Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa pemerintahan B.J Habibie merupakan masa yang tersingkat bila

dibandingkan dengan presiden Indonesia sebelumya, namun pada masa

pemerintahan B.J Habibie ada banyak kebijakan yang dikeluarkan pada era

pemerintahannya. Inilah yang menjadi tolak ukur dimana Habibie memberikan

dampak yang besar bagi perubahan di Indonesia.1

Adapun permasalahan yang dikeluarkan B.J Habibie pada masanya seperti

penguatan nilai tukar rupiah dari Rp.17.000 menjadi Rp.6.000. 2 Searah dengan

pemikirannya untuk keluar dari krisis ekonomi dan mewujudkan perekonomian

yang sehat, langkah pertama yang dilakukan Habibie ialah melakukan pemisahan

Bank Indonesia BI dari campur tangan Pemerintah. Hal ini tidak pernah dilakukan

sebelumnya. Ia menghendaki kemandirian BI dan tidak menghendaki presiden,

menteri, atau siapapun ikut campur dalam urusan Bank Indonesia. Habibie juga

terpacu untuk melakukan penataan ulang mengenai utang swasta domestik dan

utang luar negeri serta mempecepat rekapitalisasi perbankan. Standard and

Poor’s Corporation menyatakan bahwa upaya-upaya yang ditempuh Pemerintah

Indonesia dan didukung IMF itu telah dapat memulihkan disiplin moneter,

1
A. Makmur Makkka, Ilmu Pengetahuan,Teknologi dan Pembangunan Bangsa. Menuju
Dimensi Baru Pembangunan Indonesia (Jakarta : Cidesindo, 1995) hlm. 58
2
Edward Aspinall, dkk, Titik Tolak Reformasi Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto.
(Yogyakarta : LKIS, 2000) hlm 37

1
2

menstabilkan nilai tukar rupiah, dan menurunkan inflasi dari 70% pada tahun

1998 menjadi 25% pada maret 1999.3

Selain mengatasi krisis ekonomi Habibie juga melakukan reposisi dan

pencabutan dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) sekaligus

menghapus bisnis-bisnis militer atau biasa disebut sebagai agenda reformasi TNI

yang merupakan tuntutan masyarakat dalam melaksanakan reformasi. Pada

reposisi ABRI dimana kedudukannya dipisah antara Kepolisian RI yang mana

bertugas untuk keamanan dan ketertiban masyakat sedangkan TNI bertugas hanya

pada pertahanan negara yang dilaksanakan pada 1 April 1999.4

Penghapusan dwinfungsi ABRI dilaksanakan setelah reformasi, peran

ABRI di DPR mulai dikurangi secara bertahap yaitu dari 75 menjadi 38 orang. 5

Seperti yang telah dinyatakan Jendral TNI Wiranto bahwa secara bertahap akan

mundur dari area politik dan memusatkan perhatian pada pertahanan negara.

Anggota yang masih menduduki jabatan birokrasi diperintahkan untuk memilih

yaitu kembali kesatuan ABRI, atau pensiun dari militer untuk berkarir di sipil.

Dari hal tersebut, keanggotaan ABRI dalam DPR/DPD makin berkurang dan

akhirnya ditiadakan.

Disamping itu bisnis-bisnis militerpun juga ikut dihapuskan. Bisnis-bisnis

militer yang dicabut pada waktu itu seperti, Yayasan Darma Putra Kostrad,

3
A. Makmur Makkka, Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie dari Ilmuwan Negara
Sampai Minandito. (Jakarta : Pt. THC mandiri, 2012) hlm 217
4
A. Makmur Makkka, Total Habibie Kecil Tapi Otak Semua. (Depok: Edelweiss, 2013)
hlm 155
5
http://hankam.kompasiana.com/2012/07/31/reposisi-dan-reintegrasi-polri-482080.html
(akses pada tanggal 1 Juli 2014)
3

Yamabri, Inkopau, Inkopad, Bank Bahari, Inkopol, bahkan sampai pedesaan

bisnis militer di koperasi dicabut seperti Puskud, dsb.6

Dalam rangka mengatasi krisis ekonomi Presiden B.J Habibie melihat

adanya masalah yang sangat mengganjal yang menjatuhkan kredibilitas Indonesia

di mata international, termasuk melakukan negosiasi dengan lembaga ekonomi

internasional yang mengaitkan dengan masalah HAM (hak asasi manusia). Hal itu

berkaitan dengan masalah Timor-Timur.7 Isu pelanggaran HAM di Timor-Timur

terus diangkat oleh PBB oleh negara-negara anti Indonesia.

Indonesia mengambil langkah dalam mengatasi krisis tesebut, kemudian

B.J. Habibie mencari penyelesaian mengenai masalah Timor-Timur. Presiden B.J.

Habibie memberikan kebebasan kepada rakyat Timor-Timur untuk menentukan

nasibnya sendiri, apakah akan bergabung dengan Indonesia atau memisahkan diri

dari Indonesia.

Pada tanggal 30 Agustus 1999 merupakan hari bagi rakyat Timor-Timur

untuk memberikan suara dalam jajak pendapat untuk menentukan akan bergabung

dengan Indonesia ataukah melepaskan diri. Hasil jajak pendapat diumumkan pada

4 September 1999 di Dili dan New York, dari hasil tersebut diketahui bahwa

78,2% memilh merdeka dan 21,8% memilih tetap bergabung dengan Indonesia.

Sehubungan dengan hasil jajak pendapat yang menghendaki Timor-Timur

merdeka, pemerintah Indonesia menyatakan menghormati pilihan tersebut.8

6
http://bukuicw.files.wordpress.com/2008/07/bisnis-militer-mencari-legitimasi_ind.pdf
(akses pada tanggal 1 Juli 2014)
7
A. Makmur Makkka. Testimoni Untuk B.J. Habibie. (Yogyakarta : Ombak, 2009) hlm
29
8
A. Makmur Makkka, 2012, Op cit ,Halaman 235
4

Selanjutnya kebijakan yang dikeluarkan ialah undang-undang politik

sebagai dasar penyelenggaraan pemilu. Untuk melaksanakan Pemilu 1999, lebih

dahulu dipersiapkan sejumlah undang-undang sebagai landasan baru proses

pemilu. Undang-undang tersebut antara lain memunculkan ratusan partai-partai

politik sebagai wujud demokrasi. Setelah diseleksi dengan persyaratan ketat,

jumlah partai politik yang awalnya ratusan tinggal 48 partai.9

Banyak kalangan baik dari dalam maupun luar negeri menilai bahwa

Pemilu 1999 merupakan pemilu paling demokratis pertama setelah tahun 1995.

KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai penyelenggara pemilu diisi wakil-wakil

semua partai politik dan diketuai oleh Rudini. Bahkan ketika KPU belum berhasil

mengumumkan hasil pemilu, Habibie mengambil alih dan mengumumkan hasil

pemilu. Ia menandatangani suara pemenang pemilu sebagai kepala negara.10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbullah permasalahan-

permasalahan pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana proses terpilihnya B.J. Habibie menjadi Presiden pada 21 Mei

1998?

2. Bagaimana kebijakan dan capaian kerja B.J. Habibie selama menjabat

menjadi Presiden Republik Indonesia?

3. Bagaimana proses turunnya B.J. Habibie sebagai Presiden?

9
A. Makmur Makkka, 2009, Op Cit, halaman 38
10
Fahri Ali. Esai Politik tentang Habibie dari Teknokrasi ke Demokrasi. (Jakarta : Mizan,
2013) hlm 87
5

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan pada penelitian ini, maka titik

berat pembahasannya difokuskan pada peran B.J. Habibie dalam menjabat sebagai

Presiden Republik Indonesia. Sedangkan batas temporalnya yakni antara tahun

1998 hingga 1999 dengan pertimbangan tahun 1998 merupakan awal waktu B.J.

Habibie menjabat sebagai Presiden sedangkan tahun 1999 merupakan waktu

berhentinya B.J. Habibie menjadi Presiden.

D. Tujuan Penelitan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses terpilihnya B.J. Habibie menjadi presiden

Republik Indonesia yang ke III pada 21 Mei 1998.

2. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan B.J. Habibie selama menjabat

Presiden Republik Indonesia.

3. Untuk mengetahui proses turunnya B.J. Habibie sebagai Presiden.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai latar belakang

terpilihnya B.J Habibie menjadi presiden RI

2. Memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai proses terpilhnya dan

turunnya B.J Habibie sebagai presiden RI

3. Memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai peran dan kebijakan

B.J Habibie selama menjabat menjadi presiden.


6

4. Dapat menjadi bahan inforamasi dalam penelitian selanjutnya

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh peneliti

sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-

penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi

peneliti dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Chyntia Dastiana tahun 2013, dengan judul

Analisis perbedaan respon sikap Audience atas strategi promosi product

placement dalam film Habibie dan Ainun. Pada penelitian ini membahas pengaru

penjualan novel yang penjualannya cukup signifikan kemudian diangkat menjadi

film layar lebar dan menjadi best seller.

Penelitian lain yang dapat dijadikan acuan adalah peneitian yang dilakukan

oleh Nur Hayati tahun 2012, dengan judul Analisis yuridis independensi bank

Indonesia dalam menangani krisis moneter. Pada penelitian ini membahas

mengenai mekanisme yang dilakukan bank Indonesia dalam menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter dalam upaya menangani terjadinya krisis

moneter.

Penelitian lainnya ditulis oleh Bravitasari Nafthalia tahun 2008, dengan judul

gaya kepemimpinan B.J. Habibie sebagai presiden tahun 1998-1999. Pada

penelitian ini memaparkan sosok Habibie dalam memimpin bangsa Indonesia

yang berdasarkan 3 landasan prilaku ; sandaran kekuatan rohani, kekuasaan

adalah amanah, dan inner dialog.

Anda mungkin juga menyukai