SKRIPSI
Disusun Oleh:
Nama : Budiarto Meylando Bangun
NIM : 1111160156
Konsentrasi : Hukum Perdata
Dosen Pembimbing
Pembimbing I : Prof. Dr. Palmawati Tahir, S.H., M.H
Pembimbing II : Dede Agus, S.H., M.H
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Nim : 1111160156
1392/Pdt.G/2019/PA.Srg).
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan
merupakan plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini adalah
plagiat, saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai ketentuan yang berlaku di
Demikian pernyataan ini saya buat dengan dalam keadaan sadar, sehat
Yang Menyatakan
i
LEMBAR PERSETUJUAN
“Disetujui untuk diajukan pada Ujian Skripsi Program Studi S1 Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa”
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
2. Penelaah II
Hj, Sariyah, S.H., M.H. (.................................)
NIP. 196010251989891007
3. Penelaah III
Prof. Dr. Palmawati Taher, M.H. (.................................)
NIP. 195902031986012002
4. Penelaah IV
Dede Agus, S.H., M.H. (.................................)
NIP. 1970080202005011002
Mengetahui,
Koordinator Prodi S-1 Ketua Bidang Hukum Perdata
iii
Dr. Agus Prihartono PS, S.H.,M.H. Ridwan, S.H., M.
NIP. 19790419200212102 NIP.19720403 200604 1 002
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-ku mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
harapan
PERSEMBAHAN
Dengan ini saya mempersembahkan karya untuk orang tua terkasih, serta
Dengan Segenap rasa syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
menjadi satu langkah awal untuk masa depan saya dalam meraih cita-cita.
Amin.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yesus
Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dan tugas akhir untuk
Peneliti menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, bimbingan serta doa dari
seluruh pihak, maka skripsi ini tidak akan terealisasikan dengan baik. Oleh karena
itu pada kesempatan kali ini dengan penuh kerendahan hati dan rasa hormat,
1. Prof. Dr. H. Fatah Sulaeman, S.T, M.T., selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa;
2. Dr. Agus Prihartono PS, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum
v
Ageng Tirtayasa; sekaligus Penelaah I dari skripsi peneliti yang telah
Ageng Trtayasa;
5. Dr. Rena Yulia, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Tirtayasa;
7. Jarkasi Anwar, S.H., M.H., selaku Ketua Bidang Hukum Perdata Fakultas
9. Prof. Dr. Palmawati Taher, M.H., selaku Pembimbing I dari skripsi peneliti
10. Dede Agus, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah memberikan ilmu,
arahan dengan sabar dan ikhlas serta dukungan dan motivasi kepada peneliti
11. Efriyanto, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
12. Seluruh Dosen dan Staff Tenaga Pendidik Fakultas Hukum Universitas Sultan
vi
13. Sangat spesial buat kedua Orangtua Penulis, Bapak dan Ibu Penulis,
terimakasih atas segala semangat, Doa, serta kasih dan sayang yang tiada
14. Kakak Ayu, Abang Kristo, Abang Arizona, Kakak Alde yang selalu
15. Kakak, Abang, Teman-Teman Permata Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)
skripsi ini.
16. Teman-teman seperjuangan selama perkuliahan dan skripsi Adi Kersa Galih
SH, Adi Hartono Nainggolan SH, Yohanes SH, Jeffri Marpaung SH, Reyhan,
Yani Suryani, dan teman teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa saya
proses skripsian ;
17. Teman-teman Calon Sarjana Hukum Kelas C angkatan 2016 Fakultas Hukum
18. Teman-teman Satu Dosen Pembimbing dan satu Dosen Akademik yang
19. Serta untuk semua pihak yang turut mendukung dan membantu penulis baik
Penulis menyadari bahwa penelitian skripsi ini masih jauh dari kata
penulis. Oleh katena itu, penulis memohon maaf apabila masih terdapat
vii
banyaknya kekurangan sehingga penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak, guna kesempurnaan
pada skripsi.
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang Hukum Perdata dan
semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberi lindunga bagi kita semua.
Amin.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERYATAAN............................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii
MOTTO & PERSEMBAHAN....................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
ABSTRAK....................................................................................................... xi
ABSRACT........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10
D. Kegunaan Penelitian .................................................................. 11
E. Kerangka Pemikiran................................................................... 12
F. Metode Penelitian ...................................................................... 16
G. Sistematika penulisan................................................................. 19
ix
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA ISTRI
POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 16
TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN
A. Hak dan Kewajiban Isteri Poligami........................................... 42
B. Perlindungan Hukum Terhadap Isteri Poligami......................... 54
x
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA ISTERI POLIGAMI
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
(Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Serang Nomor
1392/Pdt.G/201T/PA.Srg)
ABSTRAK
Kata Kunci: Poligami, Izin Poligami, Hak dan Kewajiban Isteri Poligami,
Perlindungan Hukum Terhadap Isteri Poligami.
xi
LEGAL PROTECTION AGAINST POLYGAMOUS WIVES ACCORDING TO
LAW NUMBER 16 YEAR 2019 CONCERNING AMENDMENT TO LAW
NUMBER 1 YEAR 1974 CONCERNING MARRIAGE
(Case Study: Serang Religious Court Decision Number
1392/Pdt.G/201T/PA.Srg)
ABSTRACT
xii
BAB I
PENDAHULUAN
memiliki isteri lebih dari 1 (satu). Poligami pada masa sekarang ini merupakan
dari khalayak mengenai poligami, baik yang pro ataupun kontra. Masalah
memberikan sudut pandang pada berbagai hal yang terkait masalah poligami
baik ketentuan, batasan, syarat, masalah hak, kewajiban dan kebebasan serta
hal-hal lainnya.
pengertian ini digabungkan maka akan berarti suatu perkawinan yang banyak
mempunyai lebih seorang istri dalam waktu yang bersamaan, atau seorang
perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan
1
Tihami, Sohari Sahrani, Fikh Munakahat : Kajian Fiqh Nikah Lengkap, Rajawali Pers,
Jakarta, 2010, hlm. 351.
1
2
jenis di waktu yang bersamaan.2 Para ahli membedakan istilah bagi seorang
laki-laki yang mempunyai lebih dari seorang istri dengan istilah poligini yang
bagi seorang istri yang mempunyai lebih dari seorang suami disebut poliandri
Jadi kata yang tepat bagi seorang laki-laki yang mempunyai istri lebih
poligami itu adalah perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang
bangsa Ibrani dan Arab, mereka juga berpoligami. Karena itu tidak benar
apabila ada tuduhan bahwa islamlah yang melahirkan aturan tentang poligami,
sebab nyatanya aturan poligami yang berlaku sekarang ini juga hidup dan
dan masih juga berupa perkara yang masuk dalam konteks pertimbangan", hal
2
Eka Kurnia, Poligami Siapa Takut, Qultum Media, Jakarta 2006, hlm. 2
3
Tihami, Sobari Sahrani, Op.Cit, h. 352
3
ini terbukti dalam ayat-ayat ataupun suatu riwayat yang dijadikan dasar
sumber hukum dalam perkara poligami sendiri juga terikat aturan- aturan,
Islam (KHI).
tidak ada satu ayat pun dalam injil yang secara tegas melarang poligami.
mulanya seperti orang Yunani dan romawi sudah lebih dulu melarang
peraturan tentang monogami atau kawin hanya dengan seorang istri bukanlah
peraturan dari agama Kristen yang masuk ke negara mereka, tetapi monogami
adalah peraturan lama yang sudah berlaku sejak mereka menganut agama
merendahkan kedudukannya.4
maka pihak lain justru dalam waktu yang bersamaan juga menimbulkan
yang mulia.
4
Abdul Nasir Taufiq Al 'Atthar., Poligami di Tinjau dari Segi Agama, Sosial dan
Perundang-Undangan, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hlm. 11.
5
mengakibatkan jangan ada yang boleh untuk salah satunya tetapi tidak
oleh untuk yang lain. Persamaan hak itu kalau menyebabkan bolehnya
suami beristri banyak, tetapi istri tidak boleh bersuami banyak, jelas
SWT yaitu:
meladeni istri, seperti : pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat
empat orang saja. Namun, apabila akan berbuat durhaka apabila menikah
disembuhkan.
beristeri lebih dari satu orang, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
Menurut KHI, suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus
6
Rodli Makmun, dkk., Poligami dalam Tafsir Muhammad Syahrur, Stain Ponorogo Press,
Ponorogo, 2009, hlm. 40-41.
7
Pengadilan Agama hanya memberi izin kepada seorang suami yang akan
disembuhkan;
Selain alasan untuk menikah lagi harus jelas, Kompilasi Hukum Islam
(Pasal 58 KHI)
memberikan putusannya yang berupa izin untuk beristeri lebih dari seorang”.
hancur karena ada pihak ketiga yang hadir dakam rumah tangga
mereka.
2. Poligami dapat membuat para pihak baik suami dan para isteri untuk
untuk peneliti analisis dalam Penulisan Skripsi ini. Dalam putusan nomor
Waringin Kurung, Kabupaten Serang. Duduk Perkara dalam Kasus ini adalah
DKC Umur 32 tahun karena JS dan DKC saling cinta, dan pernikahan antara
JS dan IW juga pernikahan yang dijodohkan oleh orang tua. Pada kasus ini IW
sebagai istri sah dari JS juga tidak keberatan dan rela apabila sang suami ingin
menikah lagi dan melakukan poligami. Dalam pernikahan JS dan IW ini sudah
memiliki 2 anak yang berumur 9 tahun dan 4 tahun. Pada kasus dengan
yang bernama JS mengaku akan berlaku adil terhadap kedua istrinya baik adil
secara lahir dan bathin, dan memenuhi kebutuhan hidup istri-istri dan anak-
anak pemohon.
yaitu bahwa maksud dari tujuan Permohonan Pemohon adalah agar tidak ada
fitnah di sekitar masyarakat kepada JS sebagai pemohon pada kasus ini dan
menghindari perbuatan dosa. Selain itu pemohon berjanji untuk berlaku adil
terhadap kedua istrinya baik secara lahir dan bathin. Meskipun alasan
Pemohon untuk izin poligami tidak memenuhi salah satu syarat alternatif
lebih dari satu orang dalam pasal 5 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 telah
dipenuhi oleh Pemohon, adanya perjanjian kedua belah pihak antara Pemohon
calon istri kedua. Pemohon juga menyatakan tidak akan mengganggu gugat
penelitian ini dan selanjutnya akan melakukan penelitian yang dibuat dalam
B. Identifikasi Masalah
berikut:
1. Apakah hak dan kewajiban para istri poligami diatur dalam UU No. 16
Perkawinan?
tentang Perkawinan?
C. Tujuan Penelitian
7
Permohonan Izin Poligami (Studi Putusan Nomor 1392/Pdt.G/2017/PA.Srg),
http://jurnal.uinbanten.ac.id dilihat pada Sabtu 23 Mei 2020 Pukul 11.30 WIB.
11
berikut:
1. Untuk memahami hak dan kewajiban para istri poligami menurut UU No.
Perkawinan.
D. Kegunaan Penelitian
mengetahui:
1. Kegunaan Teoretis
1392/Pdt.G/2017/PA.Srg.
perdata.
12
2. Kegunaan Praktis
Perkawinan.
E. Kerangka Pemikiran
kesatuan yang logis yang menjadi acuan, landasan, dan pedoman untuk
aturan hukum dan putusan-putusan hukum dan sistem tersebut untuk sebagian
makna ganda dalam istilah teori hukum. Definisi diatas muncul, sehingga
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hlm. 73.
13
skripsi ini. Adapun mengenai teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subjek
berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan
yang bertentangan.10
9
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Univesitas Indonesia Press, Jakarta,
1986, hlm. 126
10
https://yuokysurinda.wordpress.com/2018/02/24/beberapa-teori-hukum-tentang-
tanggung-jawab/ diakses tanggal 22 Juli 2020 Pukul 14.10.
14
jawab yang diemban kedua belah pihak maupun sebagai suami dan juga
sebagai istri.
Kepastian Hukum. Menurut Jan Michiel Otto kepastian hukum adalah tersedia
oleh dan diakui oleh kekuasaan negara. Menurut Kelsen, hukum adalah
apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia
membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan
konkrit dilaksanakan.
teoritis, yang setelah itu digunakan unttuk bisa mengistilahkan unsur yang
11
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158.
15
terdapat di dalam objek yang akan diteliti serta juga menunjukkan adanya
F. Metode Penelitian
adalah:
1. Metode
pustaka atau data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum
2. Spesifikasi Penelitian
skripsi ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu suatu penelitian yang
sistematis.15
hukum yang relevan dengan isu yang dihadap. Pendekatan konsep yang
kasus terkait dengan isu-isu yang sedang dihadapi, dan telah menjadi
dalam penelitian ini yaitu mengenai kasus pemberian izin poligami yang
3. Sumber Data
hukum ini untuk menunjang hasil penelitian adalah data sekunder. Data
sekunder, yaitu data yang di ambil dari bahan pustaka yang terdiri dari
berikut:
yang berkaitan dengan kasus putusan yang diteliti oleh peneliti ini.
5. Analisis Data
6. Lokasi Penelitian
16
http://digilib.unila.ac.id/525/8/BAB%20III.pdf dilihat pada Rabu 4 Maret 2020 Pukul
11.30 WIB.
19
G. Sistematika Penulisan
saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan utuh dan tidak dapat dipisahkan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang menjadi latar
DAN POLIGAMI
UNDANG PERKAWINAN
izin poligami yang dilakukan suami dari contoh kasus Bapak JS.
20
PERKAWINAN
A. Pengertian Perkawinan
dijelaskan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
pernikahan yaitu akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan
Subekti, perkawinan adalah ikatan pertalian yang sah antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama. Sedangkan, menurut Prof.
17
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Prenada Media Group, Jakarta, 2003, hlm. 8.
18
http://www.hukumonline.com dilihat pada Kamis 16 September 2021 Pukul 13.30 WIB.
19
Anonim, “Hukum Perdata Pengertian Perkawinan”, https://tommizhuo.wordpress.com
diunduh pada Kamis 16 September 2021 pukul 14.10 WIB.
21
22
Abdyllah Siduq, Pernikahan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki
dan seorang perempuan yang hidup bersama (bersetubuh) dan yang tujuannya
dan menjaga ketentraman jiwa dan bathin. 20 Menurut Kamus Besar Bahasa
B. Pengertian Poligami
pengertian ini digabungkan maka akan berarti suatu perkawinan yang banyak
mempunyai lebih seorang istri dalam waktu yang bersamaan, atau seorang
perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan
jenis di waktu yang bersamaan. Para ahli membedakan istilah bagi seorang
20
“Pengertian Perkawinan Menurut Para Ahli”, https://repository.unpas.ac.id diunduh
pada Selasa 16 November 2021 Pukul 17.00 WIB.
21
https://kbbi.web.id dilihat pada Kamis 16 September 2021 Pukul 14.30 WIB.
23
laki-laki yang mempunyai lebih dari seorang istri dengan istilah poligini yang
bagi seorang istri yang mempunyai lebih dari seorang suami disebut poliandri
adil terhadap istrinya. Adapun ayat Al-Qur’an yang sering digunakan sebagai
ayat (3) yang berbunyi “dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah)
sebagai berikut: 23
manusia.
22
Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, hal. 3.
23
Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli, http://tesishukum.com (diakses pada
Rabu 11 Agsustus 2021)
25
pelanggaran.
jawab adalah suatu keseharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang
tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum dan juga
jawab lebih menekankan pada makna tanggung jawab yang lahir dari
akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan
telah ada.
hak baik yang dilakukan secara tidak memadai maupun dilakukan secara
24
HR Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.
337.
25
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandotary, Raja
Grafindo Press, Jakarta, 2011, hlm. 54.
26
http://www.kumpulanpengertian.com dilihat pada Senin 15 November 2021 Pukul 13.28
WIB.
27
perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek
berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan
satu jenis lain dari kesalahan (culpa), walaupun tidak sekeras kesalahan yang
menimbulkan kerugian;
27
Hans Kelsen, sebagaimana diterjemahkan oleh Somardi, General Theory of Law and
State, Teori Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum
Deskriptif Empririk, BEE Media Indonesia, Jakarta, 2007, hlm. 81.
28
Ibid, hlm. 83
29
Hans Kelsen, sebagaimana diterjemahkan oleh Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni,
Nuansa dan Nusa Media, Bandung, 2006, hlm. 140.
28
meliputi:30
poligami, dan juga diizinkan untuk menikah lagi dengan seorang perempuan
yang bernama DKC. Pada putusan ini, si suami (JS) juga mengaku akan
berlaku adil terhadap para isterinya baik adil secara lahir maupun adil secara
30
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2010, hlm. 336.
29
bathiniah. Adapun alasan lainnya si suami (JS) ingin menikah lagi agar
harus pasti dan adil. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu
peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara pasti
secara jelas dan logis tidak menimbulkan keraguan karena adanya multitafsir
hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya.
aturan tersebut.
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua yaitu berupa
adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja
yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu. Menurut
yang mencari keadilan ingin mengetahui hukum dalam hal yang khusus
suami (JS) diizinkan untuk menikah lagi dengan seorang perempuan yang
bernama DKC. Pada kasus ini, si suami juga harus menjalankan putusan itu
dan harus bertanggung jawab baik secara lahiriah maupun bathiniah. Selain
itu, pada putusan ini si suami (JS) harus berlaku adil terhadap kedua istrinya.
33
L.J Van Aveldoorn dalam Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka
Berfikir, PT Revika Aditama, Bandung, 2006, hal. 82-83.
BAB III
PUTUSAN TENTANG PEMBERIAN IZIN POLIGAMI SERTA
PENGATURAN POLIGAMI DALAM UNDANG-UNDANG
PERKAWINAN
1. Duduk Perkara
Dalam Putusan ini pihak yang berperkara dalam kasus ini yaitu
Kabupaten Bojonegoro.
31
32
DKC saling mencintai sejak tahun 1999, karena suatu hal pemohon
oleh orang tua, dan pada tahun 2017 Pemohon bertemu kembali
dengan DKC, dan antara pemohon dan DKC masih memiliki perasaan
yang sama dan selama ini DKC belum menikah dan masih
dengan pria lain dan hanya ingin menikah dengan pemohon, maka hal
pemohon ingin menikah lagi dengan calon isteri pemohon yang kedua
h. Bahwa antara pemohon dan calon isteri kedua pemohon tidak ada
ini.
Allah dalam Firman-Nya dalam surat An-Nisa ayat 129. Majelis Hakim
berkurang;
kumulatif untuk beristeri lebih dari seorang dalam pasal 5 ayat (1) Undang-
35
anaknya dan pemohon sanggup berlaku adil terhadap Termohon dan calon
isteri kedua baik lahiriyah maupun bathiniyah. Calon isteri kedua pemohon
bagi Pemohon ditetapkan Pasal 55 ayat (2) juncto pasal 58 ayat (1)
Kompilasi Hukum Islam juncto penjelasan huruf (a) angka (1) Pasal 49
kedua isteri dan bagi seluruh anak-anaknya yang berakibat sanksi hukum
kemudian.
2009, maka seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini harus dibebankan
kepada Pemohon.
rupiah);.34
B. Aturan Hukum
menghindari perbuatan zinah dan si pemohon juga sanggup untuk berlaku adil
dengan calon isteri kedua pemohon (JS). Termohon (IW) percaya kalau
(JS) dan termohon (IW) berumah tangga, si pemohon (JS) perhatian dan
34
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/pengadilan/profil/pengadilan/pa-serang.html diunduh
pada Rabu 22 September 2021
37
4. Bahwa antara ISTERI BARU dengan Pemohon dan Termohon tidak ada
5. Bahwa antara ISTERI BARU dengan Termohon dan kedua orang anak
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 juncto pasal 56 ayat (2) Inpres Nomor 1
tahun 1991 (Kompilasi Hukum Islam) yang dimana pasal-pasal ini terkait
dengan permohonan izin poligami secara tertulis oleh pemohon (JS) dan
permohonan itu juga telah terpenuhi. Pada Putusan Pengadilan Agama Serang
huruf (a) Kompilasi Hukum Islam yang menjadi syarat alternatif dalam
38
melakukan izin poligami. Dalam hal ini, syarat alternatif yang tertuang dalam
pasal 4 ayat (2) huruf (a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 57 huruf (a)
Kompilasi Hukum Islam juga telah terpenuhi oleh Pemohon (JS). Majelis
Tahun 57 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam karena si Pemohon (JS) takut dan
khawatir terjerumus dalam perbuatan yang dilarang Allah. Dalam hal ini
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.
Tahun 1975 juncto pasal 58 ayat (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam. Pasal 5
menjadi syarat kumulatif. Pada Pasal 5 ayat (1) Undang Undang Nomor 1974
Tentang Perkawinan berisi bilamana seorang suami ingin beristeri lebih dari
anak-anak mereka;
39
ini, Majelis Hakim juga menimbang berdasarkan Pasal 145 yang terkait
dengan 2 (dua) orang saksi yang dihadirkan oleh pemohon dan tidak
bertentangan dengan pasal tersebut. Kedua orang saksi tersebut juga disumpah
berdasarkan tata cara menurut agamanya dan keterangan antara saksi 1 (satu)
dan saksi 2 (dua) juga saling bersesuaian dank arena itu saksi-saksi dapat
diterima sebagai alat bukti di persidangan. Kedua saksi yang dihadirkan dalam
ini, Majelis Hakim mengetengahkan dalil naqli dalam surat An-Nisa ayat 3
kamu sukai dua, tiga, atau empat, kemudian jika kamu takut tidak dapat
berlaku adil, maka nikahilah seorang saja”. Majelis Hakim juga menimbang
karena kasus zinah cukup meningkat, oleh karena itu Majelis Hakim
ketentuan berlaku adil bagi Pemohon ditetapkan Pasal 55 ayat (2) juncto pasal
58 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam juncto penjelasan huruf (a) angka (1)
isteri dan bagi seluruh anak-anaknya yang berakibat sanksi hukum bagi
maka seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini harus dibebankan kepada
Pemohon.
menikah lagi oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Serang dengan seorang
perempuan yang bernama DKC. Dalam Putusan ini, juga si Termohon (IW)
juga bersedia untuk dimadu oleh Pemohon (JS) dan si Pemohon juga
isteri kedua (DKC) juga mengetahui status Pemohon kalau Pemohon juga
sudah menikah dan calon isteri kedua (DKC) bersedia untuk menikah dengan
Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang
yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia hak adalah sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan,
1. Hak Legal dan Hak Moral. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas
hukum dalam satu bentuk. Hak legal ini lebih berbicara tentang hukum
2. Hak Positif dan Hak Negatif. Hak positif memiliki sifat positif pada
35
http://id.m.wikipedia.org dilihat pada Rabu 6 Oktober 2021 pukul 13.10 WIB.
41
42
tersebut. Contoh hak negatif yaitu hak atas hidup dan hak
mengemukakan pendapat.
3. Hak khusus dan Hak umum. Hak khusus timbul dalam sustu relasi
khusus antara manusia atau karena fungsi khusus yang dimiliki satu
4. Hak individu dan hak sosial. Hak individu adalah hak yang dimiliki
masyarakat dengan masyarakat yang lain. Contoh hak sosial yaitu hak
5. Hak absolut. Hak absolut ini adalah hak yang bersifat mutlak tanpa
keadaan apapun.36
hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh
pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
1. Hak searah atau relatif. Pada umumnya, hak ini muncul dalaam hukum
a. Hak dalam hukum tata negara pada penguasa menagih pajak, pada
warga hak asasi.
c. Hak kekeluargaan, hak suami isteri, hak orang tua, hak anak.
atau suatu keharusan. Kewajiban juga diartikan sebagai tugas atau pekerjaan.
Dalam ilmu hukum, kewajiban adalah segala sesuatu yang menjadi tugas
semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat
oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
37
http://m.liputan6.com dilihat pada Rabu 6 Oktober 2021 pukul 13.50 WIB.
38
http://www.sumbartoday.net dilihat pada Rabu 6 Oktober 2021 Pukul 14.10 WIB
44
kepada diri sendiri maka tudak berpasangan dengan hak dan nisbi,
hak publik adalah wajib mematuhi hak publik daan juga kewajiban
perdata.
yang dilakukan dengan sesuatu dan kewajiban yang negatif, yang tidak
melakukan sesuatu.
perdata.
terhadap dirinya sendiri dan tidak berhubungan dengan hak dan tidak
berlaku.
sesuatu.
perjanjian.
Contoh dari kewajiban primer yang timbul dari tidakan tidak melawan
kerugian.39
terhadap isteri-isteri yang dipoligami maupun hak dan kewajiban yang harus
isteri hak ini berarti adalah sesuatu yang diterima oleh seseorang dari orang
lain. Maksudnya hak ini adalah sesuatu yang diterima oleh isteri dari suami
mapun sesuatu yang diterima suami dari isteri. Sedangkan, dalam hubungan
suami isteri yang dimaksud kewajiban disini yaitu sesuatu yang harus
sesuatu yang harus dilakukan oleh suami terhadap isterinya maupun sesuatu
2. Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
masyarakat.
4. Suami adalah kepala rumah tangga dan isteri ibu rumah tangga.
39
http://www.kompas.com dilihat pada Rabu 6 Oktober 2021 pukul 14.30 WIB.
47
dan memberi bantuan lahir bathin yang satu pada yang lain.
yaitu meliputi:40
a. Menggauli isterinya secara baik dan patut. Hal ini sesuai dalam surat
seksual.
suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan
dan mara bahaya. Dalam ayat ini, terkandung suruhan untuk menjaga
40
Prof. Dr. Amir Syariffudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta, 2006, hlm. 160-161
48
pendidikan agama dan pendidikan lain yang berguna bagi isteri dalam
dari neraka”.
memberikan cinta dan kasih sayang kepada isterinya. Hal ini sesuai
dengan surat ar-Rum (30) ayat 21 yang berbunyi : “di antara tanda-
41
Ibid, hlm. 162-163.
49
ialah perempuan yang taat kepada Allah (dan patuh kepada suami)
memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah
ketentuan agama.
bersama secara timbal balik dari timbal balik dari pasangan suami-isteri
42
Ibid, lm. 163.
50
meliputi:43
tersebut.
warahmah.
Kewajiban suami dan isteri juga diatur dalam kitab Kompilasi Hukum
Islam. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) diatur tentang kewajiban suami
43
Ibid, hlm. 163-164.
51
1. Kewajiban utama bagi seorang isteri ialah berbakti lahir dan bathin
Islam.
dengan baik.
dan memberikan bantuan lahir dan bathin yang satu kepada yang lain.
antara suami dan isteri juga memiliki kedudukan. Kedudukan suami isteri
1. Suami adalah kepala rumah tangga dan isteri ibu rumah tangga.
2. Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
dalam masyarakat.
memberikan tempat tinggal sesuai yang tertera pada pada pasal 78 KHI dan
tahun dan berumur 4 (empat) tahun. Maka dari itu, pemohon dan termohon
53
sudah saling mencintai dan memenuhi kebutuhan mereka sebagai suami isteri
juga telah memberikan bantuan baik secara lahir dan bathin sesuai dengan
KHI.
memberikan keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan pasal 80 KHI dan
juga telah menjaga harta bersama selama perkawinan Pemohon dan Termohon
Perkawinan.
kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya
manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari
negara hukum.44
izin berpoligami ini bisa meliputi syarat yang sesuai dari Pengadilan Agama,
2. Foto Copy Surat Nikah dengan isteri pertama yang dimateraikan Rp.
3. Foto Copy KTP Pemohon, isteri pertama, dan calon isteri kedua
dipotong).
5. Surat keterangan tidak keberatan dimadu dari isteri pertama dan calon
44
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT Bina Ilmu,
Surabaya, 1987, hlm. 30.
45
http://www.pa-girimenang.go.id dilihat pada Kamis 14 Oktober 2021 pukul 14.26 WIB.
56
yang berbunyi:
1. Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, maka ia
tinggalnya.
disembuhkan.
Dalam Islam, suami diperbolekan untuk memiliki isteri lebih dari satu
orang. Dalam Islam, ada batas seorang laki-laki boleh memiliki 4 (empat)
isteri. Hal ini didasari oleh Surat An-Nisa 4 ayat 3 yang berbunyi :
57
“Jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim,
kawinilah perempuan yang kamu senangi, dua orang, tiga orang,
atau empat orang. Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
diantara mereka, maka kawinilah satu orang saja, atau hamba
sahaya. Demikian itu cara paling dekat untuk tidak menyimpang”.
Tentang kesulitan dalam memenuhi tuntutan keadilan dalam
perkawinan poligami itu dijelaskan dalam Surat An-Nisa 4 ayat
129 yang berbunyi : “Dan kamu tidak akan mungkin berlaku adil
di antara isteri-isterimu walau kamu berusaha untuk itu. Oleh
karena itu, janganlah kamu cenderung kepada salah seorang
diantara mereka dan kamu meninggalkannya seperti tergantung
dan jika kamu berbuat baik dan bertakwa, Allah Maha Pengampun
dan Maha Penyayang”.
dinyatakan Allah secara umum, mencakup kewajiban yang bersifat materi dan
juga kewajiban yang tidak bersifat materi. Ulama sepakat tentang keharusan
adil dalam kewajiban yang bersifat materi atau nafaqah. Sebagian ulama
memahami arti adil dalam hal menyamakan nafaqah, antara satu isteri dengan
isteri lainnya secara kuantitatif. Misalnya harus memiliki jumlah uang yang
sama dalam hal uang belanja terhadap isteri-isterinya. Kemudian suami juga
harus adil dalam memberikan tempat tinggal kepada isteri-isterinya. Dalam hal
Suami juga boleh menempatkan isteri-isterinya bila para isteri-isteri dan suami
para isteri-isterinya. Dalam hal ini, ulama berpendapat ada penggiliran dalam
dalam waktu yang berbeda,, maka untuk isteri yang baru suami diberi hak
istimewa untuk memulai giliran. Bila isteri baru itu seorang perawan, si suami
boleh menetap di rumah isteri barunya itu selama tujuh hari sesudah itu baru
dimulai masa giliran. Bila seseorang kawin yang kedua itu dengan seorang
janda, dia boleh menetap di rumah isteri barunya itu selama tiga hati sebelum
memulai giliran.
bila yang demikian dilakukan atas dasar kerelaan dan untuk itu perlu menuntut
penggantian waktu yang lain. Demikian pula dalam keadaan tertentu, seperti
sakit yang tidak memungkinkan untuk keluar rumah, suami dapat tinggal di
rumah salah seorang isterinya di luar gilirannya dengan syarat isteri-isteri yang
dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 55-59 yang isinya sebagai
berikut:
1. Beristeri lebih dari satu orang pada waktu bersamaan, terbatas hanya
2. Syarat utama beristeri lebih dari seorang, suami harus mampu berlaku
3. Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat izin
tahun 1975.
disembuhkan.
Agama.
yang melakukan pekawinan poligami atau suami yang beristeri lebih dari
seorang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 82 yang berbunyi:
1. Suami yang Suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang berkewajiban
2. Dalam hal para isteri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan isterinya
izin poligami yaitu seperti menyerahkan Surat Akta Nikah, Fotokopi KTP
untuk berlaku adil baik secara lahir maupun bathin. Termohon harus berlaku
adil dalam hal mengatur uang belanja kepada isteri-isterinya. Termohon juga
harus adil dalam pembagian jatah dalam memberikan nafkah bathin kepada
nafkah bathin dalam hal menggauli isteri-isterinya. Dalam hal ini, si suami dan
isteri-isterinya harus membuat kesepakatan waktu giliran yang adil, agar para
pemohon sebagai suami. Setelah kesepakatan waktu giliran itu dibuat, si suami
mengunjungi kedua isterinya itu pada waktu siang hari bisa dengan cara
bertemu dalam waktu yang bersamaan pada waktu siang hari. Tetapi, ketika
malam hari tiba, si pemohon sebagai suami ini, harus ke salah satu isterinya
Dalam hal ini, termohon dan calon isteri kedua harus menaati perintah
suami sebagai kepala keluarga. Termohon dan calon isteri kedua ini juga harus
memberikan rasa aman, tenang dalam rumah tangganya. Termohon dan calon
isteri kedua harus berbakti kepada pemohon sebagai suami. Termohon dan
calon suami juga harus mengatur keperluan rumah tangga dengan baik sebagai
Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 82, seorang suami yang
dan biaya hidup kepada masing-masing isteri secara berimbang menurut besar
62
kecilnya jumlah keluarga dari masing isteri, dan bila para isteri ikhlas, para
isteri bisa tinggal di satu kediaman tempat tinggal yang sama. Dalam hal ini,
Pemohon (JS) juga harus memberikan tempat tinggal yang layak dan nyaman
untuk para isteri-isterinya baik bisa dalam satu rumah tempat tinggal yang
sama ataupun bisa dalam dua rumah tempat tinggal yang berbeda, dan
pemohon (JS) juga harus memberikan biaya hidup untuk para isteri-isterinya
secara adil dan sesuai dengan jumlah orang dalam keluarga dengan isteri yang
A. Kesimpulan
poligami ini, maka perlindungan hukum terhadap isteri yang dipoligami oleh
1. hak dan kewajiban istri yang dipoligami yaitu meliputi hak dan kedudukan
isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam rumah
lahir bathin yang satu pada yang lain. Isteri wajib mengatur urusan rumah
tangga sebaik-baiknya.
beristeri lebih dari seorang yang berbunyi: “ Suami yang mempunyai isteri
lebih dari seorang berkewajiban memberi tempat tinggal dan biaya hidup
perjanjian perkawinan. Dalam hal para isteri rela dan ikhlas, suami dapat
63
64
B. Saran
Perkawinan maupun Kompilasi Hukum Islam (KHI), para isteri juga harus
menjalankan hak dan kewajibannya sebagai isteri kepada suami, para isteri
sebaik-baiknya baik secra lahir maupun bathin. Selain itu, para isteri juga
beristeri lebih dari seorang. Dalam hal ini, si Pemohon (JS) harus
juga Pemohon (JS) juga harus memberikan tempat tinggal kepada isteri-
isterinya baik bisa tinggal dalam satu rumah yang sama ataupun tinggal
A. Buku
Abdul Nasir Taufiq Al 'Atthar., Poligami di Tinjau dari Segi Agama, Sosial
dan Perundang-Undangan, Bulan Bintang, Jakarta, 1976
CST Kansil, Kamus Istilah Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009.
L.J Van Aveldoorn dalam Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran
Kerangka Berfikir, PT Revika Aditama, Bandung, 2006, hal. 82-83.
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994
65
66
B. Perundang-Undangan
C. Jurnal
D. Internet
A. BIODATA DIRI
Email : budilando@yahoo.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN