Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA

REFORMASI SERTA UPAYA KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA ERA


REFORMASI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI

PENDAHULUAN
Pada tahun 1997, kondisi ekonomi Indonesia semakin memburuk seiring dengan krisis
keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk, Korupsi Kolusi dan Nepotisme
(KKN) semakin merajarela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya
ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial.
Muncul demonstrasi yang digerakan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran
adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Besarnya dampak krisis keuangan 1997,
yang akhirnya menjadi krisis moneter di Indonesia tahun 1998. menyebabkan kesulitan
likuiditas keuangan, krisis ini juga menimpa negara-negara Asia termasuk Indonesia.
Krisis yang awalnya hanya krisis keuangan itu di Indonesia berubah menjadi krisis
multidimensi yang menyebabkan instabilitas dalam banyak sektor seperti di bidang
politik, ekonomi dan sosialbudaya dan terutama dalam hal pertahanan dan keamanan
negara.sahingga Membuat presiden Soeharto harus membuat dan mengambil kebijakan-
kebijakan agar keadaan membaik. Namun upaya yang Soeharto lakukan tidak membuat
keadaan semakin membaik. Masyarakat menjadi semakin resah, demonstrasi mahasiswa
semakin memanas. Keadaan ini diperparah dengan terjadinya kerusuhan masa dan
pembantaiaan terhadap etnis Cina. Krisis ini pun menjadikan akhir dari masa jabatan
presiden Soeharto yang telah 30 tahun menjabat kursi pemerintahan. Krisis ini memaksa
presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya sebagai seorang Presiden karena merasa
telah kehilangan kepercayaannya dari masyarakat dan dukungan politik dari para
pendukungnya untuk tetap mempertahankan posisinya sebagai seorang Presiden.
Akhirnya tepat pada tanggal 21 Mei 1998, presiden Soeharto tepat pukul 09.06
membacakan pidato pengunduran dirinya di Istana Merdeka. Setelah Soeharto selesai
mengucapkan pidato pengunduran dirinya, selanjutnya B.J. Habibie langsung
mengucapkan sumpah presiden. Dengan demikian maka jabatan presiden diserahkan
kepada wakilnya saat itu, yaitu B.J. Habibie yang secara otomatis naik menjabat sebagai
seorang presiden. Dengan naiknya B.J. Habiebie menjadi presiden banyak sekali tugas
dan kewajiban yang harus diemban olehnya. Langkah-langkah kebijakan untuk menuju
reformasi pun harus diambil untuk menstabilkan kembali keadaan negara. Kebijakan-
kebijakan yang diambil oleh Habbie dimulai dengan membuka pintu demokrasi selebar-
lebarnya. Melakukan reformasi diberbagai aspek baik ekonomi, politik, dan hukum.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan Habibie untuk menangani krisis yang hampir
membuat sektor keuangan Indonesia lumpuh dan mengatasi tingat harga yang cukup
tinggi hingga jatuhnya nilai mata uang Rupiah atas Dollar membuat pemerintah ekstra
ketat membuat kebijakan keuangan.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah awal berdirinya pemerintahan Reformasi
2. Apakah pengaruh dari lengsernya pemerintahan orde baru terhadap perekonomian
Indonesia pada saat itu?
3. Apakah usaha dan kebijakan pemerintah pada era reformasi terhadap
perekonomian Indonesia yang saat itu tengah dilanda krisis multidimensi dan
bagaimana implikasinya terhadap perekonomian Indonesia hingga saat ini?

PEMBAHASAN
KONDISI SEBELUM REFORMASI
Terjadinya Krisis Ekonomi Thailand pada 1997 akibat mata uang Thailand, Baht,
terpukuloleh serangan spekulasi besar menyebabkan nilai baht terhadap dolar anjlok,
maka nilai dolarpun menguat. Penguatan nilai tukar dolar berimbas ke rupiah.Nilai rupiah
anjlok terhadap dolar.Kala itu banyak perusahaan di Indonesia meminjam uang dalam
bentuk dolar AS danketika krisis melanda Thailand, mereka berebut membeli dolar untuk
membayar bunga pinjamanmereka yang telah jatuh tempo, dan harus dibayar dengan
dolar. Nilai rupiah pun semakin jatuhlebih dalam lagi. IMF datang dengan paket bantuan
23 milyar dolar, yang dalam penggunaannya banyak terjadi penyelewengan, malah
semakin menambah beban utang yangharus ditanggungoleh rakyat Indonesia.Inflasi
dalam negeri Indonesia meningkat tajam.Harga sembako, maupunbarang-barang lain
melonjak berlipat kali.
Sikap yang otoriter, tertutup, tidak demokratis, serta merebaknya KKN menimbulkan
ketidak percayaan masyarakat.Sejak 1996, ketidak puasan masyarakat terhadap orba
mulai terbuka. Masalah dwifungsi ABRI, KKN, praktik monopoli serta 5 paket UU
politik juga menjadi sorotan tajam para mahasiswa pada saat itu.Apalagi setelah Soeharto
terpilih lagi sebagai Presiden RI 1998-2003, suara menentangnya makin meluas dimana-
mana.Puncak perjuangan para mahasiswa terjadi ketika berhasil menduduki gedung
MPR/DPR pada bulan Mei1998.Karena tekanan yang luar biasa dari para mahasiswa,
tanggal 21 Mei 1998 Presidenmenyatakan berhenti dan diganti oleh wakilnya BJ
Habibie.Krisis yang melanda Indonesia inimemuncak ketika pada Mei 1998, Presiden
Suharto dipaksa mundur, setelah sebelumnya terjadiberbagai kerusuhan.
PEREKONOMIAN ERA REFORMASI
1. Masalah Multi krisis peninggalan Orde baru yang saling berkaitan menyebabkan
pemecahankrisis yang kompleks dan dilematis (banyak kebijakan yang berhasil
namun jugamemunculkan masalah baru)
2. Sektor keuangan terjebak pada General and Global liquidity trap yaitu kondisi
dimanakebijakan moneter mematok suku bunga nol persen untuk memperbesar
likuiditas (jumlahuang beredar) tapi tidak mampu menstimulus ekonomi dan
menyerap tenaga kerja.
3. Saving investment gap semakin besar karena dana menganggur semakin besar dan
adanyaparadox penghematan yang salah (komposisi Investment lebih besar dari
saving) sehinggaperbankan mengalami negative spread (suku bunga kredit lebih
tinggi dari suku bungasimpanan nasabah). Akibatnya dunia usaha sulit
mendapatkan dana dari bank.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI
PEREKONOMIAN INDONESIA
Kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi di
Indonesia tidak dapat terlepas dari kebijakan dalam bidang lain seperti kebijakan politik,
social masyarakat, hukum, pertahanan dan keamanan, karena memang masalah yang ada
di Negara kita begitu kompleks sehingga untuk dapat menyelesaikannya diperlukan
adanya penyelesaian secaramenyeluruh dan bersamaan. Kebijakan pemerintah yang
dibuat pun disesuaikan dengan kondisi Negara pada saat itu, sehingga berbeda-beda
disetiap waktunya.
Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997
dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia
hanya berkisar padalevel 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang
7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif akan sangat memengaruhi iklim
investasi di Indonesia. Mungkinhal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah.Hal
ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang berdampak pada
penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya, Adanya peningkatan pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagiperbaikan kondisi ekonomi
dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka
harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita akan
semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan beradapada tingkat
wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri. Namun
semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar
telahkondusif. Kebijakan pemerintah saat ini di dalam pemberantasan terorisme, serta
pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi yangmerupakan salah satu indikator makro ekonomi
menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama bila
ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitasekonomi sedang berlangsung
dengan baik pada negaranya.
Masa Pemerintahan B.J Habibie
Habibie yang manjabat sebagai presiden menghadapi keberadaan Indonesia yang
serbaparah, baik dari segi ekonomi, politik, sosial, dan budaya.Langkah-langkah yang
dilakukan oleh Habibie adalah berusaha untuk dapat mengatasi krisis ekonomi dan
politik.Dalam bidang ekonomi, pemerintahan Habibie berusaha keras untuk melakukan
perbaikan. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk
meperbaiki perekonomian Indonesia antaranya:
• Merekapitulasi perbankan
• Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
• Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
• Manaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat hingga di bawah
Rp.10.000,-
• Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan
berekspresi dengan mencabut SIUP. Pada awal pemerintahan Habibie, kebijakan-
kebijakann pemerintah diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik seperti
Reformasi dibidang politik dan hukum(sistem multi partai, jajak pendapat rakyat Timor-
Timur, pembubaran Dwi fungsi ABRI,danmengadakan PEMILU 1999 untuk pertama
kalinya dalam pemilihan partai). Sedangkan untuk memperbaiki perekonomian yang
terpuruk, terutama dalam sektor perbankan, pemerintahmembentuk Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintahmengeluarkan UU No. 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Di akhir pemerintahannya, legitimasi pemerintahan B.J. Habibie dianggap sangat
lemah, karena keberadaan Habibie dianggap sebagai suatu paket warisan pemerintahan
Soeharto. Bahkan beberapa kolompok menuntut pembentukan pemerintahan transisi.
Hal lain yang melemahkan legitimasi Habibie dalam memimpin pemerintahan ialah ia
tidak dipilih secaraluber dan jurdil sebagai presiden dan merupakan satu paket pemilihan
pola musyawarah mufakat dengan Soeharto. Akhirnya pada tanggal 1-21 Oktober 1999,
MPR mengadakan Sidang Umum,Presiden Habibie menyampaikan pidato pertanggung
jawabannya di depan sidang dan terjadi penolakan terhadap pertanggung jawaban
presiden sebagai Mandataris MPR. Kemudian pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR
Amien Rais menutup Rapat Paripurna sambil mengatakan,”dengan demikian
pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ditolak”. Pada hari yang sama Presiden
habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari pencalonan presiden.
Masa Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Gus Dur menjabat mulai dari tahun 1999 sampai 2001. Terpilihnya Gus Dur sebagai
presiden tidak terlepas dari peran MPR yang pada saat itu menolak laporan pertanggung
jawaban Presiden Habibie. Akhirnya, Gus Dur terpilih menjadi presiden melalui
dukungan partai-partai islam yang menjadi poros tengah. Sedangkan wakilnya,
dimenangkan oleh Megawati Soekarno putri yang berhasil mengalahkan Hamzah Haz.
Kemudian dilantik pada 21 Oktober 1999. Setelah menjabat, pemerintahan Presiden Gus
Dur mengelurkan beberapa kebijakan politik, beberapa di antarnya adalah:
• Departemen Penerangan dibubarkan, dianggap mengganggu kebebasan pers.
• Departemen Sosial dibubarkan, dianggap sebagai sarang korupsi.
• Menyetujui penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua pada akhir Desember
1999.
• Masyarakat etnis Tionghoa diperbolehkan untuk beribadah dan merayakan tahun
baru imlek.
• Diumumkannya nama-nama menteri Kabinet Persatuan Nasional yang terlibat
KKN.
• Pencabutan peraturan mengenai larangan terhadap PKI dan penyebaran Marxisme
dan Leninisme.
• Membekukan MPR dan DPR.
Pada masa pemerintahan Gus Dur, kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik
dibandingkan era sebelumnya. Misalnya, laju pertumbuhan PDB (nilai pasar semua
barang dan jasa yang diproduksi negara) mulai positif, laju pertumbuhan ekonomi yang
hampir mencapai 5% membuat Indonesia menuju pemulihan perekonomiannya.Tapi,
ternyata banyak pihak yang tidak senang dengan beberapa kebijakan yang dikeluarkan
oleh Gus Dur. Banyak yang menganggap kebijakan Gus Dur terlalu sering menuai
kontroversi. Hingga mengakibatkan kredibilitas Gus Dur perlahan-lahan menurun. oleh
sebab itu, kepemimpinan Gus Dur tidak berlangsung lama. Ia harus mundur dari
jabatannya pada 23 Juli 2001. Puncak jatuhnya itu ketika MPR yang saat itu dipimpin
oleh Amin Rais, atas usulan DPR mempercepat sidang istimewa MPR. MPR menilai
Presiden Gus Dur melanggar Tap. No. VII/MPR/2000 dan atas kebijakan-kebijakannya
yang kontroversial. Setelah Gus Dur lengser, kemudian jabatan presiden digantikan oleh
wakilnya, yaitu Megawati Soekarnoputri. Sejak saat itu, pemilihan presiden kemudian
dilakukan setiap 5 tahun sekali. Setelah Megawati selesai menjabat, terpilihlah Soesilo
Bambang Yudhoyono (SBY) dengan menjabat selama 2 periode. Setelah SBY selesai
menjabat, selanjutnya adalah Joko Widodo (Jokowi) yang sampai hari ini masih menjabat
sebagai Presiden Republik Indonesia.
Dalam Pemilihan Presiden Indonesia 2014, Joko Widodo (Jokowi) terpilih
menjadi Presiden ke-7 Indonesia dan mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014.
Kemenangan Jokowi sebagai Presiden menimbulkan optimisme publik, karena Jokowi
dipersepsikan sebagai seorang pemimpin yang reformis dan menjalankan program kerja
yang konkrit menyelesaikan masalah di lapangan, seperti yang terlihat dari
pengalamannya menjadi walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta. Jokowi lebih
merupakan tipe pemimpin yang taktis yang menekankan langkah/kerja konkrit dan cepat
di lapangan, ketimbang tipe pemimpin strategis yang berfokus kepada 9 visi/gambaran
besar. Pemerintahan baru Jokowi, yang dijalankan oleh Kabinet Kerja, sangat diharapkan
oleh publik untuk dapat melaksanakan beberapa agenda kebijakan reformasi ekonomi,
terutama pada percepatan proyek infrastruktur, pengembangan sektor maritim, dan
program jaminan sosial.
Jokowi menghadapi sejumlah tantangan eksternal maupun internal dalam
mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus
melambat dalam empat tahun terakhir, dari 6,8% pada tahun 2010 menjadi 5,0%, yang
menandakan daya beli masyarakat yang melemah. Selain itu, kondisi eksternal juga
kurang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang ditandai dengan
perlambatan ekonomi global (terutama resesi di Eropa dan Jepang dan perlambatan
pertumbuhan Tiongkok dan India), likuiditas global yang mengering, serta jatuhnya harga
komoditas ekspor. Dalam situasi demikian, pendekatan Jokowi untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi adalah melalui reformasi ekonomi domestik yang terutama lebih
berfokus pada sisi penawaran (supply-side reforms), antara lain melalui pengembangan
infrastruktur dan perbaikan iklim investasi.
Salah satu reformasi radikal yang dilakukan Jokowi terjadi kurang dari sebulan
setelah pelantikan, yaitu pemotongan signifikan dari subsidi bahan bakar minyak (BBM)
sebagai usaha untuk mengurangi beban fiskal. Pada tanggal 18 November 2014,
pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi (Premium) menjadi Rp 8.500 per liter, dan
harga solar bersubsidi menjadi Rp 7.500 per liter. Bahkan, mengambil momentum dari
jatuhnya harga minyak dunia, Jokowi melakukan reformasi lebih jauh, dengan
menghapus subsidi BBM Premium, memberikan subsidi tetap Rp 1.000 per liter untuk
solar, dan mengikuti mekanisme pasar dalam penentuan harga. Langkah reformasi yang
berani ini berhasil menciptakan ruang fiskal yang sangat dibutuhkan untuk membiayai
sejumlah agenda pembangunan lainnya, terutama pembangunan infrastruktur.
Kesimpulan
Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa pemerintahan Megawati cukup berhasil dalam
menjaga dan meningkatkan stabilitas makro ekonomi, namun kurang berhasil dalam
melakukan reformasi pada tingkat mikroekonomi. Iklim investasi terus memburuk pada
periode Megawati. Hal ini pun menjadi warisan bagi pemerintahan berikutnya (SBY),
dan nampak menjadi salah satu agenda kebijakan terpenting dalam pemerintahan SBY.
Akan tetapi, meskipun menjanjikan, namun pelaksanaan sejumlah inisiatif dan reformasi
ekonomi untuk mengatasi permasalahan tersebut masih kurang efektif. Presiden SBY
sendiri tidak terlalu dikenal sebagai sosok yang reformis, dan nampak lebih menekankan
stabilitas makroekonomi dalam pengelolaan ekonominya. Meningkatnya sentimen
nasionalisme dan proteksionisme, terutama pada periode kedua SBY, juga menjadi
hambatan dalam melakukan reformasi ekonomi yang kurang populer meskipun sangat
diperlukan.
Sebaliknya, presiden selanjutnya, Jokowi, adalah sosok pemimpin yang reformis yang
memiliki sejumlah agenda reformasi ekonomi yang cukup ambisius. Akan tetapi,
meskipun berhasil dalam melaksanakan reformasi yang sulit secara politis (seperti pada
subsidi BBM), namun implementasi sejumlah reformasi mikro terkait iklim investasi
masih jauh dari harapan. Pernyataan reformis dan spirit keterbukaan investasi yang sering
disuarakan oleh Presiden Jokowi perlu diterjemahkan ke dalam regulasi dan kebijakan
konkrit yang ramah bagi investor (yang sebenarnya sudah mulai dilakukan melalui Paket
Kebijakan Ekonomi). Tantangan reformasi ekonomi saat ini adalah menyeimbangkan
komitmen reformasi di tingkat Presiden dengan mekanisme implementasi, pemantauan,
dan evaluasi yang efektif di tingkat lapangan (termasuk di tingkatan daerah)
SARAN
Gerakan reformasi diIndonesia yang terjadi pada tahun 1998 telah membawa berbagai
dampak bagi bangsa Indonesia. Walaupun sudah terjadi sudah lama, namun dampak
tersebut masih kita rasakan sampai saat ini, baik dampak positif maupun dampak
negatifnya.
Reformasi memang telah membawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Dampak utama
dari reformasi adalah kebebasan kita dalam menyampaikan aspirasi tidak lagi dikekang
seperti yang terjadi pada masa orde baru. Kita bebas menyalurkan aspirasi kita bagi
pemerintahan, baik berupa pendapat maupun kritik. Namun perlu diingat, bahwa
kebebasan dalam beraspirasi tersebut harus tetap mengikuti norma-norma yang berlaku.
Aspirasi yang kita sampaikan harus dapat berguna bagi kemajuan bangsa, jangan sampai
malah memecah belah persatuan bangsa. Intinya, reformasi harus bisa menjadikan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang lebih demokratis, sebagaimana cita-cita dari reformasi itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Aswicahyono, Haryo, Kelly Bird, and Hal Hill (2008). Making Economic Policy in Weak,
Democratic, Post-crisis States: An Indonesian Case Study. CCAS Working Paper
No 15. Center for Contemporary Asian Studies. Doshisha University. August
2008.
Athukorala, Prema-chandra (2002), “Survey of Recent Developments”, Bulletin of
Indonesian Economic Studies, Vol. 38 No.2, pp. 141-162.
Dee, Philippa (2010). The Role of Institutions in Structural Reform. Chapter 4 in
Institutions for Economic Reform in Asia. New York: Routledge.
Fakhruddin, M. Anas. (2012). Model Hubungan Antara Birokrasi dan Politisi di
Indonesia. Jurnal Review Politik, Volume 02, Nomor 02, Desember.
Firnas, M. Adian. (2016). Politik dan Birokrasi: Masalah Netralitas Birokrasi di Indonesia
Era Reformasi. Jurnal Review Politik Volume 06, Nomor 01, Juni.
Haning, Mohammad Thahir. (2015). Reformasi Birokrasi: Desain Organisasi yang
Mendukung Pelayanan Publik di Indonesia. Yogyakarta: Ilmu Giri.

Anda mungkin juga menyukai