Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEJARAH

DISUSUN OLEH

NAMA : BILLIE FARREAL


MUHAMMAD IHSAN HIDAYAT

KELAS : XII IPA 5

SMA NEGERI 1 TARUMAJAYA

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa pemerintahan B.J Habibie merupakan masa yang tersingkat bila

dibandingkan dengan presiden Indonesia sebelumya, namun pada masa

pemerintahan B.J Habibie ada banyak kebijakan yang dikeluarkan pada era

pemerintahannya. Inilah yang menjadi tolak ukur dimana Habibie memberikan

dampak yang besar bagi perubahan di Indonesia.1

Adapun permasalahan yang dikeluarkan B.J Habibie pada masanya seperti

penguatan nilai tukar rupiah dari Rp.17.000 menjadi Rp.6.000. 2 Searah dengan

pemikirannya untuk keluar dari krisis ekonomi dan mewujudkan perekonomian

yang sehat, langkah pertama yang dilakukan Habibie ialah melakukan pemisahan

Bank Indonesia BI dari campur tangan Pemerintah. Hal ini tidak pernah dilakukan

sebelumnya. Ia menghendaki kemandirian BI dan tidak menghendaki presiden,

menteri, atau siapapun ikut campur dalam urusan Bank Indonesia. Habibie juga

terpacu untuk melakukan penataan ulang mengenai utang swasta domestik dan

utang luar negeri serta mempecepat rekapitalisasi perbankan. Standard and

Poor’s Corporation menyatakan bahwa upaya-upaya yang ditempuh Pemerintah

Indonesia dan didukung IMF itu telah dapat memulihkan disiplin moneter,

1
A. Makmur Makkka, Ilmu Pengetahuan,Teknologi dan Pembangunan Bangsa. Menuju
Dimensi Baru Pembangunan Indonesia (Jakarta : Cidesindo, 1995) hlm. 58
2
Edward Aspinall, dkk, Titik Tolak Reformasi Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto.
(Yogyakarta : LKIS, 2000) hlm 37
3

menstabilkan nilai tukar rupiah, dan menurunkan inflasi dari 70% pada tahun

1998 menjadi 25% pada maret 1999.3

Selain mengatasi krisis ekonomi Habibie juga melakukan reposisi dan

pencabutan dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) sekaligus

menghapus bisnis-bisnis militer atau biasa disebut sebagai agenda reformasi TNI

yang merupakan tuntutan masyarakat dalam melaksanakan reformasi. Pada

reposisi ABRI dimana kedudukannya dipisah antara Kepolisian RI yang mana

bertugas untuk keamanan dan ketertiban masyakat sedangkan TNI bertugas hanya

pada pertahanan negara yang dilaksanakan pada 1 April 1999.4

Penghapusan dwinfungsi ABRI dilaksanakan setelah reformasi, peran

ABRI di DPR mulai dikurangi secara bertahap yaitu dari 75 menjadi 38 orang. 5

Seperti yang telah dinyatakan Jendral TNI Wiranto bahwa secara bertahap akan

mundur dari area politik dan memusatkan perhatian pada pertahanan negara.

Anggota yang masih menduduki jabatan birokrasi diperintahkan untuk memilih

yaitu kembali kesatuan ABRI, atau pensiun dari militer untuk berkarir di sipil.

Dari hal tersebut, keanggotaan ABRI dalam DPR/DPD makin berkurang dan

akhirnya ditiadakan.

Disamping itu bisnis-bisnis militerpun juga ikut dihapuskan. Bisnis-bisnis

militer yang dicabut pada waktu itu seperti, Yayasan Darma Putra Kostrad,

3
A. Makmur Makkka, Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie dari Ilmuwan Negara
Sampai Minandito. (Jakarta : Pt. THC mandiri, 2012) hlm 217
4
A. Makmur Makkka, Total Habibie Kecil Tapi Otak Semua. (Depok: Edelweiss, 2013)
hlm 155
5
http://hankam.kompasiana.com/2012/07/31/reposisi-dan-reintegrasi-polri-482080.html
(akses pada tanggal 1 Juli 2014)
4

Yamabri, Inkopau, Inkopad, Bank Bahari, Inkopol, bahkan sampai pedesaan

bisnis militer di koperasi dicabut seperti Puskud, dsb.6

Dalam rangka mengatasi krisis ekonomi Presiden B.J Habibie melihat

adanya masalah yang sangat mengganjal yang menjatuhkan kredibilitas Indonesia

di mata international, termasuk melakukan negosiasi dengan lembaga ekonomi

internasional yang mengaitkan dengan masalah HAM (hak asasi manusia). Hal itu

berkaitan dengan masalah Timor-Timur.7 Isu pelanggaran HAM di Timor-Timur

terus diangkat oleh PBB oleh negara-negara anti Indonesia.

Indonesia mengambil langkah dalam mengatasi krisis tesebut, kemudian

B.J. Habibie mencari penyelesaian mengenai masalah Timor-Timur. Presiden B.J.

Habibie memberikan kebebasan kepada rakyat Timor-Timur untuk menentukan

nasibnya sendiri, apakah akan bergabung dengan Indonesia atau memisahkan diri

dari Indonesia.

Pada tanggal 30 Agustus 1999 merupakan hari bagi rakyat Timor-Timur

untuk memberikan suara dalam jajak pendapat untuk menentukan akan bergabung

dengan Indonesia ataukah melepaskan diri. Hasil jajak pendapat diumumkan pada

4 September 1999 di Dili dan New York, dari hasil tersebut diketahui bahwa

78,2% memilh merdeka dan 21,8% memilih tetap bergabung dengan Indonesia.

Sehubungan dengan hasil jajak pendapat yang menghendaki Timor-Timur

merdeka, pemerintah Indonesia menyatakan menghormati pilihan tersebut.8

6
http://bukuicw.files.wordpress.com/2008/07/bisnis-militer-mencari-legitimasi_ind.pdf
(akses pada tanggal 1 Juli 2014)
7
A. Makmur Makkka. Testimoni Untuk B.J. Habibie. (Yogyakarta : Ombak, 2009) hlm
29
8
A. Makmur Makkka, 2012, Op cit ,Halaman 235
5

Selanjutnya kebijakan yang dikeluarkan ialah undang-undang politik

sebagai dasar penyelenggaraan pemilu. Untuk melaksanakan Pemilu 1999, lebih

dahulu dipersiapkan sejumlah undang-undang sebagai landasan baru proses

pemilu. Undang-undang tersebut antara lain memunculkan ratusan partai-partai

politik sebagai wujud demokrasi. Setelah diseleksi dengan persyaratan ketat,

jumlah partai politik yang awalnya ratusan tinggal 48 partai.9

Banyak kalangan baik dari dalam maupun luar negeri menilai bahwa

Pemilu 1999 merupakan pemilu paling demokratis pertama setelah tahun 1995.

KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai penyelenggara pemilu diisi wakil-wakil

semua partai politik dan diketuai oleh Rudini. Bahkan ketika KPU belum berhasil

mengumumkan hasil pemilu, Habibie mengambil alih dan mengumumkan hasil

pemilu. Ia menandatangani suara pemenang pemilu sebagai kepala negara.10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbullah permasalahan-

permasalahan pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana proses terpilihnya B.J. Habibie menjadi Presiden pada 21 Mei

1998?

2. Bagaimana kebijakan dan capaian kerja B.J. Habibie selama menjabat

menjadi Presiden Republik Indonesia?

3. Bagaimana proses turunnya B.J. Habibie sebagai Presiden?

9
A. Makmur Makkka, 2009, Op Cit, halaman 38
10
Fahri Ali. Esai Politik tentang Habibie dari Teknokrasi ke Demokrasi. (Jakarta : Mizan,
2013) hlm 87
6

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan pada penelitian ini, maka titik

berat pembahasannya difokuskan pada peran B.J. Habibie dalam menjabat sebagai

Presiden Republik Indonesia. Sedangkan batas temporalnya yakni antara tahun

1998 hingga 1999 dengan pertimbangan tahun 1998 merupakan awal waktu B.J.

Habibie menjabat sebagai Presiden sedangkan tahun 1999 merupakan waktu

berhentinya B.J. Habibie menjadi Presiden.

D. Tujuan Penelitan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses terpilihnya B.J. Habibie menjadi presiden

Republik Indonesia yang ke III pada 21 Mei 1998.

2. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan B.J. Habibie selama menjabat

Presiden Republik Indonesia.

3. Untuk mengetahui proses turunnya B.J. Habibie sebagai Presiden.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai latar belakang

terpilihnya B.J Habibie menjadi presiden RI

2. Memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai proses terpilhnya dan

turunnya B.J Habibie sebagai presiden RI

3. Memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai peran dan kebijakan

B.J Habibie selama menjabat menjadi presiden.


7

4. Dapat menjadi bahan inforamasi dalam penelitian selanjutnya

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh peneliti

sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-

penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi

peneliti dalam melakukan penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Chyntia Dastiana tahun 2013, dengan judul

Analisis perbedaan respon sikap Audience atas strategi promosi product

placement dalam film Habibie dan Ainun. Pada penelitian ini membahas pengaru

penjualan novel yang penjualannya cukup signifikan kemudian diangkat menjadi

film layar lebar dan menjadi best seller.

Penelitian lain yang dapat dijadikan acuan adalah peneitian yang dilakukan

oleh Nur Hayati tahun 2012, dengan judul Analisis yuridis independensi bank

Indonesia dalam menangani krisis moneter. Pada penelitian ini membahas

mengenai mekanisme yang dilakukan bank Indonesia dalam menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter dalam upaya menangani terjadinya krisis

moneter.

Penelitian lainnya ditulis oleh Bravitasari Nafthalia tahun 2008, dengan judul

gaya kepemimpinan B.J. Habibie sebagai presiden tahun 1998-1999. Pada

penelitian ini memaparkan sosok Habibie dalam memimpin bangsa Indonesia

yang berdasarkan 3 landasan prilaku ; sandaran kekuatan rohani, kekuasaan

adalah amanah, dan inner dialog.


8

G. Metode Penelitian

Penulisan sejarah adalah suatu rekonstruksi yang imajinatif dari masa

lampau manusia berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses kritik

dan kontruktif berdasarkan metode sejarah. Peristiwa masa lampau itu hanyalah

satu kali terjadi dan untuk mengingat dan merekonstruksi masa lampau itu.

Historiografi dalam hal ini memegang peranan penting yang sedapat mungkin

mendekati penulisan yang objektif dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu.

Dengan demikian baik tidaknya suatu karya ilmiah yang dihasilkan tergantung

dengan metode yang digunakan baik dalam tahap pengumpulan data maupun

dalam tahap penulisan.

Dalam usaha mengungkapkan dan merekonstruksi objek permasalahan ini

diperlukan cara kerja yang mantap agar dapat meringankan beban dan mengurangi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi penulis. Sehingga dalam kegiatan menghimpun

jejak masa lampau diperlukan metode.Penentuan metodologi penelitian ini sering

pula disebut dengan “strategi pemecahan ,masalah” karena pada tahap ini

mempersoalkan “bagaimana” masalah-masalah penelitian tersebut hendak

dipecahkan atau ditemukan jawabannya.11 Adapun Kuntowijoyo mengartikan

metode sejarah sebagai petunjuk pelaksanaan dan teknis tentang bahan, kritik, dan

interpretasi sejarah serta penyajian dalam bentuk tulisan.12

11
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), hlm. 31
12
M. Saleh Madjid, Abd. Rahman Hamid, Pengantar Ilmu Sejarah. (Makassar: Rayhan
Intermedia, 2008), hlm. 48.
9

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode sejarah

merupakan cara atau tekhnik dalam merekonstruksi peristiwa masa lampau, maka

dalam melakukan penelitian ini akan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Heuristik

Heuristik merupakan tahapan awal dalam penelitian dan penulisan

sejarah yang diarahkan pada kegiatan penjajakan, pencarian serta

pengumpulan sumber yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

Seperti yang dikemukakan oleh G.J Rainer “heuristik adalah suatu tehnik,

suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai

aturan-aturan umum”.13 Dalam tahap heuristik ini penulis menggunakan

tehnik studi kepustakaan yang ditempuh dengan cara pengkajian data dari

buku, karya ilmiah, maupun internet yang berhubungan dengan topik yang

diteliti.

2. Kritik Sumber

Pada tahapan ini sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan

heuristik baik berupa buku-buku, karya ilmiah, maupun data dari internet

yang dianggap relevan dengan judul yang diangkat untuk diteliti akan

dilakukan penyeleksian dan penyaringan dengan melakukan analisis tentang

betul tidaknya data yang diperoleh. Kritik sumber sendiri terbagi menjadi dua

macam yaitu kritik ekternal dan kritik internal

13
Dudung Abdurahman, Metedologi Penelitian Sejarah.,(Yogyakarta: Ar-Ruzz. 2007) ,
hlm. 64.
10

a. Kritik Ekternal

Kritik ekternal dilakukan untuk mengetahui keaslian suatu

sumber dengan melakukan penelitian terhadap asal usul dari sumber, hal

ini dapat dilaksanakan dengan cara melakukan pemeriksaan untuk

mendapatkan semua informasi yang mungkin untuk mengetahui suatu

waktu sejak awal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang

tertentu atau tidak. Dalam penelitian ini sumber yang diguanakan penulis

yaitu data-data baik berupa buku, karya ilmiah, skripsi, maupun data dari

internet yang berkaitan dengan Indonesia pada masa reformasi.

b. Kritik Internal

Berbeda dengan kritik ekternal yang dilakukan untuk mengetahui

keaslian suatu sumber, kritik internal dilakukan untuk mengetahui

keabsahan dari isi sumber-sumber tersebut. Seperti dalam penelitian ini

dimana penulis berpatokan pada tehnik kajian kepustakaan maka sangat

penting untuk mengetahui apakah data-data yang telah diperoleh bisa

dipercaya kebenaranya.

3. Interprestasi

Apabila sumber-sumber yang telah diperoleh dari hasil seleksi (kritik)

maka tahapan selanjutnya adalah memberikan interprestasi berupa penjelasan

dan tafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dipilih. Tahapan ini perlu

kecermatan bagi penulis sejarah, demi menghindari penafsiran yang bersifat

subjektif terhadap suatu fakta. Seperti yang dikemukakan oleh Helius

Sjamsuddin bahwa “meskipun para sejarawan sepakat untuk sejumlah fakta-


11

fakta dasar tertentu, tetapi sejarawan sendirilah yang melakuakn seleksi

terhadap apa yang dapat dijadikan fakta itu” 14.

Tahapan ini membutuhkan kehati-hatian untuk menghindari

interprestasi yang subjektif terhadap fakta. Hal ini dimaksudkan untuk

memberi arti terhadap aspek yang diteliti, mengaitkan antara fakta yang satu

dengan fakta yang lainya agar ditemukan kesimpulan atau gambaran yang

ilmiah.

4. Historiografi

Tahap terakhir dari penulisan sejarah adalah penulisan atau

Historiografi. Historiografi sendiri merupakan langkah perumusan cerita

secara ilmiah, yang disusun secara logis berdasarkan dari urutan kronologis

yang jelas dan mudah dimengerti, pengaturan bab atau bagian yang dapat

menggabungkan urutan kronologis dan tematis. Hal ini disebabkan penelitian

sejarah sekurang-kurangnya harus memenuhi empat hal yaitu: detail faktual

yang akurat, struktur yang logis, dan penyajian yang terang dan halus. 15

Dalam hal ini penulis berupaya untuk menuangkan fakta-fakta sejarah yang

ditungkan dalam kisah sejarah, hingga akan tergambar (a) kronologi

terpilihnya B.J. Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia yang Ke III

pada 21 Mei 1998, (b) kebijakan-kebijakan B.J. Habibie selama menjabat

menjadi Presiden Republik Indonesia (c) dampak kebijakan-kebijakan politik

setelah B.J. Habibie menjabat Presiden Republik Indonesia.

14
Helius Sjamsuddin. Metodelogi Sejarah. (Yogyakarta: Ombak, 2007) hal.23
15
M.Saleh Madjid dan Abd. Rahman Hamid, Op.Cit, hlm. 131.

Anda mungkin juga menyukai