PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B.J. Habibie lahir di Pare-pare (Sulawesi Selatan) pada tanggal 25 Juni
1936 anak ke-4 dari delapan putra dan putri dari keluarga Alwi Abdul Djalil
Habibie dan R.A.Tuti Marini Puspawordoyo. Ia hanya kuliah selama satu
tahun di Institut Teknologi Bandung (ITB), karena pada tahun 1955, ia
dikiriim oleh ibunya untuk belajar di Rhenisch Wesfalische Tehnische
Hochscule, Aachen, Jerman. Lalu B.J. Habibie menikah dengan Dr. Hasri
Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 dan dikaruniai dua putra dan lima
cucu.
Setelah belajar di Jerman selama lima tahun, B.J. Habibie memperoleh
DiplomIngenieur dengan prestasi cumlaude dari Fakultas Teknik Mesin
Jurusan Desain dan Kontruksi pesawat terbang. B.J. Habibie muda seorang
muslim taat yang sering berpuasa Sunnah Senin dan Kamis, memperoleh
gelar Doctor Ingenieur di Fakultas Teknik Mesin, jurusan Desain dan
Kontruksi Pesawat Terbang dengan predikat summa cum laude.
Dalam rangka memenuhi panggilan tanah airnya, pada tahun 1974 B.J.
Habibie akhirnya kembali ke Indonesia. Dia memulai karirnya sebagai
penasihat pemerintah bidang teknologi tinggi pesawat terbang dan teknologi
tinggi yang bertanggung jawab langsung kepada presiden Republik Indonesia.
Tugas ini diembannya sampai tahun 1978. Akhirnya sebelum pemilu pada
tahun 1997, B.J. Habibie menyampaikan kepada keluarga dan juga sahabat-
sahabat terdekatnya, bahwa ia berencana mengundurkan diri setelah masa
bakti di Kabinet Pembangunan VI berakhir. Namun, manusia itu hanya
berencana dan Tuhanlah yang menentukan. Pada tanggal 11 Maret 1998
melalui sidang Umum MPR, ia diangkat sebagai Wakil Presiden Republik
Indonesia yang ke-7.
Pada masa pemerintahan B.J. Habibie merupakan masa yang tersingkat
bila dibandingkan dengan presiden Indonesia sebelumya, namun pada masa
pemerintahan B.J. Habibie ada banyak kebijakan yang dikeluarkan pada era
pemerintahannya. Inilah yang menjadi tolak ukur dimana Habibie
memberikan dampak yang besar bagi perubahan di Indonesia.
Adapun permasalahan yang dikeluarkan B.J. Habibie pada masanya
seperti penguatan nilai tukar rupiah dari Rp.17.000 menjadi Rp.6.000. Searah
dengan pemikirannya untuk keluar dari krisis ekonomi dan mewujudkan
perekonomian yang sehat, langkah pertama yang dilakukan Habibie ialah
melakukan pemisahan Bank Indonesia BI dari campur tangan Pemerintah.
Hal ini tidak pernah dilakukan sebelumnya. Ia menghendaki kemandirian BI
dan tidak menghendaki presiden, menteri, atau siapapun ikut campur dalam
urusan Bank Indonesia. Habibie juga terpacu untuk melakukan penataan
ulang mengenai utang swasta domestik dan utang luar negeri serta
mempecepat rekapitalisasi perbankan. Standard and Poor’s Corporation
menyatakan bahwa upaya-upaya yang ditempuh Pemerintah Indonesia dan
didukung IMF itu telah dapat memulihkan disiplin moneter, menstabilkan
nilai tukar rupiah, dan menurunkan inflasi dari 70% pada tahun 1998 menjadi
25% pada maret 1999.
Selain mengatasi krisis ekonomi Habibie juga melakukan reposisi dan
pencabutan dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
sekaligus menghapus bisnis-bisnis militer atau biasa disebut sebagai agenda
reformasi TNI yang merupakan tuntutan masyarakat dalam melaksanakan
reformasi. Pada reposisi ABRI dimana kedudukannya dipisah antara
Kepolisian RI yang mana bertugas untuk keamanan dan ketertiban masyakat
sedangkan TNI bertugas hanya pada pertahanan negara yang dilaksanakan
pada 1 April 1999.
Penghapusan dwinfungsi ABRI dilaksanakan setelah reformasi, peran
ABRI di DPR mulai dikurangi secara bertahap yaitu dari 75 menjadi 38
orang. Seperti yang telah dinyatakan Jendral TNI Wiranto bahwa secara
bertahap akan mundur dari area politik dan memusatkan perhatian pada
pertahanan negara. Anggota yang masih menduduki jabatan birokrasi
diperintahkan untuk memilih yaitu kembali kesatuan ABRI, atau pensiun dari
militer untuk berkarir di sipil. Dari hal tersebut, keanggotaan ABRI dalam
DPR/DPD makin berkurang dan akhirnya ditiadakan.
Disamping itu bisnis-bisnis militerpun juga ikut dihapuskan. Bisnis-bisnis
militer yang dicabut pada waktu itu seperti, Yayasan Darma Putra Kostrad,
Yamabri, Inkopau, Inkopad, Bank Bahari, Inkopol, bahkan sampai pedesaan
bisnis militer di koperasi dicabut seperti Puskud, dsb.
Dalam rangka mengatasi krisis ekonomi Presiden B.J. Habibie melihat
adanya masalah yang sangat mengganjal yang menjatuhkan kredibilitas
Indonesia di mata international, termasuk melakukan negosiasi dengan
lembaga ekonomi internasional yang mengaitkan dengan masalah HAM (hak
asasi manusia). Hal itu berkaitan dengan masalah Timor-Timur. Isu
pelanggaran HAM di Timor-Timur terus diangkat oleh PBB oleh negara-
negara anti Indonesia.
Indonesia mengambil langkah dalam mengatasi krisis tesebut, kemudian
B.J. Habibie mencari penyelesaian mengenai masalah Timor-Timur. Presiden
B.J. Habibie memberikan kebebasan kepada rakyat Timor-Timur untuk
menentukan nasibnya sendiri, apakah akan bergabung dengan Indonesia atau
memisahkan diri dari Indonesia.
Pada tanggal 30 Agustus 1999 merupakan hari bagi rakyat Timor-Timur
untuk memberikan suara dalam jajak pendapat untuk menentukan akan
bergabung dengan Indonesia ataukah melepaskan diri. Hasil jajak pendapat
diumumkan pada 4 September 1999 di Dili dan New York, dari hasil tersebut
diketahui bahwa 78,2% memilh merdeka dan 21,8% memilih tetap bergabung
dengan Indonesia.
Sehubungan dengan hasil jajak pendapat yang menghendaki Timor-Timur
merdeka, pemerintah Indonesia menyatakan menghormati pilihan tersebut.
Selanjutnya kebijakan yang dikeluarkan ialah undang-undang politik
sebagai dasar penyelenggaraan pemilu. Untuk melaksanakan Pemilu 1999,
lebih dahulu dipersiapkan sejumlah undang-undang sebagai landasan baru
proses pemilu. Undang-undang tersebut antara lain memunculkan ratusan
partai-partai politik sebagai wujud demokrasi. Setelah diseleksi dengan
persyaratan ketat, jumlah partai politik yang awalnya ratusan tinggal 48
partai.
Banyak kalangan baik dari dalam maupun luar negeri menilai bahwa
Pemilu 1999 merupakan pemilu paling demokratis pertama setelah tahun
1995. KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai penyelenggara pemilu diisi
wakil-wakil semua partai politik dan diketuai oleh Rudini. Bahkan ketika
KPU belum berhasil mengumumkan hasil pemilu, Habibie mengambil alih
dan mengumumkan hasil pemilu. Ia menandatangani suara pemenang pemilu
sebagai kepala negara.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses terpilihnya B.J. Habibie menjadi Presiden pada 21 Mei
1998?
2. Bagaimana Perkembangan Ekonomi dan Politik Pada Masa Pemerintahan
B.J. Habibie?
3. Bagaimana proses turunnya B.J. Habibie sebagai Presiden?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui proses terpilihnya B.J. Habibie menjadi presiden
Habibie
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penulis mampu
untuk menyelesaikan MAKALAH Sejarah Indonesia yang berjudul “ MASA
PEMERINTAHAN B.J. HABIBIE “
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
Kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
A. LATAR BELAKANG....................................................................
B. RUMUSAN MASALAH................................................................
C. TUJUAN PEMBAHASAN............................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................
A. PROSES TERPILIHNYA B.J. HABIBIE MENJADI PRESIDEN
RI YANG KE III............................................................................
B. PERKEMBANGAN EKONOMI & POLITIK PADA MASA
PEMERINTAHAN B.J. HABIBIE...............................................
C. BERAKHIRNYA MASA PEMERINTAHAN
B.J. HABIBIE.................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
A. KESIMPULAN...............................................................................
B. SARAN............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
MAKALAH SEJARAH INDONESIA
“ MASA PEMERINTAHAN B.J. HABIBIE “
OLEH
KELOMPOK 1
1. DION DUNGGIO
2. AFDAL LAHABU
3. ARDIYANTO IMRAN
4. ADITIYO DAUD
5. NANDITO CUI
6. SINDI PUAD
7. ISRAWATI POTABUGA