Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem urine adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi

ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari

zat-zat yang tidak diperlukan. Sebanyak 1 cc urine dihasilkan oleh kedua ginjal

kiri dan kanan setiap menitnya dan dalam 2 jam dihasilkan sekitar 120 cc urine

yang akan mengisi kandung kemih. Saat kandung kemih sudah terisi urine

sebanyak itu mulai terjadi rangsangan pada kandung kemih sehingga yang

bersangkutan dapat merasakannya. Keinginan mengeluarkan mulai muncul,

tetapi biasanya masih bisa ditahan jika volumenya masih berkisar dibawah 150

cc.

Penyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat dengan BSK

adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang

terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain

yang mempengaruhi daya larut substansi. BSK pada laki-laki 3-4 kali lebih

banyak daripada wanita. Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih

sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada

lakilaki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu

(inhibitor) pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.

Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada orang yang banyak

duduk dalam melakukan pekerjaannya ditambah jika mempunyai kebiasaan

menahan buang air kemih. Duduk lama saat bekerja akan menyebabkan daerah

di sekitar kelamin lembab yang akan mengundang bakteri dan menyebabkan

20
infeksi saluran kemih, serta terlalu banyak duduk akan mengakibatkan kalsium

tulang dilepas ke darah, selanjutnya hiperkalsemia akan memacu timbulnya

batu saluran kemih karena adanya kristal dalam saluran kemih. Kebiaaan

menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang kemudian

berakibat pada agregasi kristal sehingga timbul batu saluran kemih.

Pemeriksaan sedimen urine termasuk pemeriksaan rutin dan merupakan bagian

penting dalam pemeriksaan penyaring. Kelainan hasil yang mencolok dianggap

dapat memberikan informasi yang cukup dan dapat dipercaya.

Maka dilakukan praktikum kali ini untuk mengetahui apa saja yang terdapat

dalam sedimen urine untuk mengetahui suatu penyakit pada pasien terutama

pada fungsi ginjal.

1.2 Tujuan Praktikum

Untuk mengidentifikasi apa saja yang terdapat dalam sedimen urine dan

mengetahui gambaran penyakit pada sedimen urine.

1.3 Manfaat Praktikum

Agar mahasiswa dapat membedakan bentuk-bentuk dari unsur-unsur yang

terdapat dalam sedimen urine untuk mengetahui gambaran penyakit pada

sedimen urine.

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Urine

Urin atau dengan kata lain adalah air seni merupakan zat yang dikeluarkan

oleh tubuh kita setiap harinya secara alami (tanpa menggunakan alat bantu,

seperti jika kita ingin mengeluarkan darah, kita harus membutuhkan jarum).

Zat merupakan salah satu pembuangan dari tubuh kita. Sebelum dibuang oleh

tubuh, urin telah melalui proses metabolisme didalam tubuh kita. Karena itu

urin mempunyai indikato-indikator yang bermakna untuk diperiksa.

Pemeriksaan unrin tidak hanya memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan

saluran kemih, tetapi kita dapat mengetahui fungsi pelbagai organ dalam

tubuh, seperti hati, saluran empedu, pancreas dan lain-lain.

Urinalisa adalah berbagai uji laboratorium yang dilakukan pada sampel

urine seseorang untuk menunjang diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal,

uji saring dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau

perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi

(hipertensi), dan evaluasi terhadap status kesehatan umum ( medical check up)

(Dewi Setiawaty, 2016).

2.2 Sistem Pada Urin

1. Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak dirongga

retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang denga sisi

cekungannya menghadap kemedial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu

20
tempat struktur-struktur pembuluh darah, system limfatik, system saraf

dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal

Fungsi ginjal, selain sisa-sisa metabolisme tubuh melalui urine, ginjal

berfungsi juga dalam (1) mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron

dan ADH (anti diuretik hormone) dalam mengatur jumlah cairan tubuh,

(2) mengatrur metabolisme ion kalsium dan vitamin D, (3) menghasilkan

beberapa hormon, antara lain eritropoetin yang berperan dalam

pembentukan sel darah merah, rennin yang berperan dalam mengatur

tenganan darah, serta hormone prostalglandin.

2. Ureter

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi

mengalirkan urin dari pielum ginjal kedalam buli-buli. Pada orang dewasa

panjangnya kurang lebih 20 CM. Dindingnya terdiri atas mukosa yang

dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal

yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna

mengeluarkan urine ke buli-buli

Jika karena sesuatu sebeb terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi

kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk

mendorong/mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih. Kontraksi itu

dirasakan sebagai nyeri kolik yang dating secara berkala, sesuai dengan

irama peristaltic ureter.

Sepanjang perjalanan dari pielum menuju buli-buli, seacara anatomis

terdapat beberapa tempat yang ukuran diameter relatif lebih sempt dari

pada ditempat lain, sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari

20
ginjal sering kali tersangkut ditempat itu. Tempat-tempat itu antara lain

adalah (1) pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi-

ureter junction, (2) tempat ureter menyilang arteri iliaka dirongga pelvis,

dan (3) pada saat ureter masuk ke buli-buli. Ureter masuk ke buli-buli

dalam posisi miring dan berada didalam otot buli-buli (intramural)

keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke

ureter atau refluks vesiko-ureter pada saat buli-buli berkontraksi.

3. Kantung Kemih

Kandung kemih adalah bagian dari sistem saluran kencing yang

terdapat di dalam tubuh manusia. Selain ginjal, organ lain yang termasuk

juga ke dalam sistem ini adalah saluran ureter yang mengalirkan urine dari

ginjal ke kandung kemih, serta saluran uretra yang mengeluarkan urine

dari kandung kemih keluar dari tubuh.

Seiring bertambahnya usia, dinding kandung kemih akan mengalami

perubahan. Jaringan elastis pada kandung kemih menjadi lebih kaku, otot-

otot melemah, dan fleksibilitas kandung kemih untuk mengembang ketika

terisi urine pun berkurang. Kandung kemih menjadi tidak bisa menahan

urine sebanyak sebelumnya. Pada wanita, otot kandung kemih yang

melemah bisa menyebabkan kandung kemih dan vagina turun sehingga

menekan serta menghambat saluran kemih. Sementara pada pria, saluran

kemih bisa terhalang oleh pembesaran kelenjar prostat.

4. Uretra

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-

buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian

20
yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi

juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi dengan sfinger

uretra eksterma yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.

Sfingar uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem

simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh, sfinger ini terbuka. Sfinger

uretra eksterma terdiri atas otot bergaris dipersarafi oleh sistem somatic

yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat

kencing sfinger ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.

2.3 Jenis-jenis Sampel Urin

1. Urin Sewaktu

Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urin sewaktu,

yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan

khusus. Urin sewaktu ini biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin

yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.

2. Urin pagi

Yang dimaksud dengan urin pagi ialah urin yang pertama-tama

dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari

urin yang dikeluarkan siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen,

berat jenis, protein, dan baik juga untuk tes kehamilan berdasarkan adanya

HCG (Human Chorionic Gonadotrophin).

3. Urin Postprandial

Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria. Urin


1
ini merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 12 – 3 jam sehabis

20
makan. Urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaringan terhadap

glukosuria.

4. Urin 24 jam

Apabila diperlukan penetapan kuantitatif suatu zat dalam urin, urin

sewaktu sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan proses-proses

metabolik dalam tubuh. Hanya jika urun itu dikumpulkan selama waktu

yang diketahui dapat diberikan suatu kesimpulan. Agar angka analisis

dapat diandali, biasanya dipakai urin 24 jam.


1
Untuk mengumpulkan urin 4 jam diperlukan botol besar bervolume 1 2liter

atau lebih yang dapat ditup dengan baik. Botol itu harus bersih dan

biasanya memerlukan satu zat pengawet.

Cara mengumpulkan umpamanya sebagai berikut: Jam 7 pagi

penderita mengeluarkan urinnya urin ini di buang. Semua urin yang

dikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya, harus

ditampung dalam botol urin yang tersedia dan isinya dicampur.

5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada laki-laki

Penampungan secara ini dipakai pada pemeriksaan urologik dan

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang letaknya radang atau

lesi lainnya yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urin

seorang laik-laki. Cara untuk penampungan 3 gelas yaitu dengan

menginstruksikan kepada penderita bahwa beberapa jam sebelum

pemeriksaan dilakukan tidak boleh berkemih. Sediakanlah 3 gelas sedimen

yaitu gelas yang dasarnya menyempit guna memudahkan mengendapnya

sedimen dan agar sedimen mudah terlihat jelas oleh mata. Penderita harus

20
berkemih langsung kedalam gelas-gelas itu, tanpa menghentikan aliran

urinnya:

a. Kedalam gelas pertama ditampung 2 – 30 menit urin yang mula-mula

keluar. Urin ini terutama berisi sel-sel dari pars anterior dan pars

prostatica uretherae yang dihanyutkan oleh arus urin, meskipun ada

juga sejumlah kecil sel-sel dari tempat-tepat yang lebih proksimal.

b. Kedalam gelas kedua dimasukka urin selanjutnya kecuali beberapa ml

terakhir yang dikeluarkan. Urin dalam gelas kedua terutama

mengandung unsur-unsur dari kantong kemih.

c. Beberapa ml urin terakhir ditampung dalam gelas. Urin ini diharapkan

mengandung unsur-unsur khusus dari pars prostatica urethrae serta

getah prostat yang keluar terakhir ketika berkemih.

Untuk mendapatkan urin 2 gelas caranya serupa dengan yang

diterangkan tadi dengan perbedaan gelas ketiga ditiadakan dan gelas

pertama ditampung 50-75 ml urin (Gandosoebrata. 2007).

2.4 Fungsi Urine

Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau

obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat

yang "kotor", Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari

ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinenya pun akan

mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing

yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang

dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urine itu

merupakan zat yang steril. Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang

20
yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti

air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau

cokelat. (Jambia, A., dkk, 2016).

2.4 Unsur-unsur Sedimen Urine

Adapun unsur-unsur sedimen urine ialah sebagai berikut (Ismawati, 2014):

a. Eritrosit

Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran

kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit,

namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Bentuk :

Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil,

shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya.

Kelainan : Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam

urine karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih,

trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis

tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll.

b. Eritrosit dismorfik

20
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran

kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit,

namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Eritrosit dismorfik

tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan sering

tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel.

Eritrosit dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui

struktur glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urine

menunjukkan penyakit glomerular seperti glomerulonefritis.

c. Leukosit

Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal.

Bentuk: Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 –

2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil

(polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari

saluran kemih.

Kelainan : Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau

piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian

atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Lekosit

dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital,

misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada

laki-laki.

20
d. Sel epitel skuamosa

Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal.

Bentuk : Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 –

2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil

(polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari

saluran kemih.

Kelainan : Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau

piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian

atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Lekosit

dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital,

misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada

laki-laki.

e. Sel Darah Merah Dan Bakteri

Tampak sebaran sel darah merah dan bentuk bacillary. Dua leukosit juga

tampak di tengah lapangan pandang.

20
f. Sel Epitel Tubulus

Memiliki bentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung

inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urine dalam

jumlah kecil.

g. Sel Transisi (panah) dan Sel Darah Putih serta Sel Darah Merah.

Bentuk bola dan inti di pusat sel ini.

h. Silinder Hialin

Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein

(protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini

homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya paralel, dan

20
ujung-ujungnya membulat.

i. Silinder lekosit

Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit masuk dalam

matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan peradangan pada ginjal,

karena silinder tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal.

j. Silinder eritrosit

Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari

kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit disertai hematuria mikroskopik

memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus.

k. Silinder lilin (way cast)

20
Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular yang mengalami

perubahan degeneratif lebih lanjut. sel-sel dapat berubah menjadi silinder

granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan

akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy).

l. Silinder granular

Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi.

Disintegrasi sel selama transit melalui sistem saluran kemih menghasilkan

perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil

disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi butiran halus.

m. Ragi

Ragi sulit dibedakan dari sel darah merah dan kristal amorf,

membedakannya adalah bahwa ragi memiliki kecenderungan bertunas.

Paling sering adalah Candida, yang dapat menginvasi kandung kemih,

uretra, atau vagina.

20
n. Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis adalah parasit menular seksual yang dapat berasal

dari urogenital laki-laki dan perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi

antara 1-2 kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi

dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan pergerakannya yang tidak

menentu.

o. Kristal asam urat

Lemon-shaped form, Rosette form, Diamond form

Barel form (kiri)

Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah

ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar).

20
2.5 Interpretasi Hasil

A. Dilaporkan Normal + ++ +++ ++++

Eritrosit/LPK 0-3 4-8 8-30 lebih dari 30 Penuh

Leukosit/LPK 0-4 5-20 20-50 lebih dari 50 Penuh

Silinder/Kristal/LPL 0-1 1-5 5-10 10-30 lebih dari 30

Keterangan :

Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan

+++ sudah dinyatakan abnormal.

2.6 Pengawet Urin

1. Toluena

Pengawet ini banyak dipakai karena hampir mendekati sifat pengawet all

around. Perombakan urin hambat lebih-lebih dalam keadaan dingin baik

sekali dipakai untuk mengawetkan glukosa, aseton, dan asam aseto-asetat.

2. Thymol

Sebutir Thymol sebagai pengawet mempunyai daya seperti toluena. Jika

jumlah thymol terlalu banyak ada kemungkinan terjadi hasil positif palsu

pada reaksi terhadap proteuniria dengan cara pemanasan dengan asam

asetat.

3. Folmal dehida

Khusus dipakai untuk mengawetkan sedimen. Pengawetan ini penting

apabila hendak mengadakan penilaian kuantitatif atas unsur-unsur

sedimen. Pakailah sebanyak 1-2 ml larutan formal dehida 40% untuk

mengawetkan urin 24 jam. Kelemahannya jika jumlahnya terlalu besar

20
mungkin mengadakan reduksi untuk tes benedict dan mengganggu

obermayer untuk menyatakan adanya indikasi.

4. Asam sulfat pekat

Asam ini dipakai untuk mengawetkan urin guna menetapkan kuantitatif

kalsium nitrogen dan kebanyakan zat anorganik lain. Asam sulfat

diberikan hingga Ph urin lebih rendah dari 4,5. Reaksi asam mencegah

terlepasnya N dalam bentuk amoniak dan mencegah terjadinya endapan

kalsium fosfat.

5. Natrium Karbonat

Khusus dipakai untuk mengawetkan urobilinogen jika hendak menetukan

eksresinya (Gandosoebrata. 2007).

20
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Praktikum kimia klinik tentang pemeriksaan sedimen urin dilaksanakan di

laboratorium mikrobiologi Stikes Bina Mandiri Gorontalo pada hari sabtu, 13

November 2018, pukul 10.10 – 12.00 WITA.

3.2 PraAnalitik

Pada tahap PraAnalitik yaitu menyiapkan alat dan dan bahan.

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum kali ini ialah tabung

reaksi, rak tabung, object glass, deck glass, mikroskop dan centrifuge.

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum antara lain ialah

sampel urine segar.

3.3 Analitik

1. Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Pipet 5 ml urine kedalam tabung reaksi.

3. Kemudian dimasukkan kedalam centrifuge untuk dipusingkan dengan

1500 rpm selama 5 menit.

4. Setelah dicentrifuge, kemudian di buang supernatannya dan diambil

endapan pada bagian bawah.

5. Lalu dipipet ke atas objek glass dan ditutup dengan menggunakan deck

glass.

6. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x.

20
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil didapatkan pada pemeriksaan sedimen terhadap urine,

sebagai berikut :

Sedimen Pemeriksaan Visual Hasil Pemeriksaan

Eritrosit 0-3/LPB

Leukosit 1-5/LPB

Kristal kalsium
Ada (+)
oksalat

20
Epitel Banyak sekali (+++)

Silinder
0-1/LPK
granula

Tabel IV.I. Hasil Pengamatan Sediment Urine

4.2 Pembahasan

Urine merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat

kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma. Pemeriksaan sedimen

urine merupakan pemeriksaan miroskopik yang dilakukan untuk mengetahui

adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.

Pada pemeriksaan eritrosit dan leukosit dalam lapang pandang normalnya

ialah eritrosit 03/LPB dan leukosit 1-5/LPB. Berdasarkan hasil pemeriksaan

yang didapatkan adalah leukosit maupun eritrosit dalam keadaan normal.

Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urine mungkin terdapat dalam urine

wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak

dijumpai eritrosit dalam sedimen urine, sedangkan Leukosit hanya terdapat 0-5

per-LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya

eritrosit dalam urine disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh

20
perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi

saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya

Leukosit dalam jumlah banyak di urine disebut piuria.

Pada pelaksanaan pemeriksaan epitel dapati hasil adalah (+++) positif 3.

Berdasarkan interpretasi hasil pada pemeriksaan epitel dalam urine, epitel

dengan diagnosa positif adalah abnormal. Keadaan ini sering dijumpai pada

infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita

dengan fluor albus Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam

keadaan normal didapatkan dalam sedimen urine. Dalam keadaan patologik

jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam

saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urine mungkin

didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah

mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan

III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

Dalam keadaan normal kristal dalam lapang pandang didapati 0-1 per-

LPL. Pada hasil pemeriksaan didapati hasil adalah (+) positif 1 dengan jumlah

kristal berkisar antara 1-5 per-LPL. Dan khusus untuk kristal Ca-oxallate +

masih dinyatakan normal, (++) dan (+++) sudah dinyatakan abnormal. Kristal

dalam urine tidak ada hubungan langsung dengan batu didalam saluran kemih.

Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan

kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena

kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal.

Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak

makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urine. Disamping itu mungkin

20
didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain

seperti kristal tirosin, kristal leucin. Sama halnya dengan kristal, slinder dalam

keadaan normal slinder dalam lapang pandang didapati 0-1 per-LPK.

Berdasarkan hasil pemeriksaan slinder adalah normal.

Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal,

mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-

kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan

silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH

dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.

Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat

ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal

bisa didapatkan sedikit eritrosit, lekosit dan silinder hialin. Terdapatnya

silinder seluler seperti silinder lekosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan

sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis

dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat

ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan

lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum dapat ditemukan beberapa unsur-unsur yang tersapat

dalam sedimen urine ialah sel eritrosit, sel epitel, sel ofat bodies, kristal

kalsium oksalat, kristal fosfat, kristal asam urat, silinder hyalin, silinder

eritrosit, silinder bergranula, dimana yang ditemukan dalam jumlah normal

sehingga pasien tidak mengalami kelainan terutama pada ginjal.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam praktikum, praktikan dapat membedakan bentuk-bentuk

sedimen dalam urine dan pada saat melakukan pemeriksaan sedimen urine

harus lebih teliti agar pembacaan bisa dilihat dengan baik dan jelas.

20
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Setiawaty, Mudiharso. 2016. Praktikum Kimia Klinik Jilid 1. Jakarta: EGC
Gandadosoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Ismawati. 2014. Unsur-unsur Sedimen Urine. Poltekkes Kemenkes Banjarmasin.
Kalimantan Selatan.
Jambia, A., dkk. 2016. Klinik Rutin. Kementrian Kesehatan RI Politeknik
Kesehatan Kendari.

20
LAMPIRAN

Natrium urat

Sel epitel tubulus

20
Kristal hippuric acid

Eritrosit

Leucine

20

Anda mungkin juga menyukai