Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH INDONESIA (WAJIB) KELAS 12 SMT 2 PERTEMUAN 5

KOMPETENSI DASAR
3.6 Menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa awal
Reformasi

4.6 Melakukan penelitian sederhana tentang pekembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa
Indonesia pada masa awal Reformasi dan menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

Melalui Model Pembelajaran Discoveri Learning peserta didik mampu :


1. Menjelaskan kebijakan ekonomi selama kepemimpinan presiden BJ Habibie dalam
rangka upaya untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia
2. Menjelaskan kebijakan politik selama kepemimpinan presiden BJ Habibie dalam rangka
menata kembali kehidupan politik di Indonesia

Materi:

KEHIDUPAN EKONOMI DAN POLITIK INDONESIA


PADA MASA AWAL REFORMASI

A. Kehidupan Ekonomi dan Politik Pada masa Presiden B.J Habibie

BJ Habibie merupakan Presiden Indonesia ketiga yang menggantikan Soeharto yang


mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Dasar hukum
pengangkatan Habibie adalah berdasarkan UUD 1945 pasal 8 yang berisi "bila Presiden
mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan keawjibannya dalam masa jabatannya, ia
diganti oleh wakil presiden sampai habis waktunya’’. Dan TAP MPR No.VII/MPR/1973
yang berisi “jika Presiden berhalangan, maka Wakil Presiden ditetapkan menjadi
Presiden”. Beliau menjadi presiden sejak 21 Mei 1998 sampai dengan 20 Oktober
1999. Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto
pada masa orde baru.

Ketika Habibie menjadi Presiden, Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi yang disebabkan
oleh krisis mata uang yang didorong oleh hutang luar negeri yang luar biasa besar sehingga
menurunkan nilai rupiah. Ditambah dengan kerusuhan Mei 1998 telah menghancurkan pusat-
pusat bisnis perkotaan, larinya modal, dan hancurnya produksi serta distribusi barang-barang
menjadikan upaya pemulihan menjadi sangat sulit, hal tersebut menyebabkan tingkat inflasi
yang tinggi.

Tugas yang diemban oleh Presiden B.J Habibie adalah memimpin pemerintahan transisi
untuk menyiapkan dan melaksanakan agenda reformasi yang menyeluruh dan mendasar,
serta sesegera mungkin mengatasi kemelut yang sedang terjadi.
Dalam pemerintahannya B.J. Habibie berusaha untuk melakukan pembaharuan-
pembaharuan dalam beberapa bidang demi untuk menciptakan kehidupan masyarakat
yang sejahtera dan sesuai dengan UUD 1945.

Adapun pembaharuan yang dilakukan oleh B.J. Habibie antara lain:

1.  Bidang Ekonomi

Dalam pidato pertamanya pada tanggal 21 Mei 1998, malam harinya setelah dilantik sebagai
Presiden, pukul.19.30 WIB di Istana Merdeka yang disiarkan langsung melalui RRI dan TVRI,
B.J. Habibie menyatakan tekadnya untuk melaksanakan reformasi. Pidato tersebut bisa
dikatakan merupakan visi kepemimpinan B.J. Habibie guna menjawab tuntutan Reformasi
secara cepat dan tepat. Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia,
B.J. Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1). Merekapitulasi perbankan.
Rekapitalisasi merupakan proses penyuntikan kembali modal bagi bank. Kondisi negative
yang kini dialami perbankan, ditambah sejumlah persoalan dengan kredit-kreditnya yang tak
mampu ditagih kembali, merupakan dua hal utama yang telah menggerogoti atau membuat
modal bank sudah menjadi negatif.
2). Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.
Bank dalam likuidasi adalah bank yang dalam proses penutupan secara permanen serta
cabang-cabangnya, selagi menjual aset apa pun dan menggunakan hasilnya untuk
menyelesaikan kewajiban bank tersebut sebanyak mungkin. Biasanya, akun pelanggan akan
ditutup dan cek dikirimkan kepada pemegang akun untuk jumlah simpanan yang
diasuransikan.
3). Menyediakan jaringan pengaman sosial bagi mereka yang paling menderita akibat krisis.
4). Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serikat hingga dibawah
Rp.10.000,-.
5). Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
6). Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
7). Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.
8). Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat.
9). Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

2   Bidang Politik

Di bidang politik antara lain dengan memperbarui berbagai perundang-undangan dalam rangka
lebih meningkatkan kualitas kehidupan berpolitik yang bernuansa pada PEMILU sebagaimana
yang diamanatkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Beberapa kebijakan politik
selama kepemimpinan presiden BJ Habibie antara lain sebagai berikut.
1). Membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan.
Kabinet Reformasi Pembangunan terdiri dari 36 Menteri yang diambil dari unsur
ABRI, Golkar, PPP, PDI., yaitu 4 Menteri Negara dengan tugas sebagai Menteri
Koordinator, 20 Menteri Negara yang memimpin Departemen, dan 12 Menteri Negara yang
memimpin tugas tertentu.
2). Pada tanggal 25 Mei 1998 diselenggarakan pertemuan kabinet, hasilnya “pembatasan
masa jabatan presiden yaitu maksimal 2 periode (satu periode lamanya 5 tahun)”.
3). Mengupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan.
4). Merencanakan pelaksanaan Pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil. Pelaksanaannya 7 Juni 1999 oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum).
5). Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya dengan memperbolehkan
berdirinya partai-partai politik.
Terdapat 112 partai politik telah berdiri di Indonesia pada waktu itu. Namun hanya 48 parpol
yang berhasil mengikuti Pemilu tahun 1999.
6). Membebaskan narapidana politik yang ditahan pada masa pemerintahan Soeharto seperti
Sri Bintang Pamungkas dan Mochtar Pakpahan.
7). Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen.
8). Memberi kebebasan untuk menyampaikan pendapat dimuka umum melalui UU No. 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
9). Diberlakukannya Otonomi Daerah yang lebih demokratis dan semakin luas. Dengan
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah serta perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah, diharapkan akan meminimalkan ancaman disintegrasi bangsa. Otonomi daerah
ditetapkan melalui Ketetapan MPR No XV/MPR/1998.
10). Membentuk tiga undang-undang demokratis yaitu,
(1)  UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2)  UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3)  UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR
11). Menetapkan 12 ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari
tuntutan reformasi yaitu,
(1) Tap No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentang
Referendum.
(2) Tap No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. II/MPR/1978 tentang
Pancasila Sebagai Asas Tunggal.
(3) Tap No. XII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap No. V/MPR/1998 tentang Presiden
Mendapat Mandat dari MPR untuk Memiliki Hak-Hak dan Kebijakan di Luar Batas
Perundang-undangan.
(4) Tap No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden Maksimal Hanya Dua Kali Periode.
12). Melaksanakan Pemilu 1999, boleh dikatakan sebagai salah satu hasil terpenting lainnya
yang dicapai Habibie pada masa kepresidenannya. Pemilu 1999 adalah penyelenggaraan
pemilu multipartai (yang diikuti oleh 48 partai politik).
Pemilu dilaksanakan pada 7 Juni 1999 yang diikuti oleh 48 partai politik. Pemilu 1999
bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (LUBERJURDIL). Pemilu 1999
ditangani Komisi Pemilihan Umum (KPU). Anggota KPU terdiri dari wakil-wakil dari
pemerintah dan wakil-wakil dari partai politik peserta Pemilu. Terdapat 3 orang calon
presiden, yaitu Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, Yusril Ihza Mahendra. Namun Yusril
mengundurkan diri dalam pencalonan presiden. Pemilihan pres dan wapres dengan cara
voting.
Hasilnya:
a) Abdurrahman Wahid sebagai Presiden dan dilantik pada tanggal 20 Oktober 1999,
b) Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden dilantik pada tanggal 21 Oktober
1999.

Pelantikan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Presiden dilaksanakan pada 20


Oktober 1999, sedangkan Megawati Soekarnoputri pada tanggal 21 Oktober 1999.
13). Melaksanakan Referendum bagi rakyat Timor-Timur untuk menyelesaikan
permasalahan Timor-Timur. Indonesia harus menghadapi kenyataan bahwa untuk
memulihkan citra Indonesia, tidak memiliki pilihan lain kecuali berupaya menyelesaikan
masalah Timor-Timur dengan cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat
internasional. Karena desakan internasional terhadap penyelesaian Timor Timur, Presiden
B.J. Habibie pada tahun 1998 memberikan dua pilihan sebagai berikut:
a) Pemberian status otonomi khusus di dalam NKRI (Otonomi Luas).
b) Pemisahan diri secara baik-baik dari NKRI (Menolak Otonomi Las / Menginginkan
Kemerdekaan).

Supaya jajak pendapat berlangsung baik, pada tanggal 11 Juni 1999 Dewan
Keamanan PBB mengirimkan misi perdamaian untuk Timor Timur bernama UNAMET
(United Nations Assistance Mission East Timor).

Badan PBB ini berperan sebagai lembaga independen yang bertugas sebagai panitia
pelaksana jajak pendapat di Timor Timur. Namun dalam pelaksanaannya, UNAMET
ternyata tidak bersikap netral, tetapi lebih berpihak kepada rakyat Timor Timur yang
pro kemerdekaan.

Rakyat Timor-Timur melakukan jajak pendapat pada 30 Agustus 1999 Hasil jajak
pendapat adalah 21,5 % menerima status otonomi khusus, 78, 5 % menginginkan
kemerdekaan.

Dengan demikian berarti hasilnya rakyat Timor Timur memilih merdeka dan memisahkan
diri dari NKRI. Pengesahan hasil jajak pendapat dilakukan oleh MPR dengan Keputusan
Sidang Umum MPR No. V/MPR/1999 tentang pengesahan hasil jajak pendapat pada
tanggal 19 Oktober 1999.

Keputusan itu mempunyai arti bahwa:


a. Timor Timur pisah dari NKRI.
b. Tap. MPR No. VI/MPR/1978 tidak berlaku lagi.

Timor-Timur berarti resmi lepas dari NKRI pada tanggal 19 Oktober 1999 dan
selanjutnya berada pada masa transisi di bawah pengawasan UNTAET (United Nations
Transition at East Timor).

Pemerintahan Presiden BJ. Habibie berakhir

Pada 14 Oktober 1999, Presiden B.J. Habibie menyampaikan pidato


ertanggungjawabannya di depan Sidang Umum MPR. Dari sebelas fraksi yang
menyampaikan pemandangan umumnya, hanya empat fraksi yang secara tegas menolak,
sedangkan enam fraksi lainnya masih belum menentukan putusannya. Setelah mendengar
jawaban Presiden Habibie atas pemandangan umum fraksi-fraksi,

MPR dalam sidangnya tanggal 20 Oktober 1999, dini hari akhirnya menolak
pertanggungjawaban Presiden Habibie melalui proses voting. Presiden Habibie
memperlihatkan sikap kenegarawanannya dengan menyatakan bahwa dia ikhlas menerima
keputusan MPR yang menolak laporan pertanggung jawabannya. Dengan demikian maka
berakhirlah pemerintahan presiden B.J. Habibie.
Demikianlah materi pada pertemuan kali ini, dan untuk mengetahui pemahaman kalian
setelah membaca materi tersebut maka jawablah soal latihan berikut.

Soal Latihan

• Petunjuk:
 
Soal dikerjakan secara individu di buku tugas masing-masing, difoto, dikirim ke
WAPRI guru mata pelajaran paling lambat hari ini pukul 18.00 WIB.
 
• Soal:

1. Bagaimana kebijakan ekonomi selama kepemimpinan presiden BJ Habibie dalam


rangka upaya untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia
2. Bagaimana kebijakan politik selama kepemimpinan presiden BJ Habibie dalam rangka
menata kembali kehidupan politik di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai