996.
Wirya, Albert. Di Ujung Palu Hakim: Dokumentasi Vonis Rehabilitasi di
Jabodetabek Tahun 2014. Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat
(LBHM), 2016.
Wresniworo, M. Masalah Narkotika, Psitropika, dan Obat-obat Berbahaya.
Jakarta: Yayasan Mitra Bintibmas, 1999.
RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama lengkap : Rakha Cipta Mahardika
2. Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 28 Juli 1997
3. NPM : 164301433
4. Program Studi : Ilmu Hukum
5. Program Kekhususan : Hukum Pidana
6. Jenis Kelamin : Laki-Laki
7. Agama : Islam
8. Status : Belum Menikah
9. Pekerjaan : Belum Bekerja
10. Alamat : Bukit Permata Cimahi Blok I2 Nomor 11
RT 10 Kecamatan Ngamprah Desa Cilame
Kabupaten Bandung Barat
B. Data Keluarga
1. Bapak : Bambang Soegiharto
2. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
3. Ibu : Imas Indriyani
4. Pekerjaan : Guru
C. Pendidikan
1. Sekolah Dasar : SDN Pasar Atas Cimahi, 2003-2009
2. SMP : SMPN 6 Cimahi, 2009-2012
3. SMA : SMAN 3 Cimahi, 2012-2015
4. Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Hukum Bandung,
2016 – sampai sekarang
98
99
Penulis,